Pendidikan Harus Sesuai Kebutuhan

Kegiatan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2015




Melalui Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2015 yang dilaksanakan di Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (Pusbangtendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Wakil Presiden (wapres) Jusuf Kalla menyampaikan bahwa pendidikan harus bermanfaat untuk semua pihak, baik itu siswa, orang tua, bangsa dan negara. Menurut Wapres, dengan penduduk yang sangat besar, masalah kehidupan ke depan hanya bisa diatasi dengan tiga pilihan, yakni memanfaatkan sumber daya alam,  manufakturing, dan jasa.

Terlebih saat ini Indonesia seharusnya sudah bersiap untuk menghadapi persaingan global. Apalagi dengan sumber daya yang telah dimiliki Indonesia, seharusnya Indonesia mampu menjadi pemimpin. “ Tapi industri hanya akan ada di Thailand, di Malaysia, atau di Vietnam, jika orang kita tidak siap dengan itu. Begitu juga pertanian, kenapa negeri sebesar ini masih mengimpor beras, jagung, gula, kedelai. Padahal tanah kita luas. Apa yang kurang? Yakni kurang adalah produktivitas. Maka untuk menanggulangi itu, dibutuhkan peralatan dan keahlian,” kata wapres. Oleh sebab itu Menteri PAN mengeluarkan moratorium tidak akan lagi ada pengangkatan PNS untuk administrasi. “Yang menjadi fokus adalah menambah guru, tenaga kesehatan, dan peneliti. Kita harus secara serius memajukan sekolah yang dibutuhkan oleh anak agar bisa bekerja di tempat yang membutuhkan keahlian. Program SMK harus lebih besar dari pada sekolah umum,” ujarnya.

Hindari Pembodohan Nasional
Kendala lain yang masih dihadapi Indonesia adalah masalah perspektif bahwa sistem dan ukuran nilai pendidikan di masing-masing daerah di Indonesia berbeda-beda. Justru menurut Wapres, kualitas anak atau generasi di seluruh penjuru Indonesia harus sama, karena mereka pun mendapat perlakuan yang sama. “Sistem yang membodohkan bangsa kita ini yakni sistem yang dipakai dengan alasan daerah kita berbeda-beda, yang disebut sistem dongkrakan. Ini namanya pembodohan nasional, sengaja memperbodoh orang-orang daerah. Nah, saya ingin tanya, apa yang berbeda di Maluku, Sulawesi, Papua? Padahal bukunya sama, gurunya sama, gedungnya sama. Yang berbeda adalah minat belajar atau kultur belajar. Akibatnya, yang masuk ITB sebagian besar hanya orang Jawa Barat atau Jakarta atau Jawa Tengah, sedangkan Papua dan lainnya hanya 2-3 orang saja. Oleh karena itu, kultur harus disamakan. Kita ada pertukaran kepala sekolah supaya menciptakan kultur yang sama,” terangnya.

Wapres menghimbau supaya sistem penilaian anak di Jawa harus sama dengan nilai anak di Maluku agar ijazah mereka berlaku juga di Jakarta, dan mereka pun dapat bekerja di tempat lain atau mempunyai pengetahuan yang sama. “Karena itu, sistem yang dirembukkan harus diperlakukan sama di daerah, dan kita harus disiplin menjalankan kebijakan yang telah disetujui bersama. Daerah harus mengikuti kebijakan itu. Bukan maksud intervensi otonomi daerah, tetapi agar kita semua mempunyai kesamaan mutu,” tambahnya. Menurutnya, itulah inti untuk memperbaiki mutu nasional. Yakni jangan ada ketimpangan sehingga terjadi semangat belajar yang kuat.

Di samping itu, Wapres juga menambahkan, dalam penyusunan sistem pendidikan hendaknya memikirkan kebutuhan bangsa jangka panjang. “Pendidikan sebagai sesuatu yang universal seharusnya mampu meningkatkan mutu suatu bangsa,” katanya. Menyamakan mutu nasional agar tidak ada ketimpangan harus menjadi agenda yang dilakukan ke depannya. Diharapkan pada RNPK 2015 ini mampu menyatukan pelaku pendidikan agar dapat membentuk kesamaan yang mencerminkan mutu nasional.

Susun Prioritas melalui Rembuk
Melalui tema Memperkuat Pelaku dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter Dilandasi Semangat Gotong Royong, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengungkapkan bahwa RNPK kali ini difokuskan pada tiga kerangka strategis Kemendibud. Pertama, penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan. Kedua percepatan peningkatan mutu dan akses pendidikan. Dan ketiga, peningkatan efektifitas tata kelola birokrasi dengan pelobatan publik. “RNPK 2015 ini merupakan langkah konkrit pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan unsur terkait lainnya untuk menyukseskan program prioritas pendidikan dan kebudayaan 2015. Di samping itu juga untuk menyiapkan rancangan kebijakan tahun 2016," tuturnya.

Ia juga berharap hasil Rembuk Nasional ini dapat mengevaluasi pelaksanaan program dan capaian kinerja pembangunan pendidikan dan kebudayaan tahun 2014 di masing-masing unit, baik pusat maupun daerah. Mendikbud mengatakan bahwa rembuk nasional ini memiliki arti yang sangat strategis karena merupakan satu pertemuan untuk mengatur langkah bersama dan menata barisan agar rapi dalam menerjemahkan dan melaksanakan Nawa Cita revolusi mental dan implementasi atas RPJMN.

Mendikbud juga menguraikan empat langkah yang akan dilaksanakan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, yaitu Konsolidasi Rencana, Konsolidasi Organisasi, Menyusun Program Prioritas dan Melaksanakan Arahan Khusus. Untuk Konsolidasi Rencana, ia mengajak pemerintah daerah bersama-sama dengan pemerintah pusat untuk konsentrasi dalam menguatkan aktor pendidikan, yaitu guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan orang tua. "Kata kuncinya adalah penguatan pelaku. Aktornya yang akan kita perkuat," ujarnya.

Untuk Konsolidasi Organisasi, Mendikbud mengatakan tata kelola dan struktur organisasi Kemendikbud yang baru juga telah rampung melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) sehingga Kemendikbud mulai bulan April akan siap melakukan implementasi atas rencana-rencana dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. 

Penguatan Guru
Karena pendidikan merupakan fondasi penting bagi semua lini pembangunan, maka diharapkan para pelaku pendidikan memiliki kualitas yang bagus dalam rangka mempersiapkan pendidikan. Misalnya, untuk menjalankan SMK berkualitas juga diperlukan guru berkualitas sebagai aktor penting. Karena kalau tidak, alih-alih mencetak tenaga kerja sekolah, tetapi malah akan menjadi pabrik pengangguran. “Tidak hanya keprihatinan terhadap kualitas tenaga kerja, kebutuhan tenaga kerja berkualitas juga dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Sebagai negara besar, harusnya Indonesia bisa menghasilkan sendiri kebutuhan-kebutuhan dalam negeri. Tapi karena produktivitas yang masih rendah, maka bahan baku kebutuhan masyarakat masih impor,” kata Wapres. Ia menekankan agar pembangunan pendidikan difokuskan pada penguatan aktor pendidikan. "Aktor pendidikan itu semua, apakah guru, siswa, pengawas, kepala dinas, rektor, maupun kementerian," katanya.

Oleh karena itu, Wapres menyoroti peran guru dalam pendidikan. Menurutnya, guru harus menjadi profesi yang terhormat, dan bukan sekadar jalan pintas untuk mendapatkan lowongan pekerjaan. Menjadi guru jangan sampai digunakan sebagai tempat mencari pekerjaan saja, melainkan juga pengabdian.

Mendikbud Anis Baswedan juga berharap para guru menjaga kehormatannya, yakni dengan menjalankan tugas dan pengabdian sebaik-baiknya. Tetapi menurut Mendikbud, kehormatan dan penghormatan itu jauh berbeda dan tidak bisa dicampuradukkan. “Kehormatan, tidak ada yang jual dan tidak bisa dibeli. Yang membuat orang-orang dihormati karena mereka melakukan hal-hal yang terhormat. Kehormatan bukan didapat karena jabatan tapi kehormatan karena perbuatan,” ucapnya.

Mendikbud mengungkapkan, sebagai pendidik yang disebut sebagai guru bangsa, guru bukan hanya mengajar atau mendidik, tetapi juga menggerakkan. Guru harus mampu membuat pendidikan Indonesia lebih menggeliat di masa depan. “Kita akan ubah suasana dengan mengembalikan kehormatan ke dalam proses pendidikan,” katanya. ***



Ditulis tahun : 2015
Diterbitkan di Majalah Dikdas (Kemendikbud)


No comments:

Post a Comment