Bagi Dra. Hj. R. Laksmi Gantini, M.Si., meraih penghargaan dari
Pemerintah sebagai salah satu sekolah dengan Indeks Integritas Ujian Nasional
terbaik nasional adalah sebuah kebanggaan yang patut disyukuri. Meski demikian,
ia menyadari bahwa hasil capaian tersebut tak lepas dari kinerja semua pihak,
terutama dewan guru, ekosistem sekolah, maupun para generasi pendahulu yang
telah ikut andil merintis nama baik SMA Negeri 1 Depok. Terlebih, Laksmi baru
sekitar dua tahun berada di SMAN 1 Depok. Segala prestasi yang diraih SMAN 1
Depok bukanlah semata prestasi yang sekonyong-konyong, melainkan telah dirintis
dengan segenap kerja keras, keuletan, konsistensi, dan yang terpenting adalah
integritas.
Bukan hal yang mudah untuk senantiasa menjaga dan
mempertahankan prestasi dan kualitas yang telah diraih dari tahun ke tahun.
Namun SMA Negeri 1 Depok telah dan optimis terus mampu membuktikan diri sebagai
sekolah yang selalu menjadi kepercayaan dan pilihan utama bagi masyarakat.
Kuota Tanpa Seleksi
Sekolah yang terletak di Jalan Nusantara Raya nomor 317,
Depok, Jawa Barat ini sebenarnya memiliki tantangan yang lebih besar ketimbang
sekolah-sekolah favorit di kota lainnya. Jika umumnya sekolah-sekolah favorit
mendapatkan siswa melalui proses seleksi maupun penyaringan yang ketat sehingga
yang diterima benar-benar sesuai dengan kualifikasi, namun berbeda dengan SMA
Negeri 1 Depok. Terkait dengan kebijakan dan anjuran dari pemerintah kota
Depok, SMA Negeri 1 Depok diwajibkan menyediakan kuota sebanyak 20% untuk siswa
miskin, 10% untuk siswa berprestasi di bidang nonakademik, dan 1% untuk siswa
berkebutuhan khusus. Otomatis, tantangan terberat bagi sekolah adalah membuat
para siswa yang masuk dengan perkecualian tersebut dapat mencapai tingkat
kualitas standard di SMA Negeri 1 Depok.
“Sejak dari kelas awal, kita akan lihat dan deteksi potensi
mereka, mana yang bisa kita kejar dengan pola didik yang ada disini. Kalau
mereka mampu mengikuti, kita dorong terus. Tapi kalau mereka tidak mampu
mengikuti, setidaknya mereka dapat memiliki nilai yang baik. Kelemahannya,
program kebijakan ini pun tak lepas dari seleksi alam. Bagi mereka yang
betul-betul tidak bisa mengikuti baik itu pelajarannya, kondisi lingkungan,
kondisi dinamika pembelajaran di sekolah, akhirnya dengan sendirinya mereka
minggir,” ungkap Laksmi.
Ia juga menjelaskan bahwa sekolah tidak memisahkan anak-anak
tersebut, melainkan dibaurkan dengan teman-temannya yang lain. “Harapannya,
yang merasa lemah akan lebih termotivasi. Dalam hal ini, yang pintar punya
tanggung jawab untuk membantu teman-temannya yang agak lemah dengan jalan
antara lain diskusi, kelompok kerja, dan sebagainya. Dan Alhamdulillah untuk di
SMAN 1 Depok, hal semacam itu berjalan dengan baik,” tuturnya.
Namun ada pula sisi positif dari kebijakan Pemerintah Kota
Depok, dimana siswa-siswa perkecualian tersebut pun dianjurkan untuk mengikuti
pendidikan keterampilan hidup. Tujuannya, supaya nantinya mereka pun memiliki
bekal keterampilan selain akademis. Kendati demikian, pendidikan tersebut
sebenarnya tak hanya terbatas pada siswa-siswa dari golongan 20% saja, namun
siswa manapun yang memiliki minat, boleh pula mengikutinya.
Sekolah dengan siswa sebanyak 981 anak ini juga memiliki
kuota untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) sebanyak 1%. Sejauh ini, menurut
Laksmi, terdapat tiga ABK yang menempuh pendidikan di SMAN 1 Depok. Satu
penderita autis, satu penderita tunanetra, dan satu penderita tunarungu. “Semaksimal
mungkin kami membantu membina mereka meski dengan keterbatasan kami. Terlebih
kami belum memiliki guru khusus ABK. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama
dengan semua pihak, terutama dari orangtua siswa,” katanya. Sejauh ini, masih
belum ditemukan kendala berarti yang menyangkut proses pendidikan para siswa
ABK. Bahkan menurut Laksmi, anak-anak tersebut kini justru menjadi lebih
mandiri dan mampu bersaing dengan anak-anak normal lainnya.
Misalnya seperti anak autis, yang semula harus ditemani
ibunya untuk dapat mengendalikannya, kini ia sudah mulai mandiri dan bersikap
baik tanpa ibunya harus menemaninya di sekolah. Anak penderita tunarungu pun
dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik berkat bantuan alat
pendengaran. Sedangkan anak penderita tunanetra pun dapat mandiri dan belajar
dengan baik, yang penting setiap ujian atau ulangan, guru pendamping pribadinya
membantunya untuk membacakan soal ulangan atau menuliskan jawabannya.
Sekolah yang berdiri sejak tahun 1976 ini memang adalah yang
terfavorit di kota Depok, bahkan sejak berdirinya. Banyak hal yang menjadikan sekolah
yang memiliki luas 7.290 m2 ini didambakan oleh para siswa maupun orangtua. Salah
satunya karena fasilitas, sarana, dan prasarana jauh lebih lengkap dan memadai. Akses internet full
menambah daya tarik siswa. Demikian pula dengan tersedianya berbagai macam
kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dan
menarik minat siswa. “Disini, anak kalau nggak diusir nggak mau pulang. Mereka
bahkan lebih senang mengerjakan tugas, berdiskusi dengan teman-temannya, atau
beraktifitas di sekolah. Katanya, nanti kalau pulang ke rumah tinggal istirahat
saja,” kata Laksmi.
Langganan Juara
Selain itu, sekolah yang saat ini memiliki 59 orang guru ini
pun sudah terbukti memanen banyak prestasi setiap tahunnya. Bahkan SMAN 1 Depok
merupakan penyumbang medali terbanyak di Provinsi Jawa Barat dalam kejuaraan
OSN setiap tahunnya. Piala-piala kebanggaan tertata berderet di almari kaca
yang bisa dilihat dari taman sekolah. Tak hanya prestasi akademis yang banyak
diraih, prestasi nonakademis pun kerap diperoleh. Namun yang seringkali menjadi
langganan adalah prestasi dari kejuaraan Olimpiade Sains Nasional. Hampir
setiap tahun anak-anak SMAN 1 Depok menyabet gelar juara. “Kami mencari
bibit-bibit dan melakukan pembinaan untuk persiapan OSN bahkan sejak kelas X.
Untuk anak kelas X, bahkan kami tak segan untuk mengirim mereka mengikuti
lomba. Kami tak mempermasalahkan kalah menang. Namun setidaknya itu memberi
mereka pengalaman yang bagus. Para orangtua pun sangat bersemangat dan memberi
dukungan penuh. Bibit-bibit itu nanti di kelas XI dan XII akan menjadi tulang
punggung bagi adik-adik kelasnya,” terang Laksmi.
Anak-anak yang memiliki minat lebih besar pada mata pelajaran
atau bidang akademis tertentu dapat bergabung dengan ekstrakurikuler Science Club. Disinilah bibit-bibit
juara OSN digembleng dengan lebih terarah dan termotivasi. Uniknya, club ini
dikelola oleh siswa. Sistem perekrutannya pun dilakukan oleh siswa. Mereka
ingin menyamakan dan menjaga standard kualitas karena mereka bangga dengan
kelompoknya maupun sekolahnya.
Menurut Deden Suryasa,
S.Pd., S.T., wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang juga adalah guru
Biologi, hampir semua ekstrakurikuler di SMAN 1 Depok memiliki sistem
perekrutan dalam mencari anggotanya. Yang diharapkan, anak-anak yang masuk ke
sana adalah mereka yang benar-benar punya minat besar dan kesungguhan di bidang
tersebut.
Bakti Alumni
Selain itu, jalinan ikatan alumni SMAN 1 Depok cukup erat,
dan hal ini menjadi salah satu kunci pondasi yang mampu terus menunjang
prestasi dan nama baik sekolah. Para alumni SMAN 1 Depok memiliki kebanggaan
terhadap sekolahnya. Hal ini membuat ikatan batin dan kekeluargaan menjadi
lebih kuat. Mereka tak segan untuk turut serta membantu membimbing maupun
memotivasi adik-adiknya, baik itu melalui bidang akademis melalui club atau kegiatan ekstrakurikuler, maupun
mengarahkan mereka dalam memilih universitas melalui kegiatan campus goes to school. Bagaimanapun, hampir
100% lulusan SMAN 1 Depok diterima di perguruan tinggi negeri. Hal ini menambah
kebanggaan siswa atas prestasi sekolahnya, juga menambah kepercayaan orangtua
maupun masyarakat terhadap SMAN 1 Depok.
Hasil dan pelaksanaan Ujian Nasional di SMAN 1 Depok pun tak
pernah mengalami masalah berarti. Dari tahun ke tahun, SMAN 1 Depok tak hanya
meluluskan 100% siswanya, melainkan juga menghasilkan nilai-nilai yang cukup
tinggi. Tentu saja hasil nilai tersebut merupakan buah kejujuran dan hasil
kerja keras siswa selama belajar di SMAN 1 Depok. Sekolah yang meraih penghargaan
atas indeks integritas UN ini selain menunjang akademis siswa, juga
mengedepankan karakter siswa. Terlebih sisi religius dan spiritualitas
dikedepankan. Kejujuran menjadi poin utama yang harus menjadi pondasi dalam
melakukan banyak hal. “Dari temuan pengawas dalam proses kegiatan ujian
sekolah, tidak pernah ada kasus kasus atau pengaduan pengawas bahwa anak kami
menyontek. Kami disini telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi
UN. Jika hasilnya bagus, maka demikianlah adanya, tanpa manipulasi,” kata Deden.
Kesadaran Siswa yang Tinggi
Yang melegakan, hampir sebagian besar siswa memiliki
kesadaran yang cukup tinggi dengan nilai karakter dan budi pekerti. Contohnya,
menurut Deden, mereka tak lagi perlu diingatkan mengenai atribut sekolah,
kerapian pakaian dan rambut, hingga batas-batas pergaulan. Para siswa sudah
menyadari dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. “Kami mengharapkan
karakter menjadi benchmark dan budaya di sekolah ini. Kami membuat sistem dan
budaya sekolah untuk menjadikan anak-anak kami mempunyai kebiasaan yang kami
anggap baik,” tutur Deden.
Tak jarang orang mengira bahwa SMAN 1 Depok mirip sekolah
Islam, karena hampir sebagian besar siswinya berjilbab, meski sekolah tidak
mengharuskan demikian. Kesadaran siswa maupun sistem dan iklim sekolah yang
kondusif membuat kepercayaan masyarakat terhadap SMAN 1 Depok bertambah. Mereka
merasa aman dan nyaman menyekolahkan anak-anaknya di SMAN 1 Depok.
Bagi anak-anak di SMAN 1 Depok, kejujuran adalah sebuah sikap
dan kebiasaan yang tak lagi dapat ditawar. Dalam menghadapi ujian atau ulangan,
mereka mempersiapkannya dengan belajar tekun dan berlatih keras. Mereka sudah
sangat menyadari bahwa dalam pendidikan, proses adalah yang terpenting. Ketika
proses berjalan dengan baik, otomatis hasil pun menyesuaikan. Mereka menyadari
bahwa berbuat curang dan memanipulasi pada akhirnya akan merugikan diri
sendiri, dan juga orang lain. Selain itu, mereka pun menyadari bahwa buah
kecurangan akan menghasilkan generasi yang tidak berkualitas di masa depan.
Aldi Al Farizi, siswa kelas XII IPA di SMAN 1 Depok
mengatakan bahwa kejujuran itu harus diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Menurutnya, jika kejujuran diterapkan seraca masif dan terorganisir, maka akan
membuahkan suatu tindakan yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat. Ia
sendiri mengaku jujur dalam mengerjakan setiap ulangan ataupun ujian, tak
pernah tertarik untuk menyontek. Di samping itu, Aldi, demikian ia disapa,
telah mempersiapkan diri tak hanya untuk menghadapi Ujian Nasional, namun juga
untuk mengikuti tes tulis perguruan tinggi. Padahal, sebenarnya ia pun telah
mendaftar ke jalur undangan perguruan tinggi. “Bagi saya, undangan itu hanyalah
sebuah hadiah. Kebanyakan siswa disini berpikir bahwa undangan itu hadiah, dan
mereka tetap menyiapkan dirinya dengan belajar keras untuk menghadapi tes masuk
ke perguruan tinggi,” ujar siswa yang ingin masuk ke Universitas Indonesia ini.
