Profil Juara : Kotak Petir Jadikan IPA Lebih Menarik

Muh. Nuh, S.Sos.
Juara III Tutor Paket A Berprestasi Tingkat Nasional 2015


Bagi Muh. Nuh, S.Sos., menjadi tutor Kejar Paket A di PKBM Mandiri Kecamatan Wonoayu Kabupatan Sidoarjo tak hanya sekadar pengabdian, namun juga sebuah kesempatan untuk menciptakan inovasi. Oleh karena, seorang pendidik juga dituntut untuk selalu kreatif, meskipun yang diajar adalah siswa-siswa Kejar Paket A. Nuh sebagai salah satu tutor yang mengajar di PKBM yang beralamat di Jalan Raden Wijaya, Desa Becirongengor RT 1 RW 03, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo ini juga memiliki sebuah inovasi media pembelajaran yang amat menarik, hingga mengantarnya menjadi Juara III Tutor Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2013.


Inovasi yang diciptakan Nuh adalah Kotak Petir, yang biasa ia gunakan saat mengajar pelajaran IPA di kelas Kejar Paket A yang ia bimbing. Kotak Petir yang ia buat ini berukuran 60 x 40 x 15 cm. Di salah satu sisi terlihat gambar-gambar metamorfosis hewan juga tumbuh kembang tanaman. Di sisi lainnya putih polos. Bagian yang bisa dilepas dari kotak itulah yang menjadi media pembelajaran bagi para siswa kejar paket A di PKBM Mandiri. Di bagian tersebut, siswa bisa menempelkan aneka gambar urutan metamorfosis hewan. Gambar-gambar tersebut juga dibuat Nuh. Setiap rangkaian disimpan dalam dus kertas makanan supaya tidak tercampur. Dus itu dimasukkan ke dalam kotak kayu itu juga.

Misalnya, gambar metamorfosis kupu-kupu yang terdiri atas lima gambar. Telur, ulat kecil, ulat dewasa, kepompong, hingga kupu-kupu diletakkan dalam satu kotak. Bagian luar kotak diberi tulisan kupu-kupu. Tanda tersebut memudahkan Nuh saat mengambil tema yang dikehendaki. ”Kotak kertas berisi gambar saya simpan di kotak ini. Namanya Kotak Petir,” kata Nuh seraya menunjuk kotak karyanya tersebut.
Nama Kotak Petir yang disematkan Nuh bermakna peta pikiran. Layaknya peta, dengan kotak itu, para siswa kejar paket A yang dibimbing Nuh dituntun untuk memetakan informasi dengan cara berpikir aktif dan kreatif. Tidak sekadar menerima informasi dari tutor secara pasif. Bagi Nuh, pembelajaran konvensional yang meletakkan siswa sebagai objek sudah tidak berlaku lagi. Cara seperti itu membuat para siswa tidak mampu berpikir kreatif. Siswa juga tidak akan tertarik belajar jika modalnya hanya buku dan mendengarkan penjelasan guru.
Berangkat dari hal itu, Nuh menciptakan media pembelajaran yang mengasyikkan sekaligus mampu membuat para siswa aktif. Suami Lailatus Zuhriah tersebut ingin mengajak para siswa berpikir saat belajar. Mereka tertarik untuk terus belajar karena ada media yang menyenangkan. Dengan Kotak Petir, proses belajar mengajar tidak melulu di dalam ruangan. Media pebelajaran tersebut juga bisa dibawa ke luar ruangan. Tinggal ditenteng seperti kotak perkakas. Siswa bisa mengurangi rasa bosan belajar di dalam ruangan. ”Maklum, banyak siswa kejar paket A yang berumur. Ada siswa yang usianya lebih dari 55 tahun,” ucap Nuh, lantas tersenyum.
Dengan media Kotak Petir, lanjut Nuh, ilmu yang ditularkan kepada siswa lebih mudah diterima. Apalagi, mereka diminta untuk aktif dan terlibat dalam pembelajaran. Nuh membiarkan anak didiknya berkreasi. Menyampaikan informasi sesuai yang ada dalam peta pikir mereka masing-masing. Tentu saja, hasil urutan para siswa beragam. Ada yang sudah benar, sedikit kekurangan, sampai ada yang urutannya acak-acakan. ”Meski salah, mereka harus diapresiasi karena sudah berani berekspresi. Belajar dengan media seperti itu, siswa tidak akan mudah lupa, selalu ingat,” lanjutnya.
Dengan menggunakan media  gambar Kotak Petir, hasil dari proses pembelajaran ternyata cukup menggembirakan. Respon peserta didik terhadap proses pembelajaran  mengalami peningkatan, dan hasil belajar peserta didik lebih baik. ***



Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Majalah Dikdas (Kemendikbud)



No comments:

Post a Comment