Di kalangan dunia pesantren, nama
besar Pondok Pesantren Salafi Syafiiyah Sukorejo tentu sudah tak asing lagi.
Tak hanya terkenal di penjuru Indonesia, tapi pondok pesantren yang didirikan
sejak tahun 1914 ini pun telah dikenal hingga mancanegara seperti Malaysia,
Brunei Darussalam, hingga India. Jumlah santrinya cukup besar, hingga mencapai
15.000 orang. Namun demikian, pondok pesantren yang telah berdiri sejak empat generasi ini tak hanya fokus di bidang keagamaan saja, melainkan juga
pendidikan dan ekonomi.
Di bidang pendidikan, pondok
pesantren yang terletak di Desa
Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten
Situbondo, Jawa Timur ini telah menyediakan Sedikitnya
14 lembaga pendidikan formal yang saat ini tengah aktif, mulai dari jenjang PAUD,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga
Universitas Ibrahimi yang menyediakan program studi S-1 maupun S-2. Berdiri di
atas lahan seluas 11,9 hektar, Ponpes Salafiyah Syafi'iyah memiliki sekitar 12
gedung sekolah.
Sekilas Tentang PP Salafiyah Syafiiyah Sukorejo
Awalnya, areal Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo adalah
hutan belantara, yang dulunya dikenal dengan hutan Suko Belos, yang artinya kesatuan antara hutan dan pantai, sebelum
dikenal dengan nama Sukorejo. Penguasa waktu itu adalah Kaji Maiya. Sebutan
Kaji adalah untuk bangsawan setempat. Hingga kini, orang mengenal dan menyebut
kawasan itu Sukorejo, Asembagus, Situbondo. Padahal, Sukorejo ternyata adalah
dusun di Desa Sumberejo, Kecamatan Banyuputih, Eks Kawedanan Asembagus,
Kabupaten Situbondo. Hutan Suko
Belos ini terkenal sangat angker karena dihuni oleh binatang buas, bahkan konon
juga mahluk tak kasat mata. Tak seorang pun berani memasuki hutan tersebut
hingga pada tahun 1328 H / 1908 M, Kiai Haji Raden (KHR) Syamsul Arifin dan
beberapa orang santri yang menyertai dari Madura, membabat dan merambah hutan
tersebut untuk mendirikan sebuah pesantren dan perkampungan.
Nama lain dari KHR Syamsul Arifin adalah Raden
Ibrahim bin Ruham. Beliau adalah keturunan Sunan Ampel dari jalur sang ayah yang lahir di Madura, tepatnya di
Desa Kembang Kuning, Pamekasan, pada tahun 1841. Ketika menginjak remaja,
beliau menuntut ilmu di Makkah, Saudi Arabia. KHR. Syamsul Arifin memiliki seorang
istri bernama Siti Maimunah, yang memiliki garis keturunan dari Pangeran
Ketandur, cucu Sunan Kudus.
Proses
perambahan hutan kala itu kerapkali terhenti karena banyaknya binatang buas
yang menghuni Gunung Baluran. Namun, perjuangan berat itu pun akhirnya
membuahkan hasil, hingga berdirilah pondok pesantren yang masih berupa gubuk. Sejak tahun 1914, pesantren kecil itu
berkembang bersamaan dengan datangnya para santri dari wilayah sekitar
Karesidenan Besuki. Tahun itu pula kemudian dijadikan tahun berdirinya Pondok
Pesantren Salafiyah Syafiiyah.
Perkembangan selanjutnya, kawasan pondok pesantren yang letaknya 7
kilometer sebelah timur Asembagus (30 km arah timur kota kabupaten Situbondo) ini
lambat laun pun mulai didatangi masyarakat untuk kemudian menetap. Hutan yang
telah dirambah pun berkembang menjadi areal pertanian ladang dan kebun yang
hasilnya mulai bisa dirasakan penduduk. Pergaulan penduduk dengan pesantren pun
berlangsung harmonis.
Selain mengasuh beberapa santri, KHR Syamsul Arifin juga gemar membantu
masyarakat, khususnya dalam memberikan pertolongan pengobatan dan berbagai
persoalan pribadi. Lambat laun, nama KHR Syamsul Arifin mulai dikenal hingga ke
berbagai daerah, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, pertambahan
santri mulai tampak.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, Pondok Pesantren Sukorejo ini tidak
hanya menjadi pusat belajar, tapi juga sebagai pusat perjuangan kemerdekaan.
Para pejuang banyak ditampung di pesantren, sekaligus sebagai markas penyusunan
strategi melawan penjajah. Ketika itu, proses belajar mengajar baru bisa
dilaksanakan melalui sistem sorogan
dan bandongan.
KHR Syamsul Arifin sendiri wafat pada tahun 1951, dan kemudian
digantikan oleh KHR As’ad Syamsul
Arifin. KHR As’ad Syamsul Arifin lahir pada tahun 1897 di Mekah ketika
orangtuanya menunaikan ibadah haji. Beliau pernah belajar di Mekkah selama 3
tahun dengan berguru pada Sayyid Muhammad Amin Al-Qutby, Syekh Hasan Al-Massad,
Sayyid Hasan Al-Yamani dan Syekh Abbas Al-Maliki, serta beberapa ulama besar
lainnya. Sekembali ke Indonesia, beliau pun menimba ilmu di berbagai pesantren
di Indonesia, antara lain Pesantren Tebuireng pimpinan K.H. Hasyim Asyari,
Pondok Pesantren Demangan Bangkalan asuhan KH. Syaikhona Cholil, Pondok
Pesantren Panji, Buduran - Sidoarjo, Pondok Pesantren Tetango Sampang - Madura,
dan Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Selain mendalami ilmu agama, beliau
juga cukup aktif di organisasi dan pemerintahan. Setelah pemilu 1955, Kyai
As’ad menjadi anggota konstituante sampai tahun 1959, dan pada tahun 1971
beliau menjadi anggota DPRD Kabupaten Situbondo.
Di bawah tampuk kepemimpinannya, banyak
perubahan yang terjadi di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, baik sistem
pendidikan maupun pengelolaan administrasi. KHR As'ad Syamsul Arifin dipandang sebagai sosok yang memajukan Ponpes Salafiyah Syafi'iyah,
terutama dengan mendirikan Ma'had Ali (Pesantren Tinggi) di pesantren tersebut.
Para pengajarnya adalah ulama besar yang didatangkan dari Makkah serta beberapa
ulama terkemuka Indonesia. Sistem
belajar mengajar dan pendidikan pun mulai dikembangkan ke sistem klasikal
dengan didirikannya berbagai lembaga pendidikan, seperti Madrasah Ibtidaiyah,
Tsanawiyah, Aliyah, SD, SLTP, SLTA, sampai perguruan tinggi.
Setelah wafatnya KHR As’ad Syamsul Arifin pada tahun 1990, puteranya pun
menggantikan tampuk kepemimpinan di Pondok Pesantren, yakni KHR Ahmad Fawaid As’ad Syamsul Arifin. Lahir pada
tanggal 17 Nopember 1968, beliau merupakan ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang
berpengaruh.
Dalam kepemimpinannya, beliau membenahi sistem manajemen pondok dengan menyesuaikan perkembangan zaman. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah menerapkan manajemen terbuka, yang mana dalam hal ini diadakan pemilihan beberapa santri yang mempunyai prestasi agar bisa memegang posisi penting dalam kepengurusan pondok pesantren. Penerapan sistem ini ternyata membuahkan hasil yang menakjubkan. Pondok pesantren Salafiyah pun semakin berkembang dengan pesat. Sayangnya, beliau meninggal di usia muda, yakni pada usia 43 tahun dikarenakan sakit. Sepeninggal beliau, tampuk kepemimpinan pun dialihkan kepada KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, yang merupakan cucu KHR. As'ad Syamsul Arifin.
Dalam upaya mewujudkan pendidikan modern sesuai kebutuhan zaman,
berbagai lembaga pendidikan kejuruan dan keahlian pun didirikan, seperti
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Lembaga Kader Ahli Fiqh Ma’had Aly dan
Madrasatul Qur’an sebagai lembaga kajian dan pendalaman ilmu-ilmu Al Qur’an.
Termasuk lembaga ekonomi Koperasi. Lembaga-lembaga informal seperti kursus dan
pelatihan juga turut mewarnai perkembangannya. Ciri
khas pondok ini adalah perpaduan antara sistem salaf dan modern.
Di usianya yang genap satu abad (1914-2014), jumlah
santri yang aktif mondok di pesantren yang menjadi salah satu basis Nahdhatul
Ulama (NU) ini tembus angka 15.500 orang, termasuk tenaga pengajar dan staff
yang mencapai seribuan orang. Untuk mengimbangi jumlah santri yang membludak,
pembangunan berbagai fasilitas pendukung berkembang pesat. Gedung-gedung
bertingkat; asrama, ruang belajar, perumahan bagi pengurus dan masyaikh
(ustaz/guru) pesantren berjejeran di seantaro kampung Sukorejo.
Siapkan Generasi Melalui SMK
Salah satu lembaga pendidikan formal yang didirikan PP Salafiyah
Syafi’iyah Sukorejo adalah sekolah menengah kejuruan, yang terdiri dari SMK
Ibrahimy 1 dan SMK Ibrahimy 2. Perbedaan kedua SMK tersebut adalah, para siswa
di SMK Ibrahimy 1 adalah para santri yang juga tinggal/mondok atau menuntut
ilmu di pondok pesantren, sedangkan para siswa di SMK Ibrahimy 2 umumnya adalah
golongan masyarakat yang tidak tinggal di pondok pesantren.
Dikarenakan seluruh siswanya juga adalah santri yang mondok di PP Salafiyah
Syafi’iyah Sukorejo, maka lokasi sekolah pun masih berada di wilayah pondok
pesantren. Menempati lahan seluas 18.428 m2, wilayah sekolah terbagi
dalam dua gedung, yakni gedung khusus putera dan gedung khusus puteri. Saat
ini, SMK Ibrahimy 1 Sukorejo menawarkan tujuh kompetensi keahlian, yakni
Jurusan Akuntansi, Pemasaran, Perkantoran, Teknik Komputer dan Jaringan,
Agribisnis Perikanan, Keperawatan, Farmasi, dan Multimedia.
Awal didirikan pada tahun 1985, SMK Ibrahimy 1 Sukorejo masihlah bernama SMEA, hingga kemudian berubah menjadi
SMK Ibrahimy 1 Sukorejo. Jumlah kompetensi keahliannya pun awalnya hanyalah
dua, yakni Teknik Komputer Jaringan dan Akuntansi. Namun seiring waktu, SMK Ibrahimy 1 Sukorejo semakin berkembang,
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah pun semakin besar sehingga banyak anak
yang memilih kemudian memilih bersekolah di sini.
Menurut Umar Hasan, M.Pd.I., kepala SMK Ibrahimy 1 Sukorejo,
jumlah total siswa di tahun ajaran 2015/2016 ini sebanyak 2.673 anak, yang
terbagi dalam 84 rombongan belajar. SMK yang berdiri sejak tahun 1985 ini pun
telah ditetapkan sebagai SMK Rujukan di Kabupaten Situbondo. Fasilitas sarana
dan prasarana telah cukup memadai, meskipun jumlah ruang kelas dirasa masih
belum mencukupi lantaran tiap tahun peminat yang ingin masuk ke SMK Ibrahimy 1
Sukorejo ini selalu membludak hingga lebih dari 1000 anak.
Meski demikian, SMK Ibrahimy 1
Sukorejo pun menerapkan sistem tes masuk untuk menyeleksi siswa baru, antara
lain dengan tes tulis. Ini untuk menentukan sekaligus mencocokkan apakah
jurusan yang dipilih siswa memang benar-benar sesuai dengan minat, bakat, serta
kemampuannya, atau tidak. Khusus untuk jurusan Farmasi dan Keperawatan,
diberlakukan pula tes buta warna.
Dikarenakan SMK Ibrahimy 1
Sukorejo ini berbasis pesantren dan berada di wilayah pondok pesantren, maka
jam sekolah pun harus menyesuaikan kegiatan di pondok pesantren. Para santri,
yang juga siswa SMK Ibrahimy 1 Sukorejo memiliki jadwal yang cukup padat selama
berada di pondok pesantren. Kurrotul Faizah, siswi kelas XII Jurusan Pemasaran
mengungkapkan bahwa jadwal santri di sini sangat padat, antara lain dimulai
sejak pukul 03.00 dini hari para santri harus bangun untuk menunaikan shalat
tahajjud dan mengaji. Sekitar pukul 04.00 diadakan shalat subuh berjamaah.
Hal menarik di PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, terdapat
Asrama Bahasa bagi para santri yang berminat belajar lebih dalam untuk
menguasai bahasa Inggris dan bahasa Arab. Usai shalat shubuh, santri yang
mengikuti Asrama Bahasa ini akan mengikuti kegiatan pembelajaran
vocabulary dan mufrodat. Selama di Asrama Bahasa, para santri harus berbicara
bahasa Inggris dan bahasa Arab secara bergantian tiap minggu sekali, sesuai
jadwal. “Kalau melanggar, misalnya bicara bahasa Indonesia, maka akan ada
sanksinya, misalnya disuruh pidato. Pengurus asrama bahasa memiliki mata-mata
dan kita tidak tahu siapa yang menjadi mata-mata tersebut,” ujar Faiz.
Pukul 05.00 – 06.30 wib adalah
waktu untuk mandi, kemudian para santri wajib mengikuti sekolah diniyah, yakni
pembelajaran agama Islam, hingga pukul 10.00 wib. Usai shalat dhuhur berjamaah,
pukul 12.45 para santri mengikuti pembelajaran di pendidikan formal (SD, SMP,
SMA, SMK, atau Madrasah) hingga pukul 16.30 wib. Setelah shalat maghrib dan
isya berjamaah, para santri mengikuti kegiatan al barqi, yakni mengaji alquran atau
salaf sampai pukul 21.00 di kamar asrama, dipimpin oleh kepala asrama. Baru
setelah pukul 21.00 adalah kegiatan bebas. Para santri yang memiliki tugas
sekolah bisa mengerjakan tugas atau belajar pada waktu tersebut.
Meski harus menghadapi jadwal dan
peraturan yang ketat, namun Faiz mengaku merasa tak keberatan dan sudah biasa
dalam mengatur waktu. Siswa asal Banyuwangi ini mengatakan bahwa sejak awal ia
memang telah membulatkan tekad untuk menjadi santri di PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo dan bersekolah di sini. “PP
Sukorejo ini sudah sangat terkenal, kakak saya pun dulunya adalah jebolan sini.
Selain itu, saya juga ingin mendapatkan barokah dengan berguru di PP Sukorejo
ini. Saya senang berada di sini karena selain banyak mendapatkan ilmu dan bekal
baik untuk di dunia maupun di akhirat, kiainya juga sangat berkharisma,”
katanya.
Siswi yang pernah mewakili
sekolah dalam ajang LKS hingga tingkat provinsi ini juga mengatakan bahwa
niatnya memilih SMK juga tak lepas dari cita-citanya yang ingin menjadi seorang
pengusaha di masa depan. “Suatu saat, saya ingin membuka usaha rumah coklat dan
sebuah kafe yang akan saya beri nama kafe kafi, berasal dari bahasa Arab yang
artinya cukup. Jadi, siapapun yang masuk ke kafe saya tersebut akan merasa
tercukupi,” ucapnya dengan berbinar. Menurutnya, SMK Ibrahimy 1 Sukorejo adalah sekolah yang paling
tepat untuk memberinya bekal skill dan kompetensi serta mempersiapkannya untuk
menjadi seorang pengusaha. Terlebih fasilitas sekolah dan para gurunya pun
menurutnya sudah sangat baik dan mencukupi, sehingga membuatnya merasa
terjamin.
Di samping itu, yang membuat Faiz
merasa betah bersekolah di SMK Ibrahimy 1 Sukorejo adalah padatnya kegiatan di sekolah dengan
program-program yang menarik, tak monoton dengan pembelajaran sekolah saja.
“Pada waktu tertentu, sekolah mengadakan Akademi Kreativitas Ibrahimy (AKI),
semacam sekolah seni, yang berlangsung selama 3 bulan. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap tahun. Siswa bisa memilih, kegiatan seni apa yang ingin
diikutinya, sesuai minat maupun bakatnya. Mereka harus mendaftar dan mengikuti
tes. Setiap akhir bulan ada konser dan ada yang dieliminasi, sampai menjadi 7
besar,” cerita Faiz.
Ada pula kegiatan Pramaulid dan
Imtihan untuk memberikan wadah dan ruang pada potensi para santri dalam bentuk
perlombaan seperti lomba pidato, lomba karya siswa, lomba drama puisi, dan
sebagainya. Digelar juga event menjelang Maulid Nabi, dimana dalam even
tersebut, seluruh wali santri akan hadir, sehingga ini dapat memberikan
motivasi pada anak-anak untuk menjadi pemenang lomba di tingkat pondok
pesantren.
Bakat dan pontensi siswa di luar
pelajaran akademik pun dapat diasah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Ada 12
kegiatan ekstrakurikuler yang tersedia di sekolah, antara lain PMR, English
Club, Seni Musik Marawis, Pramuka, dan lain sebagainya. Kegiatan ekskul biasa
dilaksanakan pada hari Jumat ketika sekolah libur. Tak seperti sekolah pada
umumnya, di SMK Ibrahimy 1 Sukorejo,
dikarenakan berbasis pesantren, hari libur sekolah ditetapkan pada hari Jumat,
sedangkan pada hari Minggu sekolah tetap masuk seperti biasa.
Motivasi Guru dan Pengabdian
Sebagai sekolah dengan kapasitas
yang cukup besar, SMK Ibrahimy 1 Sukorejo memiliki 105 orang guru, termasuk
guru Bimbingan Konseling. Klasifikasi guru terdiri dari guru tetap dan guru
tidak tetap. Jumlah guru tetap hingga saat ini sebanyak 70 orang. Sedangkan
pengertian guru tidak tetap, menurut Umar Hasan, adalah guru yang mengajar di
SMK Ibrahimy 1 Sukorejo dengan
status diperbantukan, sedangkan ia juga mengajar di sekolah lain sebagai
sekolah induknya.
Sejauh ini, menurut Umar Hasan,
kendala yang dihadapi sekolah dalam penyediaan tenaga guru adalah dalam
menyediakan tenaga guru produktif, misalnya untuk jurusan Farmasi. “Mencari
guru farmasi itu susah sekali, hingga akhirnya kami bekerja sama dengan RSUD
Situbondo supaya mereka dapat menyediakan tenaga pengajar untuk diperbantukan
mengajar di sini. Namun kami juga berencana untuk memiliki guru tetap dengan
cara menyekolahkan guru yang ada di sini. Tahun ini kami sudah menyiapkan 1
guru tetap farmasi dan 2 guru tetap keperawatan. Ini juga untuk meningkatkan
pengabdian mereka,” kata Umar Hasan.
Banyak strategi yang dilakukan
Yayasan PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo untuk meningkatkan pengabdian guru,
antara lain memenuhi kebutuhan guru. Misalnya, menyediakan perumahan bagi guru
ataupun ustadz di lingkungan pesantren, meski statusnya hanya hak pakai.
Kendati demikian, guru juga diberi kebebasan untuk tinggal di luar pesantren
asalkan tidak terlalu jauh dari sekolah untuk memudahkan mobilitas.
Dalam proses perekrutan guru,
pengambil keputusan ada di tangan Yayasan maupun sekolah. Menurut Ahmad,
persyaratan penerimaan guru di PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo antara lain
kualifikasi minimal S-1 dengan bidang yang sesuai dengan yang diampu, memiliki
akta mengajar, dan tentunya memiliki pengetahuan dan keyakinan sebagai umat
Islam.
Sejauh ini, Umar Hasan
mengungkapkan bahwa setiap guru yang diterima bekerja di Yayasan PP Salafiah
Syafi’iyah Sukorejo merasa amat bangga dan bahagia. Kebanggaan mereka lebih dikarenakan
nama besar PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo, dan mereka pun umumnya memiliki
niat dan motivasi mengajar yang tulus, hanya mengharapkan keberkahan dari
pengabdiannya pada PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo.
Gamaruddin Zuhri, S.E., guru
Jurusan Pemasaran yang telah mengajar di SMK Ibrahimy 1 Sukorejo sejak tahun 1988 adalah contohnya. Sebagai guru senior,
ia merasa bahwa satu-satunya keinginannya hanyalah memberikan pengabdian kepada
Yayasan PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo karena ia sendiri telah cukup lama
berada di lingkungan pondok pesantren, bahkan sejak masih sangat belia. Kedua
orangtuanya pun sebelumnya juga alumni PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo,
sehingga ia pun merasa memiliki ikatan batin yang kuat dengan pondok pesantren.
Meski ia telah menjadi guru
senior, namun semangat dan motivasi Gamaruddin pun tak kalah dengan guru-guru
muda. Menurutnya, menjadi guru tak sekadar memiliki kewajiban untuk transfer
ilmu yang dimilikinya, namun juga berkewajiban untuk terus mengembangkan
kompetensinya supaya ilmu yang diberikan pada siswa-siswanya selalu seiring
dengan perkembangan zaman. Sebagai guru Jurusan Pemasaran, ia pun memiliki misi
untuk mempersiapkan generasi yang lebih mandiri di bidang wirausaha maupun
tenaga industri yang kompeten. “Jurusan Pemasaran ini memiliki banyak peluang;
siswa nantinya bisa menjadi pengusaha, bisa pula menjadi pekerja. Di sini, saya
mengajarkan anak untuk bisa menjadi manager usia sekolah. Oleh karena itu, saya
membina mental anak-anak supaya dapat memasarkan dengan baik tanpa merasa malu,”
terangnya.
Dalam meningkatkan kompetensinya,
Gamaruddin tak segan untuk belajar melalui berbagai sumber maupun media, baik
itu melalui internet hingga mengikuti berbagai pelatihan, seminar, ataupun
workshop. Kegiatan MGMP di tingkat sekolah pun menurutnya cukup aktif, sehingga
para guru dapat saling berbagi ilmu untuk perkembangan bersama.
Menurut Ahmad Baihaqi, M.H.I.,
Kepala Bagian Pendidikan Umum PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo, para guru yang
mengabdi di PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo selalu didorong untuk mengembangkan
kompetensinya seiring dengan perkembangan zaman dan keilmuan. Bahkan Yayasan
tak segan untuk memberikan reward
maupun beasiswa pendidikan kepada guru secara full dengan jaminan pengabdian. “Setiap tahun selalu ada reward atau hadiah bagi guru yang
berprestasi, yang kalau di sini istilahnya guru teladan. Nantinya, dia juga
bisa kita proyeksikan sebagai pimpinan,” katanya.
Para guru di SMK Ibrahimy 1 Sukorejo juga tak lepas dari
supervisi dan penilaian. Setiap bulan, selalu ada evaluasi rutin para guru,
baik itu tentang kerajinan, kepatuhan, kreativitas dalam mengajar, dan
sebagainya. Jika guru tak dapat memenuhi target sekolah, sanksi pun
diberlakukan, mulai dari skorsing hingga pemberhentian. “Kami menerapkan sistem
skor. Guru yang kreatif atau yang memiliki kelebihan lain mendapat skor lebih
bagus, dan ini yang menilai adalah kepala sekolah yang dibantu oleh
wakil-wakilnya. Guru yang tidak mau berubah, selalu kita beri motivasi dan
ingatkan,” kata Umar Hasan.
Demi memacu kreativitas guru dan
mempermudah penilaian terhadap guru, sekolah berencana untuk membuat
pembelajaran dan penilaian berbasis aplikasi. “Kami bekerja sama dengan School Media. Programnya berbentuk
aplikasi untuk memudahkan guru dalam memberi penilaian. Penilaian berbasis
aplikasi ini juga memacu guru untuk memberikan penilaian secara jujur karena
nantinya nilai itu bisa diakses oleh berbagai pihak. Di samping itu, kami juga
bisa mengontrol kapan guru melaksanakan ulangan harian, dan sebagainya,” terang
Umar Hasan.
Siti Maesaroh S.Pd., guru tidak
tetap yang mengajar Bahasa Inggris di SMK Ibrahimy 1 Sukorejo pun merasa tak keberatan dengan berbagai aturan ketat
sekolah maupun Yayasan. Wanita yang mengabdi sejak tahun 1989 di Yayasan PP
Salafiah Syafi’iyah Sukorejo justru merasa terpacu untuk terus meningkatkan
diri, terlebih karena evaluasi dilaksanakan secara transparan. Ia mengaku
merasa sangat senang dapat mengabdikan dirinya di PP Salafiah Syafi’iyah
Sukorejo dan bertekad untuk terus mengabdi sampai kapanpun.
Di samping itu, ia pun memiliki
kepuasan tersendiri saat mengajar anak-anakdi SMK Ibrahimy 1 Sukorejo yang menurutnya memiliki banyak
kelebihan. “Anak anak disini saya kategorikan excellent karena umumnya mereka punya keberanian untuk berkomunikasi
dan menyampaikan pendapat dalam bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan di sini ada
Asrama Bahasa, juga ada English Club, sehingga mereka sudah terbiasa berbicara
bahasa Inggris,” katanya.
Sinergi dengan Dudi dan Lini Usaha Yayasan
Sebagai sekolah menengah kejuruan
yang juga menitikberatkan pada skill
dan pengalaman siswa, SMK Ibrahimy 1 Sukorejo
pun menghimpun beberapa dudi dalam jalinan kerjasama. Bentuk kerjasama tersebut
tak hanya sebatas sebagai tempat prakerin saja, namun juga berbagai aktivitas yang
saling menguntungkan satu sama lain.
Untuk kegiatan prakerin siswa,
SMK Ibrahimy 1 Sukorejo memiliki kebijakan berbeda dengan sekolah menengah
kejuruan lain seperti pada umumnya. Di sekolah ini, rentang waktu prakerin
hanya dilaksanakan selama satu bulan sepuluh hari saja lantaran SMK Ibrahimy 1
Sukorejo adalah sekolah yang berbasis pesantren. Kegiatan pesantren anak harus
lebih diutamakan, sehingga anak tidak bisa meninggalkan kegiatan pesantren
terlalu lama.
Ahmad Shiddiq, S.H.I., salah satu
pihak du/di yang telah bekerja sama dengan SMK Ibrahimy 1 Sukorejo sejak tahun
1991 mengaku merasa terbantu dengan adanya siswa yang melakukan prakerin di
tempat usahanya, yakni sebuah toko alat tulis dan perkantoran. Baginya, membuka
kesempatan siswa SMK Ibrahimy 1 Sukorejo
untuk melaksanakan prakerin di tempat usahanya juga merupakan bentuk simbiosis
mutualisme yang saling menguntungkan kedua belah pihak. “Karyawan saya jadi
mendapatkan banyak tambahan pengetahuan teori dari siswa-siswa prakerin. Dulu,
banyak karyawan saya yang masih belum paham bagaimana membuat neraca keuangan,
dan sebagainya. Kini mereka banyak terbantu berkat adanya anak-anak prakerin.
Sedangkan siswa prakerin juga mendapatkan pengalaman praktek di sini,” ujarnya.
Menurut Ahmad Shiddiq, ia membuka
kesempatan prakerin untuk siswa dari beberapa jurusan, antara lain Jurusan
Akuntansi untuk di kasir, Jurusan Pemasaran untuk penataan produk, dan Jurusan
Teknik Komputer Jaringan untuk IT-nya. Ia juga tak hanya memberi kesempatan
siswa-siswi dari SMK Ibrahimy 1 saja, melainkan juga siswa-siswi dari sekolah
lainnya untuk magang di tempat usahanya. Hanya saja, menurutnya tetap ada beda
antara siswa-siswi SMK Ibrahimy 1 Sukorejo
yang terbiasa dengan kultur pondok pesantren dengan siswa-siswi SMK lainnya.
Khusus untuk siswa-siswi Ibrahimy 1 yang melakukan prakerin di tempat usahanya,
ia bahkan tak segan untuk mengantar jemput mereka dari pondok pesantren ke
tempat usahanya.
Dalam soal perekrutan, Ahmad
Shiddiq mengaku bahwa ia lebih banyak berharap lulusan SMK Ibrahimy 1 Sukorejo Sukorejo dapat bekerja di tempat usahanya. Namun demikian,
menurutnya sejauh ini hampir 70% lulusan SMK Ibrahimy 1 memilih untuk
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Ibrahimy dikarenakan fakultas atau
jurusan yang ada di perguruan tinggi Ibrahimy sebagian besar sama dengan
jurusan yang ada di SMK, sehingga siswa-siswi merasa akan lebih mantap jika
mereka mendapatkan ilmu lebih dalam lagi di bangku perguruan tinggi sebelum
turun ke masyarakat.
Misalnya Jurusan Perikanan pun
tersedia di perguruan tinggi Ibrahimy, sehingga lulusan SMK Ibrahimy 1 Sukorejo Jurusan Perikanan dapat
langsung melanjutkan studi ke perguruan tingginya dengan jurusan yang sama.
Pertimbangan Yayasan membuka Jurusan Perikanan baik di SMK maupun di Perguruan
Tinggi antara lain karena letak pondok pesantren berada di antara dua pelabuhan, yakni
Pelabuhan Jangkar dan Pelabuhan Kalbut. Potensi perikanan di Situbondo pun
sangat besar, dan ini juga dimanfaatkan oleh Yayasan PP Salafiah Syafi’iyah
Sukorejo dengan membuka berbagai unit usaha, antara lain pabrik es untuk
kebutuhan perikanan, produk olahan ikan, dan lain sebagainya.
Kegiatan unit produksi SMK
Ibrahimy 1 Sukorejo pun tak lepas dari lini usaha dan perekonomian Yayasan PP
Salafiah Syafi’iyah Sukorejo. Siswa-siswi SMK Ibrahimy 1 Sukorejo mendapat
kesempatan untuk mengembangkan diri melalui pengalaman praktek kerja pada
lini-lini usaha Yayasan PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo. Beberapa lini usaha
tersebut antara lain Koperasi PP Salafiah Syafi’iyah Sukorejo, Percetakan,
Studio Foto, Pabrik Es, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk unit produksi
sekolah yang dikelola per jurusan antara lain produksi seragam siswa baru,
produksi abon ikan dan sosis ikan, jasa service dan instal komputer, dan lain
sebagainya. Menurut Umar Hasan, segmen pasar dari unit produksi sekolah
sebagian besar masih mencakup kalangan sendiri karena penyediaan untuk kalangan
sendiri saja sudah cukup besar. Yang terpenting adalah bagaimana mendidik siswa
untuk memiliki jiwa entrepreneur sebagai bekal mereka ketika terjun ke dunia
masyarakat nantinya.
Dari sisi prestasi, kiprah SMK
Ibrahimy 1 Sukorejo pun terbilang tak kalah, bahkan cukup diperhitungkan,
terutama untuk kawasan Situbondo dan sekitarnya. Beberapa kali, siswa telah
mampu melampaui kejuaraan LKS hingga tingkat provinsi. Dalam ajang lomba MTQ
pun juga tak ketinggalan, hingga tingkat provinsi.
Seiring waktu, SMK Ibrahimy 1
Sukorejo optimis bahwa kiprah sekolah ke depan akan semakin jelas dalam
berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia berlandaskan
keyakinan, iman dan taqwa. ***
No comments:
Post a Comment