Menengok Indonesia bagian tengah
dan timur, ada sebuah sekolah dasar yang kualitas dan prestasinya pun tak kalah
dengan sekolah-sekolah bagus yang banyak terdapat di Jawa maupun pulau lainnya.
Tersebutlah SD Negeri 24 Macanang, sebuah sekolah dasar di Kecamatan
Taneriattang Barat, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang telah diakui sebagai
sekolah teladan maupun sekolah dasar terbaik
se-Kabupaten Bone. Salah satu prestasi paling membanggakan adalah pernah
merebut Juara III dalam Lomba Manajemen Berbasis Sekolah pada tahun 2014 lalu.
Letak SD Negeri 24 Macanang
memang tak dekat dengan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, yakni
berjarak sekitar 174 km. Butuh waktu sekitar 6 jam perjalanan dengan
menggunakan mobil dari Makassar hingga mencapai sekolah. Itupun harus melalui
rute yang melewati hutan lindung Maros maupun taman nasional Bantimurung.
Walhasil, jalanan berliku-liku, naik turun dengan tikungan-tikungan tajam,
kendati kondisi jalan sebagian besar sudah beraspal bagus.
Kabupaten Bone sendiri, menurut
data dari Wikipedia, adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Sulawesi
Selatan. Ibukota kabupaten yang memiliki luas wilayah 4.559 km2 ini terletak di kota Watampone.
Menurut Badan Pusat Statistik, kabupaten yang juga menjadi tempat kelahiran
wakil presiden Jusuf Kalla ini, berpenduduk sekitar 738.515 jiwa, dengan
tingkat kepadatan penduduk sekitar 162 jiwa per km2.
Di bidang pendidikan, Kabupaten
Bone boleh dibilang telah mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam dasawarsa
terakhir ini. Menurut keterangan Drs. Nursalam, M.Pd., sekretaris Dinas
Pendidikan Kabupaten Bone, saat ini di Bone sudah terdapat 669 sekolah dasar, 124 sekolah menengah
pertama, dan 34 sekolah menengah atas. Jumlah guru pun telah mencapai sekitar
13ribuan. Kendati demikian, seperti daerah-daerah lainnya, Bone pun masih
mengalami masalah penyebaran pemerataan guru. Masih ada beberapa sekolah yang
kekurangan guru dikarenakan lokasi sekolah yang amat jauh dari perkotaan.
Salah satu sekolah dasar yang
menjadi andalan bagi Kabupaten Bone sekaligus telah beberapa kali mengharumkan nama Provinsi Sulawesi Selatan
adalah SD Negeri 24 Macanang. Sekolah yang terletak di Jalan Ahmad Yani Nomor
30, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone ini dibangun sejak tahun
1972. Telah terjadi beberapa kali pergantian kepala sekolah, hingga yang
terakhir saat ini dipimpin oleh Hj. Siti Nurhayati Malik, S.Pd., wanita asli
Bone yang telah menjabat sebagai kepala sekolah selama dua periode sejak tahun
2005.
Menurut Nurhayati, SD Negeri 24
Macanang telah menjadi SD teladan di Kabupaten Bone sejak pertama kali
dibangun. Awalnya, sekolah hanya memiliki enam ruang kelas, ruang kantor serta
ruang guru. Tahun 1979, dibangunlah rumah guru di kompleks sekolah ini. Dalam
bangunan rumah guru tersebut terdiri dari tiga kamar. Selain itu, Pemerintah
juga membangun lagi sekolah baru di kompleks seluas 5.382 m2 ini,
yakni SD Inpres 12 Macanang. Walhasil, hingga saat ini, dalam satu kompleks
terdapat dua sekolah, yakni SDN 24 Macanang dan SD Inpres 12 Macanang. Luas
tanah yang ditempati SDN 24 Macanang sendiri sekitar 3.280 m2.
Sedangkan taman sekolah di bagian depan lebih banyak dikelola oleh SDN 24
Macanang.
Pada
tahun 2000, Pemerintah membangun 2 unit
ruang kelas, sehingga SDN 24 Macanang memiliki 8 ruang kelas. Tahun 2011 ada
tambahan lagi sebanyak 2 ruang kelas, sehingga menjadi 10 ruang kelas. Kendati
demikian, kebutuhan sarana prasarana SDN 24 Macanang semakin tinggi, terlebih
animo dan kepercayaan masyarakat pun semakin tinggi. Maka pada tahun 2012,
bangunan yang sebelumnya diperuntukkan sebagai tempat tinggal guru pun
dibongkar karena tidak ada yang menempati, yang kemudian dialihfungsikan
menjadi ruang perpustakaan.
Telah
banyak perubahan yang dialami di SDN 24 Macanang, terutama sejak Nurhayati
Malik diangkat menjadi kepala sekolah. Awal karir wanita kelahiran Watampone,
31 Desember 1963 ini dimulai dari seorang guru. Lulus dari Sekolah Pendidikan
Guru (SPG) tahun 1981, Nurhayati langsung mengabdi menjadi guru dan diangkat
sebagai pegawai negeri sipil tahun 1982. Namun saat itu ia ditempatkan di
sebuah sekolah yang terletak di daerah terpencil, 50 km dari kota Watampone,
kemudian dimutasi di sebuah sekolah dasar di Kecamatan Ulaweng. Tahun 1985
Nurhayati menikah dengan Usman, S.Pd (yang saat ini adalah seorang Pengawas
Sekolah). Ia memutuskan untuk mengikuti suami ke daerah tempatnya bertugas,
sehingga ia pun pindah mengajar di SD Inpres 12/79 di Kecamatan Sibulue. Saat
sang suami dipindahtugaskan ke Makassar, Nurhayati pun kembali mengikut suami
dan pindah mengajar ke Makassar, yakni di SDN Manurukki, kecamatan Tamalate. Baru
pada tahun 1990, suami dan Nurhayati berkesempatan kembali ke Watampone, dimana
kemudian Nurhayati mengajar di SDN 24 Macanang, Bone.
Saat
pertama kali menjadi guru di SDN 24 Macanang, Nurhayati diberi amanat untuk
menjadi guru kelas III. Selang beberapa lama kemudian, ia pun menjadi guru
kelas VI. Saat itu, ada 4 kelas 6 di SDN 24 Macanang. Nurhayati mengajar
Matematika – IPA. Selama menjadi guru di SDN 24 Macanang dan mengikuti beberapa
periode kepemimpinan kepala sekolah, ia mengungkapkan bahwa SDN 24 Macanang
selalu mendapatkan kepala sekolah dengan karakter yang tegas. Hingga pada tahun
2003, Nurhayati pun diangkat menjadi kepala SDN 24 Macanang. Telah diakui oleh
banyak pihak bahwa ia pun telah membawa banyak perubahan yang signifikan pada
SDN 24 Macanang.
Salah
satu perubahan yang nyata terlihat adalah peran koperasi di sekolah. Saat
Nurhayati masih menjadi guru, ia mengatakan bahwa peran koperasi di sekolah
yang didirikan pada tahun 1985 itu justru tenggelam. “Saya melihat bahwa
koperasi sepertinya tidak berjalan dengan baik. Meski anak-anak selalu menabung
di koperasi, namun setiap bulan selalu tidak ada modal berkembang. Bahkan ada
kerugian hingga mencapai 30 juta. Ironisnya, saat itu tak banyak yang bisa saya
lakukan karena tidak ada kerjasama yang baik. Saya sempat berangan-angan, kapan
saya bisa menghidupkan koperasi ini dengan pelaksanaan yang berjalan secara
efektif dan baik. Maka ketika saya diangkat menjadi kepala sekolah, saya pun
segera mengembangkan koperasi ini,” jelas Nurhayati.
Perubahan
peran dan perkembangan koperasi tampak nyata terlihat karena menurut Nurhayati,
tabungan siswa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Bahkan ada siswa kelas VI
yang tabungannya hingga mencapai 30 juta. Modal yang dikumpulkan dalam RAT
(Rapat Anggota Tahunan) tahun 2015 pun mencapai hingga 1,5 milyar. DI setiap
RAT, laba yang diterima anggota paling rendah sekitar 1 juta rupiah. Sedangkan
tenaga honor yang tidak masuk dalam koperasi juga mendapat imbalan minimal 500
ribu rupiah per tahun. “Ada pula honor jasa guru kelas, jasa anggota, jasa
penabung, jasa pengelola, dan koperasi pun berkontribusi dalam pembangunan
pagar sekolah,” jelas ibu dua anak ini.
Kantin Kejujuran
Selain
Koperasi, SDN 24 Macanang juga membangun dan mengembangkan kantin kejujuran.
Awalnya, menurut Nurhayati, kantin kejujuran tersebut diprakarsai oleh program
yang diluncurkan Kejaksaan Tinggi Makassar. “Pada tahun 2010, kami mewakili
Kabupaten Bone diberi bantuan untuk mengembangkan kantin kejujuran. Namun saat
itu deadline kami hanya sekitar 2 minggu untuk menyiapkan itu semua. Kami
diberi dana 1 juta untuk mengisi menyediakan produk yang hendak dijual di
kantin kejujuran. Sedangkan modal untuk pembangunan kantin sebesar 20 juta kami
pinjam dari koperasi sekolah. Alhamdulillah proyek tersebut berhasil, dan
kantin kejujuran tetap berjalan sampai sekarang,” kata Nurhayati.
Kantin
kejujuran di SDN 24 Macanang terdiri dari dua bagian, yakni kantin kemasan dan
kantin siap saji. Kantin kemasan menyediakan produk yang terkemas, sedangkan
kantin siap saji menyajikan makanan-makanan yang bisa dikonsumsi anak di situ,
misalnya mie instan, pisang goreng, dan lain sebagainya. Saat berbelanja di
kantin, anak-anak mengambil sendiri belanjaan yang diinginkan dan menaruh uang
di kotak yang telah disediakan. Ia pun bisa mengambil sendiri uang kembalian
tanpa adanya pelayanan dari petugas atau guru. Meski dengan sistem demikian,
namun kantin kejujuran yang dirintis SDN 24 Macanang ini pun mampu menghasilkan
laba. Misalnya, setidaknya, laba dari hasil penjualan tersebut mampu
berkontribusi untuk menyediakan konsumsi bagi guru di sekolah setiap hari.
Selain
itu, kantin kejujuran ini pun dapat melatih dan menempa anak-anak untuk senantiasa
bersikap jujur. Hal ini terbukti karena sejauh ini sangat jarang dijumpai
masalah ketidakjujuran. Menurut Nurhayati, pengawasan tak lagi dilakukan oleh
guru, bahkan juga di antara siswa itu sendiri. Jika siswa mengetahui ada yang
berlaku tidak jujur atau tidak baik, maka ia akan segera mengingatkan atau
memberi laporan kepada guru. Kejujuran dan solidaritas tersebut pun menurut
Nurhayati tak semata-mata terbangun dengan sendirinya, melainkan juga
melibatkan peran sekolah maupun keluarga dalam membina dan mengarahkan anak.
Anak harus memahami esensi kejujuran dan karakter baik sehingga ia pun dapat
mengembangkan sikap jujur dan baik dalam dirinya.
Kurangnya Ruang Kelas
Sejauh
ini, masalah krusial yang masih dihadapi SDN 24 Macanang adalah kurangnya ruang
kelas untuk peserta didik. Hingga saat ini, masih ada beberapa kelas dengan
jumlah siswa yang sangat gemuk, mencapai lebih dari 40 orang. Ada pula yang
dalam satu ruang kelas terdiri dari dua rombongan belajar. Namun menurut
Nurhayati, hal tersebut sedikit lebih baik jiks dibanding tahun-tahun
sebelumnya, yang mana dikarenakan ruang kelas yang tidak mencukupi, kegiatan
belajar mengajar pun terpaksa diselenggarakan dalam dua shift, yakni shift pagi
hingga siang dan shift siang hingga sore. Namun saat ini anak-anak sudah masuk
di pagi hari semua.
Menjadi
sekolah favorit acapkali memang melahirkan dilema tersendiri bagi SDN 24
Macanang. Dikarenakan diinginkan oleh banyak orangtua, tak heran jika saat
pendaftaran murid baru tiba, kuota sekolah lekas terpenuhi, bahkan hanya dalam
waktu 2 hari saja. Imbasnya, kadangkala SDN 24 Macanang pun mengadakan seleksi
bagi calon murid baru tersebut jika peminatnya melebihi kuota yang tersedia.
“Dalam seleksi tersebut, kami lihat penampilan anaknya terlebih dahulu.
Pertama, bagaimana cara dia membaca atau menghapal surah, dan sebagainya. Kami
juga mempertimbangkan ijasah TK serta bakat anak untuk memetakan potensi
mereka,” kata Nurhhayati. Beberapa orangtua sempat protes dengan sistem seleksi
karena anak-anak yang jauh rumahnya diterima, sedangkan yang rumahnya dekat
justru tidak diterima. Oleh karena itu, sekolah pun mengubah sistem seleksi.
Namun pada tahun ajaran 2015/2016 ini Sekolah tidak melakukan seleksi
dikarenakan jumlah pendaftar sesuai dengan kuota sekolah. Saat ini, jumlah
total siswa di SDN 24 Macanang sebanyak 618 siswa dengan 23 rombongan belajar.
Tahun
2012, SDN 24 Macanang menerima bantuan dari pusat untuk rehabilitasi 9 ruang
kelas. Namun demikian, Nurhayati juga berharap SDN 24 Macanang mendapat ruang
kelas baru. Tak habis akal, Nurhayati pun mencoba untuk mengkalkulasi kembali
dana bantuan rehabilitasi dan anggaran pembangunan ruang kelas baru. Hasilnya,
ia menemukan bahwa ada sebagian dana rehabilitasi tersebut dapat membantu untuk
pembangunan ruang kelas baru. Maka dengan keputusan mantap, selain melakukan
rehabilitasi untuk 9 kelas, sisa anggaran pun ia manfaatkan untuk membangun
ruang kelas baru yang juga dipersiapkan untuk menopang lantai dua sekolah, yang
nantinya akan dibangun ruang kelas baru di tingkat dua. “Jadi ada 4 ruang kelas
saya bangun untuk persiapan lantai dua. Kami bangun tiang dan cakar ayam
terlebih dahulu. Sisa dana rehabilitasi tersebut digunakan untuk membangun cor
lantai 2,” katanya.
Tahun
2015, SDN 24 Macanang kembali diberikan dana bantuan DAK dari Pusat, yang
kemudian dimanfaatkan untuk menambah ruang kelas di lantai 2. “Kami diberikan
bantuan untuk membangun 4 ruang kelas,
namun kenyataannya, kami membangun 5 ruang kelas. Dan itupun sebenarnya masih
kurang 6 ruangan lagi supaya kelas tidak
terlalu padat. Saat ini masih ada 4 kelas yang padat sekali. Jika kami memiliki
6 ruangan lagi, setidaknya kami bisa membuat laboratorium juga,” katanya.
Bagi
Nurhayati, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah menjadi prioritas utama
demi menjaga kualitas sekolah dan menyokong pembelajaran yang baik. Oleh karena
itu, ia tak segan untuk menambah, merehabilitasi, ataupun merombak lahan atau
ruangan yang sekiranya dapat menjadi lebih bermanfaat. Misalnya ia tak segan
untuk merombah kompleks tempat tinggal kepala sekolah menjadi ruang tamu kepala
sekolah, ruang kantor kepala sekolah serta komite sekolah, serta ruang UKS. Ia
pun memanfaatkan bagian depan sekolah dengan membangun semacam pendopo yang
dapat digunakan sebagai musalla ataupun sanggar seni untuk anak.
Budaya Sepekan Untuk Penguatan Karakter
Untuk
pengembangan dan penguatan karakter siswa, SDN 24 Macanang telah menjalankan
beberapa program dibalut dalam budaya sekolah. Istilahnya adalah budaya
sepekan. Kegiatan-kegiatan dalam budaya sepekan antara lain pada hari Senin,
siswa wajib mengikuti upacara bendera. Upacara bendera ini diharapkan dapat
menumbuhkan kedisiplinan serta jiwa nasionalisme pada diri anak-anak. Namun
uniknya, di SDN 24 Macanang ini, pelaksanaan upacara bendera di lapangan tengah
pun juga tak hanya dilakukan oleh warga SDN 24 Macanang saja, melainkan juga
bersama-sama dengan SD Inpres 12/79 Macanang, yang berada satu kompleks dengan
SDN 24 Macanang. Dalam upacara bendera, kerap juga dilaksanakan budaya
mengapresiasi warga sekolah yang berprestasi.
Sedangkan
budaya hari Selasa adalah membaca surah-surah dalam Alquran. Budaya ini
diharapkan dapat menguatkan dan mempertebal keimanan serta keyakinan anak didik
pada nilai-nilai agama. Pada hari Rabu, tibalah budaya membaca senyap, dimana
anak-anak dianjurkan untuk membaca buku yang bermanfaat, baik itu di sudut baca
yang terdapat di kelas masing-masing ataupun di perpustakaan sekolah. Biasanya
guru pun sudah mempersiapkan buku-buku untuk bacaan anak-anak didiknya. Setelah
itu, guru akan menanalisa siapa yang paling banyak membaca, dan juga menyuruh
anak-anak menceritakan kembali apa yang telah dibacanya. Yang paling banyak
membaca yang yang dapat menceritakan kembali bacaannya dengan baik akan
diberikan apresiasi oleh guru. Budaya membaca ini pun sebenarnya juga seiring
dengan anjuran Mendikbud mengenai budaya literasi di sekolah.
Pada hari
Kamis, anak-anak melaksanakan budaya sehat, misalnya dengan kegiatan olahraga.
Semua siswa diwajibkan untuk melakukan senam pagi secara serentak. Hari Jumat adalah budaya bersih, dimana
sebelum masuk kelas, anak-anak digiring untuk melaksanakan kerja bakti di
sekolah demi menjaga kebersihan. Sedangkan hari Sabtu adalah budaya salam,
dimana setiap datang dan pulang sekolah anak-anak membentuk barisan antrian
untuk memberi salam pada kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan.
Kegiatan-kegiatan budaya sepekan ini dilakukan setiap hari sebelum jam mulai
pelajaran pertama sekolah. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pukul
07.30, sedangkan pelaksanaan budaya sepekan dimulai sejak pukul 07.00.
Bank Sampah
Selain
itu, menurut Nurhayati, SDN 24 Macanang juga menjadi Duta Lingkungan. Ini
dikarenakan SDN 24 Macanang juga menggalakkan adannya Bank Sampah. Melalui bank
sampah, sampah-sampah yang ada di SDN 24 Macanang dipilah-pilih, mana yang
memiliki nilai jual dan bisa dimanfaatkan, serta mana yang tidak. Bank sampah
ini diberlakukan sejak tahun 2011 hingga saat ini. “Awalnya, dulu saya melihat
anak-anak sangat ceroboh karena mereka kerap membuang sampah sembarangan setelah
jajan. Banyak sekali sampah berserakan di mana-mana. Setelah melalui diskusi
dengan guru, kami pun sepakat untuk memulai program kebersihan. Saya
menganjurkan guru dapat mengarahkan siswa-siswinya untuk mengumpulkan sampah
yang berserakan di sekitar mereka. Awalnya memang sulit, karena tidak semua
siswa memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Terlebih waktu
itu belum tersedia keranjang-keranjang sampah di sekitar mereka. Namun berkat
kegigihan dan keuletan semua pihak, sedikit demi sedikit sampah yang berserakan
mulai berkurang. Kami pun menyediakan keranjang-keranjang sampah di
masing-masing kelas dan melakukan pendidikan serta pembinaan teradap
siswa-siswi mengenai sampah,” kisah Nurhayati.
Pengumpulan
sampah yang digalakkan di SDN 24 Macanang semakin menarik karena kemudian
Nurhayati pun mengarahkan supaya sampah
tersebut dipilah-pilih, mana sampah organik maupun anorganik seperti plastik,
kertas, dan sebagainya. Nantinya, sampah tersebut akan dijual pada pengepul
sampah atau dimanfaatkan menjadi prakarya daur ulang untuk anak-anak.
Sampah-sampah yang bernilai jual tersebut disimpan untuk nantinya dijual. Setiap
dua kali dalam satu tahun, sampah-sampah tersebut siap dijual dengan ditimbang
terlebih dahulu. Biasanya, satu kelas bisa menghasilkan sampai sekitar 7 kg
sampah bernilai jual. Hasil dari penjualan sampah tersebut pun biasanya
dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan kelas, yang dikelola oleh masing-masing
guru kelas. “Yang paling rajin mengumpulkan sampah justru anak-anak kelas 1
dibanding kelas tinggi. Selain itu, tak pelak anak pun hingga membawa sampah
sendiri dari rumah untuk dikumpulkan di sekolah demi berlomba-lomba
menghasilkan sampah bernilai jual yang lebih banyak,” kata Nurhayati.
Dalam
membina dan mendidik anak-anak, Sekolah pun tak segan untuk memberikan
apresiasi bagi siswa tatkala anak mendapat prestasi ataupun memberi sanksi pada
anak tatkala mereka melakukan kesalahan. Hal ini demi memberi mereka pelajaran
dan pemahaman hidup. Anak memerlukan apresiasi untuk memotivasi mereka menjadi
semakin berprestasi. Sedangkan hukuman pun diperlukan untuk menunjukkan pada
mereka hal-hal yang tidak baik dan supaya tak lagi diulangi. Namun demikian, Sekolah
cenderung untuk memberikan hukuman yang bersifat mendidik namun juga membuat
efek jera pada anak supaya tak lagi mengulangi kesalahan. Misalnya, jika ada
yang kedapatan membuang sampah sembarangan, maka ia dihukum untuk mencari dan
memungut sampah-sampah yang bertebaran di sekitar sekolah. Adakalanya juga
dihukum dengan menyuruh anak membaca surah-surah dalam Alquran.
Demi
mengontrol dan mengawasi siswa secara berkesinambungan, sekolah pun memiliki
buku penghubung anak yang dimaksudkan sebagai sarana untuk menjalin komunikasi
antara sekolah dengan orangtua. Guru akan memberi laporan maupun pengarahan
mengenai aktifikas siswa melalui buku penghubung yang juga menjadi sarana
komunikasi antara sekolah dan orangtua. Termasuk ketika anak melakukan
tindakan-tindakan yang kurang baik di kelas/sekolah, maka guru akan melaporkan
hal tersebut pada orangtua melalui buku penghubung. Harapannya, kegiatan
pendidikan dan pembinaan anak tak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, namun
juga orangtua. Bagaimanapun, menciptakan generasi yang baik pun diperlukan
sinergi dan kerjasama antara sekolah dengan orangtua.
Dalam
hal pembinaan karakter anak, SDN 24 Macanang pun memiliki Bengkel Hati. Program
ini berada di bawah tanggung jawab guru agama. Bengkel hati diharapkan dapat
menjadi wadah untuk anak-anak, terutama yang masih memerlukan pembinaan
karakter. Misalnya, untuk anak-anak yang kedapatan tidak jujur saat berbelanja
di koperasi. “Kalau kita temukan anak yang seperti itu, maka akan kami bina
melalui bengkel hati dengan melakukan pendekatan-pendekatan personal, misalnya
dengan diberikan nasehat, dan sebagainya,” terang Nurhayati.
Ekskul dan Bimbingan Belajar
Demi
menunjang pendidikan anak didik melalui kegiatan-kegiatan positif, SDN 24
Macanang pun menyediakan sekitar 11 kegiatan ekstrakurikuler yang diminati anak
dan dapat diikuti selepas jam pulang sekolah. Sekolah berakhir setiap pukul
11.55 untuk anak kelas IV, V, dan VI, yakni setelah usai salat dhuhur berjamaah
di masjid seberang sekolah. Sedangkan untuk anak kelas I, II, dan III, jam
sekolah berakhir pada pukul 10.55. Usai jam sekolah, anak-anak akan melakukan
kegiatan ekskul masing-masing. Ada beberapa ekskul yang sifatnya wajib diikuti,
antara lain Pramuka, Baca Tulis Alquran, dan Kelas Bahasa Inggris.
Kegiatan-kegiatan ekskul lainnya yang bisa menjadi pilihan antara lain kegiatan
ekskul seni seperti menari, menggambar, membatik, dan sebagainya, ekskul
olahraga, ekskul pelajaran, dan sebagainya.
Khusus
untuk anak kelas VI, mereka pun wajib mengikuti bimbingan belajar yang diadakan
sekolah demi mempersiapkan keberhasilan Ujian Nasional. Bimbingan belajar ini
diadakan setelah jam pulang sekolah maupun ekskul, dan biasanya anak-anak kelas
VI memilih tinggal di sekolah hingga jam bimbingan belajar dimulai, sehingga
umumnya mereka membawa bekal dari rumah.
“Sebelum
pelaksanaan bimbingan kami sudah konsultasikan dan memberi pengarahan pada
orangtua melalui pertemuan. Kami meminta orangtua untuk mengantar jemput
anaknya di sekolah usai bimbingan, dan ternyata orangtua tidak keberatan.
Mereka sangat bekerjasama dan mendukung sekolah,” ujar Nurhayati.
Mengenai
keterlibatan orangtua maupun komite sekolah, Nurhayati mengungkapkan bahwa bentuk
dukungan orangtua antara lain mereka tak segan untuk terlibat aktif membantu
sekolah tatkala sekolah membutuhkan. Misalnya dalam pelaksanaan lomba yang
diadakan di luar kota, bahkan ada orangtua yang tak segan untuk memfasilitasi
akomodasi sekolah dalam mengikuti lomba-lomba tersebut. Juga pada saat proses
pembangunan gedung sekolah, bahkan adapula orangtua yang turut membantu dan
menyumbang tenaga dalam pembangunan tersebut. Atau pada saat anak mengikuti
kegiatan karnaval, paskibra, pramuka, dan sebagainya, orangtua tak segan
membantu sekolah dalam hal menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan siswa.
Prof.
Dr. Andi Sarjan, guru besar STAIN Watampone yang juga adalah ketua komite SDN
24 Macanang mengatakan bahwa sejauh ini komite sekolah senantiasa menyupport
sekolah sekaligus memberikan saran dan masukan mengenai program-program sekolah
serta ikut mengawasi penggunaan dana BOS sekolah. Menurutnya, sudah sepatutnya
SDN 24 Macanang, yang notabene adalah sekolah favorit di Kabupaten Bone dan
bahkan telah beberapa kali mewakili Provinsi Sulawesi Selatan di ajang Nasional
melengkapi sarana dan prasarana sekolah serta meningkatkan kualitas sekolah dan
sumber daya. “Sekolah ini punya nilai jual dan menjadi favorit masyarakat. Oleh
karena itu sekolah ini harus benar-benar maju. Misalnya, guru tak boleh lagi
gagap teknologi jika ingin sekolah terus maju. Selain itu, sekolah juga harus
memakai cara pembelajaran yang modern. Penggunaan laptop, lcd proyektor, maupun
media-media teknologi yang lain harus disosialisasikan dan dibiasakan.
Alhamdulillah saran tersebut direspon baik oleh sekolah. Bahkan sekolah pun
sekarang sudah memakai CCTV untuk membantu kepala sekolah mengawasi setiap
penjuru sekolah. Kendalanya saat ini hanyalah ruang kelas yang kurang, sehingga
jumlah siswa terlalu gemuk. Itu menjadikan pembelajaran tidak efektif. Saya
berharap ada solusi untuk hal itu, terutama dari Pemerintah Daerah. Apalagi
sekolah ini kan dikenal dekat dengan Pemda,” kata ayahyang kedua anaknya
lulusan SDN 24 Macanang ini.
Dalam
hal pendanaan pembangunan dan pengadaan sarana prasarana sekolah, SDN 24
Macanang memang selalu mengandalkan bantuan dari Pemerintah ataupun dari upaya
mandiri sekolah, misalnya koperasi atau bank sampah. Sejauh ini, sekolah tak
pernah membebani orangtua murid dengan adanya pungutan-pungutan yang
memberatkan sehingga anak benar-benar mendapatkan pelayanan sekolah gratis.
“Kami, komite sekolah, selalu menyarankan, kalau bisa usulan anggaran
pembangunan sekolah jangan dibebankan pada masyarakat. Dikomunikasikan saja
dengan Pemerintah Daerah, apalagi ini kan
sekolah negeri. Di sini, masyarakat belum bisa dipaksa membantu sekolah dalam
soal pendanaan. Apalagi selalu dikampanyekan sekolah gratis dimana-mana,” kata
Andi.
Mengenai
pendidikan karakter di sekolah, Andi mengatakan bahwa ia sangat mendukung
pengembangan dan penguatan karakter anak melalui kegiatan di sekolah. “Saat
ini, Bone masyarakatnya sudah tidak steril lagi. Banyak pengaruh dari luar yang
mengancam melunturkan budaya daerah dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu
ada penguatan karakter melalui kurikulum di sekolah, terutama anak SD. Di SDN
24 Macanang ini sendiri sudah diterapkan sejak lama dan itu dapat terlihat
hasilnya. Sejauh yang saya tahu, tamatan anak-anak SDN 24 Macanang itu belum
ada yang saya dapati berkasus. Di sekolah, anak sudah diajar untuk disiplin,
tertib, toleransi, dan sebagainya. Selain itu, barangkali lingkungan juga
mempengaruhi. Di SDN 24 Macanang ini banyak sekali anak-anak pejabat daerah
maupun anak-anak dari keluarga berpendidikan tinggi,” ujar Andi.
Inspirasi Bagi Sekolah Lain
Hal
senada juga disampaikan oleh Drs. Nursalam, M.Pd, sekretaris Dinas Pendidikan
Kabupaten Bone. Sebagai sekolah favorit sekaligus sekolah teladan, SDN 24
Macanang diharapkan dapat memberi inspirasi dan keteladanan bagi
sekolah-sekolah lainnya di Kabupaten Bone, yakni dengan mencontoh pola
keteladanan dan pembiasaannya. “Keteladanan saja belum cukup. Anak-anak di usia
pertumbuhan itu tidak hanya diberikan informasi tentang keteladanan, namun juga
harus ada pembiasaan, misalnya bagaimana menghormati guru, bekerja sama dengan
teman, dan sebagainya, sampai mereka benar-benar menghayati perilaku tersebut,”
katanya.
Menurutnya,
di Kabupaten Bone secara umum menganut kultur paternalistik sehingga masyarakat
hidup dan berkembang melalui bimbingan keteladanan, pembiasaan, dan himbauan
dari pengambil kebijakan. Nursalam sendiri menilai bahwa SDN 24 Macanang
termasuk sekolah yang kreatif. “Himbauan-himbauan dari kami langsung
ditindaklanjuti dengan kreatif. Soal pembinaan karakter di sekolah, sebenarnya
hal itu sudah lama kami canangkan jauh sebelum berlakunya Kurikulum 2013.
Misalnya bagaimana anak-anak bisa salat dhuhur bersama berjamaah di sekolah,
dan sebagainya. Sejauh ini, pelaksanaan di masing-masing sekolah memang
bervariasi. Namun saya lihat SDN 24 Macanang ini lebih konsisten,” kata pria
yang dulunya pernah menjadi guru di SMAN 4 Watampone ini.
Oleh
karena itu, demi lebih menggaungkan inspirasi bagi sekolah-sekolah lainnya,
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone pun menggelar program mengundang orang-orang
yang inspiratif untuk menebarkan kisah inspirasinya melalui radio. Nama program
yang dirilis sejak Januari 2016 tersebut adalah SENSASI, yang bekerja sama
dengan RRI (Radio Republik Indonesia). Program SENSASI ini menghadirkan
narasumber di dunia pendidikan, misalnya guru, kepala sekolah, ataupun
siswa-siswa yang berprestasi. Salah satu yang pernah menjadi narasumber adalah
Hj. Siti Nurhayati Malik, kepala SDN 24 Macanang.
Hj.
Gumintiri, S.Pd., Pengawas SD di Kabupaten Bone mengatakan bahwa sejauh ini
program-program kegiatan di SDN 24 Macanang pun telah dilaksanakan dengan baik
di SD-SD lainnya, terutama di SD Imbas. Melalui kegiatan KKG ataupun MKS, SDN
24 Macanang sebagai sekolah inti telah cukup aktif berperan dalam memotivasi
sekolah-sekolah imbas maupun sekolah di sekitarnya. Tak jarang SDN 24 Macanang
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan workshop, seminar, dan sebagainya, yang juga
turut mengundang sekolah-sekolah lainnya untuk belajar bersama dan meningkatkan
kompetensi diri serta kualitas sekolah. “Ini dibuktikan dari ketika ada lomba
OSN di tingkat gugus, salah satu sekolah imbas sudah dapat meraih peringkat.
Biasanya, dari tahun ke tahun peringkat-peringkat hanya diborong oleh SDN 24
Macanang saja,” katanya.
Sebagai
pengawas SD, yang menjadi fokus pembinaan Gumintiri terutama adalah sekolah
bersih dan manajemen berbasih sekolah. Terlebih SDN 24 Macanang, yang adalah
sekolah binaannya, menjuarai lomba MBS tingkat Nasional, sehingga diharapkan
SDN 24 Macanan dapat menjadi motivasi maupun teladan bagi sekolah-sekolah
lainnya, terutama dalam MBS maupun Sekolah Bersih. “Selain itu saya juga fokus
ke peningkatan implementasi Kurikulum 2013 serta pembinaan karakter,” kata
Gumintiri.
Kedisiplinan Guru
Dalam
hal peningkatan kompetensi guru, SDN 24 Macanang senantiasa memacu dan
memotivasi para gurunya untuk tak malas mengasah diri dan meningkatkan ilmu.
Nurhayati Malik selaku kepala sekolah bahkan tak segan untuk memfasilitasi dan
membuka kesempatan bagi para guru untuk meningkatkan kompetensi. Hingga saat
ini, ada 36 orang guru di SDN 24 Macanang, dan yang sudah menjadi PNS sebanyak
27 orang. Untuk meningkatkan kompetensi baik guru maupun murid, Nurhayati tak
segan untuk mengundang narasumber yang berkompeten dan yang sedang dibutuhkan
guru untuk membina para guru.
Selain
itu, sekolah pun memberi apresiasi bagi guru yang berprestasi ataupun yang
mampu membina muridnya menjuarai kompetisi dan berprestasi. Hal ini menurut
Nurhayati pun dapat menjadi motivasi bagi guru supaya senantiasa menjaga dan
meningkatkan kualitas dan kinerjanya. Kendati demikian, Nurhayati juga
mengharapkan kedisiplinan menjadi etos bagi semua warga sekolah, termasuk para
guru. Bagi Nurhayati, kehadiran guru dan ketepatan waktu mengajar pun menjadi
salah satu fokus evaluasi kinerja guru. “Dalam pertemuan guru, saya selalu
umumkan siapa yang paling rajin dan siapa yang paling sering terlambat. Bagi
yang paling rajin saya berikan hadiah, sedangkan bagi yang paling sering
terlambat saya berikan bimbingan supaya ia dapat memperbaiki sikap dan kebiasaannya.
Biasanya, guru yang terlambat tidak saya kasih kelas mengajar. Kita tahu bahwa
guru butuh jam mengajar. Jadi saya katakan, kalau butuh kelas, maka harus
berangkat pagi. Saya tidak ingin anak-anak tidak mendapat pembelajaran,” kata kepala
sekolah yang pernah menjadi juara I kepala sekolah berprestasi tingkat provinsi
tahun 2013 ini.
Dikarenakan
SDN 24 Macanang kerap menjadi SD teladan dan percontohan bagi sekolah-sekolah
lainnya, Nurhayati pun tak segan untuk senantiasa meningkatkan kualitas
guru-gurunya. Meski demikian, dalam hal membina komunikasi bersama guru maupun
staf lainnya, Nurhayati lebih menggunakan cara kekeluargaan supaya guru maupun
staf tidak merasa berjarak dengannya.
Suryani, S.Pd.,
guru yang mengajar di SDN 24 Macanang sejak tahun 2013 ini mengatakan bahwa
menjadi guru di SDN 24 Macanang merupakan sebuah anugerah yang patut
disyukurinya. “Saya masih belum lama disini karena saya adalah guru pindahan
dari sekolah lain. Meski begitu, saya merasa sangat dihargai di sini. Sistem
kekeluargaan di sini sangat baik, tidak membeda-bedakan umur, pengalaman, dan
sebagainya. Ibu kepala sekolah juga
selalu membimbing saya, dan rekan-rekan guru lainnya selalu menyupport dan
mendampingi saya sehingga saya bisa melaksanakan tugas sebagaimana mestinya meski
saya merasa masih belum sempurna,” kata wanita kelahiran Hulubalang, 10
Desember 1986.
Saat ini,
Suryani adalah guru di kelas IV-B. Menurutnya, guru kelas harus menguasai
pengelolaan kelas, harus mengenal muridnya baik secara fisik maupun psikisnya,
dan harus menguasai strategi pembelajaran inovatif dan mengikuti perkembangan
pembelajaran saat ini. Di samping itu, guru juga harus mengikuti perkembangan
teknologi, harus rajin menambah wawasannya dengan mengikuti seminar-seminar
pengelolaan kelas, pembelajaran, dan sebagainya.
Wanita yang
pernah dua kali mengikuti Bimbingan Teknis Kurikulum 2013 ini mengatakan pula
bahwa seorang guru musti berupaya untuk dekat dengan murid-muridnya. “Jangan
mengambil jarak dengan siswa, tetapi justru jadilah teman bagi siswa. Kita
harus meyakinkan anak bahwa kita adalah temannya yang siap berbagi, tempat
berkeluh kesah baginya, dan seperjuangan. Jadi, anak merasa tidak ada jarak
dengan kita. Selain itu, kita harus menunjukkan kepedulian pada mereka mulai dari mereka datang hingga pulang
sekolah. Kita harus peka, apakah ia mengalami masalah dalam pembelajarannya
ataupun pribadinya,” kata guru yang juga menjadi pembimbing ekskul Sains ini.
Sedangkan
Lastang, S.Pd.I., salah satu guru yang telah mengajar di SDN 24 Macanang selama
15 tahun mengatakan bahwa menjadi guru kelas merupakan tantangan tersendiri
baginya. Terlebih karena sebelumnya ia adalah guru bidang studi Bahasa Inggris.
“Saya harus belajar untuk menguasai materi terlebih dahulu. Sebagai guru kelas,
saya dituntut untuk harus lebih kreatif lagi. Oleh karena itu, saya seringkali
searching melalui internet untuk mencari dan mempelajari materi-materi yang
bisa membangkitkan gairah siswa,” katanya.
Namun demikian,
sebagai guru, Lastang merasa memiliki kewajiban untuk tak hanya memberikan ilmu
pengetahuan pada siswa, namun juga membimbing dan menguatkan karakter siswa.
“Saya upayakan setiap hari memberikan penguatan karakter pada siswa dengan cara
mengaitkan materi pembelajaran dengan nilai-nilai agama, penanaman kedisiplinan,
nilai-nilai kepedulian, dan sebagainya. Kadang saya mengambil kisah atau cerita
inspiratif, kemudian saya kaitkan dengan materi. Namun kendalanya, anak-anak
dapat menangkap hal itu sebagai sekadar pengetahuan saja, dan belum memahaminya
untuk dijadikan pedoman berperilaku,” ujar pria yang pernah dinobatkan sebagai
guru honorer terbaik se-Kabupaten ini.
Oleh karena itu,
menurutnya, cara paling ampuh untuk mengembangkan dan menguatkan karakter siswa
adalah dengan keteladanan. Guru harus menjadi teladan bagi murid-muridnya.
Misalnya, guru harus tepat waktu untuk mengajarkan siswa tepat waktu, guru
harus shalat berjamaah di masjid untuk mengajar anak-anak shalat berjamaah di
masjid, dan lain sebagainya. Anak harus melihat contoh langsung supaya dapat ditirukan.
“Kalau sekedar nasehat, mungkin hanya 30% yang dipahami anak. Namun keteladanan
lebih dapat dipahami dan ditiru siswa,” kata ayah dua anak ini.
Sekolah Menyenangkan
Sebagai sekolah
favorit dan menjadi teladan bagi sekolah-sekolah lainnya di Kabupaten Bone, SDN
24 Macanang senantiasa berbenah diri, baik itu dari segi fisik maupun kualitas
sumber daya manusianya. Anak-anak, guru, staf, maupun kepala sekolah senantiasa
memiliki kesibukan positif. Sekolah baru sepi ketika menjelang pukul 16.00 WITA
atau bahkan lebih, terutama ketika ada kegiatan khusus. Usai pebelajaran,
anak-anak maupun guru disibukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler maupun
bimbingan belajar. Kendati demikian, sebagian besar anak-anak justru lebih
merasa senang berada di sekolah.
Seperti halnya
Nur Azizah Fitri, siswa kelas VI-C, ia merasa senang berada di sekolah, dan
sama sekali merasa tak terbebani, meskipun ia harus mengikuti pelajaran
tambahan dalam bimbingan belajar usai jam sekolah. “Saya senang berada di
sekolah karena bisa bertemu dengan teman-teman dan bisa bermain. Karena kalau
di rumah saja paling-paling main dengan adik,” kata gadis yang menyukai
pelajaran matematika ini.
Tahun lalu,
Azizah, demikian ia disapa, mewakili Provinsi Sulawesi Selatan dalam lomba
membatik yang diadakan di Istana Bogor. Meski belum memperoleh juara, namun
Azizah merasa sangat bangga dan senang dapat mengharumkan nama sekolah maupun
daerahnya.
Sedangkan
Muhammad Bakir Syahran Sudirman, siswa kelas V-C, pun mengungkapkan bahwa ia
merasa senang menjadi murid di SDN 24 Macanang. Menurutnya, semua guru yang ada
di sekolah sangat baik. Ia pun merasa tak terbebani dengan peraturan-peraturan
sekolah, misalnya harus membuang sampah pada tempatnya atau senantiasa menjaga
lingkungan bersih.
Bagi Azizah, Bakir,
maupun murid-murid lainnya, SDN 24 Macanang adalah sekolah yang tepat untuk
menggantungkan harapan menjadi generasi bangsa yang lebih baik, yang jujur, dan
yang menjadi aset bagi bangsa dan negara.***
Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SD Berkarakter, Majalah SD, Dikdas, Guru (Kemendikbud)
Assalamualaikum wr wb..
ReplyDeleteApakah ada nomor yg dapat d hub utk SDN macanang 24