Showing posts with label SD Terbaik. Show all posts
Showing posts with label SD Terbaik. Show all posts

SD Karakter IHF Depok : Siapkan Guru dan Siswa Berkarakter


Letaknya berada di tengah riuh ramai kota Depok, tepatnya di daerah Cimanggis, bersebelahan dengan hypermarket Giant. Bangunan yang beralamat di Jalan Raya Bogor km 31, Cimanggis, Depok ini berdiri kokoh dengan tulisan IHF berikut lambangnya di bagian atas sisi depannya. Menjelang pagi, halaman gedung selalu ramai dengan deretan antar jemput siswa. Namun ada pemandangan berbeda dari sekolah-sekolah lainnya. Saat itu hari Kamis, dan para siswa yang masuk ke gedung sekolah tak ada yang mengenakan seragam. Mereka semua mengenakan baju bebas dan rapi. Menurut Fahriati Rahmi, S.Pd., kepala SD Karakter IHF, memakai pakaian bebas ke sekolah memang memiliki tujuan dan makna tersendiri. SD Karakter IHF mendidik anak-anak untuk selalu menghargai dan menghormat perbedaan; bahwa tiap-tiap individu memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing. Hanya pada hari Senin anak-anak memakai seragam sekolah, saat mereka mengikuti upacara bendera atau pada saat mengikuti kegiatan-kegiatan tertentu.

Gedung IHF Depok ini berlantai empat, terdiri dari beberapa kompleks gedung yang digunakan untuk sekolah dasar, taman kanak-kanak dan playgroup, serta pusat pelatihan guru. Sebenarnya Terdapat pula jenjang SMP, namun berada di lokasi yang berbeda.

Yayasan Indonesia Heritage Fondation (IHF) atau Warisan Nilai Luhur Indonesia ini merupakan organisasi nonprofit yang didirikan pada tahun 2000 oleh Dr. Ratna Megawangi dan Dr. Sofyan Djalil, pasangan suami istri yang memiliki komitmen tinggi untuk memperbaiki dan mencetak generasi Indonesia yang lebih berkarakter. Ratna adalah dosen Ilmu Gizi di Institut Pertanian Bandung yang juga menjadi sosok peduli pendidikan dan kerap diundang oleh berbagai institusi yang peduli pendidikan untuk berbicara mengenai konsep pendidikan karakter. Sedangkan  Sofyan Djalil adalah tokoh bangsa yang pernah menjabat sebagai Menteri BUMN di masa Kabinet Indonesia Bersatu. 

Sebenarnya latar pendidikan Ratna tak bersentuhan langsung dengan bidang pendidikan anak. Sejak meraih sarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) hingga doktor di Tufts University School of Nutrition, Medford, Massachussets, Amerika Serikat, ia belajar soal gizi. Perkenalannya dengan dunia pendidikan anak bermula saat ia usai menyelesaikan program doktornya pada tahun 1991. Namun ia harus tetap tinggal di Amerika, menemani sang suami yang tengah menyelesaikan studi doktornya.

Dalam masa mendampingi suami itulah Ratna mendapat tawaran dari seorang profesor di Tufts University untuk mengikuti post doctoral program bidang keluarga, pengasuhan anak, dan orangtua.
Dari situlah Ratna mendalami dinamika pendidikan anak dan menyadari pentingnya pendidikan anak usia dini.

Selama menempuh pendidikan di Amerika Serikat, wanita kelahiran Jakarta, 24 Agustus 1958 ini kerap berinteraksi dengan kelompok sufi. Bersama kelompok ini, dalam pandangannya, ia menemukan filosofi pendidikan yang sebenarnya. Menurutnya, setiap manusia sebenarnya memiliki Nur Allah di dalam dirinya. Hanya saja kesalahan dalam sistem pendidikan, budaya, lingkungan, dan lain-lain, menciptakan hijab-hijab yang menutupi cahaya ketuhanan tersebut. Oleh karena itu, pendidikan harus berperan mencabut hijab-hijab yang mengotori hati tersebut. Manusia bisa menjadi apa pun, namun awalnya ia harus memiliki karakter yang bagus terlebih dahulu.  


Apa yang diyakini Ratna dan persinggungannya dengan kelompok sufi itu seakan menemukan muara saat pulang ke Indonesia pada 1993 silam. Ratna mengalami kesulitan menemukan sekolah yang sesuai dengan prinsip mereka. Muhammad Rumi, putra pertama Ratna, sempat mengenyam pendidikan awal di Amerika hingga kelas 3 SD. Akhirnya ia menyekolahkan Rumi ke SD Islam swasta terkenal di Jakarta Timur. Tak berapa lama, Ratna dibuat terkejut menyaksikan putranya yang biasa ceria dan senang sekolah tiba-tiba selalu muntah tiap akan berangkat ke sekolah.

Usut punya usut, penyebab muntah tiap pagi lantaran beban yang terlalu berat kepada Rumi, juga siswa lain. Setiap hari puteranya tersebut baru pulang dari sekolah pukul 4-5 sore. Beban siswa bertambah dengan adanya PR setiap harinya. Sebagai sekolah unggulan, mereka ingin mempertahankan keunggulannya melalui prestasi akademik anak-anak didiknya.

Tekanan luar biasa juga dirasakan Rumi dari teman-temannya di sekolah. Tak sedikit yang bersikap kasar dan meledek habis-habisan lantaran Rumi masih sulit berbahasa Indonesia. Khawatir jiwa anaknya rusak, Ratna mengeluarkan anaknya dari sekolah unggulan tersebut dan memasukkannya ke SD di pinggiran Depok. Sekolah itu atapnya bocor-bocor. Tapi ternyata Rumi senang dan bahagia bersekolah di situ. Bagi Ratna dan suaminya yang penting sang anak bahagia bersekolah dan menikmati kegiatan belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan. Mereka berdua tidak pernah memaksa Rumi memperoleh nilai dan ranking yang bagus. Ratna yakin dengan kemampuan anaknya. Terbukti IQ Rumi mencapai 130. Minat bacanya juga sangat tinggi. Buku-buku serius sudah biasa disantapnya sejak di bangku SMP. Menginjak bangku kuliah, ia bisa meraih kursi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Apa yang dialami putra pertamanya itu menjadi pendorong bagi Ratna untuk mendirikan sebuah sekolah yang menekankan pembentukan karakter yang baik. Tekad yang membaja itu pun terwujud pada tahun 2000 melalui Yayasan IHF.

Model PHBK
Seperti yang telah tertulis dalam website resminya, latar belakang didirikannya IHF ini berawal dari kegelisahan pendiri saat menyadari bahwa ternyata mayoritas penduduk Indonesia yang notabene sudah mengerti dan mendapatkan pengetahuan tentang moral dan agama di tiap-tiap jenjang sekolahnya, namun ternyata masih banyak yang memiliki perilaku jauh dari nilai-nilai moral dan agama. Tawuran pelajar, adanya konflik antar golongan (suku, agama, dan ideologi), tingginya angka korupsi, rusaknya lingkungan hidup, dan permasalahan sosial lainnya seolah telah menjadi bagian kehidupan yang dimahfumi karena saking kerapnya terjadi. Ketidaksinambungan antara apa yang diketahui dengan apa yang dilakukan merupakan indikasi dari kegagalan bangsa dalam membentuk karakter masyarakatnya. Di samping itu, generasi kreatif dan berdaya pikir tinggi pun masih minim.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan bangsa berkarakter, cerdas, dan kreatif, IHF mencoba membuat terobosan-terobosan baru bagaimana mewujudkan insan berkarakter mulia yang konsisten antara pikiran, hati, dan tindakan nyata, yaitu melalui pengkajian, pengembangan, dan pendidikan 9 Pilar Karakter serta pengembangan beberapa strategi pendidikan untuk menciptakan generasi kreatif dan berdaya pikir tinggi.

Hal yang dilakukan Yayasan IHF adalah menyiapkan sebuah model pendidikan berbasis karakter, yakni Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK). Model PHBK adalah sebuah filosofi pendidikan yang percaya bahwa setiap manusia dapat menjadi insan berkarakter, cerdas, kreatif, pembelajar sejati, serta dapat menemukan identitas, makna, dan tujuan hidupnya (makhluk spiritual) apabila seluruh dimensi kemanusiaannya dapat berkembang secara utuh, dan adanya kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari keseluruhan.

Dikarenakan fokus model PHBK adalah pembangunan karakter, maka penciptaan lingkungan belajar yang kondusif adalah syarat mutlak agar pembentukan karakter anak dapat terbentuk. Misalnya terbentuknya kelekatan emosi yang kuat antara pihak sekolah dan siswa, antar siswa, dan antara orangtua-sekolah, sehingga internalisasi nilai-nilai yang diberikan akan mudah diserap oleh siswa, dan siswa akan mempunyai komitmen untuk menjadikan nilai-nilai luhur sebagai prinsip kehidupannya. Proses pembelajaran dalam model PHBK adalah aktif, yang membuat siswa termotivasi dari dalam serta menggairahkan spirit siswa. Model ini juga memperhatikan keunikan setiap anak (kecerdasan majemuk), metode pendidikan yang sesuai dengan tahapan umur, menerapkan prinsip belajar aktif, pembelajaran terintegrasi, belajar ramah otak, belajar yang menumbuhkan rasa ingin tahu anak, pembelajaran kontekstual, belajar dengan praktek nyata, belajar bekerja dalam tim, manajemen kelas efektif, dan komunikasi positif. Selain itu, model PHBK juga mengintegrasikan pilar karakter pada setiap kegiatan sentra (pembelajaran terintegrasi, tematis berbasiskan karakter), serta mendorong keterlibatan aktif orangtua.

Sembilan pilar karakter yang diintegrasikan dalam metode pembelajaran antara lain (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya; (2) Tanggung jawab, Kedisiplinan,dan Kemandirian; (3) Kejujuran/Amanah dan Diplomasi; (4) Hormat dan Santun; (5) Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama; (6) Percaya Diri, Kreatif, dan Pekerja keras; (7) Kepemimpinan dan Keadilan; (8) Baik dan Rendah Hati; dan (9) Toleransi, Kedamaian, dan Persatuan. Kesembilan pilar karakter tersebut diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik dengan menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Melalui metode ini, siswa diajak berpikir dan berdiskusi tentang mengapa seseorang harus berbuat baik. Siswa akan terbiasa dengan self talk, sehingga terbentuk internal control, dan bukan eksternal control. Tiga metode tersebut dikemas dalam kurikulum dan modul yang menjadi acuan kegiatan belajar setiap hari yang menyenangkan.

Seorang peneliti asal AS pernah melakukan riset lapangan selama 4 bulan di IHF. Peneliti ini menyimpulkan pendidikan yang diberikan IHF setara dengan pendidikan terbaik yang ada di Amerika. Model PHBK telah berhasil membentuk karakter positif, meningkatkan kreativitas dan kecerdasan anak secara umum. Seiring dengan Program Pendidikan Karakter yang dianjurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di seluruh jenjang sekolah sejak tahun 2010, maka sejak tahun 2001 PHBK telah menerapkan model pendidikan tematik dan integratif yang sejalan dengan kurikulum nasional (dari Kurikulum 1996, KBK 2004, KTSP 2006 sampai Kurikulum 2013).

Pelatihan untuk Guru
Dengan niat positif,  IHF pun sangat berharap model PHBK ini tersebar luas ke daerah-daerah lain. Oleh karena itu, salah satu langkah yang dilakukan IHF adalah dengan memberikan program pelatihan dan observasi bagi guru dari berbagai daerah. Melalui programnya, IHF memberi kesempatan pada sekolah-sekolah di Indonesia untuk mendapatkan pelatihan pendidikan karakter dengan model PHBK ini. Sekolah yang berminat dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan. Supaya biaya pelatihan tidak memberatkan, IHF pun membuka peluang pada para sponsor maupun CSR sehingga guru-guru dapat mengikuti pelatihan tanpa dipungut biaya. Telah banyak sponsor perusahaan yang menjadi mitra IHF. Tak pelak, sistem waiting list pun diberlakukan. Kendati demikian, peserta pun dapat pula mengikuti pelatihan secara mandiri.

Pelatihan penerapan modul 9 Pilar Karakter dan kurikulum holistik berbasis karakter ini diselenggarakan dengan durasi selama kurang lebih enam hari. Para peserta dibekali dengan pola pikir, kurikulum pembelajaran, serta pelatihan praktik mengajar berbasis karakter. Kurikulum Holistik Berbasis 9 Pilar Karakter akan membantu guru dalam menerapkan pedidikan karakter sepanjang tahun ajaran, yang diintegrasikan dalam seluruh disiplin ilmu. Masing -masing aspek dari kurikulum diterapkan dengan menggunakan pendekatan Student Active Learning, Developmentally Appropriate Practices, Integrated Learning, Contextual Learning, Collaborative Learning, dan Multiple Intelligences, yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan. Materi-materi yang diberikan antara lain wawasan perlunya pendidikan karakter, motivasi diri, bagaimana mengalirkan karakter di kelas, hingga praktek pengaplikasian modul 9 Pilar Karakter. Program pelatihan ini juga terintegrasi dengan praktek nyata di kelas oleh para peserta pelatihan. Dengan demikian guru mempunyai pengalaman nyata dalam menerapkan program, dan bersama dengan instruktur dapat melakukan evaluasi. Biasanya, Ratna Megawangi juga turut hadir dalam sesi pelatihan, memberi motivasi pada guru-guru. Hingga saat ini, telah ratusan sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia, dan ribuan guru yang telah mengikuti pelatihan pendidikan karakter di Yayasan IHF.

Selain itu, IHF juga memiliki program Semai Benih Bangsa (SBB) yang diperuntukkan untuk masyarakat miskin, yng juga bekerja sama dengan CSR. Yayasan memfasilitasi pembukaan sekolah-sekolah tersebut, membantu rumusan kurikulum, dan memberi pelatihan guru. Program ini sudah diterapkan di 30 SD (Negeri dan Swasta) di DKI bekerja sama dengan Pemda DKI dan 20 lokasi lainnya di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.

Sekolah Karakter
Saat masa awal berdiri, gedung Yayasan IHF di Cimanggis Depok hanya dimanfaatkan untuk sarana pelatihan guru. Namun dikarenakan timbulnya kebutuhan untuk memiliki sekolah model, maka Yayasan pun mendirikan sekolah karakter. Hingga saat ini Yayasan telah memiliki jenjang sekolah Playgroup, TK, SD, dan SMP karakter. Jenjang SD sendiri baru berdiri pada tahun 2003. Sekolah Karakter IHF adalah sekolah umum, sehingga menerima murid dari latar belakang agama manapun.

Menurut Direktur Sekolah Karakter  IHF, Dian Anggraeni Tri Astuti, S.Pd., animo masyarakat terhadap Sekolah Karakter ini sangat besar. “Saat pendaftaran dibuka, jumlah pendaftar selalu selalu lebih banyak, melebihi kuota kursi. Dalam satu kelas, kursi yang disediakan hanya berjumlah 25 – 30 siswa. Oleh karena itu, Sekolah pun menerapkan sistem waiting list, sehingga tak heran jika anak yang masih dalam kandungan pun namanya telah tercatat dalam waiting list demi mendapat kursi,” kata Dian, demikian ia akrab disapa.


Dalam proses penerimaan siswa baru, sekolah pun mengadakan observasi terhadap anak terlebih dahulu sebelum anak masuk sekolah. Observasi ini meliputi psiko tes, tes kematangan anak (apakah sudah siap untuk masuk sekolah), dan wawancara orang tua (untuk mengetahui apakah visi misi orang tua sama dengan visi misi sekolah dalam mendidik anak).

Di awal tahun ajaran, para orangtua siswa pun diwajibkan untuk mengikuti parenting talkshow. Tujuannya, untuk lebih menyinkronkan visi misi Sekolah dan juga orangtua, supaya saling sinergis dalam pendidikan anak. Biasanya, Ratna Megawangi pun turut hadir untuk memberikan pencerahan dan motivasi kepada para orangtua tersebut.

Sistem pembelajaran di Sekolah Karakter IHF menggunakan metode 9 pilar karakter yang pengaplikasiannya tidak harus selalu berurutan. Di samping 9 pilar karakter, Sekolah Karakter IHF  juga mengembangkan materi untuk mengajarkan kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan pada anak. Metode yang digunakan disebut sebagai Refleksi Rutin. Setiap pagi, anak-anak diminta untuk mengikuti kegiatan refleksi Pilar selama 15 - 20 menit sesuai dengan pilar yang sedang diterapkan saat itu. Pemberian waktu khusus untuk refleksi memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan secara verbal pengetahuannya, kecintaannya, dan bagaimana seharusnya mereka bertindak sesuai pilar.

Dengan metode yang dikembangkan di Sekolah Karakter, para murid akan mampu berkembang dengan baik. Menurut Anak akan mencapai tahap yang optimal dalam mengembangkan potensinya apabila ia melakukan segala sesuatu dengan antusias dan menyenangkan tanpa harus memikirkan kompetisi. Anak pun diberikan asupan ilmu dan wawasan yang disesuaikan dengan usianya. Misalnya, siswa kelas 1 dan kelas 2 tak pernah dipaksa untuk belajar baca tulis dan hitung. “Oleh karena itu, anak-anak di Sekolah Karakter IHF tidak bisa dibandingkan dengan anak-anak dari sekolah lain,” kata Dian. Selain itu, anak juga tidak diberikan apresiasi dengan nilai berwujud angka, pun tak perlu menyebutkan bahwa dia lebih baik dari teman-temannya sehingga para murid belajar tanpa beban. Evaluasi dilakukan dengan mendiskusikan perkembangan karakter anak dengan kedua orangtuanya.

Salah satu program yang baru digagas adalah program penerimaan raport siswa, dimana bukan guru dan orangtua yang terlibat, melainkan anak yang menjadi tokoh utama. Siswa akan mengisi sendiri raport dirinya, dan dalam penerimaan raport yang mengundang orangtua, siswa sendiri yang nantinya akan mempresentasikan raport atau hasil belajarnya di hadapan orangtua, dengan didampingi oleh guru. Raport yang dibuat siswa tentu memiliki format yang lebih sederhana, namun program ini mengajarkan pada siswa untuk dapat mengenal dan mengukur kemampuan serta potensi diri.

Di SD karakter IHF, kurikulum sekolah pun dibuat dengan berbagai program kegiatan yang menyenangkan. Tak hanya terbatas di dalam kelas, kegiatan pembelajaran dan aktifitas bersama pun acapkali dilakukan di luar ruangan/sekolah yang menerapkan sistem pendidikan 5 hari ini. Misalnya kegiatan field-trip, kunjungan edukatif, outbond, dan sebagainya.

Sedangkan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dibuat dengan suasana yang semenyenangkan mungkin. Nama-nama kelas pun menggunakan nama planet. Ruang-ruang kelas ditata dengan nuansa ceria, dan anak-anak bebas belajar dengan posisi yang membuat mereka nyaman; duduk di kursi, duduk di lantai, dan sebagainya. Guru senantiasa membuat metode pembelajaran yang menyenangkan, misalnya dengan game, praktek, dan sebagainya.Tantangan guru adalah membuat anak merasa betah dengan suasana pembelajaran.

Bagi siswa-siswi di atas kelas 5 SD, ada pula forum yang dibuka sekolah untuk membina mereka secara khusus, yakni girl’s talk atau boy’s talk. “Mereka mulai diberi pemahaman mengenai perkembangan usia remaja supaya mereka lebih siap dan senantiasa percaya diri. Guru yang membimbing akan mengajarkan hal-hal apa saja yang akan mereka alami dan bagaimana sebaiknya dalam bersikap. Mereka mulai dikenalkan tentang bahaya kenakalan remaja, tawuran, narkoba, pergaulan bebas, dan sebagainya. Forum ini dikemas dengan suasana yang sangat intim dan menyenangkan sehingga siswa merasa aman dan nyaman untuk terbuka dengan guru atau pembimbingnya,” kata Fahriati Rahmi, kepala SD Karakter IHF.

Adapula kegiatan ekstrakurikuler setiap hari Jumat yang banyak diminati para siswa. Rahmi mengatakan bahwa dalam ekstrakurikuler, siswa boleh memilih ekskul manapun yang dia sukai sesuai dengan bakat atau minat dengan konsekuensi harus bertahan di ekskul tersebut minimal 2 tahun. “Hal ini melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Kegiatan-kegiatan ekskul tersebut dibina oleh para guru,” jelas wanita kelahiran Sampit, 30 Mei 1974 ini.

Sejauh ini, hasil pendidikan di Sekolah Karakter IHF telah banyak terbukti secara nyata. Hal ini dapat terlihat dari cara berkomunikasi anak yang lancar, antusiasme dan rasa ingin tahu yang besar, berani bertanya dan menyampaikan pendapat, serta bersikap kritis, namun dengan tetap mengedepankan empati dan toleransi. Tidak ada ekspresi takut atau pun malu-malu saat mereka berkomunikasi dengan guru atau siapapun.  

Siapkan Guru Berkualitas
Sekolah Karakter mempunyai standar penerimaan guru dan staf sekolah yang ketat, mulai dari sistem seleksi hingga benar-benar menjadi staf pengajar Sekolah IHF. Menurut Dian, selain tes tertulis dan micro-teaching, calon guru juga harus melampaui tes interview yang diselenggarakan oleh pengelola sekolah. Uniknya, dalam interview tersebut, biasanya yang lebih digali dari kandidat pengajar adalah kisah masa kecilnya, bagaimana pola pengasuhan orangtuanya, lingkungan keluarganya, dan sebagainya. “Kami berkeyakinan bahwa pola pengasuhan anak dan lingkungan keluarga sangat mempengaruhi pembentukan karakter pribadi seseorang. Kandidat guru yang memiliki pengalaman masa kecil yang indah dengan pola pengasuhan yang baik memperoleh peluang lebih besar untuk diterima,” kata Dian.

Setiap guru yang mengajar di Sekolah Karakter IHF wajib untuk mendapatkan lisensi mengajar dari IHF, yang dapat diperoleh dengan mengikuti training, observasi dan magang yang dilakukan oleh iHF. Sistem training guru diarahkan untuk menanamkan high spirit of teaching, serta membentuk sikap guru yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Bagaimanapun, sosok guru yang diharapkan Sekolah Karakter IHF adalah guru yang memberikan kedamaian, santun, dan mampu berkomunikasi secara positif dan efektif baik kepada siswa maupun kepada orangtua, dapat berinteraksi dengan siswa sehingga dapat menimbulkan rasa disayang, dihargai, dihormati, dimengerti, dan rasa aman pada para siswa, dapat menghargai/mengerti akan keunikan dan kemampuan masing-masing siswa sehingga setiap siswa merasa diterima, mampu menumbuhkan rasa toleransi terhadap segala perbedaan latar belakang siswa (budaya, suku, dan agama), dan dapat memotivasi siswa bahwa berbuat kesalahan adalah kesempatan terbaik untuk belajar.

Para guru pun harus senantiasa siap sedia dengan sistem rolling mengajar yang diterapkan di Sekolah Karakter IHF. Saat kandidat guru diterima menjadi staf pengajar, Yayasan akan menempatkan guru tersebut, apakah mengajar di TK ataupun di SD. Secara berkala, sistem rolling pun terjadi, misalnya guru yang mengajar TK memiliki kemungkinan untuk dirolling mengajar kelas 1 atau kelas 2.

Salah satu guru di SD Karakter IHF, Meryl Dwi S. S.Pd., mengatakan bahwa selama menjadi guru di Sekolah Karakter IHF, ia merasa sangat betah dan selalu termotivasi untuk terus belajar dan berinovasi. Wanita lulusan Universitas Negeri Jakarta ini juga mengatakan bahwa para guru di Sekolah Karakter IHF senantiasa saling support satu sama lain dan tak segan untuk berbagi ilmu. Guru pun diberikan kesempatan untuk menggali potensinya melalui berbagai kegiatan, misalnya dengan menjadi pembina kegiatan ekstrakurikuler.

Demi meningkatkan kompetensi, para staf pengajar memang memiliki jadwal rutin untuk berdikskusi dalam forum para guru. Seminggu sekali, para guru mengungkapkan rencana-rencana pembelajaran, metode yang digunakan, permasalahan yang ditemui dalam kelas, hingga saling sharing inovasi pembelajaran. Guru pun secara rutin mengikuti pelatihan-pelatihan dan saling menularkan ilmu.

Sekolah juga membuka peluang bagi guru yang memiliki minat, bakat, maupun kemampuan untuk menciptakan kegiatan ekstrakurikuler. Setelah lulus persetujuan, guru tersebut pun menyosialisasikan kegiatan ekskul barunya pada anak-anak. Jika peminatnya cukup, maka guru tersebut memiliki tanggung jawab untuk membina dan menghidupkan ekskul tersebut. Yayasan sangat mengapresiasi kreativitas guru yang demikian, dan akan memberikan poin lebih bagi guru tersebut.

Peran Aktif Orangtua
Syarat mutlak menyekolahkan anak ke SD Karakter IHF adalah kesediaan orangtua untuk berperan serta dan terlibat dalam proses pendidikan anak-anaknya. Sejauh ini telah banyak para orangtua yang menyatakan kepuasannya terhadap hasil pendidikan Sekolah Karakter IHF. Umumnya, mereka yang memilih IHF sebagai tempat mendidik anaknya memiliki visi ingin memberikan pendidikan yang mengutamakan karakter dan pendidikan yang tidak membuat anak merasa tertekan dan tidak bahagia. Salah satu hasil yang kerap dilihat dan dirasakan orangtua adalah tingkat kesadaran anak yang cukup tinggi mengenai hak dan kewajibannya, serta rasa empati dan toleransi yang bagus. Kendati demikian, tanpa peran serta orangtua, pendidikan karakter anak mustahil untuk diwujudkan. Program dari sekolah harus sinergis dengan perlakuan orangtua terhadap anak.

Selain itu, guru juga harus berperan aktif dalam berkomunikasi dengan orangtua mengenai perkembangan anak-anaknya. Tak sekadar melalui buku penghubung, bahkan adakalanya melalui jalur komunikasi pribadi seperti telepon atau sms. Secara berkala, guru berkomunikasi dengan orangtua secara langsung melalui tatap muka.

Di samping itu, orangtua siswa juga membentuk paguyuban kelas demi lebih mengefektifkan komunikasi, misalnya antara orangtua dengan komite atau Yayasan. Acapkali paguyuban kelas pun memiliki kegiatan-kegiatan positif untuk menambah wawasan, misalnya kegiatan seminar parenting, dan sebagainya. Sekolah juga kerap mengadakan aktivitas yang melibatkan orangtua dan anak, menambah keakraban keluarga dengan memperkenalkan permainan-permainan daerah yang dimainkan secara bersama-sama antara anak dan orangtua, saling bertukar pikiran, dan sebagainya. Sekolah Karakter senantiasa menciptakan iklim yang menyenangkan bagi anak-anak untuk tumbuh berkembang tanpa adanya tekanan.


Dewasa ini kebutuhan akan sekolah yang mengembangkan pendidikan karakter semakin tinggi. Bukan sekadar demi menyesuaikan kebijakan dan alur Pemerintah, namun lebih karena kesadaran dan pemahaman bahwa di era yang semakin maju, perdamaian dunia tak akan tercapai tanpa diiringi dukungan dari manusia-manusia yang memiliki karakter. ***


Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SD Berkarakter, Majalah SD, Dikdas, Guru (Kemendikbud)

SD Negeri 24 Macanang, Bone : Menjadi Sekolah Andalan Sulawesi Selatan


Menengok Indonesia bagian tengah dan timur, ada sebuah sekolah dasar yang kualitas dan prestasinya pun tak kalah dengan sekolah-sekolah bagus yang banyak terdapat di Jawa maupun pulau lainnya. Tersebutlah SD Negeri 24 Macanang, sebuah sekolah dasar di Kecamatan Taneriattang Barat, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang telah diakui sebagai sekolah teladan maupun sekolah dasar terbaik  se-Kabupaten Bone. Salah satu prestasi paling membanggakan adalah pernah merebut Juara III dalam Lomba Manajemen Berbasis Sekolah pada tahun 2014 lalu.

Letak SD Negeri 24 Macanang memang tak dekat dengan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, yakni berjarak sekitar 174 km. Butuh waktu sekitar 6 jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari Makassar hingga mencapai sekolah. Itupun harus melalui rute yang melewati hutan lindung Maros maupun taman nasional Bantimurung. Walhasil, jalanan berliku-liku, naik turun dengan tikungan-tikungan tajam, kendati kondisi jalan sebagian besar sudah beraspal bagus.

Kabupaten Bone sendiri, menurut data dari Wikipedia, adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukota kabupaten yang memiliki luas wilayah 4.559 km2 ini terletak di kota Watampone. Menurut Badan Pusat Statistik, kabupaten yang juga menjadi tempat kelahiran wakil presiden Jusuf Kalla ini, berpenduduk sekitar 738.515 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 162 jiwa per km2.

Di bidang pendidikan, Kabupaten Bone boleh dibilang telah mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam dasawarsa terakhir ini. Menurut keterangan Drs. Nursalam, M.Pd., sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, saat ini di Bone sudah terdapat  669 sekolah dasar, 124 sekolah menengah pertama, dan 34 sekolah menengah atas. Jumlah guru pun telah mencapai sekitar 13ribuan. Kendati demikian, seperti daerah-daerah lainnya, Bone pun masih mengalami masalah penyebaran pemerataan guru. Masih ada beberapa sekolah yang kekurangan guru dikarenakan lokasi sekolah yang amat jauh dari perkotaan.

Salah satu sekolah dasar yang menjadi andalan bagi Kabupaten Bone sekaligus telah beberapa kali  mengharumkan nama Provinsi Sulawesi Selatan adalah SD Negeri 24 Macanang. Sekolah yang terletak di Jalan Ahmad Yani Nomor 30, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone ini dibangun sejak tahun 1972. Telah terjadi beberapa kali pergantian kepala sekolah, hingga yang terakhir saat ini dipimpin oleh Hj. Siti Nurhayati Malik, S.Pd., wanita asli Bone yang telah menjabat sebagai kepala sekolah selama dua periode sejak tahun 2005.

Menurut Nurhayati, SD Negeri 24 Macanang telah menjadi SD teladan di Kabupaten Bone sejak pertama kali dibangun. Awalnya, sekolah hanya memiliki enam ruang kelas, ruang kantor serta ruang guru. Tahun 1979, dibangunlah rumah guru di kompleks sekolah ini. Dalam bangunan rumah guru tersebut terdiri dari tiga kamar. Selain itu, Pemerintah juga membangun lagi sekolah baru di kompleks seluas 5.382 m2 ini, yakni SD Inpres 12 Macanang. Walhasil, hingga saat ini, dalam satu kompleks terdapat dua sekolah, yakni SDN 24 Macanang dan SD Inpres 12 Macanang. Luas tanah yang ditempati SDN 24 Macanang sendiri sekitar 3.280 m2. Sedangkan taman sekolah di bagian depan lebih banyak dikelola oleh SDN 24 Macanang.

Pada tahun 2000, Pemerintah membangun  2 unit ruang kelas, sehingga SDN 24 Macanang memiliki 8 ruang kelas. Tahun 2011 ada tambahan lagi sebanyak 2 ruang kelas, sehingga menjadi 10 ruang kelas. Kendati demikian, kebutuhan sarana prasarana SDN 24 Macanang semakin tinggi, terlebih animo dan kepercayaan masyarakat pun semakin tinggi. Maka pada tahun 2012, bangunan yang sebelumnya diperuntukkan sebagai tempat tinggal guru pun dibongkar karena tidak ada yang menempati, yang kemudian dialihfungsikan menjadi ruang perpustakaan.

Telah banyak perubahan yang dialami di SDN 24 Macanang, terutama sejak Nurhayati Malik diangkat menjadi kepala sekolah. Awal karir wanita kelahiran Watampone, 31 Desember 1963 ini dimulai dari seorang guru. Lulus dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) tahun 1981, Nurhayati langsung mengabdi menjadi guru dan diangkat sebagai pegawai negeri sipil tahun 1982. Namun saat itu ia ditempatkan di sebuah sekolah yang terletak di daerah terpencil, 50 km dari kota Watampone, kemudian dimutasi di sebuah sekolah dasar di Kecamatan Ulaweng. Tahun 1985 Nurhayati menikah dengan Usman, S.Pd (yang saat ini adalah seorang Pengawas Sekolah). Ia memutuskan untuk mengikuti suami ke daerah tempatnya bertugas, sehingga ia pun pindah mengajar di SD Inpres 12/79 di Kecamatan Sibulue. Saat sang suami dipindahtugaskan ke Makassar, Nurhayati pun kembali mengikut suami dan pindah mengajar ke Makassar, yakni di SDN Manurukki, kecamatan Tamalate. Baru pada tahun 1990, suami dan Nurhayati berkesempatan kembali ke Watampone, dimana kemudian Nurhayati mengajar di SDN 24 Macanang, Bone.

Saat pertama kali menjadi guru di SDN 24 Macanang, Nurhayati diberi amanat untuk menjadi guru kelas III. Selang beberapa lama kemudian, ia pun menjadi guru kelas VI. Saat itu, ada 4 kelas 6 di SDN 24 Macanang. Nurhayati mengajar Matematika – IPA. Selama menjadi guru di SDN 24 Macanang dan mengikuti beberapa periode kepemimpinan kepala sekolah, ia mengungkapkan bahwa SDN 24 Macanang selalu mendapatkan kepala sekolah dengan karakter yang tegas. Hingga pada tahun 2003, Nurhayati pun diangkat menjadi kepala SDN 24 Macanang. Telah diakui oleh banyak pihak bahwa ia pun telah membawa banyak perubahan yang signifikan pada SDN 24 Macanang.

Salah satu perubahan yang nyata terlihat adalah peran koperasi di sekolah. Saat Nurhayati masih menjadi guru, ia mengatakan bahwa peran koperasi di sekolah yang didirikan pada tahun 1985 itu justru tenggelam. “Saya melihat bahwa koperasi sepertinya tidak berjalan dengan baik. Meski anak-anak selalu menabung di koperasi, namun setiap bulan selalu tidak ada modal berkembang. Bahkan ada kerugian hingga mencapai 30 juta. Ironisnya, saat itu tak banyak yang bisa saya lakukan karena tidak ada kerjasama yang baik. Saya sempat berangan-angan, kapan saya bisa menghidupkan koperasi ini dengan pelaksanaan yang berjalan secara efektif dan baik. Maka ketika saya diangkat menjadi kepala sekolah, saya pun segera mengembangkan koperasi ini,” jelas Nurhayati.


Perubahan peran dan perkembangan koperasi tampak nyata terlihat karena menurut Nurhayati, tabungan siswa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Bahkan ada siswa kelas VI yang tabungannya hingga mencapai 30 juta. Modal yang dikumpulkan dalam RAT (Rapat Anggota Tahunan) tahun 2015 pun mencapai hingga 1,5 milyar. DI setiap RAT, laba yang diterima anggota paling rendah sekitar 1 juta rupiah. Sedangkan tenaga honor yang tidak masuk dalam koperasi juga mendapat imbalan minimal 500 ribu rupiah per tahun. “Ada pula honor jasa guru kelas, jasa anggota, jasa penabung, jasa pengelola, dan koperasi pun berkontribusi dalam pembangunan pagar sekolah,” jelas ibu dua anak ini. 

Kantin Kejujuran
Selain Koperasi, SDN 24 Macanang juga membangun dan mengembangkan kantin kejujuran. Awalnya, menurut Nurhayati, kantin kejujuran tersebut diprakarsai oleh program yang diluncurkan Kejaksaan Tinggi Makassar. “Pada tahun 2010, kami mewakili Kabupaten Bone diberi bantuan untuk mengembangkan kantin kejujuran. Namun saat itu deadline kami hanya sekitar 2 minggu untuk menyiapkan itu semua. Kami diberi dana 1 juta untuk mengisi menyediakan produk yang hendak dijual di kantin kejujuran. Sedangkan modal untuk pembangunan kantin sebesar 20 juta kami pinjam dari koperasi sekolah. Alhamdulillah proyek tersebut berhasil, dan kantin kejujuran tetap berjalan sampai sekarang,” kata Nurhayati.

Kantin kejujuran di SDN 24 Macanang terdiri dari dua bagian, yakni kantin kemasan dan kantin siap saji. Kantin kemasan menyediakan produk yang terkemas, sedangkan kantin siap saji menyajikan makanan-makanan yang bisa dikonsumsi anak di situ, misalnya mie instan, pisang goreng, dan lain sebagainya. Saat berbelanja di kantin, anak-anak mengambil sendiri belanjaan yang diinginkan dan menaruh uang di kotak yang telah disediakan. Ia pun bisa mengambil sendiri uang kembalian tanpa adanya pelayanan dari petugas atau guru. Meski dengan sistem demikian, namun kantin kejujuran yang dirintis SDN 24 Macanang ini pun mampu menghasilkan laba. Misalnya, setidaknya, laba dari hasil penjualan tersebut mampu berkontribusi untuk menyediakan konsumsi bagi guru di sekolah setiap hari.

Selain itu, kantin kejujuran ini pun dapat melatih dan menempa anak-anak untuk senantiasa bersikap jujur. Hal ini terbukti karena sejauh ini sangat jarang dijumpai masalah ketidakjujuran. Menurut Nurhayati, pengawasan tak lagi dilakukan oleh guru, bahkan juga di antara siswa itu sendiri. Jika siswa mengetahui ada yang berlaku tidak jujur atau tidak baik, maka ia akan segera mengingatkan atau memberi laporan kepada guru. Kejujuran dan solidaritas tersebut pun menurut Nurhayati tak semata-mata terbangun dengan sendirinya, melainkan juga melibatkan peran sekolah maupun keluarga dalam membina dan mengarahkan anak. Anak harus memahami esensi kejujuran dan karakter baik sehingga ia pun dapat mengembangkan sikap jujur dan baik dalam dirinya.

Kurangnya Ruang Kelas
Sejauh ini, masalah krusial yang masih dihadapi SDN 24 Macanang adalah kurangnya ruang kelas untuk peserta didik. Hingga saat ini, masih ada beberapa kelas dengan jumlah siswa yang sangat gemuk, mencapai lebih dari 40 orang. Ada pula yang dalam satu ruang kelas terdiri dari dua rombongan belajar. Namun menurut Nurhayati, hal tersebut sedikit lebih baik jiks dibanding tahun-tahun sebelumnya, yang mana dikarenakan ruang kelas yang tidak mencukupi, kegiatan belajar mengajar pun terpaksa diselenggarakan dalam dua shift, yakni shift pagi hingga siang dan shift siang hingga sore. Namun saat ini anak-anak sudah masuk di pagi hari semua.

Menjadi sekolah favorit acapkali memang melahirkan dilema tersendiri bagi SDN 24 Macanang. Dikarenakan diinginkan oleh banyak orangtua, tak heran jika saat pendaftaran murid baru tiba, kuota sekolah lekas terpenuhi, bahkan hanya dalam waktu 2 hari saja. Imbasnya, kadangkala SDN 24 Macanang pun mengadakan seleksi bagi calon murid baru tersebut jika peminatnya melebihi kuota yang tersedia. “Dalam seleksi tersebut, kami lihat penampilan anaknya terlebih dahulu. Pertama, bagaimana cara dia membaca atau menghapal surah, dan sebagainya. Kami juga mempertimbangkan ijasah TK serta bakat anak untuk memetakan potensi mereka,” kata Nurhhayati. Beberapa orangtua sempat protes dengan sistem seleksi karena anak-anak yang jauh rumahnya diterima, sedangkan yang rumahnya dekat justru tidak diterima. Oleh karena itu, sekolah pun mengubah sistem seleksi. Namun pada tahun ajaran 2015/2016 ini Sekolah tidak melakukan seleksi dikarenakan jumlah pendaftar sesuai dengan kuota sekolah. Saat ini, jumlah total siswa di SDN 24 Macanang sebanyak 618 siswa dengan 23 rombongan belajar.

Tahun 2012, SDN 24 Macanang menerima bantuan dari pusat untuk rehabilitasi 9 ruang kelas. Namun demikian, Nurhayati juga berharap SDN 24 Macanang mendapat ruang kelas baru. Tak habis akal, Nurhayati pun mencoba untuk mengkalkulasi kembali dana bantuan rehabilitasi dan anggaran pembangunan ruang kelas baru. Hasilnya, ia menemukan bahwa ada sebagian dana rehabilitasi tersebut dapat membantu untuk pembangunan ruang kelas baru. Maka dengan keputusan mantap, selain melakukan rehabilitasi untuk 9 kelas, sisa anggaran pun ia manfaatkan untuk membangun ruang kelas baru yang juga dipersiapkan untuk menopang lantai dua sekolah, yang nantinya akan dibangun ruang kelas baru di tingkat dua. “Jadi ada 4 ruang kelas saya bangun untuk persiapan lantai dua. Kami bangun tiang dan cakar ayam terlebih dahulu. Sisa dana rehabilitasi tersebut digunakan untuk membangun cor lantai 2,” katanya.  


Tahun 2015, SDN 24 Macanang kembali diberikan dana bantuan DAK dari Pusat, yang kemudian dimanfaatkan untuk menambah ruang kelas di lantai 2. “Kami diberikan bantuan untuk membangun  4 ruang kelas, namun kenyataannya, kami membangun 5 ruang kelas. Dan itupun sebenarnya masih kurang  6 ruangan lagi supaya kelas tidak terlalu padat. Saat ini masih ada 4 kelas yang padat sekali. Jika kami memiliki 6 ruangan lagi, setidaknya kami bisa membuat laboratorium juga,” katanya.
Bagi Nurhayati, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah menjadi prioritas utama demi menjaga kualitas sekolah dan menyokong pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, ia tak segan untuk menambah, merehabilitasi, ataupun merombak lahan atau ruangan yang sekiranya dapat menjadi lebih bermanfaat. Misalnya ia tak segan untuk merombah kompleks tempat tinggal kepala sekolah menjadi ruang tamu kepala sekolah, ruang kantor kepala sekolah serta komite sekolah, serta ruang UKS. Ia pun memanfaatkan bagian depan sekolah dengan membangun semacam pendopo yang dapat digunakan sebagai musalla ataupun sanggar seni untuk anak.

Budaya Sepekan Untuk Penguatan Karakter
Untuk pengembangan dan penguatan karakter siswa, SDN 24 Macanang telah menjalankan beberapa program dibalut dalam budaya sekolah. Istilahnya adalah budaya sepekan. Kegiatan-kegiatan dalam budaya sepekan antara lain pada hari Senin, siswa wajib mengikuti upacara bendera. Upacara bendera ini diharapkan dapat menumbuhkan kedisiplinan serta jiwa nasionalisme pada diri anak-anak. Namun uniknya, di SDN 24 Macanang ini, pelaksanaan upacara bendera di lapangan tengah pun juga tak hanya dilakukan oleh warga SDN 24 Macanang saja, melainkan juga bersama-sama dengan SD Inpres 12/79 Macanang, yang berada satu kompleks dengan SDN 24 Macanang. Dalam upacara bendera, kerap juga dilaksanakan budaya mengapresiasi warga sekolah yang berprestasi.

Sedangkan budaya hari Selasa adalah membaca surah-surah dalam Alquran. Budaya ini diharapkan dapat menguatkan dan mempertebal keimanan serta keyakinan anak didik pada nilai-nilai agama. Pada hari Rabu, tibalah budaya membaca senyap, dimana anak-anak dianjurkan untuk membaca buku yang bermanfaat, baik itu di sudut baca yang terdapat di kelas masing-masing ataupun di perpustakaan sekolah. Biasanya guru pun sudah mempersiapkan buku-buku untuk bacaan anak-anak didiknya. Setelah itu, guru akan menanalisa siapa yang paling banyak membaca, dan juga menyuruh anak-anak menceritakan kembali apa yang telah dibacanya. Yang paling banyak membaca yang yang dapat menceritakan kembali bacaannya dengan baik akan diberikan apresiasi oleh guru. Budaya membaca ini pun sebenarnya juga seiring dengan anjuran Mendikbud mengenai budaya literasi di sekolah.

Pada hari Kamis, anak-anak melaksanakan budaya sehat, misalnya dengan kegiatan olahraga. Semua siswa diwajibkan untuk melakukan senam pagi secara serentak.  Hari Jumat adalah budaya bersih, dimana sebelum masuk kelas, anak-anak digiring untuk melaksanakan kerja bakti di sekolah demi menjaga kebersihan. Sedangkan hari Sabtu adalah budaya salam, dimana setiap datang dan pulang sekolah anak-anak membentuk barisan antrian untuk memberi salam pada kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Kegiatan-kegiatan budaya sepekan ini dilakukan setiap hari sebelum jam mulai pelajaran pertama sekolah. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pukul 07.30, sedangkan pelaksanaan budaya sepekan dimulai sejak pukul 07.00.

Bank Sampah
Selain itu, menurut Nurhayati, SDN 24 Macanang juga menjadi Duta Lingkungan. Ini dikarenakan SDN 24 Macanang juga menggalakkan adannya Bank Sampah. Melalui bank sampah, sampah-sampah yang ada di SDN 24 Macanang dipilah-pilih, mana yang memiliki nilai jual dan bisa dimanfaatkan, serta mana yang tidak. Bank sampah ini diberlakukan sejak tahun 2011 hingga saat ini. “Awalnya, dulu saya melihat anak-anak sangat ceroboh karena mereka kerap membuang sampah sembarangan setelah jajan. Banyak sekali sampah berserakan di mana-mana. Setelah melalui diskusi dengan guru, kami pun sepakat untuk memulai program kebersihan. Saya menganjurkan guru dapat mengarahkan siswa-siswinya untuk mengumpulkan sampah yang berserakan di sekitar mereka. Awalnya memang sulit, karena tidak semua siswa memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Terlebih waktu itu belum tersedia keranjang-keranjang sampah di sekitar mereka. Namun berkat kegigihan dan keuletan semua pihak, sedikit demi sedikit sampah yang berserakan mulai berkurang. Kami pun menyediakan keranjang-keranjang sampah di masing-masing kelas dan melakukan pendidikan serta pembinaan teradap siswa-siswi mengenai sampah,” kisah Nurhayati.

Pengumpulan sampah yang digalakkan di SDN 24 Macanang semakin menarik karena kemudian Nurhayati pun  mengarahkan supaya sampah tersebut dipilah-pilih, mana sampah organik maupun anorganik seperti plastik, kertas, dan sebagainya. Nantinya, sampah tersebut akan dijual pada pengepul sampah atau dimanfaatkan menjadi prakarya daur ulang untuk anak-anak. Sampah-sampah yang bernilai jual tersebut disimpan untuk nantinya dijual. Setiap dua kali dalam satu tahun, sampah-sampah tersebut siap dijual dengan ditimbang terlebih dahulu. Biasanya, satu kelas bisa menghasilkan sampai sekitar 7 kg sampah bernilai jual. Hasil dari penjualan sampah tersebut pun biasanya dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan kelas, yang dikelola oleh masing-masing guru kelas. “Yang paling rajin mengumpulkan sampah justru anak-anak kelas 1 dibanding kelas tinggi. Selain itu, tak pelak anak pun hingga membawa sampah sendiri dari rumah untuk dikumpulkan di sekolah demi berlomba-lomba menghasilkan sampah bernilai jual yang lebih banyak,” kata Nurhayati.

Dalam membina dan mendidik anak-anak, Sekolah pun tak segan untuk memberikan apresiasi bagi siswa tatkala anak mendapat prestasi ataupun memberi sanksi pada anak tatkala mereka melakukan kesalahan. Hal ini demi memberi mereka pelajaran dan pemahaman hidup. Anak memerlukan apresiasi untuk memotivasi mereka menjadi semakin berprestasi. Sedangkan hukuman pun diperlukan untuk menunjukkan pada mereka hal-hal yang tidak baik dan supaya tak lagi diulangi. Namun demikian, Sekolah cenderung untuk memberikan hukuman yang bersifat mendidik namun juga membuat efek jera pada anak supaya tak lagi mengulangi kesalahan. Misalnya, jika ada yang kedapatan membuang sampah sembarangan, maka ia dihukum untuk mencari dan memungut sampah-sampah yang bertebaran di sekitar sekolah. Adakalanya juga dihukum dengan menyuruh anak membaca surah-surah dalam Alquran.

Demi mengontrol dan mengawasi siswa secara berkesinambungan, sekolah pun memiliki buku penghubung anak yang dimaksudkan sebagai sarana untuk menjalin komunikasi antara sekolah dengan orangtua. Guru akan memberi laporan maupun pengarahan mengenai aktifikas siswa melalui buku penghubung yang juga menjadi sarana komunikasi antara sekolah dan orangtua. Termasuk ketika anak melakukan tindakan-tindakan yang kurang baik di kelas/sekolah, maka guru akan melaporkan hal tersebut pada orangtua melalui buku penghubung. Harapannya, kegiatan pendidikan dan pembinaan anak tak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, namun juga orangtua. Bagaimanapun, menciptakan generasi yang baik pun diperlukan sinergi dan kerjasama antara sekolah dengan orangtua.  

Dalam hal pembinaan karakter anak, SDN 24 Macanang pun memiliki Bengkel Hati. Program ini berada di bawah tanggung jawab guru agama. Bengkel hati diharapkan dapat menjadi wadah untuk anak-anak, terutama yang masih memerlukan pembinaan karakter. Misalnya, untuk anak-anak yang kedapatan tidak jujur saat berbelanja di koperasi. “Kalau kita temukan anak yang seperti itu, maka akan kami bina melalui bengkel hati dengan melakukan pendekatan-pendekatan personal, misalnya dengan diberikan nasehat, dan sebagainya,” terang Nurhayati.

Ekskul dan Bimbingan Belajar
Demi menunjang pendidikan anak didik melalui kegiatan-kegiatan positif, SDN 24 Macanang pun menyediakan sekitar 11 kegiatan ekstrakurikuler yang diminati anak dan dapat diikuti selepas jam pulang sekolah. Sekolah berakhir setiap pukul 11.55 untuk anak kelas IV, V, dan VI, yakni setelah usai salat dhuhur berjamaah di masjid seberang sekolah. Sedangkan untuk anak kelas I, II, dan III, jam sekolah berakhir pada pukul 10.55. Usai jam sekolah, anak-anak akan melakukan kegiatan ekskul masing-masing. Ada beberapa ekskul yang sifatnya wajib diikuti, antara lain Pramuka, Baca Tulis Alquran, dan Kelas Bahasa Inggris. Kegiatan-kegiatan ekskul lainnya yang bisa menjadi pilihan antara lain kegiatan ekskul seni seperti menari, menggambar, membatik, dan sebagainya, ekskul olahraga, ekskul pelajaran, dan sebagainya.

Khusus untuk anak kelas VI, mereka pun wajib mengikuti bimbingan belajar yang diadakan sekolah demi mempersiapkan keberhasilan Ujian Nasional. Bimbingan belajar ini diadakan setelah jam pulang sekolah maupun ekskul, dan biasanya anak-anak kelas VI memilih tinggal di sekolah hingga jam bimbingan belajar dimulai, sehingga umumnya mereka membawa bekal dari rumah.

“Sebelum pelaksanaan bimbingan kami sudah konsultasikan dan memberi pengarahan pada orangtua melalui pertemuan. Kami meminta orangtua untuk mengantar jemput anaknya di sekolah usai bimbingan, dan ternyata orangtua tidak keberatan. Mereka sangat bekerjasama dan mendukung sekolah,” ujar Nurhayati.

Mengenai keterlibatan orangtua maupun komite sekolah, Nurhayati mengungkapkan bahwa bentuk dukungan orangtua antara lain mereka tak segan untuk terlibat aktif membantu sekolah tatkala sekolah membutuhkan. Misalnya dalam pelaksanaan lomba yang diadakan di luar kota, bahkan ada orangtua yang tak segan untuk memfasilitasi akomodasi sekolah dalam mengikuti lomba-lomba tersebut. Juga pada saat proses pembangunan gedung sekolah, bahkan adapula orangtua yang turut membantu dan menyumbang tenaga dalam pembangunan tersebut. Atau pada saat anak mengikuti kegiatan karnaval, paskibra, pramuka, dan sebagainya, orangtua tak segan membantu sekolah dalam hal menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan siswa.

Prof. Dr. Andi Sarjan, guru besar STAIN Watampone yang juga adalah ketua komite SDN 24 Macanang mengatakan bahwa sejauh ini komite sekolah senantiasa menyupport sekolah sekaligus memberikan saran dan masukan mengenai program-program sekolah serta ikut mengawasi penggunaan dana BOS sekolah. Menurutnya, sudah sepatutnya SDN 24 Macanang, yang notabene adalah sekolah favorit di Kabupaten Bone dan bahkan telah beberapa kali mewakili Provinsi Sulawesi Selatan di ajang Nasional melengkapi sarana dan prasarana sekolah serta meningkatkan kualitas sekolah dan sumber daya. “Sekolah ini punya nilai jual dan menjadi favorit masyarakat. Oleh karena itu sekolah ini harus benar-benar maju. Misalnya, guru tak boleh lagi gagap teknologi jika ingin sekolah terus maju. Selain itu, sekolah juga harus memakai cara pembelajaran yang modern. Penggunaan laptop, lcd proyektor, maupun media-media teknologi yang lain harus disosialisasikan dan dibiasakan. Alhamdulillah saran tersebut direspon baik oleh sekolah. Bahkan sekolah pun sekarang sudah memakai CCTV untuk membantu kepala sekolah mengawasi setiap penjuru sekolah. Kendalanya saat ini hanyalah ruang kelas yang kurang, sehingga jumlah siswa terlalu gemuk. Itu menjadikan pembelajaran tidak efektif. Saya berharap ada solusi untuk hal itu, terutama dari Pemerintah Daerah. Apalagi sekolah ini kan dikenal dekat dengan Pemda,” kata ayahyang kedua anaknya lulusan SDN 24 Macanang ini.

Dalam hal pendanaan pembangunan dan pengadaan sarana prasarana sekolah, SDN 24 Macanang memang selalu mengandalkan bantuan dari Pemerintah ataupun dari upaya mandiri sekolah, misalnya koperasi atau bank sampah. Sejauh ini, sekolah tak pernah membebani orangtua murid dengan adanya pungutan-pungutan yang memberatkan sehingga anak benar-benar mendapatkan pelayanan sekolah gratis. “Kami, komite sekolah, selalu menyarankan, kalau bisa usulan anggaran pembangunan sekolah jangan dibebankan pada masyarakat. Dikomunikasikan saja dengan Pemerintah Daerah, apalagi ini kan sekolah negeri. Di sini, masyarakat belum bisa dipaksa membantu sekolah dalam soal pendanaan. Apalagi selalu dikampanyekan sekolah gratis dimana-mana,” kata Andi.

Mengenai pendidikan karakter di sekolah, Andi mengatakan bahwa ia sangat mendukung pengembangan dan penguatan karakter anak melalui kegiatan di sekolah. “Saat ini, Bone masyarakatnya sudah tidak steril lagi. Banyak pengaruh dari luar yang mengancam melunturkan budaya daerah dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada penguatan karakter melalui kurikulum di sekolah, terutama anak SD. Di SDN 24 Macanang ini sendiri sudah diterapkan sejak lama dan itu dapat terlihat hasilnya. Sejauh yang saya tahu, tamatan anak-anak SDN 24 Macanang itu belum ada yang saya dapati berkasus. Di sekolah, anak sudah diajar untuk disiplin, tertib, toleransi, dan sebagainya. Selain itu, barangkali lingkungan juga mempengaruhi. Di SDN 24 Macanang ini banyak sekali anak-anak pejabat daerah maupun anak-anak dari keluarga berpendidikan tinggi,” ujar Andi.

Inspirasi Bagi Sekolah Lain
Hal senada juga disampaikan oleh Drs. Nursalam, M.Pd, sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Bone. Sebagai sekolah favorit sekaligus sekolah teladan, SDN 24 Macanang diharapkan dapat memberi inspirasi dan keteladanan bagi sekolah-sekolah lainnya di Kabupaten Bone, yakni dengan mencontoh pola keteladanan dan pembiasaannya. “Keteladanan saja belum cukup. Anak-anak di usia pertumbuhan itu tidak hanya diberikan informasi tentang keteladanan, namun juga harus ada pembiasaan, misalnya bagaimana menghormati guru, bekerja sama dengan teman, dan sebagainya, sampai mereka benar-benar menghayati perilaku tersebut,” katanya.

Menurutnya, di Kabupaten Bone secara umum menganut kultur paternalistik sehingga masyarakat hidup dan berkembang melalui bimbingan keteladanan, pembiasaan, dan himbauan dari pengambil kebijakan. Nursalam sendiri menilai bahwa SDN 24 Macanang termasuk sekolah yang kreatif. “Himbauan-himbauan dari kami langsung ditindaklanjuti dengan kreatif. Soal pembinaan karakter di sekolah, sebenarnya hal itu sudah lama kami canangkan jauh sebelum berlakunya Kurikulum 2013. Misalnya bagaimana anak-anak bisa salat dhuhur bersama berjamaah di sekolah, dan sebagainya. Sejauh ini, pelaksanaan di masing-masing sekolah memang bervariasi. Namun saya lihat SDN 24 Macanang ini lebih konsisten,” kata pria yang dulunya pernah menjadi guru di SMAN 4 Watampone ini.

Oleh karena itu, demi lebih menggaungkan inspirasi bagi sekolah-sekolah lainnya, Dinas Pendidikan Kabupaten Bone pun menggelar program mengundang orang-orang yang inspiratif untuk menebarkan kisah inspirasinya melalui radio. Nama program yang dirilis sejak Januari 2016 tersebut adalah SENSASI, yang bekerja sama dengan RRI (Radio Republik Indonesia). Program SENSASI ini menghadirkan narasumber di dunia pendidikan, misalnya guru, kepala sekolah, ataupun siswa-siswa yang berprestasi. Salah satu yang pernah menjadi narasumber adalah Hj. Siti Nurhayati Malik, kepala SDN 24 Macanang.

Hj. Gumintiri, S.Pd., Pengawas SD di Kabupaten Bone mengatakan bahwa sejauh ini program-program kegiatan di SDN 24 Macanang pun telah dilaksanakan dengan baik di SD-SD lainnya, terutama di SD Imbas. Melalui kegiatan KKG ataupun MKS, SDN 24 Macanang sebagai sekolah inti telah cukup aktif berperan dalam memotivasi sekolah-sekolah imbas maupun sekolah di sekitarnya. Tak jarang SDN 24 Macanang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan workshop, seminar, dan sebagainya, yang juga turut mengundang sekolah-sekolah lainnya untuk belajar bersama dan meningkatkan kompetensi diri serta kualitas sekolah. “Ini dibuktikan dari ketika ada lomba OSN di tingkat gugus, salah satu sekolah imbas sudah dapat meraih peringkat. Biasanya, dari tahun ke tahun peringkat-peringkat hanya diborong oleh SDN 24 Macanang saja,” katanya.

Sebagai pengawas SD, yang menjadi fokus pembinaan Gumintiri terutama adalah sekolah bersih dan manajemen berbasih sekolah. Terlebih SDN 24 Macanang, yang adalah sekolah binaannya, menjuarai lomba MBS tingkat Nasional, sehingga diharapkan SDN 24 Macanan dapat menjadi motivasi maupun teladan bagi sekolah-sekolah lainnya, terutama dalam MBS maupun Sekolah Bersih. “Selain itu saya juga fokus ke peningkatan implementasi Kurikulum 2013 serta pembinaan karakter,” kata Gumintiri.

Kedisiplinan Guru
Dalam hal peningkatan kompetensi guru, SDN 24 Macanang senantiasa memacu dan memotivasi para gurunya untuk tak malas mengasah diri dan meningkatkan ilmu. Nurhayati Malik selaku kepala sekolah bahkan tak segan untuk memfasilitasi dan membuka kesempatan bagi para guru untuk meningkatkan kompetensi. Hingga saat ini, ada 36 orang guru di SDN 24 Macanang, dan yang sudah menjadi PNS sebanyak 27 orang. Untuk meningkatkan kompetensi baik guru maupun murid, Nurhayati tak segan untuk mengundang narasumber yang berkompeten dan yang sedang dibutuhkan guru untuk membina para guru.

Selain itu, sekolah pun memberi apresiasi bagi guru yang berprestasi ataupun yang mampu membina muridnya menjuarai kompetisi dan berprestasi. Hal ini menurut Nurhayati pun dapat menjadi motivasi bagi guru supaya senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas dan kinerjanya. Kendati demikian, Nurhayati juga mengharapkan kedisiplinan menjadi etos bagi semua warga sekolah, termasuk para guru. Bagi Nurhayati, kehadiran guru dan ketepatan waktu mengajar pun menjadi salah satu fokus evaluasi kinerja guru. “Dalam pertemuan guru, saya selalu umumkan siapa yang paling rajin dan siapa yang paling sering terlambat. Bagi yang paling rajin saya berikan hadiah, sedangkan bagi yang paling sering terlambat saya berikan bimbingan supaya ia dapat memperbaiki sikap dan kebiasaannya. Biasanya, guru yang terlambat tidak saya kasih kelas mengajar. Kita tahu bahwa guru butuh jam mengajar. Jadi saya katakan, kalau butuh kelas, maka harus berangkat pagi. Saya tidak ingin anak-anak tidak mendapat pembelajaran,” kata kepala sekolah yang pernah menjadi juara I kepala sekolah berprestasi tingkat provinsi tahun 2013 ini.

Dikarenakan SDN 24 Macanang kerap menjadi SD teladan dan percontohan bagi sekolah-sekolah lainnya, Nurhayati pun tak segan untuk senantiasa meningkatkan kualitas guru-gurunya. Meski demikian, dalam hal membina komunikasi bersama guru maupun staf lainnya, Nurhayati lebih menggunakan cara kekeluargaan supaya guru maupun staf tidak merasa berjarak dengannya.

Suryani, S.Pd., guru yang mengajar di SDN 24 Macanang sejak tahun 2013 ini mengatakan bahwa menjadi guru di SDN 24 Macanang merupakan sebuah anugerah yang patut disyukurinya. “Saya masih belum lama disini karena saya adalah guru pindahan dari sekolah lain. Meski begitu, saya merasa sangat dihargai di sini. Sistem kekeluargaan di sini sangat baik, tidak membeda-bedakan umur, pengalaman, dan sebagainya.  Ibu kepala sekolah juga selalu membimbing saya, dan rekan-rekan guru lainnya selalu menyupport dan mendampingi saya sehingga saya bisa melaksanakan tugas sebagaimana mestinya meski saya merasa masih belum sempurna,” kata wanita kelahiran Hulubalang, 10 Desember 1986.

Saat ini, Suryani adalah guru di kelas IV-B. Menurutnya, guru kelas harus menguasai pengelolaan kelas, harus mengenal muridnya baik secara fisik maupun psikisnya, dan harus menguasai strategi pembelajaran inovatif dan mengikuti perkembangan pembelajaran saat ini. Di samping itu, guru juga harus mengikuti perkembangan teknologi, harus rajin menambah wawasannya dengan mengikuti seminar-seminar pengelolaan kelas, pembelajaran, dan sebagainya.

Wanita yang pernah dua kali mengikuti Bimbingan Teknis Kurikulum 2013 ini mengatakan pula bahwa seorang guru musti berupaya untuk dekat dengan murid-muridnya. “Jangan mengambil jarak dengan siswa, tetapi justru jadilah teman bagi siswa. Kita harus meyakinkan anak bahwa kita adalah temannya yang siap berbagi, tempat berkeluh kesah baginya, dan seperjuangan. Jadi, anak merasa tidak ada jarak dengan kita. Selain itu, kita harus menunjukkan kepedulian pada  mereka mulai dari mereka datang hingga pulang sekolah. Kita harus peka, apakah ia mengalami masalah dalam pembelajarannya ataupun pribadinya,” kata guru yang juga menjadi pembimbing ekskul Sains ini.

Sedangkan Lastang, S.Pd.I., salah satu guru yang telah mengajar di SDN 24 Macanang selama 15 tahun mengatakan bahwa menjadi guru kelas merupakan tantangan tersendiri baginya. Terlebih karena sebelumnya ia adalah guru bidang studi Bahasa Inggris. “Saya harus belajar untuk menguasai materi terlebih dahulu. Sebagai guru kelas, saya dituntut untuk harus lebih kreatif lagi. Oleh karena itu, saya seringkali searching melalui internet untuk mencari dan mempelajari materi-materi yang bisa membangkitkan gairah siswa,” katanya.

Namun demikian, sebagai guru, Lastang merasa memiliki kewajiban untuk tak hanya memberikan ilmu pengetahuan pada siswa, namun juga membimbing dan menguatkan karakter siswa. “Saya upayakan setiap hari memberikan penguatan karakter pada siswa dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan nilai-nilai agama, penanaman kedisiplinan, nilai-nilai kepedulian, dan sebagainya. Kadang saya mengambil kisah atau cerita inspiratif, kemudian saya kaitkan dengan materi. Namun kendalanya, anak-anak dapat menangkap hal itu sebagai sekadar pengetahuan saja, dan belum memahaminya untuk dijadikan pedoman berperilaku,” ujar pria yang pernah dinobatkan sebagai guru honorer terbaik se-Kabupaten ini.

Oleh karena itu, menurutnya, cara paling ampuh untuk mengembangkan dan menguatkan karakter siswa adalah dengan keteladanan. Guru harus menjadi teladan bagi murid-muridnya. Misalnya, guru harus tepat waktu untuk mengajarkan siswa tepat waktu, guru harus shalat berjamaah di masjid untuk mengajar anak-anak shalat berjamaah di masjid, dan lain sebagainya. Anak harus melihat contoh langsung supaya dapat ditirukan. “Kalau sekedar nasehat, mungkin hanya 30% yang dipahami anak. Namun keteladanan lebih dapat dipahami dan ditiru siswa,” kata ayah dua anak ini.

Sekolah Menyenangkan
Sebagai sekolah favorit dan menjadi teladan bagi sekolah-sekolah lainnya di Kabupaten Bone, SDN 24 Macanang senantiasa berbenah diri, baik itu dari segi fisik maupun kualitas sumber daya manusianya. Anak-anak, guru, staf, maupun kepala sekolah senantiasa memiliki kesibukan positif. Sekolah baru sepi ketika menjelang pukul 16.00 WITA atau bahkan lebih, terutama ketika ada kegiatan khusus. Usai pebelajaran, anak-anak maupun guru disibukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler maupun bimbingan belajar. Kendati demikian, sebagian besar anak-anak justru lebih merasa senang berada di sekolah.

Seperti halnya Nur Azizah Fitri, siswa kelas VI-C, ia merasa senang berada di sekolah, dan sama sekali merasa tak terbebani, meskipun ia harus mengikuti pelajaran tambahan dalam bimbingan belajar usai jam sekolah. “Saya senang berada di sekolah karena bisa bertemu dengan teman-teman dan bisa bermain. Karena kalau di rumah saja paling-paling main dengan adik,” kata gadis yang menyukai pelajaran matematika ini.

Tahun lalu, Azizah, demikian ia disapa, mewakili Provinsi Sulawesi Selatan dalam lomba membatik yang diadakan di Istana Bogor. Meski belum memperoleh juara, namun Azizah merasa sangat bangga dan senang dapat mengharumkan nama sekolah maupun daerahnya. 

Sedangkan Muhammad Bakir Syahran Sudirman, siswa kelas V-C, pun mengungkapkan bahwa ia merasa senang menjadi murid di SDN 24 Macanang. Menurutnya, semua guru yang ada di sekolah sangat baik. Ia pun merasa tak terbebani dengan peraturan-peraturan sekolah, misalnya harus membuang sampah pada tempatnya atau senantiasa menjaga lingkungan bersih.

Bagi Azizah, Bakir, maupun murid-murid lainnya, SDN 24 Macanang adalah sekolah yang tepat untuk menggantungkan harapan menjadi generasi bangsa yang lebih baik, yang jujur, dan yang menjadi aset bagi bangsa dan negara.***


Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SD Berkarakter, Majalah SD, Dikdas, Guru (Kemendikbud)