Encon
Rahman, S.Pd.
Juara
I Guru SD Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2016
SD Negeri Mekarwangi I
patut merasa bangga. Pasalnya, sekolah yang terletak nun jauh di kaki gunung
ceremai ini memiliki aset yang tak ternilai, yakni seorang guru yang telah
meraih prestasi bahkan hingga di tingkat nasional. Ini juga adalah sebagai bukti
nyata yang optimis dan menggembirakan, bahwa para guru yang berprestasi tak
melulu dari sekolah-sekolah bagus yang ada di perkotaan, namun juga dapat
ditemukan di SD Negeri Mekarwangi I, sekolah yang terletak nun jauh di
Kabupaten Majalengka.
Sebut saja Encon
Rahman, S.Pd., guru yang telah mengharumkan nama SD Negeri Mekarwangi I
beberapa tahun belakangan ini. Sudah 10 tahun Encon, atau Toton, demikian ia
akrab disapa, mengajar di SD Negeri Mekarwangi I. Sebelum menjadi guru, pria
kelahiran Majalengka, 5 April 1972 ini adalah seorang santri di Pondok
Pesantren Daarut Tauhid.
Santri di PP Aa’ Gym
Sejak kecil, Toton
memang sudah berniat hendak menjadi guru. Ibundanya tercinta memang
mengharapkan anak lelaki satu-satunya ini kelak akan menjadi guru yang pegawai
negeri. Tak ingin mengecewakan harapan ibunya, lepas dari bangku SMP, Toton pun
melanjutkan sekolahnya ke SPG Negeri Majalengka hingga lulus tahun 1991,
kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni di Universitas
Pasundan Bandung Jurusan FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia. Selama kuliah, demi
menambah uang saku, anak pasangan Ecoh dan Darmin ini juga bekerja di Koperasi
Universitas Pasundan.
Menjelang penggarapan
skripsi, Toton tertarik untuk masuk ke Pondok Pesantren Daarut Tauhid pimpinan
KH. Abdullah Gymnastiar di Majalengka. Akhirnya ia pun menjadi santri di sana. Meski
demikian, kegiatannya selama di Pondok Pesantren tak mengganggu kuliahnya,
sehingga ia pun berhasil menyandang gelar sarjana pada tahun 2002.
Enam tahun lamanya
Toton berada di Pondok Pesantren demi lebih mendalami agama, hingga pada suatu
hari di tahun 2006, ia tertarik untuk mendaftar sebagai CPNS guru. Rupanya
usaha Toton berhasil telak, karena ia mendapat pengumuman bahwa ia diterima dan
diangkat menjadi PNS. Surat tugas yang diterimanya menerangkan bahwa ia harus
mengajar di SD Negeri Mekarwangi I, Majalengka. Demikianlah perjalanan Toton
menjadi guru di SD Negeri Mekarwangi I sampai sekarang. Ia merasa sangat senang
karena ia berhasil menjadi guru, mewujudkan impian ibundanya tercinta. “Menjadi
guru adalah profesi kebanggaan saya,” ujarnya.
Jauh dari Pusat Kecamatan
SD Negeri Mekarwangi I,
tempat Toton mendedikasikan diri sebagai guru, terletak di Jalan Raya
Mekarwangi, Desa Mekarwangi, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi
Jawa Barat. Secara demografis, letak sekolah ini berada di wilayah pegunungan,
tepatnya di kaki Gunung Ceremai. Jarak sekolah dari pusat kecamatan cukup jauh.
Bahkan Desa Mekarwangi ini dulunya sempat dijuluki sebagai daerah terpencil. Toton
dan keluarganya sendiri tinggal di sebuah rumah yang terletak kurang lebih 7 km
dari sekolah yang masuk pada pukul 07.00 wib ini. Setiap hari, ia harus
menempuh perjalanan dengan sepeda motor melalui jalanan yang sebagian besar
rusak parah. Terlebih jika hujan datang, jalanan menjadi sulit dilewati karena
sangat becek dan berlumpur. Benar-benar tantangan berat bagi Toton. “Tapi
syukur Alhamdulillah tahun ini jalannya diperbaiki. Semoga tidak rusak lagi,”
katanya.
Namun sejak tahun
2009, Pemerintah Kabupaten Majalengka menyatakan bahwa daerah ini bukan lagi
sebagai wilayah terpencil. Seiring waktu, kondisi desa makin berkembang, meski
sebagian besar masyarakatnya adalah petani dengan penghidupan yang sangat
sederhana. Oleh karena itu, banyak penduduk yang kemudian memilih untuk menjadi
TKI/TKW ke berbagai negara demi memperoleh tingkat penghidupan yang lebih
layak.
SD Negeri Mekarwangi I
Sebagai sekolah negeri,
SD Negeri Mekarwangi I menjadi tumpuan bagi masyarakat sekitar untuk
menyekolahkan anak-anaknya. Pada tahun ajaran 2016/2017, jumlah total siswa
mencapai 129 anak. Sekolah yang saat ini dipimpin oleh Didin Alidin, S.Pd. ini
memiliki guru sebanyak 9 orang, dimana 7 diantaranya adalah PNS. Dengan kondisi
saat ini, menurut Toton, SD Negeri Mekarwangi I masih kekurangan guru, terutama
guru kelas III dan kelas II. Barangkali karena sebab itulah maka Toton belum
pernah dipindah ke sekolah lain.
Saat ini, SD Negeri
Mekarwangi I memiliki 6 rombongan belajar. Namun menurut Toton, sebenarnya masih
banyak fasilitas sarana dan prasarana yang perlu ditambah. Terutama
perpustakaan, karena sejauh ini sekolah masih belum memiliki ruang perpustakaan
yang permanen. Namun demikian, dengan segala keterbatasannya, kualitas SD
Negeri Mekarwangi I tak kalah dengan sekolah-sekolah lainnya. Terbukti bahwa
setiap tahun SD Negeri Mekarwangi I selalu menjadi juara akademik tingkat PMBK
kecamatan hingga provinsi. Dalam kompetisi di OSN maupun di beberapa cabang
olah raga, anak-anak SD Negeri Mekarwangi I pun kerap mendulang prestasi yang
membanggakan sekolah.
Saat ini, Toton adalah
wali kelas IV di SD Negeri Mekarwangi I. Jumlah siswanya dalam satu kelas hanya
sebanyak 29 anak. Toton mengatakan bahwa hingga saat ini SD Negeri Mekarwangi I
masih belum menggunakan Kurikulum 2013. Namun demikian, para guru di SD Negeri
Mekarwangi I sudah mencoba untuk menerapkan pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan.
Toton sendiri
seringkali menggunakan metode tanya jawab, diskusi, problem solving, inkuiri dan latihan dalam
pembelajaran bersama siswa-siswanya. Sedangkan model pembelajaran yang sering
ia gunakan adalah kerja kelompok, dengan pendekatan pembelajaran PAIKEM.
Menurut Toton, anak-anak didiknya paling suka dengan sesi diskusi. Ia juga
mengatakan bahwa pembelajaran yang aktif dan interaktif dapat memacu siswa
untuk lebih banyak belajar karena keingintahuan mereka semakin berkembang.
Kepedulian Toton kepada anak-anak didiknya begitu besar, tak
sekadar pada pembelajaran di waktu jam mengajar saja. Adakalanya Toton bahkan
melakukan home visit ke rumah para
siswanya demi memahami latar belakang siswanya, lebih dekat dengan keluarganya,
atau membantu mereka jika ada kesulitan dalam belajar. Menurutnya, guru harus
memiliki kepedulian pada para siswanya demi memahami siswa itu sendiri. Dengan
demikian guru akan menjadi sosok teladan dan inspirator bagi siswanya.
Selama menjadi guru di SD Negeri Mekarwangi
I, Toton merasa sangat betah dan senang. Yang membuatnya betah terutama adalah
rasa kebersamaan yang tinggi di antara warga sekolah, tak segan untuk saling
tolong menolong dan saling mendorong serta memotivasi.
Gemar Menulis
Selain sibuk dengan
kegiatannya mengajar, Toton juga senang menulis dan benar-benar produktif.
Mulai dari menulis artikel, cerpen, puisi, cergam, hingga buku-buku pelajaran.
Karya-karyanya pun telah banyak yang dimuat, baik itu di media lokal maupun
nasional.
Soal prestasi, rupanya
Toton pun adalah sosok dengan prestasi yang luar biasa banyak dan membanggakan.
Sejak tahun 2012, ia sudah berhasil menjuarai Lomba Simposium Nasional BERMUTU
dan beroleh juara II. Ia juga berhasil menjadi Juara II dalam Lomba Kreativitas
Guru Tingkat Nasional. Tahun 2014, ia mendapat juara I dalam Lomba Inovasi
Pembelajaran Tingkat Provinsi sehingga maju ke tingkat nasional. Sedangkan
tahun 2015 ia pun masuk dalam finalis Anugerah Konstitusi MK Tingkat Nasional.
Tahun 2016 ini, selain menjadi Guru Berprestasi Tingkat Nasional, ia juga
pernah meraih gelar Guru Inspiratif Jenjang SD Tingkat Provinsi dalam Een
Sukaesih Award dan juga juara I tingkat Provinsi dalam Lomba Inovasi
Pembelajaran yang diadakan oleh Universitas PGRI Semarang. Segudang prestasinya benar-benar menjadi
inspirasi bagi para tenaga pendidik lainnya untuk terus berkarya dan
berprestasi.
Jari Tangan Bernyanyi
Dalam mengikuti lomba
Guru Berprestasi Tingkat Nasional, Toton benar-benar mempersiapkan diri sejak
mengikuti seleksi dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional.
Dalam ajang ini, ia membawakan karya tulis dan presentasi mengenai media ‘jari
tangan bernyanyi’ yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami dengan
mudah cara menulis dan membaca bilangan romawi.
Media pembelajaran
jari tangan bernyanyi adalah media visual yang terbuat dari bahan karton warna
warni dan dibentuk seperti jari-jari tangan. Ukurannya pun disesuaikan dengan
jari tangan penggunanya. Media jari tangan bernyanyi
termasuk kategori media pembelajaran yang berbasis tradisional dan audio yang
belum dikemas berbasis komputer. Sebagai media pendidikan, media jari tangan memiliki
kelebihan antara lain dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas dan ruangan,
dapat dipakai berulang-ulang, praktis dan fleksibel dalam penggunaannya, mudah
dan murah dalam pembuatannya, dapat memusatkan perhatian siswa, meningkatkan
motivasi dan kreativitas siswa, serta membantu siswa melakukan pemahaman
lambang bilangan Romawi. Selain itu media jari tangan ini juga dapat dipasang, dilipat, atau ditempelkan sehingga
memudahkan siswa dalam mengingat penggunaan media tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Encon, media jari
tangan bernyanyi ini terbukti dapat mendorong siswa lebih kreatif, mudah memahami materi bilangan
Romawi, dan membuat belajar matematika lebih menyenangkan.
Berkat inovasi dan presentasinya tersebut, Toton berhasil
menyabet gelar juara I Guru SD Berprestasi Tingkat Nasional. Encon merasa
sangat bersyukur kerja keras dan usahanya membuahkan hasil yang manis. Dengan
hadiah yang diperolehnya, ayah dua anak ini berharap dapat melanjutkan ke
jenjang S-2 demi lebih meningkatkan kompetensi maupun kualifikasinya sebagai
guru. ***
Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Majalah Dikdas dan Guru (Kemendikbud)
Wah hebat pa sangat menginspirasi
ReplyDeleteAlhamdulillah, keren euy👍👍
ReplyDelete