Sedangkan bagi Ivansa Ramadia Mausafi , yang juga siswa kelas XII IPA, menyontek tak
pernah terbersit dalam keinginannya. Bahkan ia cenderung pelit dalam memberikan
contekan, oleh karena itu ia tak mau menyontek. Siswa peraih medali perak dalam
OSN 2015 bidang kebumian ini pun mengaku merasa senang ketika Ujian Nasional
tak lagi menjadi parameter kelulusan siswa. Kendati demikian, ia tak ingin
menyerah begitu saja. Ia bahkan telah mempersiapkan dirinya untuk ujian masuk
universitas dengan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. “Saya masih
perlu mengikuti les supaya dapat lebih mengetahui strategi-strategi untuk
menjawab soal,” kata siswa yang ingin masuk ke Institut Teknologi Bandung ini.
K13 Penunjang Kejujuran
Sikap dan karakter baik yang terpola
di lingkungan SMAN 1 Depok ini pun ditunjang dengan Kurikulum 2013. Sejauh ini,
pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMAN 1 Depok berjalan dengan cukup baik. “Dengan
K13, mereka menjadi lebih diarahkan, karena segala tindak tanduk dan aktivitas
siswa dinilai, diamati, dan dilaporkan. Itu harus bisa dipahami oleh anak. Jika
anak-anak sudah tahu mereka diawasi dan dinilai, mereka akan berbuat yang
terbaik. Entah itu berpura-pura atau sebenarnya, paling tidak kita sudah
menciptakan pembiasaan pada anak, sehingga nantinya anak lambat laun akan
terbiasa,” terang Deden Suryasa.
Sedangkan menurut Laksmi, K13 membuat
anak tidak semata-mata pintar saja, namun juga membentuk anak untuk beretika.
Salah satu aspek yang memegang peran penting adalah kejujuran. “Jika kejujuran
dijadikan nomor satu, prestasi pasti didapat. Jika berprestasi tapi tidak
jujur, maka hal-hal yang tidak diinginkan pasti terjadi. Pesan-pesan moral ini
seringkali saya sisipkan ketika saya berada di tengah anak-anak dalam kegiatan
seperti di Rohis, Pramuka, OSIS, MPK, dan sebagainya, meski secara tidak
formal,” kata Laksmi.
CBT Untuk Semua Ujian
Hal lain yang menjadikan SMAN 1 Depok
pantas mendapatkan penghargaan indeks integritas Ujian Nasional adalah karena
kesiapannya, yang juga menjadi salah satu indikator penilaian. Segala sarana
dan prasarana untuk pelaksanaan ujian telah cukup lengkap dan memadai. SMAN 1
Depok mulai membiasakan diri dengan ujian CBT (Computer Based Test). Bahkan
menurut Laksmi, sistem CBT di SMAN 1 Depok telah dibuat permanen dan dapat
digunakan dalam tujuh kelas. “Sekarang semuanya menggunakan online. Baik
itu ujian harian, ujian semester, apalagi ujian sekolah. Semua ulangan pun
sudah melaksanakan sistem online. Nantinya, orangtua pun bisa melihat hasilnya
secara online,” kata Laksmi.
Menurut Deden, kesiapan SMAN 1 Depok
untuk ujian CBT sudah lebih dari cukup. “Ketika digulirkan UN dengan
sistem CBT, kami sudah siap dengan perangkat maupun jaringannya. Guru-guru kami
juga tidak lagi gaptek, sehingga ketika mereka menjadi operator, mereka sudah
bisa,” tuturnya.
Harapan
ke depan, semua sekolah nantinya menggunakan sistem CBT untuk semua ujian. SMAN
1 Depok siap mengawal dan menjadi motivasi bagi sekolah-sekolah lainnya yang
masih belum menggunakan sistem CBT. Banyak keunggulan yang diperoleh dengan
menggunakan sistem CBT. Selain praktis, ujian dengan menggunakan sistem CBT pun
meminimalisir kesempatan siswa untuk berbuat curang, yang otomatis membantu
membiasakan mereka untuk senantiasa berbuar jujur dalam mengerjakan ujian. ***
Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SMA di Indonesia dengan Indeks Integritas Tertinggi (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment