Salah satu yang istimewa di SD
yang pernah memenangkan lomba Sekolah Berkarakter Tingkat Nasional Tahun 2014
ini adalah luas sekolahnya yang luar biasa. Tujuh hektar hanya untuk sebuah sekolah
dasar. Fasilitas lengkap, ada empat buah laboratorium, lapangan sepak bola,
hingga kolam renang. Yang membuat luar biasa adalah, sekolah ini adalah SD
Negeri yang dibangun Pemerintah.
Bagi sebagian besar masyarakat di
kecamatan Martapura, mereka lebih mengenal sekolah ini dengan sebutan SDBI,
Sekolah Dasar Bertaraf Internasional, meski papan nama yang berdiri saat ini
bertuliskan SDN Indrasari 2. Jika sejenak kita mengembalikan ingatan ke tahun 2007, tentu masih ingat program
Pemerintah tentang Sekolah Bertaraf Internasional atau Sekolah Rintisan
Bertaraf Internasional. Saat itu, Pemerintah sedang getol menyiapkan Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI). Saat itu, Pemerintah membangun 22 SBI yang
tersebar di wilayah-wilayah Indonesia sebagai pilot project. Tentu SBI ini sangat berbeda dengan sekolah negeri
pada umumnya; baik dari sisi kualitasnya, sumber daya manusianya, hingga sarana
prasarananya. Nah, SD yang terletak di Jalan Chandra Kirana, Desa Indrasari,
Martapura ini
termasuk salah satu di antara ke-22 SBI yang dibangun Pemerintah tersebut. Tak
heran jika sejak pertama kali dibangun pada tahun 2007, sekolah yang kini
menjadi SDN Indrasari 2 ini memiliki fasilitas yang ‘berbeda’ daripada sekolah
lainnya.
Saat masih menjadi SBI, selain sarana dan prasarana
yang dilengkapi secara istimewa, guru-gurunya pun diseleksi dengan sistem
perekrutan yang amat ketat. Sistem seleksi ini melibatkan banyak elemen,
termasuk guru dari tingkat SMA ataupun tingkat SMP yang mendapat tawaran untuk
mengajar SDBI, tetap harus melewati seleksi ketat untuk benar-benar lolos.
Sayangnya, keberadaan SBI tak berlangsung lama. Sejak
Pemerintah membubarkan proyek SBI, maka sekolah unggulan di Kecamatan Martapura
ini pun tak lagi menjadi SBI, melainkan menjadi sekolah negeri seperti pada
umumnya. Sebagian besar guru-gurunya pun kembali ke kesatuan masing-masing,
meski ada beberapa guru yang tetap tinggal di sekolah.
Aminah, S.Pd., kepala SDN Indrasari 2 saat ini
mengatakan bahwa meskipun sekolah yang dipimpinnya tak lagi SBI, namun sebenarnya
tak banyak yang berubah dari sistem pembelajaran maupun kualitasnya. SDN
Indrasari 2 ini tetap menjadi pilihan masyarakat dalam mempercayakan pendidikan
anak-anaknya. Tak hanya dipercaya mampu mengembangkan kualitas akademik siswa,
namun yang terpenting adalah juga mengembangkan dan menguatkan karakter siswa.
Bagi Aminah, menciptakan generasi yang berbudi pekerti
luhur dan berakhlakul karimah adalah jauh lebih penting demi membangun generasi
bangsa untuk masa depan. Bangsa yang hebat adalah bangsa dengan generasi yang
memiliki karakter kuat. Oleh karena itu, ia menyadari bahwa pendidikan karakter
di sekolah dasar adalah pondasi bagi anak sebelum ia melangkah lebih jauh.
Untuk membangun karakter,
menurut Aminah bukanlah pekerjaan yang sekejab mata. Butuh waktu, komitmen, dan
juga keterlibatan semua pihak. Pendidikan anak tak semata adalah tanggung jawab
sekolah, namun juga menuntut peran aktif orangtua ataupun masyarakat. Di
lingkungan sekolah sendiri, wanita kelahiran Gambut, 10 Juni 1968 ini menggalakkan budaya sekolah yang wajib
dilakukan oleh siswa-siswa SDN Indrasari 2. Melalui pembiasaan-pembiasaan,
diharapkan budaya sekolah tersebut pun akan merasuk pada jiwa dan kesadaran
anak untuk terus diterapkan di kehidupannya kelak.
Sebenarnya pelajaran pendidikan karakter itu dimulai
sejak anak berangkat atau masuk sekolah, yakni pukul 08.00 wita. Lebih siang
daripada sekolah pada umumnya karena sebagian besar siswa bertempat tinggal
cukup jauh dari sekolah. Anak-anak diantar oleh para orangtua, sementara
guru-guru menyambut riang dan ramah di depan pintu gerbang, menyapa orangtua,
menyalami siswa. Kerap kali waktu-waktu seperti ini justru dimanfaatkan para
guru maupun kepala sekolah sendiri untuk mengenal lebih jauh orangtua para
siswa. “Kita tidak semata-mata memberi pembelajaran pada anak, namun juga ingin
mengetahui latar belakang anak di keluarganya. Jika kami dapat berkomunikasi
dengan orangtua siswa, maka hal itu lebih memudahkan kami dalam mendapatkan
informasi yang lebih lengkap mengenai si anak,” kata Aminah. Meski demikian,
sekolah pun menyediakan fasilitas antar jemput bagi siswa. Sekolah telah
memiliki sebuah kendaraan sekolah hasil dari pemerintah daerah, dan juga
mobil-mobil penjemput yang telah diupayakan oleh komite sekolah. Ada tujuh
mobil pengantar jemput yang telah siap sedia menjemput siswa dari rumah ke
sekolah.
Kuatkan
Landasan Agama
Di sekolah, anak dibiasakan untuk selalu berbaris
sebelum memasuki kelas. Ada pula kegiatan membaca asmaul husna, kemudian
beberapa wali kelas mengarahkan siswa untuk membaca Alquran atau surat-surat
pendek, ada pula yang melaksanakan shalat dhuha berjamaah. “dalam hal
pendidikan karakter ini, kami ingin menguatkan pondasi agama pada anak-anak. Agama
adalah akar pondasi pembangunan karakter, dan terutama itu kami tekankan pada
kelas rendah. Kami juga tidak membeda-bedakan agama, semua agama siswa kami
perlakukan sama. Kami menanamkan keimanan supaya karakternya lebih bermakna,”
jelas Aminah. Sebagian besar siswa di SDN Indrasari 2 memang beragama Islam,
karena sebagian besar masyarakat Banjar memeluk agama Islam. Kendati demikian,
ada pula siswa yang beragama Kristen, Hindu, dan Budha. Oleh karena itu,
sekolah pun telah bekerjasama dengan pendeta maupun biksu untuk mengadakan
pembimbingan bagi anak-anak yang membutuhkan.
Di samping itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar pun
memiliki kebijakan muatan lokal, yakni dalam hal pengembangan pendidikan dan
kegiatan keagamaan. Menurut H.Gusti Rustam Nur, M.M., Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Banjar, Pemerintah Daerah memang mencanangkan muatan lokal di
sekolah-sekolah di Kabupaten Banjar untuk memberi porsi lebih pada pendidikan
karakter dan agama. “Saat ini, pendidikan sepertinya memang menjadi prioritas
utama di Kabupaten Banjar. Pak bupati juga ingin pembelajaran agama
lebih ditambah dan harus d2ntegrasikan dengan pelajaran umum, kesejahteraan
pegawai ditingkatkan, termasuk guru-gruu di madrasah,” kata Kepala Dinas yang
sudah menjabat sejak 4 tahun lalu ini.
Ia juga mengatakan urgensi dari
pendidikan karakter, karena imbas dari ketiadaan pendidikan karakter di sekolah
benar-benar terasa sekali. “Dulu ada P4, Pendidkan Moral Pancasila, dan
sebagainya, sekarang tidak ada. Ini membawa dampak yang luar biasa. Ditambah
lagi anak-anak sekarang banyak terpengaruh oleh media sosial. Budi pekertinya
menurun, karakter berbangsa dan bernegaranya juga lebih menurun. Mereka kurang
peduli dengan bangsa sendiri,” katanya.
Rustam sangat menyambut baik
upaya Pemerintah saat ini dalam mengutamakan adanya pendidikan karakter di
sekolah, karena bagaimanapun, masa depan bangsa terletak pada generasi muda.
Sedangkan sekolah adalah tempat untuk mencetak para generasi muda penerus
bangsa, sehingga harus benar-benar mampu membimbing anak-anak menjadi pribadi
yang berkarakter dan berjiwa nasionalis.
Di SDN Indrasari 2, Pendidikan karakter dan agama
benar-benar sangat ditonjolkan melalui berbagai program kegiatan siswa. Kegiatan
membaca Alquran menjadi salah satu kegiatan yang wajib dilakukan siswa.
Anak-anak kelas 6 wajib mengkhatamkan Alquran. Namun di SDN Indrasari 2, siswa
kelas 5 umumnya sudah mengkhatamkan Alquran, sehingga kelas 6 lebih fokus pada
bacaan tartilnya. Siswa laki-laki pun disiapkan untuk dapat menjadi imam dalam
shalat berjamaah. Bagi anak-anak yang telah mengkhatamkan Alquran, akan
mendapat sertifikat yang ditandatangani oleh Bupati Banjar. Sedangkan untuk
siswa kelas rendah pun diwajibkan untuk menghapal minimal 15 surah dalam
Alquran.
Di hari Senin, semua warga sekolah pun wajib mengikuti
upacara bendera demi menumbuhkan semangat nasionalisme. Jika biasanya anak
masuk sekolah pada pukul 08.00 wita, namun pada hari Senin jam masuk sekolah
menjadi lebih awal, yakni pada pukul 07.30 wita. Saat upacara berlangsung, ada
pula sesi penerimaan hadiah bagi Bintang Kelas, yakni anak-anak yang dinilai
paling baik selama kurun waktu satu bulan. Kriteria menjadi bintang kelas
antara lain tidak membuat keonaran, tidak membuang sampah sembarangan,
tidak pernah datang terlambat, perilakunya bagus, dan prestasi nilainya pun
bagus atau meningkat. Nantinya, setiap tahun pun juga akan dipilih Bintang
Kelas dalam satu tahun. Para penilai adalah wali kelas, guru bidang studi,
kepala sekolah, bahkan hingga orangtua. Para Bintang Kelas akan menerima hadiah
dari sekolah, disaksikan oleh siswa-siswa lainnya. “Sebenarnya nilai material
hadiahnya tidak seberapa, tapi setidaknya anak-anak termotivasi karena adanya
apresiasi dan penghargaan, dan ini memiliki efek yang luar biasa bagi anak.
Tradisi ini sudah dilaksanakan sejak sekolah ini berdiri dan dipertahankan
hingga sekarang,” kata Aminah. Selain itu, ia pun mengatakan bahwa ada pula
menghargaan untuk guru terbaik maupun kelas terbaik, meski hanya memperoleh
piagam penghargaan saja. Pemberian piagam penghargaan tersebut pun dilakukan di
hadapan para orangtua siswa.
Untuk anak kelas 1 dan kelas 2, jam pulang sekolah
adalah pukul 13.00 wib. Untuk siswa kelas 3, kelas 4, dan kelas 5, jam pulang
sekolah adalah pukul 14.00 wib. Sedangkan untuk khusus anak kelas 6 baru pulang
pada pukul 15.30 wib, lebih lambat daripada yang lainnya karena siswa kelas 6
pun mendapat tambahan jam pelajaran untuk persiapan menghadapi ujian nasional.
Dikarenakan jam sekolah yang lebih lama, sekolah pun mengadakan jadwal makan
siang bersama di ruang makan bersama dan juga shalat dhuhur berjamaah. Sekolah
juga menyediakan catering sekolah sehingga siswa tidak perlu repot membawa
bekal dari rumah. Siswa dan guru makan bersama-sama di ruang makan. Hal ini
juga termasuk dalam pendidikan karakter, dimana guru dapat membimbing anak
bagaimana tata cara makan yang baik, sekaligus memberi kesempatan pada siswa
untuk saling bersosialisasi.
Menurut Aminah, pendidikan karakter harus diaplikasikan
ke segala aspek kehidupan, tak sekadar di dalam kelas saja. “Saya
menekankan akhlak dan keimanannya, memberi mereka pengertian bahwa mereka punya
tanggung jawab, dan sekolah itu tidak hanya mengejar pengetahuan, tapi juga
mengejar pembenahan moral dan akhlak. Saya selalu katakan pada anak-anak,
‘modal kamu dalam kehidupan itu dimulai dari sekarang dan kemauan untuk menjadi
lebih baik itu harus dimulai dari sekarang,’” ujarnya.
Dilihat dari hasil pengamatan, menurut Aminah,
siswa-siswa di SDN Indrasari 2 memiliki rasa empati dan kepedulian yang tinggi.
Hal ini menjadikan Aminah merasa sangat bangga. “Misalnya, ketika
melihat saya atau guru lain membersihkan got, anak-anak kelas 4, kelas 5, atau
kelas 6 ikut membersihkan got tanpa perlu saya suruh. Ini merupakan suatu kebangggaan
bagi saya. Mereka memiliki tanggung jawab dan juga rasa malu, selain prestasi,”
kata Aminah.
Ramah
Lingkungan
Jika dibanding dengan sekolah lainnya, luas SDN
Indrasari 2 memang luar biasa. Sekolah dibangun di atas lahan seluas 7 hektar.
Oleh karena itu, sarana dan prasarana pun cukup memadai. Misalnya, untuk ukuran
sekolah dasar, SDN Indrasari 2 sudah cukup lengkap karena memiliki 4
laboratorium sekaligus, yakni laboratorium bahasa, laboratorium IPA,
laboratorium keterampilan, dan laboratorium seni budaya. Sarana olahraga pun
juga cukup lengkap, karena selain ada lapangan sepakbola, ada juga lapangan
basket, hingga kolam renang. Sayangnya, beberapa sarana tersebut kini nampak
mangkrak dikarenakan keterbatasan sumber daya. Selain itu, beberapa
laboratorium pun dimanfaatkan untuk ruang kelas, karena justru SDN Indrasari 2
masih kekurangan ruang kelas. “Seharusnya kami masih membutuhkan tiga ruang
kelas lagi, namun ini baru mendapat bantuan dari pemerintah satu ruang kelas
baru,” kata Aminah. Penggunaan laboratorium pun masih dibatasi karena
terbatasnya aliran listrik di sekolah.
Luasnya sekolah memang acapkali memiliki kendala
tersendiri, terutama dari sisi perawatan. Sejauh ini, SDN Indrasari 2 telah
memiliki empat tenaga kebersihan, namun itupun dirasa masih belum dapat
mengantisipasi perawatan keseluruhan sekolah. Ibarat rumput tumbuh lebih cepat
daripada tenaga kebersihannya. Oleh karena itu, Aminah tak henti-henti menghimbau
seluruh warga sekolah untuk senantiasa menjaga lingkungan sekitar dan bahu
membahu dalam merawatnya. Minimal menjaga lingkungan sekitar tetap bersih dan
bebas sampah. Para siswa benar-benar dihimbau untuk tidak pernah membuang
sampah sembarangan. Masing-masing kelas telah disediakan tempat sampah. Bahkan
tak segan wanita yang menjadi kepala SDN Indrasari 2 sejak tahun 2013 ini
menerapkan sanksi bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. “Saya katakan
pada mereka bahwa jika membuang sampah sembarangan, akan didenda 500 rupiah.
Tapi tentu saja saya tidak pernah melakukan hal itu. Meski demikian, adanya
sanksi membuat anak merasa takut dan waspada untuk tidak membuang sampah
sembarangan.
Selain itu, Sekolah juga mendidik anak-anak untuk
memiliki keberanian dalam menegur teman atau siapapun, meskipun lebih tua
usianya, yang membuang sampah
sembarangan, dengan cara yang santun. Harapannya, hal ini juga dapat diterapkan
di lingkungan mereka tinggal,” jelas Aminah. Menurutnya, memberi pemahaman pada
siswa bahwa sekolah adalah milik bersama pun sangat penting untuk dilakukan.
Dalam rangka menanggulangi sampah, Sekolah memiliki
sistem pengelolaan sampah yang tak hanya untuk tujuan pembelajaran, namun
bahkan memiliki peluang yang ekonomis. Misalnya pembuatan pupuk kompos maupun
gas metan. Warga sekolah mengumpulkan daun-daun kering yang ada di sekitar
sekolah, yang kemudian diolah dengan mesin pencacah milik sekolah setelah
dicampur dengan dedak dan kotoran hewan. Kompos ini, selain dimanfaatkan untuk
taman sekolah, juga dijual ke sekolah-sekolah lain, keuntungan dari penjualan
kompos ini dapat membantu meringankan biaya operasional dan perawatan
lingkungan sekolah. Sedangkan untuk pembuatan gas metan masih terbatas untuk
pembelajaran siswa saja.
Di samping itu, Sekolah juga membuat pembibitan
bunga-bungaan yang nantinya dijual ke masyarakat umum. “Kami juga
mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran, misalnya
dengan IPA, sehingga anak juga terampil untuk mengimplementasikan pengetahuan
tersebut,” kata Aminah.
Sekolah juga memberdayakan Bank Sampah, yakni dengan
memisah-misahkan sampah dan mengumpulkannya, untuk kemudian dijual, dimana
Sekolah telah bekerja sama dengan Bank Sampah Kabupaten dalam pengumpulannya.
Menurut Aminah, umumnya tiap kelas mendapat penghasilan sekitar 15.000 rupiah
per minggu, dan itu bisa membantu dalam pembiayaan kelas. “Bank sampah ini juga
mendidik anak untuk berlatih wirausaha dan tidak menyia-nyiakan apapun yang ada
di sekitar,” tuturnya.
Gunakan
Kurikulum KTSP
Dalam hal pembelajaran, SDN Indrasari 2 saat ini masih
menggunakan Kurikulum KTSP. Meski demikian, sekolah ini sebenarnya sudah cukup
siap untuk menggunakan Kurikulum 2013. Bahkan untuk tahun 2016 ini telah
diproyeksikan untuk menggunakan Kurikulum 2013. Menurut Aminah, meskipun
menggunakan Kurikulum KTSP, namun dalam metode pembelajaran pun kerap
menggunakan metode Kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan beberapa guru mengakui
bahwa Kurikulum 2013 justru membuat anak memiliki kompetensi yang lebih
meningkat karena mereka lebih memahami melalui praktek-praktek dalam
pembelajaran yang kerap dilakukan. Seperti yang dikatakan Tuti Hartanti, S.Pd.,
salah satu guru di SDN Indrasari 2. “Kalau menurut saya, sebenarnya lebih enak
menggunakan K13 karena konsepnya tematik, sehingga dalam satu tema memuat
banyak pelajaran. Anak pun tidak dituntut untuk terlalu banyak menghapal. Anak
juga sepertinya lebih kompeten jika menggunakan K13 karena anak-anak langsung
praktek, merasakan pengalaman langsung dari pembelajaran,” katanya.
Dalam pembelajaran, Aminah pun menghimbau para guru
untuk selalu memasukkan nilai-nilai agama dalam setiap pembelajaran.
Menurutnya, cara ini pun dapat membuat karakter siswa menjadi lebih kuat.
Dengan budi pekerti dan penanaman akhlak, siswa justru menjadi lebih memahami
makna dari ilmu yang sedang dipelajarinya. Harapannya, siswa tak hanya cerdas
dalam akademik, namun juga memiliki karakter yang hebat.
Sebagai sekolah unggulan, SDN Indrasari 2 senantiasa
meningkatkan kualitas demi menjaga kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu,
Aminah pun tak segan membuat program dan kebijakan sekolah yang mengarah pada
tujuan peningkatan kualitas. Asalkan kebijakan tersebut pun disampaikan secara
terbuka pada komite maupun orangtua siswa, maka program-program tersebut pun
dapat berjalan dengan baik dan lancar. Misalnya mengenai pemberian jam tambahan
pelajaran; dibanding sekolah-sekolah lain di sekitar, siswa-siswa si SDN
Indrasari 2 memang pulang lebih lambat, dikarenakan sebagian dari mereka
mendapat tambahan jam pelajaran.
Bagi siswa kelas 1 dan 2, jam tambahan pelajaran
diperlukan jika siswa tersebut dirasa perlu demi kelancaran pembelajaran sesuai
dengan kurikulum. “Anak-anak juga dapat mengikuti jam tambahan pelajaran
calistung. Masalahnya, kadangkala antara kebijakan dengan tuntutan kurikulum
itu tidak sinkron. Siswa di taman kanak-kanak dilarang belajar calistung, namun
ketika memasuki sekolah dasar, beban materi pelajaran terlalu padat, padahal
tidak semua anak mampu mengikutinya. Di sinilah pentingnya jam tambahan
pelajaran itu,” jelas Aminah.
Sedangkan untuk siswa kelas 6, jam pelajaran tambahan
diperlukan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional atau ujian akhir.
Tak jarang Sekolah pun hingga mendatangkan narasumber dari universitas
atau pengawas sekolah yang memiliki kapasitas dan kompetensi di bidangnya untuk
memberikan materi tambahan. “Kami juga bekerja sama dengan penerbit. Mereka
memberikan draft soal-soal dan try out,
media ajar, dan sebagainya kepada kami. Bahkan kami juga kadangkala
memanfaatkan orangtua jika ada yang berkompeten dan bersedia membimbing para
siswa untuk meningkatkan kompetensinya,” kata Aminah.
Bahkan SDN Indrasari 2 pun
memberikan pelajaran tambahan yakni pelajaran Bahasa Arab. Pelajaran tambahan
ini diadakan atas dasar permintaan komite dan orangtua, yang menghendaki bahwa
pelajaran Bahasa Arab yang dulunya diajarkan di SBI sebaiknya diteruskan, meski
dengan konsekuensi adanya jam pelajaran tambahan. Atas dasar kesepakatan itulah
maka Sekolah pun memberikan pelajaran tambahan Bahasa Arab, selain pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tak hanya terfokus di
pembelajaran akademik, SDN Indrasari 2 juga mengembangkan potensi keterampilan
siswa. Bahkan demi menunjang kegiatan keterampilan, tak jarang Sekolah pun
melibatkan orangtua siswa yang memiliki keterampilan tertentu untuk mengajarkan
kepada siswa. Misalnya, keterampilan menganyam, membuat bunga, membuat masakan
daerah, dan sebagainya. “Saya ingin mereka setelah lulus SD juga memiliki
keahlian ketrampilan masing-masing. Itu juga untuk membantu menggali potensi
mereka, karena kalau tidak diasah, kita tidak tahu potensi dan keterampilan apa
yang dimilikinya,” jelas Aminah.
SDN Indrasari 2 juga telah
menggalakkan budaya literasi di Sekolah, dan terutama ini semakin digencarkan
sejak tahun 2016. Perpustakaan keliling dari Perpustakaan Daerah mengunjungi
Sekolah secara berkala sehingga siswa-siswa dapat memperoleh kesempatan membaca
buku milik koleksi Perpustakaan Daerah. Di samping itu, Sekolah juga mewajibkan
siswa kelas 3 hingga kelas 6 membaca minimal 25 buku. Sekolah akan membuatkan
draft laporan dari hasil bacaan siswa tersebut, yang nantinya juga akan
berpengaruh pada kelulusan siswa. Namun untuk kelas 1 dan kelas 2, mereka hanya
diwajibkan untuk menyimak dongeng yang dibawakan oleh guru masing-masing.
Sejauh ini, tidak pernah ada
siswa yang tidak naik kelas di SDN Indrasari 2, karena setelah pembelajaran
berakhir, para siswa berhak mendapatkan remedial oleh guru masing-masing. Untuk
hasil Ujian Nasional tahun 2015 lalu saja, rata-rata nilai siswa mencapai 9,23.
Tak mengherankan jika lulusan SDN Indrasari 2 banyak yang diterima di
sekolah-sekolah favorit. Menurut Aminah, di mata beberapa sekolah favorit di
Kabupaten Banjar, SDN Indrasari 2 telah dikenal memiliki kredibilitas tinggi
dalam melahirkan lulusan-lulusan yang tak hanya unggul di bidang akademik,
namun juga mandiri, memiliki kepedulian yang tinggi, serta memiliki karakter
kuat.
Di setiap penerimaan siswa baru,
jumlah siswa yang mendaftar selalu lebih banyak daripada kuota yang tersedia.
Bagi Aminah, hal ini selalu menjadi dilema tersendiri. Apa daya, ruang kelas
yang tersedia masih sangat terbatas, sehingga untuk tahun 2015 saja Sekolah
hanya menerima 60 siswa, yang artinya hanya dua kelas saja. “Tapi tahun kemarin
kami menerima tiga kelas atas permintaan komite, sehingga dalam pembelajaran,
kami pun memanfaatkan laboratorium,” kata Aminah. Dalam penyeleksian siswa
baru, SDN Indrasari 2 tidak menyelenggarakan tes apapun, sehingga pertimbangan
utama seleksi hanyalah usia anak dan letak tempat tinggalnya. Tentunya, yang
lebih dekat dengan Sekolah akan diprioritaskan.
Ekstrakurikuler yang Beragam
Salah satu daya tarik SDN Indrasari 2 adalah adanya
kegiatan ekstrakurikuler yang beragam. Ada kurang lebih 18 ekstrakurikuler yang
tersedia yang terdiri dari bidang agama, seni, olahraga, dan sebagianya,
sehingga anak bebas memilih sesuai dengan minat bakat yang dikehendakinya.
Selain dibimbing oleh guru-guru yang handal, adakalanya kegiatan
ekstrakurikuler juga didampingi oleh pelatih-pelatih handal yang berkapasitas
dari luar sekolah.
Para siswa di SDN Indrasari 2 pun kerap mendapat
kesempatan untuk mengisi acara-acara di Kabupaten atau Provinsi Kalimantan
Selatan. Dalam setiap perlombaan pun seringkali unggul dan telah banyak
prestasi yang dihasilkan. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan usai jam
pembelajaran di sekolah pada sore hari atau pada hari Sabtu.
Aktifnya
Paguyuban Kelas
Menurut Aminah, suksesnya pendidikan karakter tak lepas
dari peran serta orangtua. Terlebih, sebagian besar waktu anak adalah bersama
keluarga. Kendati demikian, orangtua harus aktif pula dalam menjalin komunikasi
dengan sekolah, dan juga mendukung sepenuhnya program-program sekolah. Komite
sekolah sebagai jembatan penghubung antara Sekolah dan orangtua murid memiliki
peran besar dalam menjaga keharmonisan tersebut.
Sejauh ini, menurut Aminah, komite sekolah sangat
mendukung program-program kegiatan sekolah. Misalnya dalam pembangunan ruang
kelas baru, maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Komite juga membantu untuk
mengawasi penggunaan dana BOS. Sebagai penghubung antara orangtua dan Sekolah,
komite menjadi wadah untuk menampung aspirasi. Terlebih Sekolah dilarang keras
mengadakan pungutan apapun, misalnya uang gedung dan sebagainya.
Beberapa program Sekolah juga melibatkan orangtua siswa
dengan tujuan untuk lebih mendekatkan hubungan dan komunikasi antara orangtua
dan pihak Sekolah, selain itu juga untuk menciptakan kebersamaan keluarga, dan
juga memberi kesempatan orangtua untuk menularkan ilmu yang dimilikinya pada
anak-anak. Beberapa kegiatan yang melibatkan orangtua antara lain program kelas
inspirasi, dengan narasumber atau guru dari orangtua siswa. Kegiatan ini rutin
dilaksanakan setiap dua bulan sekali. Ada pula kegiatan family gathering, menghias
kelas bersama, kerja bhakti di sekolah, menanam pohon bersama keluarga, dan
lain sebagainya.
Para orangtua siswa juga membentuk paguyuban kelas,
dimana tiap-tiap paguyuban kelas yang juga memiliki struktur organisasi dapat
mengusulkan berbagai macam kegiatan, misalnya field-trip ke kebun melon,
mengadakan lomba-lomba di hari Minggu, dan sebagainya. Sementara itu, Sekolah pun
bekerja sama dengan psikolog untuk membantu menyinkronkan program, visi, dan
misi sekolah dengan persepsi orangtua dengan tujuan supaya tidak akan ada
kesalahpahaman antara Sekolah dan orangtua.
Sejauh ini, umumnya orangtua menyatakan kepuasan yang
tinggi terhadap kinerja Sekolah. Seperti halnya Lien Elis Setiati, salah
satu orangtua siswa. Ia menyatakan kepuasannya terhadap SDN Indrasari 2,
terlebih setelah melihat perkembangan pesat puteranya yang adalah siswa kelas
IV. “Saya melihat banyak sekali perkembangan, terutama dari sisi agamanya.
Perilakunya di rumah juga semakin baik dan senantiasa menurut pada orangtua.
Yang menjadi referensinya selalu ‘kata ibu guru’,” kata wanita yang bersuami
anggota TNI ini.
Dalam hal mendidik anak di rumah,
Lien mengaku tak pernah memaksakan anak dengan kehendak orangtua. Menurutnya,
setiap anak memiliki bakat dan keinginan masing-masing, dan seyoganya orangtua
yang baik harus dapat menjadi mitra bagi anak dalam memperoleh keberhasilan.
Kendati demikian, ia tak segan untuk memotivasi anak jika nilai-nilainya
mengalami kemunduran.
Selain mengaktifkan peran komite
dan orangtua untuk membantu menyukseskan program sekolah, Aminat juga berupaya
untuk semaksimal mungkin memanfaatkan bantuan CSR dari perusahaan-perusahaan di
sekitar sekolah. Untuk menggalang bantuan dari CSR, Aminah mengaku memiliki
beberapa kiat supaya bisa menembus CSR. “Biasanya saya cukup proaktif
meningkatkan kepercayaan masyarakat dulu dengan berbagai prestasi dan andil
Sekolah di Kecamatan atau Kabupaten, sehingga kita mudah membawa misi kita pada
CSR. Dengan demikian kita menunjukkan bahwa kita ini memang layak untuk
diberikan bantuan,” jelas Aminah. Selain itu, ia pun acapkali menggunakan kapasitas
orangtua sebagai jaringan.
Akibatnya, telah banyak CSR yang
terlibat dalam pengembangan sekolah maupun dalam kegiatan-kegiatannya. Beragam
bantuan telah didapatkan. Misalnya dari Dinas Kehutanan membantu pengadaan
bibit tanaman, dari bank BPD memberikan sumbangan pot atau tempat sampah
sekolah, dan sebagainya.
Guru Banyak Belajar
Hingga saat
ini, jumlah tenaga pengajar di SDN Indrasari 2 sebanyak 16 orang guru. Ada 6
orng guru yang non-PNS, mereka umumnya mengajar bidang studi di luar kurikulum,
misalnya pelajaran bahasa Arab. Ada 13 guru perempuan dan 3 orang guru
laki-laki, yang mengajar untuk 14 rombongan belajar. Menurut Aminah, jumlah
guru di SDN Indrasari 2 masih belum mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu,
Aminah berharap semoga guru baru lekas dikirimkan. Dari sisi kualifikasi,
rata-rata guru di SDN Indrasari 2 sudah berkualifikasi S-1. Pihaknya pun kerap
bekerja sama dengan LPMP Kalimantan Selatan ataupun Universitas Lambung
Mangkurat dalam hal peningkatan pembelajaran.
Untuk menambah
kompetensi guru, Aminah selalu mendukung penuh setiap kegiatan peningkatan mutu
bagi guru. Para guru pun mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan
peningkatan kompetesi. KKG juga sangat diberdayakan, terlebih SDN Indrasari 2
ini adalah sekolah gugus. Ia berharap kesuksesan dan kemajuan di SDN Indrasari 2
dapat dibagikan pula ke sekolah-sekolah lain, terutama sekolah yang satu gugus.
Pengawas SD
yang membina SDN Indrasari 2, Dra. H. Hermawati mengatakan bahwa sejauh ini SDN
Indrasari 2 sangat aktif dalam kegiatan gugus dan menjadi inspirasi bagi
sekolah-sekolah lainnya dalam satu gugus. Hal ini membawa dampak yang cukup
positif, karena terbukti sekolah-sekolah lain, terlebih yang berada satu gugus
dengan SDN Indrasari 2, memperoleh kemajuan yang pesat.
Selain itu,
Hermawati juga mengatakan bahwa kepala SDN Indrasari 2 adalah sosok yang sangat
kooperatif dan senang melakukan diskusi dengannya atau dengan siapapun mengenai
langkah dan solusi dalam mengembangkan sekolah.
Sebagai kepala
sekolah, Aminah juga memikirkan perkembangan kompetensi guru-gurunya. Berbagai
kegiatan yang dapat membuat kompetensi guru menjadi lebih berkembang pun
senantiasa digalakkan, termasuk salah satunya adalah membuat karya tulis. Ia
kerap menganjurkan guru untuk membuat karya tulis. Di sampung itu, ia juga
memotivasi guru untuk tak gentar mengikuti berbagai kegiatan maupun lomba dari
luar sekolah. “Dengan mengikuti lomba-lomba, wawasan kita menjadi lebih terbuka
karena akan bertemu dengan banyak orang dan mendapatkan pengalaman yang
berbeda-beda,” kata Aminah. Meski demikian, ia selalu siapkan terlebih dulu
para guru yang mengikuti lomba supaya penampilan dan kesiapan mereka semakin
prima.
Sebagai kepala sekolah, salah
satu tugas Aminah tentu adalah mengajak dan menginspirasi warga sekolah untuk
lebih mengembangkan SDN Indrasari 2. Berbagai cara ditempuh, tak sekadar
memberi arahan dan aturan saja, namun Aminah juga cenderung memilih untuk lebih
memberi contoh dan tauladan. Wanita yang pernah menjadi juara II dalam Lomba
Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan ini tak segan
untuk menunjukkan pada guru maupun staf bagaimana cara bekerja. “Saya kalau
menyuruh tidak hanya menyuruh, tapi juga harus ikut bekerja. Bahkan saya yang
harus lebih banyak ikut andil dalam pekerjaan itu. Misalnya, dalam pembuatan
karya tulis, guru tak hanya disuruh, tapi saya juga harus menulis lebih dulu,
atau saya membuat tim untuk membuat karya tulis, dan guru saya libatkan dalam
penyusunan karya tulis tersebut. Dalam hal
pembagian tugas pun juga harus adil. Dalam pembuatan media ajar, saya harus
menjadi partner bagi guru,” kata Aminah.
Kerja keras SDN Indrasari 2
memang patut diacungi jempol. Berbagai prestasi telah didulang, baik di tingkat
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, hingga nasional. Baik itu dari peserta didik,
para guru, hingga kepala sekolahnya. Semua keberhasilan tersebut adalah tak
lain hasil kerjasama team work yang solid dan selalu termotivasi untuk menjadi
lebih baik. Siti Zainab, M.Pd., kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Martapura
mengatakan bahwa SDN Indrasari 2 ini diharapkan sebagai barometer bagi
sekolah-sekolah di kecamatan-kecamatan pinggiran di Kabupaten Banjar. Banyak
hal yang patut dicontoh di SDN Indrasari 2 ini. “Pembelajaran di sini sangat
baik. Siswa dan guru dapat mengenal lingkungan secara langsung, mengelola,
merawatnya. SDN Indrasari 2 ini merupakan aset yang bagus bagi Kabupaten Banjar
yang juga mendapat julukan sebagai kota Adipura. Dan terlebih yang membuat saya
salut pada SDN Indrasari 2 ini adalah kemandiriannya,” kata Zainab, yang pada
Desember 2016 nanti sudah memasuki masa pensiun.
Aminah berharap, prestasi SDN
Indrasari 2 tak hanya berpuas di tingkat Kabupaten atau Provinsi saja, namun
juga hingga mencapai Nasional atau bahkan Internasional. Ia percaya segala
sesuatu harus berawal dari mimpi terlebih dahulu. Ia pun bermimpi ingin
menciptakan sekolah alam yang dilengkapi miniatur-miniatur aspek-aspek
kehidupan, sehingga siswa bisa belajar secara langsung seperti benar-benar
berada dalam kehidupan nyata. Dengan bermimpi, hal itu akan mendorong siapapun
untuk giat bekerja keras demi mewujudkan impian.***
Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SD Berkarakter, Majalah SD, Dikdas, Guru (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment