Saat menyusuri Jalan Kramat di
Pagentan, Singosari, Malang, Jawa Timur, suasana religius akan terasa kental.
Berbagai macam pondok pesantren maupun sekolah-sekolah islami memenuhi tiap
ruas dalam ini. Namun di antara sekian banyak pondok pesantren yang berjajar,
hanya Pondok Pesantren Al Ishlahiyah yang memiliki sekolah kejuruan, yakni SMK
Terpadu Al Ishlahiyah. Sebagai satu-satunya SMK di kawasan pondok ini, tentu
SMK Terpadu Al Ishlahiyah menjadi pilihan utama
bagi masyarakat yang memiliki tujuan untuk mendapatkan pendidikan dengan
hasil siap kerja, selain mendapatkan pendidikan ilmu agama.
Sejarah Pondok Pesantren Al Ishlahiyah
Diresmikan pada tahun 2005, SMK
Terpadu Al Ishlahiyah atau yang lebih populer dengan sebutan Smektis ini
didirikan oleh Yayasan Pondok Pesantren Al Ishlahiyah yang berada di Singosari,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah sendiri didirikan
sejak tahun 1955 oleh Almarhum KH. Mahfudz Kholil bersama sang istri, Hj.
Hasbiyah Hamid (putri Almarhum KH. Abdul Hamid Hasbullah (adik kandung pendiri
NU, KH. Abdul Wahab Hasbullah, Tambakberas Jombang)). KH. Mahfudz adalah adik
ipar KH. Masykur, Menteri Agama RI era Presiden Soekarno.
Seiring dengan didirikannya PGANU
(Pendidikan Guru Agama Nahdatul Ulama) di lingkungan Perguruan Nahdatul Ulama
Singosari (kini dikenal sebagai Yayasan Pendidikan Almaarif) oleh KH. Masykur,
banyak murid PGANU dari luar Singosari yang mengaji ke Ibu Hasbiyah sekaligus
tinggal menetap di keluarga H. Mahfudz. Bersamaan dengan gairah pergerakan
Nahdatul Ulama saat itu, maka H. Mahfudz mengorganisir para santri yang mengaji
di rumah beliau dengan membentuk komisariat IPPNU (Ikatan Pelajar Putri
Nahdatul Ulama) yang diberi nama Al-Ishlah (yang berarti maju/damai). Sejak
saat itulah kediaman keluarga H. Mahfudz mulai dikenal dengan sebutan Pesantren
Putri Al-Ishlah, dengan santri yang menetap sekitar 50 orang. Belakangan, nama
Al-Ishlah diubah menjadi Al-Ishlahiyah.
Dari waktu ke waktu, jumlah
santri pun makin bertambah. KH.Mahfudz terus berpikir bagaimana sistem belajar
mengajar di Pesantren Putri Al-Ishlahiyah bisa terus maju, sehingga pada tahun
1983 mulailah dirintis model pengajian klasikal dalam bentuk Madrasah Diniyah.
Dan pada tahun yang sama, KH. Mahfudz mengupayakan penguatan lembaga pesantren
dengan mencatatkannya kepada notaris. Dua tahun kemudian KH.Mahfudz Kholil
berpulang ke rahmatullah saat menunaikan ibadah haji tahun 1985, dengan
meninggalkan beberapa rencana pengembangan unit-unit kegiatan di lingkungan
Pondok Pesatren Al-Ishlahiyah.
Sepeninggal KH.Mahfudz, Ibu Nyai
Hasbiyah Hamid bersama putra-putrinya bertekad untuk melanjutkan cita-cita
almarhum. Dan kini, Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah telah berkembang
dengan berbagai unit kegiatan sebagaimana yang di cita-citakan pendiri. Unit-unit
kegiatan yang sekarang diselenggarakan di Yayasan Pondok Pesantren
Al-Ishlahiyah antara lain Pondok Pesantren Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun
1955), Pondok Pesantren Putra Al-Ishlah (sejak tahun 1986), Madrasah
Diniyah Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun 1987), Madrasah Diniyah
Putra Al-Ishlah (sejak tahun 2005), PUAN Amal Hayati (Woman Crisis Centre)
Al-Ishlahiyah (sejak tahun 2002), SMK Terpadu Al-Ishlahiyah (sejak tahun 2005),
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Al-Ishlah (sejak tahun 2006), Play
Group Al-Ishlah (sejak tahun 2007), dan Sekolah Kesetaraan "Nawa
Kartika" (sejak tahun 2007). Saat ini, Yayasan Pondok Pesantren Al
Ishlahiyah dipimpin oleh Hj. Anisah Mahfudz, M.AP.KH.
Di samping unit-unit kegiatan
tersebut, secara berkala Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Singosari juga
menyelenggarakan program pendidikan ketrampilan praktis bagi santri dan
masyarakat sekitar, disamping juga menyelenggarakan bakti sosial kepada
masyarakat.
SMK Terpadu Al Ishlahiyah
SMK Terpadu Al Ishlahiyah sendiri
telah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Bahkan kini sekolah ini pun
telah didaulat sebagai sekolah rujukan berbasis pesantren di Kabupaten Malang.
Sebagai sekolah rujukan, SMK Terpadu Al Ishlahiyah tentu menyiapkan diri untuk
menjadi sekolah berdaya saing tinggi dalam menyiapkan generasi bangsa siap
kerja, terutama menghadapi era global. Meski usianya masih relatif muda,
sekolah ini secara terus menerus melakukan upaya perbaikan dan pengembangan
dalam rangka menciptakan satuan pendidikan yang bermutu.
Sesuai dengan namanya (SMK
Terpadu Al-Ishlahiyah), sekolah ini adalah SMK yang terpadu dengan Pesantren
Al-Ishlahiyah, di samping terpadu lokasinya (berada di lingkungan pondok
pesantren) juga terpadu kurikulumnya (selain mendapatkan materi SMK, siswa juga
diberi materi pendidikan pesantren). Perpaduan antara kurikulum nasional dan
kurikulum pesantren mewujudkan integrasi antara akal dan iman, sehingga
diharapkan lulusan SMK Terpadu Al-Ishlahiyah di samping memiliki kemampuan
profesional dalam bidang teknologi informasi dan tata busana, lulusan juga
memiliki kemampuan agama yang mumpuni dan berbudi pekerti luhur.
Hingga saat ini, ada 4 paket
keahlian yang ditawarkan SMK Terpadu Al Ishlahiyah, antara Jurusan Administrasi
Perkantoran, Jurusan Busana Butik, Jurusan Multimedia, dan Jurusan Teknik
Komputer Jaringan. Pada tahun ajaran 2015/2016, jumlah total siswa sebanyak 442
anak yang terbagi dalam 15 rombongan belajar. Menurut Drs. Slamet Hariyono,
M.Pd.I., kepala SMK Terpadu Al Ishlahiyah, jurusan yang memiliki peminat paling
besar adalah Jurusan Administrasi Perkantoran. “Entah kenapa Administrasi
Perkantoran ini menjadi favorit, padahal jurusan ini justru masih baru karena masih
di tahun ketiga, belum menghasilkan lulusan. Tapi barangkali anak-anak tertarik
karena tempat prakerin jurusan Administrasi perkantoran biasanya ada di kantor instansi
pemerintahan seperti di pengadilan negeri, kantor pajak, kantor kecamatan, kantor
kelurahan, dan sebagainya,” ujar Slamet. Ia pun menambahkan bahwa siswa perempuan
jauh lebih banyak ketimbang siswa laki-laki.
Program SKU
Karena terintegrasi dengan Pondok
Pesantren, SMK Terpadu Al Ishlahiyah pun menyediakan fasilitas Pondok Pesantren
bagi para siswa-siswinya. Meski demikian, menurut Slamet Hariyono, tak seluruh
siswa tinggal di pondok pesantren, melainkan sekitar 10% saja. Selebihnya
adalah anak-anak yang tinggal di beberapa wilayah di Kabupaten Malang, utamanya
di Kecamatan Singosari.
Untuk menyelaraskan kemampuan di
bidang agama anak-anak yang tinggal di pondok pesantren maupun yang tidak
tinggal di pesantren, maka sekolah pun menerapkan Program SKU, Standard
Kecakapan Ubudiyah. Sekolah menyusun buku panduan SKU untuk para siswa,
terutama siswa yang tidak tinggal di Pondok Pesantren. Dalam buku tersebut
memuat berbagai ilmu kecakapan agama yang harus dikuasai oleh siswa. Mereka
yang menempuh program SKU pun wajib memenuhi standard assesment dengan guru
sebagai penguji. Waktu uji tergantung dari kesiapan siswa. “Kapanpun mereka
siap ujian, mereka bisa setor ke guru. Dan kelulusan ujian SKU ini juga menjadi
salah satu prasyarat siswa dapat mengikuti Ujian Akhir Sekolah,” jelas Slamet.
Selain melalui Program SKU,
sekolah juga membuat program mondok bagi seluruh siswa. “Diharapkan seluruh
siswa pernah memiliki pengalaman mondok di pondok pesantren. Biasanya menjelang
ujian, akan ada program mondok selama satu bulan, terutama untuk kelas XII. Ini
untuk menggembleng ibadah dan penguatan karakter mereka,” kata Slamet. Hanya
saja menurutnya, sejauh ini adalah kendala kapasitas pondok yang masih belum
ideal untuk seluruh siswa karena masih memiliki daya tampung terbatas.
Sebagai sekolah berbasis pesantren,
sekolah yang mulai pada pukul 07.00 wib dan berakhir pada pukul 13.45 wib ini sangat
mengedepankan pendidikan karakter dan religius pada para siswanya. Oleh karena
itu, budaya sekolah pun kental dengan aspek-aspek religius demi menanamkan
pembiasaan kepada warga sekolah. Misalnya, setiap pagi sebelum memulai
pembelajaran, sekolah selalu mengadakan shalat dhuha dan shalat istighosah
berjamaah di sekolah, untuk siswa putri di aula sekolah, dan siswa putera di
masjid sekolah. “Yang pertama kami bangun adalah karakter ibadahnya dulu. Kalau
ibadahnya tertib, kami yakin semuanya bisa tertib. Membangun karakter itu harus
dimulai dari kebiasaan,” tutur Slamet.
Penerapan kedisiplinan di SMK
Terpadu Al Ishlahiyah pun cukup ketat, karena sekolah tak segan pula untuk
mengeluarkan sanksi-sanksi kedisiplinan, meski harus melalui beberapa tahapan.
“Dalam memberikan sanksi, biasanya kami mulai dari pemanggilan anak terlebih
dahulu. Tahap selanjutkan adalah melalui proses bimbingan konseling. Jika masih
juga belum berubah, maka upaya kami selanjutnya adalah pemanggilan orangtua.
Biasanya, orangtua anak di sini merasa cukup malu jika mereka sampai dipanggil
oleh sekolah. Oleh karena itu, mereka pun selalu mengantisipasi anak untuk
jangan sampai sekolah memanggil orangtua, artinya jangan sampai si anak berulah
yang membuat malu orangtua,” kata Slamet.
Untuk sanksi ringan yang
diberikan pada anak, biasanya sekolah hanya memberikan sanksi yang mendidik,
misalnya hafalan quran, membersihkan ruang kelas, dan sebagainya. Itu pun
biasanya jenis hukuman ditawarkan pada anak, sehingga anak-anak sendiri lah
yang menentukan hukuman apa yang pantas bagi mereka. Sejauh ini, menurut
Slamet, anak-anak telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi dan sangat paham
dengan arti konsekuensi.
Menurut Slamet, setiap siswa
memiliki buku perilaku catatan pribadi yang diisi berdasarkan pengamatan guru. “Yang
mengisi dan mengarahkan anak untuk melakukan bimbingan konseling adalah guru
guru divisi ketertiban. Buku perilaku ini ditulis tiap penerimaan raport dan
dilaporkan pada orangtua,” urai Slamet.
Fasilitas Lengkap
Untuk menunjang pembelajaran, SMK
Terpadu Al Ishlahiyah senantiasa berupaya untuk melengkapi fasilitas sarana dan
prasarana sekolah. Terlebih karena semakin tahun, jumlah siswa kian bertambah.
Saat ini, SMK Terpadu Al Ishlahiyah telah berhasil menyediakan fasilitas dua
gedung untuk sarana pembelajaran. Masing-masing jurusan pun telah memiliki
laboratorium, antara lain tiga laboratorium komputer untuk jurusan Multimedia,
Teknik Komputer Jaringan, dan Administrasi Perkantoran, serta laboratorium Tata
Busana yang juga dilengkapi dengan mesin jahit berkecepatan tinggi atau high speed. Dengan adanya laboratorium,
siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan skill dan
kompetensinya untuk meningkatkan nilai jual mereka. Misalnya, siswa dibekali
cara mengoperasikan mesin bordir, mesin obras, hingga mesin press. Untuk
mengembangkan keterampilan siswa di bidang handicraft,
siswa juga dibekali berbagai macam keahlian yang mendukung untuk menjadi
seorang entrepreneur yang mandiri dan berdaya saing, misalnya menghasilkan
karya dari limbah yang didaur ulang.
Fasilitas lain sekolah antara
lain adanya akses free wifi untuk
mempermudah siswa dalam mengakses informasi maupun materi-materi yang menunjang
proses pembelajaran. Meski demikian, menurut Slamet, siswa hanya boleh membawa
laptop untuk menunjang pembelajaran di sekolah, namun tidak diperkenankan
membawa handphone ke ruang pembelajaran. Oleh karena itu, handphone harus selalu dititipkan pada petugas sekolah.
Sekolah juga menyediakan perpustakaan
untuk meningkatkan siswa dalam belajar dan menumbuhkan minat baca siswa. Untuk
menunjang kesehatan, sekolah menyediakan fasilitas kesehatan berupa alat terapi
yang dapat dicoba oleh siswa. Sekolah juga membangun green house serta serta
nuansa taman lingkungan hidup yang asri dan sejuk guna mendukung suasana
belajar siswa. Sedangkan untuk menunjang kegiatan olahraga siswa, sekolah telah
menyediakan lapangan basket, lapangan voli, dan lapangan bulutangkis.
Untuk mengembangkan bakat siswa
di bidang akademik dan nonakademik, sekolah menyediakan wadah dalam kegiatan ekstra
kurikuler. Terdapat beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang wajib dipilih
siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya dilakukan pada hari Sabtu setelah
shalat Dhuhur. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain Sepakbola, Basket,
B-Movie, Kaligrafi, Cooking Club, English Club, Web Design, Jurnalistik, Pencak
Silat Perisai Diri, Seni Al Banjari, dan Qirotul Quran.
Unggul dalam Sinematografi
Kegiatan sinematografi di SMK
Terpadu Al Ishlahiyah termasuk cukup unggul dan telah menelurkan banyak
prestasi yang membanggakan sekolah. Beberapa kali sekolah meraih juara dalam festival
film indie movies, bahkan hingga tingkat nasional. Beberapa prestasi tersebut
antara lain meraih Juara
II dalam Lomba Film Pendek Tingkat Nasional pada KEMNAS 2009, Juara I Kompetisi
Film Indie Malang yang diselenggarakan NDTV pada tahun 2009, meraih gelar Film
Terbaik dan Ide Cerita Terbaik pada Festival Film Dokumenter Se-Malang
Raya di Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2009, Juara I Festival Film
Pendek antar Pelajar Se-Malang Raya tahun 2009 yang diadakan oleh Universitas Brawijaya Malang, pernah ditunjuk
untuk membuat film mewakili Dinas Kabudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
pada Festival Film Tingkat Nasional yang diadakan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata di Jakarta pada tahun 2010, dan meraih nominasi dalam 5 Film
Dokumenter Terbaik pada Festival Film Pelajar Indonesia pada tahun 2010.
Sahabul Ashari, siswa kelas XII
Jurusan Multimedia mengaku merasa senang dan beruntung bisa bersekolah di SMK
Terpadu Al Ishlahiyah karena berkat belajar di sekolah ini ia menemukan minat
dan bakatnya di bidang multimedia dan sinematografi, serta memiliki kesempatan
untuk belajar lebih banyak. “Di sini kami punya kesempatan untuk belajar
membuat film-film pendek. Saya bersama teman-teman sekelas pernah membuat film
pendek, dimana semua anak ikut berpartisipasi. Settingnya ada di luar sekolah,
dan film kami sempat ditampilkan di acara pameran yang diadakan setahun sekali.
Senang sekaligus bangga lihat karya sendiri,” kisahnya.
Berbagai keberhasilan sekolah atau tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap sekolah pun tak pelak mempengaruhi tingkat kerja sama
dengan pihak-pihak dari dunia usaha/industri (du/di). Bagaimanapun, sebagai
sekolah menengah kejuruan yang mempersiapkan tenaga kerja siap pakai, menjalin
hubungan dengan pihak du/di adalah hal yang sangat penting. Kendati demikian,
tak mudah untuk menjaring du/di. Namun strategi menaikkan pamor sekolah demi
mendapat kepercayaan dari du/di adalah sebuah langkah jitu. Seperti halnya yang
dilakukan SMK Terpadu Al
Ishlahiyah, lambat laun kepercayaan du/di pun semakin meningkat, dan ini tentu
membawa manfaat dan keuntungan tersendiri bagi sekolah. Menurut Slamet, sekolah
kini telah menjalin kerja sama dengan banyak pihak du/di, tak hanya sebatas
di/di yang berada di wilayah Malang saja, melainkan hingga Pasuruan, Surabaya,
dan lain sebagainya.
Zainur Rohman, S.Pd., S.E., salah
satu pihak dari du/di yang telah bekerja sama dengan SMK Terpadu Al Ishlahiyah
mengatakan bahwa ia justru merasa sangat terbantu dengan keberadaan siswa
prakerin dari SMK Terpadu Al Ishlahiyah. “Saya cocok dengan mereka karena
etikanya bagus, kedisiplinannya pun lebih baik,” komentarnya. Selama prakerin,
pria yang memiliki usaha production house ini mengatakan bahwa ia selalu
bersikap transparan pada anak-anak dengan mengajari semua ilmu pengetahuan yang
belum mereka dapatkan di sekolah ataupun memberi mereka kesempatan untuk
terlibat dalam proyek. Ia juga bahkan
tak segan untuk memberi honorarium ataupun sekadar uang makan kepada siswa yang
prakerin, karena bagaimanapun pekerjaannya kerap menjadi lebih ringan berkat
bantuan para siswa tersebut.
Untuk kegiatan prakerin, jatah
waktu prakerin bagi para siswa SMK Terpadu Al Ishlahiyah kurang lebih selama
3,5 bulan, yang dilaksanakan pada kelas XI. Siswa dan orangtua siswa dapat
memilih tempat prakerin yang diinginkan berdasarkan daftar yang telah diberikan
oleh sekolah. Biasanya, sebelum melaksanakan prakerin di tempat du/di, siswa
terlebih dahulu diberikan pembekalan oleh sekolah, terutama mengenai etos
kerja, supaya ketika mereka terjun ke dunia pekerjaan yang sesungguhnya,
setidaknya mereka lebih familiar, menguasai teknis pekerjaannya, dan dapat
menyesuaikan diri dengan cepat. Minimal satu bulan sekali guru akan mengontrol
kegiatan prakerin siswa.
Lailatul Hasanah, siswi kelas XII
Jurusan Administrasi Perkantoran bercerita bahwa ia sempat memiliki kesempatan
melaksanakan prakerin di Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Timur. “Di
tempat prakerin, saya punya kesempatan bertemu dengan orang-orang baru, suasana
baru, pekerjaan baru, sedangkan kalau di sekolah, kami hanya melakukan
praktek-praktek yang diperintahkan saja. Misalkan ada pekerjaan dari sekretaris
kantor untuk membuat surat, maka kita harus bisa dan harus cepat. Di tempat
kerja disiplinnya sangat tinggi dan tidak mentolerir kesalahan. Saya punya
pengalaman disuruh buat surat, revisinya sampai beberapa kali,” cerita Laila,
demikian ia akrab disapa. Meski
demikian, ia mengaku mendapat banyak tambahan ilmu dan pengalaman dari kegiatan
prakerin.
Namun pengalaman prakerin yang
berbeda dialami Sahabul Ashari karena ia melaksanakan kegiatan prakerinnya di
sekolah. “Kami membuat beberapa project, antara lain membuat game, animasi,
merevisi film-film pendek yang dulu sudah pernah dibuat namun dengan teknik
jadul, dan sebagainya. Tapi ada juga yang melaksanakan prakerin di luar
sekolah,” katanya. Ia berharap, fasilitas peralatan praktek di sekolah lebih
diperlengkap lagi, misalnya pesawat drone atau go pro, supaya hasil pembuatan
film menjadi lebih maksimal.
Sejauh ini, Slamet mengatakan
bahwa upaya sekolah demi menjalankan visi misi SMK sudah cukup tercapai, yang
indikasinya dapat terlihat melalui prosentase keterserapan lulusan ke dunia
kerja. “Hampir semua lulusan kami terserap ke dunia kerja, hanya kadangkala ada
yang tidak sesuai jurusan kompetensinya. Namun sebagian besar sudah sesuai
dengan jurusannya,” kata kepala sekolah yang sudah menjabat sejak tahun 2013
ini.
Namun bagaimanapun, keberhasilan
sekolah tentu tak lepas dari peran para guru sebagai ujung tombak pendidikan.
Di SMK Terpadu Al ishlahiyah, terdapat 38 guru yang mengajar, dan kesemuanya
adalah guru tetap. Sebagai kepala sekolah, Slamet senantiasa memacu dan
memotivasi para guru untuk meningkatkan kompetensinya, baik itu melalui
seminar, workshop, atau melalui belajar mandiri, karena saat ini banyak media
yang dapat menunjang pembelajaran. Adakalanya sekolah juga mendatangkan para
praktisi dari luar sekolah untuk memberi pengetahuan baru atau berbagi
pengalaman praktis di dunia kerja kepada anak-anak.
Nurlaili Ni’mah, S.Pd., guru
Jurusan Administrasi Perkantoran yang sudah mengajar di SMK Terpadu Al
Ishlahiyah sejak tahun 2005 mengatakan bahwa para siswa di Jurusan Administrasi
Perkantoran memiliki minat dan semangat yang tinggi dalam belajar. “Barangkali
karena sebagian besar dari mereka berasal dari desa, sehingga mereka memiliki
motivasi yang kuat untuk menjadi lebih baik,” kata Laili. Ia juga mengatakan
bahwa bagi anak-anak didiknya, bekerja di kantor adalah pekerjaan yang
diidamkan. Namun demikian, menurut Laili, keahlian dalam berkomunikasi adalah
hal yang masih perlu dikuasai oleh siswa-siswanya. Beberapa kekurangan yang ia
rasakan sebagai pengajar adalah kurangnya alat-alat praktek demi menunjang
pembelajaran.
Meski telah lebih dari 10 tahun
Laili mengabdi di SMK Terpadu Al ishlahiyah, ia mengaku merasa betah dan senang, Sebelumnya, ia hanya mengajar Aqidah Akhlak
di Pondok Pesantren Al Ishlahiyah. Namun sejak tahun 2013, saat program
keahlian Administrasi Perkantoran dibuka, guru lulusan IKIP Malang Jurusan
Administrasi Perkantoran ini pun mengajar Jurusan Administrasi Perkantoran.
Di SMK Terpadu Al ishlahiyah,
para guru pun dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya dan selalu
kreatif dalam pembelajaran demi membuat siswa bersemangat dalam belajar.
Misalnya, acapkali guru menerapkan sistem moving class, sehingga di kala
tertentu, siswa belajar di luar ruang kelas, misalnya di masjid sekolah atau di
halaman sekolah. Hal ini untuk mengatasi kejenuhan siswa.
Fajar Ningtyas, S.Pd., guru
Bahasa Inggris mengatakan bahwa ia lebih senang memanfaatkan media teknologi
dalam pembelajarannya. Misalnya, dengan menggunakan blog. Guru dapat memposting
materi sekaligus tugas di blog, kemudian para siswa mengerjakan tugasnya juga
di blog masing-masing, dan tentunya menggunakan bahasa Inggris. Sementara
teman-teman lainnya harus melakukan aktivitas blog walking, yakni membaca
postingan kawan-kawannya atau meninggalkan komentar. Ternyata, menurut
Fajarning, para siswa sangat antusias dengan aktivitas blogging ini. “Tapi di
sini tantangannya ada dua, yakni guru harus memahami teknologi, dan guru juga
harus menyiapkan kontennya dengan matang,” ucapnya.
Seperti halnya Laili, Fajar
merasa betah dan lebih nyaman mengajar di SMK Terpadu Al Ishlahiyah. Ia sendiri
sebelumnya pernah memiliki pengalaman mengajar di sekolah lain. “Di sini nilai
agamanya lebih kuat dibanding di sekolah umum, dan itu membuat saya merasa
lebih nyaman karena iklimnya lebih tenang dan sejuk. Guru sangat menghormati
satu sama lain, saling menjaga sikap dan ucapan. Demikian juga dengan
anak-anak, mereka lebih pengertian dan mudah diarahkan,” katanya.
Sebagai sekolah menengah kejuruan
berbasis pesantren, SMK Terpadu Al Ishlahiyah senantiasa berkomitmen untuk mencetak
generasi bangsa yang tak hanya memiliki kompetensi cukup dan siap bersaing di
dunia kerja, namun juga memiliki karakter dengan nilai-nilai dan landasan agama
yang kuat. ***
biaya masuk pondok pesantren di smk terpadu al ishlahiyah berapa?
ReplyDelete