Tak mudah mengajar kelas yang
berisikan 50 orang murid, apalagi membuat mereka semua memiliki nilai di atas
rata-rata dan meraih prestasi. Namun hal ini tak berlaku bagi SMA Sutomo 1
Medan. Bagi SMA Sutomo 1 Medan, memiliki banyak murid tak menjadi kendala
mencetak generasi berkualitas dan berprestasi. Sekolah yang terkenal dengan
jumlah siswa yang luar biasa banyak ini adalah salah satu sekolah terbaik di
Kota Medan, yang langganan menelorkan banyak sekali prestasi baik itu tingkat
kota, nasional, bahkan hingga internasional.
Betapa tidak, jumlah siswa
keseluruhan adalah sekitar 3.179 anak. Jumlah rombongan belajar adalah sebanyak
63 kelas. Maka, dalam satu kelas akan terdapat kurang lebih 50 anak. Sedangkan jumlah
guru sebanyak 158 orang. Namun dengan sedemikian banyak siswa tak menjadikan
pembelajaran di SMA Sutomo 1 Medan menjadi tak efektif. Bahkan yang
mengagumkan, SMA Sutomo 1 Medan berhasil memperoleh penghargaan sebagai salah satu
sekolah dengan Indeks Integritas Ujian Nasional terbaik di Indonesia. Artinya,
tingkat kejujuran siswa di sekolah yang terletak di Jalan Letkol Martinus Lubis
No. 7, Kota Medan ini masih dijunjung tinggi dan benar-benar diterapkan dengan
baik, terutama dalam Ujian Nasional.
Sejak berdiri tahun 1958, SMA
Sutomo 1 Medan sudah menjadi pilihan bagi banyak masyarakat di Kota Medan. Sekolah
ini didirikan oleh Yayasan Perguruan Sutomo. Pada tanggal 25 Februari 1958, beberapa
tokoh masyarakat yakni Soo Lean Tooi, Oei Moh Toan, Tan Wee Beng, dan Kho Peng
Huat memprakarsai pembentukan suatu yayasan yang bergerak di bidang pendidikan.
Niat ini timbul karena menyadari bahwa masyarakat Kota Medan pada saat itu
membutuhkan wadah yang dapat menyelenggarakan pendidikan dengan sistem
pendidikan nasional yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Di samping itu,
mereka ingin berpartisipasi aktif untuk menunjang program pendidikan dalam
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Nama Sutomo sendiri diambil dari kata ‘Su Tong’ yang berarti Sumatera Timur
dalam bahasa Tionghoa, yang akhirnya diubah dengan nama ‘Sutomo’ supaya lebih
terdengar meng-’Indonesia’.
Pada awalnya, Yayasan Perguruan
Sutomo hanya membuka sekolah SD, SMP dan SMA saja. Namun seiring berjalannya
waktu, minat dan permintaan masyarakat akan pendidikan usia dini begitu besar, sehingga
pada tahun 1964 dibukalah Taman Kanak-kanak Sutomo. Saat pendaftaran pertama
dibuka, TK Sutomo meraih siswa sebanyak 376 orang, dan ini pun sudah berkembang
dengan dibukanya kelas playgroup.
Pada tahun 1973, Yayasan
Perguruan Sutomo membangun gedung berlantai 3 yang digunakan untuk TK, SD, SMP,
dan SMA. Tahun 1978, TK dan SD berpindah tempat ke Jalan Jambi, Medan. Pada
tahun 1993, Yayasan Perguruan Sutomo membangun lagi gedung berlantai 5 di areal
yang lama. Saat ini luas sekolah di Yayasan Perguruan Sutomo total mencapai
150.000 m2 dengan luas bangunan 5.600 m2 dan luas ruang
terbuka hijau 3.500 m2.
