Drs. Najib, MA.
Juara I Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2015
Menjadi guru selama dua puluh
lima tahun rupanya tak dirasakan Drs. Najib, MA., terlalu lama. Ia memulai karirnya
sejak tahun 1988. Tak sekadar mengajar, pria kelahiran Gresik, 28 September
1967 ini juga sangat aktif dalam berkarya dan berinovasi. Beragam penelitian
dan penulisan telah ia buat untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.
Salah satu ide yang ditelorkannya
adalah menciptakan konsep sekolah berbasis karakter. Tak heran jika ia pun
dijuluki sebagai penggiat sekolah karakter. Saat bukunya dilaunching, bahkan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, Muhammad Nuh menjadi undangan yang duduk di
kursi VIP.
Tahun 2015, Najib melenggang ke
Jakarta untuk bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.
Bukan lagi melaunching buku, melainkan menerima penghargaan sebagai guru
berprestasi nasional tingkat SD tahun 2015.
Di awal karirnya sebagai guru
pada tahun 1988, lulusan S-2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini mengajar
di SD Muhammadiyah 9. Kemudian pada tahun 1991 ia pun pindah mengajar di SD
Muhammadiyah 8 Surabaya hingga tahun 1995, dan pada tahun 1997 hingga 2004 di
SD Muhammadiyah 8 Surabaya. Baru pada tahun 2005 ia bertugas di SD Islam Al
Azhar Kelapa Gading, Surabaya, hingga sekarang. Pada tahun 2005 hingga 2009 ia
sempat didaulat menjadi kepala sekolah di sekolah ini.
Sejak menjadi guru, Najib memang lebih tertarik untuk mengajar di SD
meskipun banyak tawaran untuk
mengajar di SMP maupun SMA menghampirinya. “Mengajar di SD menurut saya tidak sekedar mengajar, tetapi juga mendidik
dan lebih banyak
membangun pondasi
sikap. Selain transfer of knowledge, juga lebih menekankan pada transfer
of value. Dengan lebih banyak fokus di SD, saya ingin anak-anak memiliki sikap yang baik,”
tuturnya.
Yang paling berperan dalam
membentuk karirnya sebagai guru adalah kedua orangtuanya. Sejak awal, ayah dan
ibunya menghendaki Najib untuk menjadi guru. Najib sendiri sudah bercita-cita
menjadi guru sejak ia duduk di bangku SD. Namun saat ia duduk di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Maskumambang, ia
mengikuti kursus las otogen yang diselenggarakan Depnaker, dan berhasil menjadi peserta terbaik. Prestasi ini
membuatnya mendapat tawaran untuk bekerja di luar negeri sebagai TKI. Namun
kedua orangtuanya tak memberinya ijin selain menjadi guru.
Kreatif dalam Pembelajaran
SD Islam Al Azhar Kelapa Gading,
tempat Najib mengajar, merupakan salah satu sekolah yang kerap menelurkan
berbagai prestasi, baik itu akademik maupun nonakademik, bahkan hingga di
tingkat internasional. Pada tahun ajaran 2015-2016, jumlah siswa di sekolah ini
sebanyak 351 siswa,
dengan jumlah guru sebanyak 34 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki
sekolah dengan luas 1.375
m2 ini pun cukup lengkap dan memadai.
Dalam mengajar siswa-siswanya,
penyuka lontong kikil ini kerap menggunakan berbagai macam metode pembelajaran,
mulai dari ceramah, diskusi, tanya jawab, maupun penugasan. Menurut Najib,
setiap siswa dikaruniai kecerdasan. Oleh karena itu, tantangan guru adalah
mencari kelebihan yang dimiliki oleh tiap anak. “Semakin diketahui potensi kelebihannya, maka
motivasi anak semakin meningkat,” katanya. Selain itu, Najib juga megadopsi teori “Al-Fatihah” dalam
memotivasi anak. “Surat
Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat. Ayat 1 sampai 4 merupakan pujian kepada Allah.
Selanjutnya ayat 5 sampai 7 baru meminta. Dengan demikian, sebelum meminta ke
anak, kami mencoba memberikan pujian, dan ternyata efektif,” tambahnya.
Di kalangan siswanya, Najib
terkenal sebagai guru yang sangat sabar dan tidak pernah marah. Sampai-sampai salah seorang muridnya mencoba mencoba berulah demi
memancing kemarahannya. “Marah, emosi, dan membentak anak itu tidak ada gunanya. Selain bisa
menghancurkan potensi anak, juga dapat membuat sakit hati,” terangnya.
Guru yang saat ini mengajar kelas
V ini rupanya tak hanya aktif dengan aktivitas pembelajaran di sekolah, namun
juga sangat gemar menulis. Setiap pukul 03.00 dini hari hingga subuh ia
luangkan waktu untuk menulis. Terbukti telah banyak karyanya yang diterbitkan,
seperti buku ajar sekolah maupun buku-buku umum yang bertema pendidikan. Yang
paling berkesan di antaranya adalah ketika ia menelurkan konsep sekolah berbasis
karakter.
Model Pembelajaran Cahasi
Tahun 2015, Najib
mencoba untuk menguji diri dalam lomba guru berprestasi. Ternyata ia dapat maju
hingga ke tingkat nasional. Karyanya yang diangkat dalam lomba adalah tentang
model pembelajaran Cahasi untuk keterampilan menulis cerita pengalaman siswa
SD. Cahasi merupakan bentuk akronim dari catatan harian siswa. Cahasi
ini digunakan untuk membantu siswa dalam menulis cerita yang dialami secara
langsung. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kejadian menarik yang dialami
setiap siswa. Sangat disayangkan jika pengalaman itu hilang berlalu tanpa
kesan. Agar kesan tetap melekat, maka pengalaman tersebut perlu dicatat. Dengan
Cahasi, catatan tersebut bisa dikembangkan menjadi cerita pengalaman atau bisa
juga untuk menulis feature. Tulisan tersebut akan terasa hidup dan
menarik jika diangkat dari kisah yang dialami, baik yang menyenangkan maupun
yang kurang menyenangkan.
Keunggulan Model Cahasi antara lain untuk memudahkan siswa dalam
menemukan gagasan atau ide, memudahkah siswa untuk mengkonstruksi pengalaman,
meningkatkan motivasi dan percaya diri, meningkatkan kreativitas siswa untuk
menulis, menumbuhkan kebiasaan menulis siswa, dan memudahkan guru dalam
mengajarkan menulis cerita pengalaman. Dengan menggunakan Cahasi, terbukti
bahwa siswa-siswi Najib mampu menulis cerita berdasarkan pengalaman dengan
jumlah kata yang ditentukan, pilihan kata yang tepat, dan ejaan yang benar.
Berkat Model Pembelajaran Cahasi,
Najib dapat menyabet gelar Juara I dalam ajang lomba Guru Berprestasi Nasional
2015. Sebuah prestasi dan penghargaan luar biasa yang membuatnya semakin bangga
menjalani profesi guru. Baginya, menjadi guru tak hanya sekadar pengabdian,
namun juga kesempatan untuk berkarya dan bermanfaat bagi umat manusia. ***
Ditulis tahun : 2015
Diterbitkan di Majalah Dikdas dan Guru (Kemendikbud)
Diterbitkan di Majalah Dikdas dan Guru (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment