Orangtua Wajib Terlibat

Sekolah Al Falah, Jakarta Timur




Jika ingin menyekolahkan anak di Yayasan Al Falah Jakarta, syarat utamanya adalah, orangtua harus ikut Program Pelatihan Orang Tua (PPOT) selama tiga puluh empat hari.  

-------



Sebuah sekolah yang tampaknya baru dibangun, terletak di Jalan Raya Malaka, Kelurahan Cipayung, Jakarta Timur, terlihat ramai di pagi hari. Lapangan parkir penuh dengan kendaraan.  Anak-anak usia dini keluar dari mobil sembari menjinjing tas sekolah, sedangkan orangtuanya berjalan di sampingnya, mengantar hingga sampai di depan ruang kelas. Pemandangan demikian terlihat saban hari di Sekolah Al Falah, yang sebelumnya berlokasi di Jalan Kelapa  Dua Wetan ini. yang dipimpin oleh Drg. Wismiarti Tamin.

Saat ditemui Majalah Pendidikan Keluarga di kantornya, Drg. Wismiarti Tamin, pemimpin yang sekaligus pendiri Sekolah Al Falah berbagi sekilas mengenai pengelolaan pendidikan anak usia dini sekaligus kisah suksesnya dalam membesarkan sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1996 ini. Kegelisahannya bermula sejak tahun 1994, dimana ia yang waktu itu masih bekerja untuk Pemerintah Daerah DKI Jakarta ingin segera mewujudkan sebuah sekolah yang benar-benar dapat menjadi pijakan bagi anak-anak usia dini untuk menuju insan dewasa yang benar-benar berkualitas tak hanya intelegensinya, namun juga emosional maupun spiritualnya.

“Kebetulan waktu itu berkat tugas saya itu membuat saya berkesempatan mengunjungi banyak negara. Saya pun melihat seperti apa sekolah-sekolah di Australia, Amerika, Eropa, dan sebagainya. Dibandingkan dengan sekolah di negeri sendiri, ternyata jauh sekali bedanya,” kisah wanita yang lahir pada tahun 1948 ini.

Wismiarti jatuh hati dan memutuskan untuk mengadopsi sistem Beyond Centre and Circle Time (BCCT) yang ditemukan oleh Pamela Phelps, Ph.D dan digunakan oleh Creative Pre School di Tallahasse, Florida, Amerika Serikat. Ia kemudian dipertemukan dengan Pamela Phelp, pendiri Creative Pre School, oleh Nadine Hoover, Ph.D, yang menjadi konsultan Sekolah Al Falah. Wismiarti sangat terkesan dengan pendidikan di Creative Pre School karena sekolah tersebut menjalankan nilai-nilai mulia seperti hormat, jujur, rajin, bertanggung jawab, kasih sayang, dan banyak lagi yang lainnya. Nilai-nilai tersebut dibangun melalui aktivitas harian.


Tahun 1996, Yayasan Al Falah resmi dibuka setelah mengirimkan beberapa guru untuk belajar di  Creative Pre School, Florida, Amerika Serikat. “Kalau boleh saya katakan, orang yang berani bikin sekolah itu adalah orang nekat. Padahal orangtua yang punya anak dua, tiga, atau empat saja heboh banget. Nah, ini malah kumpulkan banyak anak orang lain, dan pede banget bisa mendidik anak-anak tersebut dengan program yang mereka buat. Yakin nggak, sih, bahwa program ini bisa membuat hidup anak-anak tersebut menjadi lebih baik kala dewasa nanti? Seharusnya kan itu yang dipikirkan. Dan orang nekat ini kemudian dibantu dengan orang nekat lainnya, yakni para guru itu. Jadi, sekolah itu adalah kumpulan orang nekat, hahahaa...” tutur nenek dua cucu ini sembari tertawa.

Utamakan Peran Orangtua
Yang membuat Sekolah Al Falah berbeda dengan sekolah-sekolah lain antara lain adalah peran besar orangtua siswa selain sekolah itu sendiri. Di Sekolah ini, jangan harap orangtua dapat lepas tangan setelah mendaftarkan anaknya. Sekolah justru membantu membuatkan banyak program yang membuat orangtua musti terlibat dalam proses pendidikan anak.

“Semua anak yang ingin bersekolah di sini kita terima. Tapi yang kami pilih adalah orangtuanya. Kami  mencari orangtua yang mau bekerja sama dengan sekolah untuk mengurus anak mereka. Kalau mereka bisa meluangkan waktu, maka anaknya kami terima untuk bersekolah di sini. Kalau nggak bisa, ya tidak kami terima. Program kami tidak akan berhasil tanpa peran orangtua. Kami selalu sampaikan pada setiap orangtua yang masuk ke sini, secanggih apapun sekolah itu, tidak ada sekolah yang sanggup mendidik anak sendirian tanpa kerjasama dengan orangtua,” ujar mantan dokter gigi lulusan Universitas Indonesia ini.

Selain itu, Sekolah pun mewajibkan orangtua mengikuti Program Pelatihan Orangtua (PPOT) selama total tiga puluh empat hari, yang terbagi dalam beberapa tahapan. Di sana, orangtua akan diberikan banyak pengetahuan bagaimana cara membuat program untuk anak dan saling berdiskusi. Bahkan seringkali ajang diskusi tersebut sampai lewat waktu Maghrib saking antusiasnya para orangtua berdiskusi. Selain itu, orangtua pun akan melakukan observasi, yakni mengamati kegiatan belajar mengajar di sekolah atau bermain seperti layaknya anak-anak.

Eka Windiningsih, salah satu orangtua murid menuliskan kesan-kesannya saat mengikuti PPOT di Sekolah Al Falah. “Selama mengikuti PPOT, banyak sekali hal yang membuat saya tertampar, tertegun, dan tersadar bahwa saya butuh banyak belajar untuk menjadi orangtua yang baik. Di pelatihan itu kami dibawa untuk menyadari bahwa semua anak terlahir dengan fitrahnya masing-masing. Tugas para orangtua adalah mendampingi mereka tumbuh sesuai fitrahnya dan tentu saja harus bisa menjadi pendamping terbaik bagi mereka. Program ini banyak sekali membawa perubahan pada diri saya,” ulasnya.

Menurut Wismiarti, tanggung jawab anak termasuk pendidikannya ada di tangan orangtua, dan bukan sepenuhnya di tangan guru. Sekolah hanya bersifat membantu. Oleh karena itu, orangtua dan pihak sekolah harus saling sinergi supaya apa yang disampaikan pada anak di sekolah dan di rumah bisa sejalan, sekaligus supaya orangtua senantiasa dapat memonitor perkembangan anak dengan baik. Sekolah juga senantiasa menyarankan supaya orangtua harus selalu ada di rumah ketika anak pulang sekolah.  

Bahkan saat anak menyelesaikan jam sekolahnya, sekolah sangat menyarankan supaya orangtua lah yang menjemput anak-anaknya, entah itu ayah atau ibunya. “Anak yang dijemput orangtua dengan anak yang dijemput pengasuh atau sopirnya itu perbedaannya sangat besar.  Bahkan akhirnya banyak orangtua mulai merasakan perbedaannya. Perkembangan anak yang dijemput oleh orangtuanya sendiri jauh lebih cepat. Kehadiran orangtua bagi anak itu sangat penting, bahkan hingga mereka akan tidur malam dan memulai aktivitas di pagi hari,” jelasnya.

Belajar dari Nilai-Nilai Al Quran
Kurikulum yang dipakai di TK Al Falah juga memasukkan nilai-nilai Alquran, supaya nantinya anak-anak dapat tumbuh dengan sikap yang diteladani dari Alquran. “Kami ingin mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai umat Islam yang rahmatan lil alamin. Jadi, kemanapun dia pergi, orang-orang di sekitar dia merasa nyaman dengan dia. Selain itu, kami pun ingin membangun skill beragama mereka. Alquran tidak sekadar dihapalkan, tetapi harus mampu dipakai atau diterapkan dalam hidupnya,” tambahnya.

Dalam proses pembelajaran, nilai-nilai pengetahuan banyak diselipkan melalui kegiatan bermain. Misalnya pada kegiatan recalling, anak harus bercerita apa yang dia lakukan tadi. Gurunya harus betul-betul fokus mendengarkan dan juga harus mengetahu si anak tadi bermain apa, supaya guru bisa betulkan kalau dia salah. “Itu adalah dasar dari membangun kejujuran,” kata Wismiarti.

Metode Sentra
Kegiatan pembelajaran di TK Al Falah menggunakan metode sentra. Metode ini dapat melatih anak untuk menjadi lebih fokus. Selain itu, berbagai ilmu dan informasi yang diberikan dapat masuk ke otak anak secara sistematis, terprogram rapi, dan terklasifikasi dengan baik, sehingga nantinya struktur berpikirnya rapi.

Fasilitas sarana dan prasarana sekolah pun cukup lengkap, membuat anak justru merasa betah meski jadwal sekolah mereka cukup panjang, yakni dari jam 07.00 wib – 13.30 wib. Sekolah Al Falah sendiri sengaja tidak menampung terlalu banyak murid supaya pembelajaran semakin efektif. Di jenjang TK, satu guru mengajar 10 anak. Sedangkan jumlah siswa TK keseluruhan saat ini sekitar 52 anak saja.


Putri, 55 tahun, salah satu orang tua murid mengatakan bahwa metode sentra yang ada di Sekolah Al Falah sangat menarik bagi anak-anak. Ia juga sangat mengapresiasi tim guru di Sekolah Al Falah yang sangat kompeten dalam menangani anak-anak. Hal ini terbukti dengan dirasakannya kemajuan yang signifikan bagi anaknya, Fiani, yang adalah salah satu siswa berkebutuhan khusus.  “Tetangga saya lah yang merekomendasikan supaya anak saya yang berkebutuhan khusus ini masuk ke Sekolah Al Falah. Sekarang sudah tiga tahun di  sini, dan anak saya betah sekali. Guru disini memiliki bekal pengetahuan yang baik dan membuat anak merasa lebih nyaman,” katanya.

Saat ini, Sekolah Al Falah telah memiliki jenjang pendidikan yang lebih lengkap, mulai dari baby house, play group, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga sekolah menengah atas. Sejak usia dua bulan, anak sudah dapat bersekolah di Sekolah Al Falah. Hanya saja, untuk bayi, kuota dibatasi, menyesuaikan tenaga pendidik yang ada. Bagaimanapun, prioritas utama Sekolah Al Falah adalah kualitas. Oleh karena itu, untuk kelas bayi, satu guru maksimal hanya memegang tiga anak. Belum lagi jika ada anak berkebutuhan khusus, maka kuota murid pun harus dikurangi untuk mengoptimalkan perhatian.

Guru yang Berkualitas
Di Sekolah Al Falah, semua guru juga harus memiliki pengetahuan untuk menangani anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, setelah lulus dari perekrutan, guru harus terlebih dahulu mengikuti program training selama sembilan bulan. Usai mengikuti program training, calon guru tersebut akan menjadi asisten guru terlebih dahulu selama kurang lebih dua tahun, baru kemudian diangkat menjadi guru. Para guru tersebut berasal dari beragam latar belakang dan disiplin ilmu. Bahkan ada pula guru yang sebelumnya berprofesi sebagai dokter. Saat ini, jumlah total 43 guru yang mengajar di Yayasan Al Falah, sudah termasuk 16 guru yang mengajar di jenjang taman kanak-kanak.

Sekolah Al Falah senantiasa memberikan tempat dan kesempatan bagi guru-gurunya untuk menjadi lebih baik. Para guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan ke Florida atau di sekolah-sekolah terbaik lainnya di berbagai negara. Guru juga berkesempatan mendapatkan fasilitas tempat tinggal di kompleks yang telah disediakan. Sekolah senantiasa berupaya sedapat mungkin menyejahterakan dan meningkatkan guru dari sisi kualitas kompetensi maupun penghidupan. Wismiarti berpendapat bahwa seharusnya gaji guru itu lebih tinggi dari semua profesi yang lain. “Di pendidikan, kita membangun otak anak untuk hidup di masa depan. Itu kan pekerjaan yang luar biasa canggihnya. Nggak ada pekerjaan yang lebih canggih dari itu. Harusnya yang bisa melakukan itu adalah orang yang paling pintar. Nah kalau urusan otak ini dikerjakan oleh orang yang apa adanya, ya jadinya manusianya apa adanya,” katanya.

Selain itu, yayasan Al Falah juga membuka program magang untuk guru-guru dari sekolah lain yang ingin belajar atau menggali ilmu untuk kemudian diterapkan di sekolahnya masing-masing. Program ini berlangsung selama kurang lebih enam hari. Telah banyak guru-guru dari sekolah lain di berbagai penjuru Indonesia yang belajar di Sekolah Al Falah.

Saat ditanya tentang rencana ke depan, Wismiarti mengungkapkan bahwa ia sedang berupaya untuk mewujudkan mimpinya yang lain, yakni mendirikan sekolah tinggi guru. Menurutnya, sekolah ini nantinya akan benar-benar dapat mencetak guru yang sangat berkualitas. Terlebih untuk menyambut periode Indonesia Emas, membangun sekolah guru yang berkualitas adalah sebuah prioritas yang seharusnya segera diwujudkan. ***



Ditulis tahun : 2015
Diterbitkan di Majalah Keluarga (Kemendikbud)



2 comments:

  1. Masyaa Allah....sangat menginspirasi sekali....senang sekali kalo sy d beri kesempatan belajar di tempt yg tepat d guru yg hebat ❤️❤️❤️

    ReplyDelete
  2. Borgata Hotel Casino & Spa announces sports
    Borgata 김제 출장안마 Hotel Casino & 안산 출장안마 Spa announced Thursday that it has signed 제주도 출장안마 off on a multi-year 오산 출장샵 partnership 군포 출장마사지 with Bally's Atlantic City Sports Book.

    ReplyDelete