Orientasi Studi ke Mancanegara
Di tingkat SMA, saat ini sekolah
dipimpin oleh Ir. Khoe Tjok Tjin. Beliau sudah berada di Yayasan Perguruan
Sutomo sejak tahun 1989. Awalnya, ia hanyalah seorang guru pengganti. Pada
tahun 1990, ia diangkat menjadi asisten laboratorium. Tahun 1991 ia naik lagi
dengan diangkat menjadi kepala laboratorium sekaligus koordinator atau ketua team teaching Kimia. Baru pada tahun
2010 ia diamanati untuk menjadi kepala sekolah hingga sekarang.
Menurut Khoe, ada banyak hal yang
membuat SMA Sutomo senantiasa menjadi sekolah swasta favorit di Kota Padang. Salah
satunya antara lain dari segi materi pelajaran yang berbeda dari sekolah lain. Kurikulum
yang digunakan di SMA Sutomo 1 Medan, selain menggunakan Kurikulum 2013, juga
dikombinasikan dengan kurikulum internasional, yang paling banyak mengacu ke
negara Singapura. “Kami mempersiapkan tamatan siswa kami ini bisa bersaing
dengan dunia internasional,” kata Khoe. Hal ini telah terbukti karena
siswa-siswi SMA 1 Sutomo Medan telah banyak sekali mengumpulkan berbagai
prestasi hingga ke tingkat internasional, salah satunya Olimpiade Internasional.
Di samping itu, sekitar 30% siswa SMA Sutomo 1 Medan melanjutkan pendidikannya
ke universitas-universitas di luar negeri, yang sebagian besar ditempuh melalui
jalur beasiswa berprestasi. Yang kerap menjadi langganan adalah NTU (Nanyang Technology University) di
Singapura.
Oleh karena itu, ketika
digulirkan kebijakan bahwa Ujian Nasional tak menjadi penentu kelulusan siswa,
hal ini tak terlalu menjadikan masalah bagi siswa-siswi di SMA Sutomo 1 Medan.
Pasalnya, mereka sudah dilatih untuk ‘siap tempur’ tak hanya untuk menundukkan
Ujian Nasional, melainkan juga soal-soal ujian yang sudah berskala
internasional. Mereka pun kerap dihadapkan pada banyak kesempatan untuk memperoleh
peluang pendidikan yang lebih tinggi melalui kompetisi global yang amat ketat.
Latih Diri Melalui Ujian
Demi menyiapkan persaingan yang
ketat dan hasil yang optimal, SMA Sutomo 1 telah menyiapkan berbagai kiat dan
metode yang diterapkan di sekolah. Selain kelengkapan fasilitas sarana dan
prasarana sekolah, siswa-siswi SMA Sutomo 1 Medan juga dibiasakan untuk
mengikuti ujian setiap bulan yang diadakan secara serentak bak ujian akhir
sekolah. Masa ujian ini dinamakan Pekan Bulanan. Saat pekan bulanan ini
berlangsung, siswa datang ke sekolah hanya untuk mengikuti ujian, satu hari
satu mata pelajaran. Ujian pekan bulanan ini dilakukan secara serentak mulai
dari kelas X hingga kelas XII. Sistem pengaturan tempat duduk pun diatur secara
acak sehingga dalam satu ruang ujian terdapat 25 siswa dari berbagai macam
kelas hingga tingkatan. Tujuannya adalah untuk meminimalisir kecurangan siswa
dalam mengerjakan ujian. Pengawasan ketat dilakukan di berbagai sisi. Sebelum
memasuki ruang ujian, petugas ujian memeriksa satu per satu siswa, bahkan tak
segan untuk meminta siswa membuka sepatu, kaus kaki, hingga ikat pinggang, tak
boleh membawa handphone ataupun kotak pensil. Nantinya, hasil ujian dikoreksi
dengan menggunakan sistem komputer, yang telah dilakukan SMA Sutomo 1 Medan
bahkan sejak tahun 1990an. Untuk lebih meminimalisir praktek kecurangan siswa
hanya menyantumkan nomor ujiannya saja pada lembar jawaban, sehingga tidak
perlu menuliskan nama.
Untuk soal essay, jawaban ujian
akan dikoreksi secara acak oleh guru lain yang telah ditunjuk kepala sekolah.
Yang jelas, guru tidak akan pernah mengoreksi lembar jawaban murid yang sedang
diajarnya, melainkan murid-murid dari kelas lainnya. Uniknya, soal-soal ujian
yang dikerjakan siswa tersebut beberapa nomornya menggunakan Bahasa Inggris,
dan nomor lainnya menggunakan Bahasa Indonesia. Menurut Khoe, hal ini untuk
melatih dan membiasakan siswa mengerjakan soal-soal dengan Bahasa Inggris,
karena dalam kompetisi internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris. Tim
pembuat soal adalah team teaching mata pelajaran yang telah
ditunjuk oleh kepala sekolah. Hasil ujian nantinya pun dapat dilihat siswa
maupun orangtua secara online.
Selain ujian bulanan, siswa-siswi
SMA Sutomo 1 Medan juga menghadapi ulangan/kuis dari guru masing-masing, ujian
tengah semester, ujian akhir semester, maupun Ujian Nasional. Tak heran jika
mereka sangat tertempa dengan berbagai ujian. Namun yang paling penting dari
itu semua adalah penegakan kejujuran dan kedisiplinannya. Menurut Khoe, sekolah
tak segan memberikan sanksi yang cukup tegas jika mengetahui ada siswa yang
melakukan kecurangan dalam ujian, misalnya menyontek ataupun memberi contekan.
Dengan aturan yang tegas ini, siswa-siswi SMA Sutomo 1 Medan terbiasa untuk
selalu bersikap jujur dalam mengerjakan ujian.
Mikha Claudia Layasina BR
Tarigan, siswi kelas XII IPA, mengaku bahwa ia tak pernah tertarik dengan
kegiatan menyontek atau memberi contekan saat ujian. Terlebih karena sistem
yang diterapkan di sekolah sewaktu ujian pun sudah sangat ketat dan peluang
untuk dapat menyontek kecil karena tempat duduk diatur secara acak. Menurutnya
ujian adalah ajang untuk mengetahui atau mengetes seberapa besar seseorang
menguasai ilmu, dan dapat menjadi tolok ukur serta refleksi untuk mendapatkan
yang terbaik di kemudian hari. “Kita juga harus ada keinginan untuk dapat nilai
bagus di ujian, karena kan kita sudah belajar. Kalau tidak dapat nilai bagus,
setidaknya kita mengetahui ukuran kita, sejauh mana kita menguasai ilmu,”
katanya.
Mengenai UN yang tidak lagi
menentukan kelulusan, siswi yang ingin melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ini berpendapat positif. “Ada sisi baiknya jika UN tak
lagi menentukan kelulusan siswa. Setidaknya, siswa tidak lagi berpandangan
bahwa apapun yang terjadi, ia harus mendapat nilai yang bagus, yang justru
membuat ia menghalalkan segala cara, bahkan yang tidak baik sekalipun, untuk
mendapat nilai baik,” ujarnya. Selain itu, Mikha juga berpendapat bahwa
kebijakan ini pun dapat memotivasi siswa untuk lebih serius belajar semua mata
pelajaran demi mendukung nilai
kelulusan, yang juga akan menjadi pertimbangan untuk masuk ke perguruan tinggi
pilihan.
Hal menarik lainnya di SMA Sutomo
1 Medan adalah bentuk raport siswa yang hanya selembar kertas dengan tulisan
yang terkomputerisasi. Yang menjadikan selembar kertas tersebut istimewa adalah
karena kertas raport tersebut dicetak secara khusus di PERURI, perusahaan yang
biasa mencetak uang kertas negara, sehingga kertas tersebut bisa diterawang. Dalam
kertas raport itu akan terlihat gambar tiga dimensi. Menurut Khoe, tujuan
digunakannya kertas tersebut adalah untuk mengantisipasi terjadinya pemalsuan
raport.
Selain itu, sekolah pun
menyiapkan tabulasi nilai, sehingga guru mengetahui berapa persen kelulusan
atau penguasaan ilmu murid-murid yang diajarnya. Dengan adanya tabulasi nilai,
hal ini memacu guru secara tidak langsung untuk berlomba-lomba menaikkan
rata-rata kelas. “Di tabulasi tersebut akan tampak berapa soal yang dikerjakan
siswa benar atau salah, dan berapa persen daya serap soal, berapa persen soal yang
dijawab benar oleh siswa. Dari situ kita bisa memantau apakah soal ini layak
atau tidak layak diujikan. Ini bisa untuk dijadikan analisa,” jelas Khoe.
Penyelenggaraan ujian-ujian dan
tuntutan kejujuran dalam mengerjakannya membuat siswa-siswi SMA Sutomo 1
terlatih untuk senantiasa menyiapkan diri menghadapi ujian. Untuk mempersiapkan
diri, mereka harus belajar keras, apalagi sekolah sudah memberikan pembimbingan
dan pemenuhan fasilitas sarana prasarana. Selain mengikuti pembelajaran pada
jam sekolah yakni pada pukul 07.30 – 14.50 wib, siswa-siswi SMA Sutomo 1 Medan
juga dapat mengikuti program bimbingan tambahan yang diadakan sekolah, dari
pukul 15.00 – 16.30 wib. Bimbingan ini bersifat tidak wajib, terbuka bagi siapa
saja yang mau mengikutinya. Kendati demikian, yang mengikuti kelas tambahan ini
umumnya mencapai hingga 1.000 siswa.
Ir. Herdyanto, salah satu guru
SMA Sutomo 1 Medan yang mengajar Matematika mengatakan bahwa sebagian besar
anak, terlebih anak IPA, sangat antusias belajar dan menimba ilmu di SMA Sutomo
1 Medan karena tujuan mereka kebanyakan melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
“Untuk mempersiapkan itu, mereka jadi banyak belajar. Dan seandainya mereka
merasa masih kurang dari gurunya, mereka juga ada yang privat di luar sekolah,”
katanya.
Tes IQ Saat Pendaftaran
Kualitas SMA Sutomo 1 Medan
senantiasa terjaga dari tahun ke tahun, meski menghasilkan banyak siswa-siswi
yang berprestasi tidaklah mudah. Target sekolah, setidaknya siswa mampu
memperoleh nilai minimal 7,5. Namun sejauh ini nilai siswa-siswi SMA Sutomo 1 Medan
justru rata-rata 9 ke atas. Mencetak siswa-siswi berkualitas ini tentu tak
lepas dari upaya sejak anak-anak masuk di SMA Sutomo 1 Medan. Sejak awal masuk,
Sekolah telah menerapkan sistem seleksi ketat pada calon siswa baru. Mereka tak
hanya diseleksi berdasarkan nilai akademik yang mereka bawa, melainkan sekolah
juga mengadakan tes IQ. “Ada anak yang IQ nya tinggi tapi waktu ujian nilainya
kurang bagus, atau sebaliknya. Dari sana, kami akan periksa, kombinasikan, dan
putuskan apakah diterima atau tidak,” kata Khoe.
Setelah siswa diterima, mereka
akan mengikuti program bimbingan motivasi dan pengarahan untuk siswa baru.
Dalam kegiatan ini, siswa diajak untuk lebih mengenal SMA Sutomo 1 Medan,
mengetahui peraturan-peraturan maupun budaya sekolah sehingga mereka, terutama
yang berasal dari luar yayasan (bukan tamatan SMP Sutomo) dapat menyesuaikan
diri dengan baik. Drs. Ponirin, M.Si., seorang guru Sejarah di SMA Sutomo 1
mengatakan bahwa program pengarahan ini bertujuan supaya anak-anak dapat
menjalankan kedisiplinan di SMA Sutomo 1. “Kami memberikan
perbandingan-perbandingan cara belajar dan menayangkan figur-figur yang
inspiratif di hadapan mereka, yang bertujuan untuk lebih memotivasi
mereka. Bagaimanapun, anak baru perlu
adaptasi, apa yang harus diketahui, apa yang harus dikerjakan, dan sebagainya.
Kalau anak-anak tidak tahu dengan situasi disini kan bisa terkejut, minder, dan sebagainya,” tuturnya.
Dalam kurikulumnya, SMA Sutomo 1
Medan juga memasukkan Pelajaran Bahasa Mandarin. Terlebih hampir 70% siswa-siswinya
berasal dari etnis tionghoa, dan 30% dari berbagai etnis lainnya. Namun
demikian, sekolah memberikan kelas khusus bagi siswa baru, terutama bagi mereka
yang sama sekali belum pernah belajar Bahasa Mandarin. “Yang kurang mampu belajar mandarin ini diberikan semacam
remedial pelajaran paling dasar dari Pelajaran Mandarin. Lama kelas ini sekitar
satu tahun. Tahun kedua diharapkan mereka bisa mengikuti pelajaran Bahasa
Mandarin di kelas regular bersama teman-temannya yang lain,” jelas Khoe.
Dibanding sekolah-sekolah swasta
lainnya dengan fasilitas setara, biaya untuk dapat bersekolah di SMA Sutomo 1
Medan tergolong murah. Iuran SPP per bulan siswa masih di bawah 1 juta rupiah.
Yayasan Perguruan Sutomo benar-benar berkomitmen untuk berkiprah di dunia
pendidikan demi memajukan pendidikan nasional, oleh karena itu sekolah tak
pernah memberatkan siswa dari sisi biaya. Sistem efisiensi benar-benar
diterapkan di sekolah ini. Misalnya, untuk pembayaran uang sekolah, SMA Sutomo
1 Medan memilih bekerjasama dengan bank daripada merekrut karyawan yang
menangani uang sekolah. Demikian pula untuk pembelajaran komputer, sekolah
bekerjasama dengan lembaga pendidikan komputer. “Kita tidak menggunakan guru
sendiri karena kita akan membutuhkan banyak guru nantinya,” kata Khoe.
Banyak Hadiah Bagi yang Berprestasi
Namun demikian, Yayasan pun amat
memperhatikan kinerja, prestasi, dan kesejahteraan guru maupun murid-murid
melalui berbagai macam stimulasi. Untuk siswa-siswa yang berprestasi, Yayasan
memberikan kompensasi berupa gratis SPP selama setahun untuk yang berprestasi
di tingkat Nasional, dan untuk yang berprestasi di tingkat Internasional akan
mendapat tambahan hadiah uang tunai dari Yayasan. Berbagai hadiah yang diterima
siswa karena mengikuti kejuaraan/kompetisi pun menjadi 100% hak milik siswa,
sehingga membuat siswa semakin bergairah dan termotivasi untuk terus mengikuti
lomba dan mencetak prestasi.
Sejauh ini, SMA Sutomo 1 Medan
tak hanya mampu mencetak prestasi di bidang akademis saja, namun juga di bidang
nonakademis. Salah satunya adalah di bidang olahraga, terutama bola basket.
Bahkan beberapa siswa ada yang telah tergabung dalam Tim Nasional Basket.
Seperti halnya siswa-siswa lainnya yang berprestasi di bidang akademik, mereka
pun mendapat beasiswa gratis sekolah selama setahun.
Untuk guru, menurut Khoe,
kesejahteraan guru-guru SMA Sutomo 1 Medan adalah prioritas utama. Gaji guru
didasarkan pada berapa jam mengajar yang ia dapatkan selama satu bulan. Selain
itu, jika guru rajin dalam hal absensi dan ketepatan waktu berangkat sekolah
pun akan mendapat tambahan insentif sebesar 20% dari gaji. Guru-guru yang
meraih prestasi dalam kompetisi maupun yang berhasil membina anak-anak didiknya
hingga meraih prestasi di tingkat nasional ataupun internasional akan
mendapatkan insentif 30 – 40 % dari gaji. Demikian pula untuk guru-guru maupun
staf yang mengabdi di atas 15 tahun, Yayasan akan memberikan penghargaan berupa
medali emas; misalnya yang mengabdi 15 tahun mendapat medali emas 15 gram, yang
mengabdi 25 tahun mendapat medali emas 25 gram, dan seterusnya. Dengan berbagai
insentif dan jaminan kesejahteraan, diharapkan guru menjadi lebih serius dalam
mendidik murid-muridnya.
Mengundang Penulis Buku
Meski demikian, guru pun dituntut
untuk senantiasa mampu membimbing murid-muridnya sekaligus menjaga ataupun
meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, sekolah pun tak kurang-kurang
dalam memfasilitasi peningkatan kompetensi guru. Ajang diskusi dan berbagi ilmu
kerap dilakukan. Di SMA Sutomo 1 Medan, kepala sekolah membentuk team teaching mata pelajaran, misalnya team teaching Kimia, team teaching Matematika, team teaching Biologi, dan sebagainya. Team teaching tersebut beranggotakan
guru-guru yang mengajar mata pelajaran dan dipimpin oleh seorang ketua team teaching yang bertugas menampung
aspirasi semua anggotanya dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Menurut
Khoe, sistem manajemen demikian juga cukup efektif dalam membantu pengelolaan
sekolah. “Jika ada permasalahan atau usulan misalnya untuk meningkatkan pengetahuan
guru, maka ketua team teaching
memberikan saran atau usulan tersebut pada kepala sekolah,” kata Khoe.
Upaya yang kerap dilakukan SMA
Sutomo 1 Medan untuk meningkatkan kompetensi guru antara lain dengan mengundang
dosen untuk melakukan pelatihan pada guru, atau mengundang penulis buku
pelajaran untuk melatih guru-guru. Saat ini SMA Sutomo 1 Medan telah bekerja
sama dengan Penerbit Erlangga, sehingga pelatihan-pelatihan semacam ini rutin
diadakan tiap tahun sekali, yakni ketika anak-anak libur sekolah, supaya tidak
mengganggu kegiatan belajar mengajar sekolah.
Asah Minat dan Jiwa Sosial
Supaya siswa-siswa tak menjadi
bosan berkutat dengan bidang akademis, SMA Sutomo 1 Medan pun telah menyediakan
wadah penyegaran minat melalui banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler. Di
samping itu, siswa pun dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
sosial, umumnya melalui wadah Sealnet. Melalui kegiatan ini, siswa dapat
mengasah jiwa sosialnya maupun melatih diri untuk terjun langsung ke masyarakat.
Misalnya dengan menyelenggarakan kegiatan jalan sehat sembari menggalang dana
untuk mereka yang membutuhkan ataupun mengunjungi dan mengadakan acara di
panti-panti sosial. “Semua ini idenya justru dari siswa. Tiap kali ada
kemalangan, jiwa sosial mereka langsung bergerak dengan mengumpulkan dana untuk
menyumbang,” cerita Khoe.
Demikian pula dengan solidaritas
para alumni SMA Sutomo 1 Medan. Mereka tak segan untuk terus mengeratkan ikatan
dan adakalanya bahkan saling membantu dan mendukung program-program sekolah.
Selain itu, sekolah pun kerap mendapat kunjungan dari berbagai sekolah,
organisasi, dan lain sebagainya, mulai dari dalam negeri hingga dari luar
negeri. Ini menjadikan SMA Sutomo 1 Medan memiliki kesempatan untuk saling
belajar dan berbagi ilmu. “Siapapun yang ingin melihat SMA Sutomo kami
persilahkan. Kita bisa saling tukar pengalaman dan saling mengisi, terlebih
karena tujuan kita adalah membangun dunia pendidikan,” tutur Khoe.
Ke depan, SMA Sutomo 1 Semakin
optimis untuk terus maju dan semakin berkembang demi menunjukkan kiprah yang
tak hanya di tingkat nasional,tapi juga di tingkat internasional. ***
Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SMA di Indonesia dengan Indeks Integritas Tertinggi (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment