SMA Tujuh Delapan
sekolah prestasi
Tempat abadikan diri tumbuhkan potensi
Untuk kemajuan negeri, Indonesiaku
Utamakan taqwa teladankan kebaikan, budayakan nyaman, penuh harmoni
Kembangkan karakter jujur, santun, percaya diri
Berkompetisi untuk rawat prestasi
Tak ragu bersatu maju bersama halau halang dan rintang
Aku bangga SMA Tujuh Delapan, kan kukibarkan trus kejayaanmu
Tempat abadikan diri tumbuhkan potensi
Untuk kemajuan negeri, Indonesiaku
Utamakan taqwa teladankan kebaikan, budayakan nyaman, penuh harmoni
Kembangkan karakter jujur, santun, percaya diri
Berkompetisi untuk rawat prestasi
Tak ragu bersatu maju bersama halau halang dan rintang
Aku bangga SMA Tujuh Delapan, kan kukibarkan trus kejayaanmu
--------
Cuplikan lirik di atas adalah
Mars SMA Negeri 78 yang diciptakan oleh Dra. Rita Hastuti, M.Pd., kepala SMAN
78 Jakarta Barat, dan diaransemen oleh siswa-siswanya. Bukan tanpa maksud ia
menciptakan lagu tersebut. Dengan lagu Mars tersebut, ia ingin senantiasa
membangkitkan semangat anak-anak, membiasakan mereka melalui penanaman sikap
dan keyakinan dalam hati menjadi pribadi dengan karakter yang baik dan prestasi
yang sukses.
Sejak diangkat menjadi kepala
sekolah pada Januari 2015 lalu, Rita memang telah menyusun visi misi,salah
satunya untuk memperkuat karakter anak-anak di SMAN 78 Jakarta. “Disini anaknya
sudah pintar-pintar, mereka hanya perlu diperkuat saja karakternya,” ujarnya. Ia sangat meyakini bahwa jika karakter semakin
baik, maka prestasi pun akan mengikuti. “Karakter dan prestasi itu berbanding
lurus,” katanya.
Jujur, santun, dan percaya diri
adalah nilai karakter yang ingin Rita kedepankan. Namun demikian, ia mengakui
bahwa anak-anak di SMAN 78 Jakarta umumnya sudah memiliki karakter yang baik. “Hanya
kepercayaan dirinya yang barangkali perlu ditambah, sehingga diperlukan
penguatan, pembiasaan, dan juga pengawasan supaya kemurnian anak-anak tersebut
terjaga sembari tak henti menanamkan karakter yang baik,” ujarnya.
“Saya memulainya dengan
mengindetifikasi, nilai apa yang ada di sekolah yang ingin ditonjolkan. Nilai-nilai
tersebut kemudian harus disesuaikan dengan visi misi sekolah, yakni
berprestasi, religius, berkarakter, dan berwawasan lingkungan. Cara-cara yang
saya lakukan antara lain, saya bangkitkan anak-anak dengan menyuarakan yel yel
‘takwa, cerdas, santun, disiplin’ saat upacara. Yel-yel itu cukup menyemangati
karena kita yakin yang kita ucapkan adalah keinginan dan doa kita. Saya selalu
kembangkan itu bersama anak-anak. Kami juga menyanyikan lagu kebanggaan kami,
Mars SMAN 78. Di situ juga terdapat penekanan karakter jujur santun, dan percaya
diri, karena itu harus diutamakan,” tuturnya.
Penumbuhan dan penguatan karakter
di SMAN 78 Jakarta terbukti justru mampu mendongkrak prestasi siswa. Semisal
dalam Ujian Nasional, siswa-siswa di SMAN 78 telah terbiasa dengan tabiat yang
baik dan menjunjung tinggi kejujuran. Meski begitu, menurut Rita, butuh
persiapan yang lebih matang, terutama untuk menghadapi UN.
Drs. Ridnan Wargianto, wakil
kepala sekolah bidang kurikulum mengatakan bahwa persiapan-persiapan yang dilakukan
SMAN 78 Jakarta untuk menghadapi UN antara lain dengan mengadakan try out atau
persiapan UN sejak dari semester 5. Perlu diketahui, bahwa SMAN 78 Jakarta
menerapkan SKS (Sistem Kredit Semester) dalam pembelajarannya sejak tahun 2007.
Dalam sistem tersebut, siswa pun memiliki kebebasan untuk memilih mata
pelajaran, di samping beberapa mata pelajaran yang telah diarahkan oleh guru.
Dalam proses mengerjakan try out tersebut, menurut Ridnan, siswa hanya
dimonitor melalui CCTV saja. “Kalau ada
yang bekerja sama akan kami ingatkan bahwa tujuan try out ini hanya
untuk mengetahui kemajuan proses belajar sehingga menyontek itu adalah
perbuatan yang sia-sia, dan justru merugikan diri sendiri. Bahkan saat Ujian
Nasional, saya selalu tekankan pada anak-anak untuk tidak percaya jika ada isu
mengenai kunci UN. Saya katakan bahwa itu palsu atau salah,” katanya.
“Di semester enam, kami adakan program
intensif untuk persiapan UN karena semester pada semester enam, anak-anak
memiliki beban SKS yang lebih sedikit dibanding semester sebelumnya,” jelas
pria yang juga mengajar Matematika ini. Ia mengungkapkan bahwa target SMAN 78
Jakarta adalah menjadi peringkat satu di Jakarta Barat, dan masuk dalam sepuluh
besar di DKI Jakarta.
Tonjolkan Nilai Karakter
Rita tak menyangka bahwa
nilai-nilai yang dikembangkannya di SMAN 78 Jakarta menjadi salah satu
indikator yang menjadikan SMAN 78 sebagai salah satu sekolah yang meraih
penghargaan Indeks Integritas Ujian Nasional terbaik dari Pemerintah. “Bagi
kami, penghargaan ini adalah sebagai trigger. Ke depan, akan kami harus
menyusun program-program yang lebih sistematis untuk menanamkan karakter jujur,
santun, dan percaya diri. Dan kami optimis periode yang akan datang kami akan
tetap mempertahankan penghargaan ini. Ada beberapa program yang akan saya buat
untuk menjaga integritas. Namun saya berharap ini tak hanya berlaku di momen
Ujian Nasional saja, tapi juga di setiap sendi kehidupan sekolah.
Saya sudah memiliki gambaran
mengenai rencana yang akan kami laksanakan. Kami akan membentuk tim di
masing-masing kelas dan mereka akan kami beri semacam ToT. Masing-masing dari
mereka kemudian akan memutuskan nilai apa yang ingin dikembangkan. Nah, itu
nanti akan berbiak seperti bunga teratai. Mungkin masing-masing kelas tersebut
akan menonjolkan nilai yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita musti sepakat
dulu dengan warga sekolah, nilai apa yang akan dikembangkan, namun yang
terutama adalah jujur, santun, dan percaya diri,” jelas Rita.
Dalam mengantisipasi dan
mengembangkan kejujuran di Ujian Nasional, banyak hal yang dilakukan untuk
mempersiapkan siswa-siswi. Menurutnya, anak tidak bisa hanya sekadar
diberitahu. Mereka harus dimotivasi dan difasilitasi. Dan sejauh ini,
upaya-upaya yang telah dilakukan di SMAN 78 Jakarta boleh dibilang cukup
membuahkan hasil. Sudah sangat jarang ditemukan anak yang menyontek di ulangan harian. “Mereka paham
bahwa untuk mendapatkan nilai yang baik, mereka harus bekerja keras, belajar
lebih rajin. Itu juga kita buktikan saat ujian, dimana kami menggunakan sistem CBT (Computer Based Test). Sistem CBT ini sangat meminimisir kemungkinan
anak-anak menyontek. Kemarin hanya ada 3 sekolah di Jakarta yang menggunakan sistem
CBT,” kata Rita.
Selama ini, hasil Ujian Nasional
rata-rata siswa SMAN 78 Jakarta memang tak pernah mengecewakan. Prestasi di
bidang akademik seolah menjadi spesialisasi di sekolah yang terletak di
Kecamatan Kemanggisan, Jakarta Barat ini. Saat lahir regulasi baru bahwa UN tak
lagi mempengaruhi kelulusan siswa, hal itu tak membawa dampak besar bagi
siswa-siswi di SMAN 78 Jakarta. Bagaimanapun, siswa-siswi SMAN 78 Jakarta tetap
mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menghadapi UN. Mereka tetap
menginginkan nilai terbaik di Ujian Nasional, karena nantinya Ujian Nasional
juga menjadi salah satu kriteria indeks yang dipakai untuk menentukan apakah
mereka diterima di perguruan tinggi atau tidak, terlebih yang melalui jalur
undangan. Ada tiga indeks yang dipakai untuk menentukan nasib anak-anak
diterima atau tidak di perguruan tinggi, antara lain indeks siswa, indeks
sekolah, dan indeks wilayah.
Meski demikian, Rita mengaku tak
pernah memberi target pada siswa bahwa nilai mereka harus tinggi. “Yang saya
pentingkan adalah integritas. Saya yakin, jika berintegritas, maka prestasinya
pasti baik,” katanya. Demikian pula pada para guru, Rita pun tak pernah
menargetkan bahwa guru harus mampu mengatrol siswa-siswinya supaya mendapat
nilai yang tinggi. “Yang saya harapkan, guru harus bisa menjadi teladan bagi
siswa-siswanya. Kalau guru sudah bisa menjadi teladan yang baik, anak-anak
pasti baik. Untuk memotivasi mendorong, dan mengarahkan mereka, saya selalu
adakan briefing setiap hari Senin sebelum mengajar. Saya selalu suntikkan keyakinan
perlunya integritas, kejujuran, dan sebagainya.” Kata wanita asli Purworejo,
Jawa Tengah ini.
Agus Sudrajat,
S.Pd., guru yang mengajar Sosiologi yang juga adalah wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan juga mengamini pernyataan Rita. Menurutnya, pendidikan itu
mendidik, dan bukan hanya mengajar, sehingga harus berintegrasi. Guru harus
berkomitmen dengan visi misi sekolah, yakni berprestasi, berkarakter, religius,
dan berwawasan lingkungan. “Kami melakukan pembiasaan-pembiasaan dan program program yang mengacu pada hal
tersebut. Dalam program tersebut, kami selalu sisipkan visi misi sekolah,”
ujarnya.
Sejauh ini, SMAN 78 Jakarta telah membuat
program-program melalui budaya sekolah yang menonjolkan nilai karakter baik. Kegiatan-kegiatan
tersebut tadarus rutin, doa pagi, kultum (kuliah tujuh menit), bersalaman di
pagi hari pada Bapak Ibu guru, hingga shalat dhuhur berjamaah. “Bahkan untuk
kelas XII juga kami dorong untuk melaksanakan shalat dhuha berjamaah,” kata
Agus. Selain itu, ada pula sesi training motivasi dan team building. “Sejauh ini program-program siswa tersebut berjalan
dengan sangat baik dan bahkan didukung penuh oleh komite,” tambahnya.
Bagi Agus,
mengawal dan mendampingi siswa sebanyak 1.237 siswa bukanlah hal yang mudah.
“Disini mobilitasnya tinggi sekali, sehingga kadang kami agak kewalahan
mendampingi mereka dalam beraktivitas, misalnya dari OSIS, MPK, kegiatan
ekstrakurikuler, bahkan hingga undangan dari luar,” ungkapnya. Agus juga
mengungkapkan karakter dari anak-anak SMAN 78 Jakarta. Menurutnya, siswa-siswi
yang ada di SMAN 78 Jakarta umumnya adalah anak yang aktif di kelas, kreatif,
sangat rajin, dan bisa mengembangkan apa yang diajarkan oleh guru. Agus,
sebagai guru Sosiologi, memiliki kiat tersendiri dalam hal mengajar anak
didiknya. “Saya lebih menyukai sistem penugasan. Dengan begitu, belajar menjadi
tak hanya di kelas, tapi juga di luar kelas, dan tidak terbatas oleh jam
belajar sekolah. Saya selalu mengedepankan tugas di kelas dan tugas portfolio.
Dengan begitu, pengetahuan justru menjadi lebih berkembang. Hal itu tercermin
ketika mereka presentasi, ada unsur pendalaman materi di sana. Pembelajaran
menjadi lebih menarik, dan guru serta murid pun dapat saling mengembangkan
diri,” katanya.
Untuk
menunjang pembelajaran, Agus pun tak segan untuk memanfaatkan teknologi
informasi. Para siswa bebas mengakses internet dan mencari sumber serta
referensi lain yang berkaitan dengan pembelajaran. “Karena disini akses
internet full, anak-anak malah enggan meninggalkan kelas. Umumnya mereka lebih
merasa betah berlama-lama di sekolah,” katanya.
Walau bagaimanapun, menurut Agus, guru pun tetap harus kreatif dalam
pembelajaran atau membuat pembelajarannya semenarik mungkin supaya anak-anak
tidak lekas bosan.
Dukungan Penuh dari Komite Sekolah
Mengenai
hubungan sekolah dengan orangtua atau wali murid, Agus mengatakan bahwa sejauh
ini komunikasi yang terjalin antara pihak sekolah dan pihak orangtua sudah
cukup baik. Setiap awal tahun, sekolah mengundang para orangtua murid terkait
dengan program-program yang disusun sekolah. “Semua program kami sampaikan
secara transparan,” ujarnya.
Sayangnya,
sejauh ini yang sedikit menjadi kendala adalah adanya regulasi baru yang
dikeluarkan Pemerintah DKI Jakarta mengenai adanya larangan pungutan sekolah
terhadap orangtua siswa. Pasalnya, di SMAN 78 Jakarta justru banyak orangtua
atau wali murid yang ingin terlibat aktif atau meringankan beban sekolah demi
terciptanya sekolah yang lebih lengkap atau kegiatan sekolah yang terwadahi
secara lebih layak. Ph. A.Y. Johnson Riberu, S.Si, ketua komite di SMAN 78
mengatakan bahwa sebenarnya biaya yang dialokasikan pemerintah untuk sekolah
itu cukup, namun hanya untuk sekolah standard. “Kalau disini tidak cukup. Coba
saja lihat segala sarana dan prasarananya. Inovasi-inovasi bapak ibu guru juga
tidak bisa kita abaikan begitu saja. Amat sangat diperlukan pembiayaan untuk
itu. Dua tahun lalu, kami masih diijinkan mencari donasi dari kekurangan biaya
dan memfasilitasi berbagai aktivitas disini. Bagi komite, apapun yang menunjang
kualitas harus didukung. Namun sekarang segala aktivitas dan keterlibatan
komite cukup dibatasi karena ada kebijakan baru dari pemerintah daerah,” kata
Johnson.
Meski
demikian, adanya regulasi dari pemerintah daerah tak lantas membuat gerak SMAN
78 Jakarta menjadi lebih terbatas. Sekolah justru menjadikannya sebagai
tantangan untuk bagaimana terus mengaktifkan program-program sekolah tanpa
terganjal regulasi. Dan sejauh ini, menurut Johnson, pihak orangtua menyatakan
kepuasannya atas hasil dan kinerja SMAN 78 Jakarta. Sebagai sekolah favorit,
SMAN 78 Jakarta terbukti mampu menjaga kepercayaan masyarakat dalam hal
mempertahankan kualitas maupun mengembangkan karakter siswa menjadi semakin
baik.
Orangtua pun
menyadari bahwa menyekolahkan anaknya di sekolah favorit pun memiliki
konsekuensi tersendiri. Di lingkungan SMAN 78 Jakarta, aura kompetisi sangat
tinggi, dimana siswa berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Bagi Johnson,
yang salah seorang anaknya duduk di bangku kelas XII SMAN 78 Jakarta,
berkompetisi menjadi yang terbaik adalah hal yang positif, namun ia pun
menekankan bahwa yang terpenting adalah kejujuran dan akhlak yang baik. Oleh
karena itu, ia tak pernah memberi target pada anak-anaknya untuk mengharuskan
mereka mendapat nilai tinggi di sekolah, melainkan lebih mementingkan proses
yang dicapai oleh anak. “Saya selalu beritahu ke anak, yng terpenting adalah
menjadi diri sendiri. Dan saya selalu katakan, yang paling penting di sekolah
itu adalah kejujuran. Percuma menjadi pandai tapi berakhlak buruk, maka
nantinya tidak akan dipakai di masyarakat. Saya lebih menghargai proses
daripada angka,” katanya.
Johnson juga
mengatakan bahwa dalam pola mendidik anak, ia senantiasa lebih menyukai
memberikan pemahaman dari hati ke hati kepada anak ketimbang menggunakan
cara-cara fisik atau kekerasan. “Saya tak pernah menghardik anak-anak, dan saya
bersyukur sekali karena mendapat anak-anak yang tidak perlu energi banyak untuk
itu. Walau bagaimanapun, mereka kerap melakukan tawar menawar dengan saya, yang
kemudian membuat saya memikirkan reward dan punishment. Dengan begitu, saya
hanya memberikan pancingan untuk mereka. Namun mereka sendiri pula yang membuat
mindset bahwa apa yang diharapkan orangtua, kalau dicapai tidak hanya memberi
kebahagiaan diri sendiri, tapi juga orangtua” tuturnya.
Pola
pendidikan keluarga seperti yang diterapkan Johnson pun rupanya juga banyak
diterapkan oleh para orangtua siswa di SMAN 78. Hal tersebut diungkapkan oleh
Laretta Sekar Puspitarani, siswi kelas XII IPA. Ia mengungkapkan bahwa
orangtuanya tak pernah memberinya target bahwa ia harus dapat meraih nilai
tertentu. “Saya justru nggak suka dikekang, dan orangtua saya sangat memahami
itu. Meski begitu, saya juga nggak mau ngecewain orang tua,” ujar gadis yang
juga menjadi ketua OSIS di SMAN 78 Jakarta ini.
Kelak, Laretta mengatakan ingin
masuk ke Universitas Indonesia. Jurusan
Hubungan Internasional menjadi incarannya karena ia tertarik di bidang public
relation. Kendati demikian, ia menyadari bahwa masuk Universitas Indonesia yang
notabene adalah salah satu perguruan tinggi favorit tidaklah mudah. Di sisi
lain, kesibukannya pun luar biasa sehingga ia dituntut untuk lebih bijaksana
dalam mengatur waktu, antara beraktivitas dengan belajar. “Kalau di kelas, saya
harus benar-benar memperhatikan pelajaran. Kalau ada kesulitan bisa langsung
tanya pada guru atau diskusi dengan teman. Di luar pelajaran, saya sibuk dengan
OSIS. Saya juga ikut ekstrakurikuler teater, tapi cukup menjadi tim produksinya
saja, karena tidak punya cukup waktu untuk menjadi pemain inti,” kata siswi
yang juga mengambil lintas minat di pelajaran ekonomi ini.
Saat ditanya pendapatnya mengenai
Ujian Nasional yang tak lagi menentukan kelulusan, ia mengatakan bahwa
kebijakan tersebut cukup bagus. “Kalau sebelumnya, biasanya anak-anak belajar
hanya menjelang UN. Makanya banyak yang curang. Tapi kalau sekarang nilai
sekolah juga menjadi pertimbangan untuk kelulusan maupun masuk perguruan tinggi,
mungkin akan mengurangi kecurangan, karena nilai sekolah kan nggak bisa dimainin...”
ujarnya.
Hal senada
juga diungkapkan F.X. Krisna Putra Tadargan, siswa kelas XII IPA. Ia cukup
setuju jika Ujian Nasional tidak menentukan kelulusan siswa. “UN yang tidak
menentukan kelulusan sekolah menurut saya adalah kebijakan yang cukup adil,
terutama untuk sekolah-sekolah yang ada di daerah, yang barangkali inputnya
tidak sebaik sekolah-sekolah yang ada di kota-kota besar macam Jakarta.
Harapannya, supaya mereka tidak merasa terbebani jika mendapat nilai jelek,”
kata siswa yang juga berprestasi di olahraga taekwondo ini.
Krisna,
demikian ia disapa, merasa bangga menjadi bagian dari SMAN 78 Jakarta. Terlebih
karena sekolah yang sudah 41 tahun berdiri ini menjadi favorit dan sudah cukup
teruji kredibilitasnya dalam menelurkan alumni-alumni yang berhasil menembus
perguruan tinggi favorit dan menjadi figur yang sukses. Kelak, Krisna sangat
berharap bisa menembus Universitas Negeri Yogyakarta jurusan Arsitektur, yang
selama ini menjadi impiannya.
Sebagai
sekolah favorit, tetaplah SMAN 78 Jakarta memandang bahwa mempertahankan
prestasi dan kridibilitas bukanlah pekerjaan mudah, melainkan akan senantiasa
memunculkan tantangan-tantangan baru. Dengan kerjasama yang baik dari semua
pihak, Rita optimis tujuan besar itu akan tercapai. Namun yang lebih penting
baginya adalah bahwa SMAN 78 Jakarta mampu mengantarkan anak-anak didiknya
melangkah menuju tangga kesuksesan hidup. ***
Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SMA di Indonesia dengan Indeks Integritas Tertinggi (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment