Jam 10.00 pagi, aroma rempah dan
kuah kaldu menguar di udara, menjalar ke koridor-koridor, menuntun indra
penciuman untuk memasuki laboratorium tata boga SMK Negeri 6 Surabaya. Saat
itu, siswa kelas II jurusan Tata Boga sedang sibuk memasak berbagai jenis soto
Indonesia. Ada Soto Ayam Lamongan, Soto Bogor, Soto Betawi, Soto Makassar, dan
lain sebagainya. Mereka tampak cekatan, baik lelaki maupun perempuan, mengiris
sayuran dan daging, mengaduk kuah, hingga menyajikannya dengan cara penyajian
yang cantik. Dengan mengenakan seragam putih ala cooker, mereka terlihat sangat profesional.
Di SMK Negeri 6 Surabaya, Jurusan
Tata Boga tergolong jurusan favorit. Anak-anak yang lulus sebagian besar langsung
bekerja di hotel maupun restoran. Bahkan tak jarang sebelum mereka resmi
menerima ijazah kelulusan, mereka telah dikontak dan direkrut untuk bekerja.
Namun menurut Dra. Siti Rochanah,
MM., kepala sekolah yang telah memimpin SMK Negeri 6 Surabaya sejak tahun 2012,,
tak hanya jurusan Tata Boga saja yang laris manis di dunia kerja.
Jurusan-jurusan lain pun tak kalah laris. Bagi dunia usaha maupun industri
terutama di Kota Surabaya, nama besar SMK Negeri 6 Surabaya sudah cukup dikenal
melahirkan generasi-generasi lulusan SMK dengan kompetensi yang cukup dan
cakap.
Ada sembilan program keahlian
atau jurusan yang ditawarkan SMK Negeri 6 Surabaya, antara lain Jasa Boga,
Patiseri, Busana Butik, Kecantikan Rambut, Kecantikan Kulit, Usaha Perjalanan
Wisata, Akomodasi Perhotelan, Akuntansi, dan Multimedia. Kesemua jurusan
tersebut masing-masing telah terakreditasi A, kecuali jurusan Akuntasi karena
masih berusia dua tahun dan belum melahirkan alumni. Pembelajaran di SMK Negeri
6 Surabaya juga sudah menggunakan Kurikulum 2013. Di sini, siswa pun diberikan
bekal pelajaran bahasa asing, antara lain Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, dan
Bahasa Mandarin.
Untuk SMK Pariwisata, nama SMK
Negeri 6 Surabaya termasuk salah satu SMK yang diperhitungkan dan menjadi
favorit. Bertempat di Jalan Margorejo Nomor 7, Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, sekolah
yang berdiri sejak tahun 1975 ini selalu menjadi pilihan pertama bagi para
siswa baru yang hendak melanjutkan pendidikan di sekolah menengah, terutama di
wilayah Surabaya Selatan. Pada tahun ajaran 2015/2016, SMK Negeri 6 Surabaya
menerima siswa baru sebanyak 908 anak untuk pagu 25 kelas. Padahal para peminat
yang mendaftar sekitar 1.600-an anak. Total siswa saat ini mencapai 2.356 anak.
Menjadi SMK favorit di Surabaya
tentu bukan pekerjaan mudah bagi SMK Negeri 6 Surabaya. Terutama dalam
mempertahankan kualitas, diperlukan ketahanan, kerjasama, dan integritas yang
tinggi. Bagi Siti Rochanah, diperlukan kiat-kiat tersendiri untuk menjaga
kualitas SMK Negeri 6 Surabaya. Salah satu kiat yang diimplementasikannya
adalah dengan mengubah iklim kerja.
“Saya agak keras sedikit kepada
para guru dan siswa, dan terus memonitor mereka. Kalau kita tidak membangun
iklim kerja secara utuh, maka itu tidak akan menjadi baik. Saya banyak bertemu
dengan para guru, sering berdiskusi mengenai apa saja kesulitan kerja ataupun
uneg-uneg yang mereka miliki. Saya juga berupaya untuk senantiasa menghargai
siapapun, baik itu guru, satpam, hingga para caraka (petugas kebersihan). Tanpa
mereka, mustahil sekolah ini menjadi tetap baik. Saya juga tekankan untuk
senantiasa bekerja ikhlas dan menggunakan hati, dan Alhamdulillah itu sudah tertanam baik pada teman-teman semua di
sini. Kami menciptakan jalinan kekeluargaan yang luar biasa,” jelasnya.
Selain itu, ia juga selalu
menekankan dan menghimbau pada para guru untuk menggali potensi mereka,
mengembangkan keilmuan mereka, mengeksplorasi metode pembelajaran dan cara
mendidik siswa. “Untuk mendidik perlu hati, perlu perasaan, perlu rangkulan
kepada anak-anak. Sedangkan untuk pengembangan ilmu, kami memotivasi para guru,
dan tak segan untuk mendatangkan para praktisi
dari dunia usaha/industri,” kata Siti, demikian sapaan akrabnya. Ia pun tak
jarang untuk memotivasi para guru mengikuti berbagai kompetisi.
Sejauh ini, menurut Siti Rochanah,
ketersediaan guru di SMK Negeri 6 Surabaya sudah mencukupi. Ada sekitar 180
guru yang mengajar di SMK Negeri 6 Surabaya. 151 guru sudah berstatus PNS, dan
sisanya berstatus Guru Tidak Tetap (GTT) atau guru honorer. “Guru produktif
kami cukupi dari Guru Tidak Tetap. Perekrutan guru tidak tetap dilakukan
langsung oleh pihak sekolah, yang kemudian kami laporkan ke Dinas Pendidikan,
karena gaji mereka diambil dari anggaran BOPDA. Biasanya, para guru GTT berasal
dari du/di (dunia usaha/industri), misalnya seseorang yang dulu pernah bekerja
di hotel, sedangkan saat ini dia sedang belajar di universitas sembari mengajar
di sini. Tapi terus terang, yang agak sulit itu adalah mencari guru untuk Jurusan
Multimedia,” ujar Siti.
Siti Rohanah juga mengungkapkan
bahwa sekolah senantiasa memantau kedisiplinan dan kemauan belajar siswa. Dalam
hal prestasi misalnya, SMK Negeri 6 Surabaya tak pernah ketinggalan dalam
mencetak prestasi, baik itu di tingkat daerah hingga tingkat nasional. “Lomba
apapun dan dimana pun selalu saya himbau untuk diikuti. Untuk LKS saja, kiprah
kami tak lagi diragukan dan kami memang sudah langganan juara. Guru-guru di
sini potensial sekali dalam menghasilkan juara. Kami juga bekerja sama dengan
du/di untuk mempersiapkan anak-anak kami yang hendak berlaga di lomba,” tutur
wanita yang pernah meraih juara III Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi
tahun 2014 ini.
Sekolah Gratis
SMK Negeri 6 Surabaya memang
berkomitmen untuk selalu update dengan perkembangan dunia luar, terutama apa
yang sedang dibutuhkan dunia usaha/industri. Tujuannya, supaya anak-anak yang
telah dibekali menjadi siap pakai bagi dunia usaha/industri. Oleh karena itu, diperlukan
sinkronisasi kurikulum yang dipakai sekolah. Meski menggunakan Kurikulum 2013,
menurut Siti Rohanah, sekolah pun memiliki kewenangan untuk melakukan
pengembangan kurikulum sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena
itu, sekolah mengundang dunia usaha/industri untuk bersama-sama berdiskusi
dengan guru untuk menyinkronkan kurikulum, disesuaikan dengan potensi yang ada
di SMK Negeri 6 Surabaya.
Bagaimanapun, visi dari SMK
Negeri 6 Surabaya adalah membentuk calon-calon profesional muda. Oleh karena
itu, sekolah giat memotivasi anak-anak untuk berani bermimpi menjadi
orang-orang yang terkenal. Meski demikian, Siti Rochanah mengakui bahwa
pembelajaran di tingkat menengah atas itu tidaklah mudah. “Oleh karena itu,
kerja sama antara sekolah dan orangtua selalu kita jalin. Dua kali dalam
setahun selalu kita panggil orangtua, terutama saat penerimaan raport. Sekolah
tak hanya membagikan raport kepada orangtua, namun juga harus menjelaskan
program yang ada di sekolah, sehingga orangtua paham dan memberi dukungan,”
jelasnya.
Sejauh ini, para orangtua siswa
cukup mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di SMK Negeri 6 Surabaya. Terlebih
orangtua tidak dibebani biaya apapun untuk menanggung operasional sekolah.
Terkait dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kota Surabaya, sekolah tidak boleh
mengadakan pungutan apapun kepada orangtua siswa, sehingga pembiayaan operasional
yang ada di sekolah hanya menggunakan dana BOS dari Pemerintah Pusat dan BOPDA (Bantuan
Operasional Pendidikan Daerah) dari Pemerintah Daerah Kota Surabaya. “Kita
selalu sampaikan pada orangtua siswa bahwa biaya di sekolah ini terdiri dari
biaya operasional, biaya personal, dan biaya investasi. Jika ada orangtua yang
ingin berinvestasi, hal tersebut boleh dilakukan, dan itu termasuk biaya
investasi. Misalnya untuk memperbaiki pagar, ada yang nyumbang semen. Kalau
untuk biaya operasional sekolah berasal dari BOPDA dan BOS. Sedangkan biaya
personal dibiayai oleh orangtua, misal seragam, transportasi siswa, makan, dan
sebagainya,” terang Siti Rochanah.
Raih Pendapatan dari Aula Sekolah
Menempati lahan seluas ± 2 hektare, SMK Negeri 6 Surabaya tergolong
memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, dengan jumlah rombel
sebanyak 72 rombongan belajar. Meski demikian, Siti Rohanah mengaku bahwa ruang
kelas yang ada masih dirasa kurang. Namun demikian, masing-masing jurusan telah
memiliki ruang praktek masing-masing dengan peralatan yang cukup memadai, mulai
dari peralatan untuk praktek Jasa Boga, Kecantikan Rambut dan Kulit, Busana
Butik, hingga Multimedia. Sinyal wifi pun disediakan sekolah, sehingga internet
dapat diakses di setiap sudut sekolah. Terdapat pula masjid, kantin,
perpustakaan sekolah, hingga aula sekolah yang cukup besar dan terawat dengan
baik. Masing-masing kelas pun telah dilengkapi dengan LCD maupun CCTV untuk
memantau para siswa dan kegiatan pembelajaran.
Di beberapa sudut sekolah pun
dilengkapi dengan taman-taman yang cantik dan gazebo supaya warga sekolah
merasa segar dan terhibur dengan pemandangan yang indah. Menurut Siti Rohanah,
ketika diadakan kegiatan sekolah seperti peragaan busana anak-anak Jurusan
Busana Butik, tak jarang peragaan busana dilakukan di koridor sekolah dengan
melewati taman-taman kecil yang indah dan terawat dengan baik. Ini membuat anak-anak
justru merasa sangat antusias dan gembira dengan peragaan busana berkonsep
demikian. Meski begitu, ia pun menegaskan bahwa setiap warga sekolah harus
disiplin dalam hal menjaga dan merawat sekolah, misalnya dari sisi kebersihan.
Salah satu fasilitas kebanggaan
SMK Negeri 6 Surabaya adalah aula sekolah yang cukup besar, dilengkapi dengan
panggung, tirai panggung, meja kursi, hingga beberapa pendingin ruangan.
Kesemuanya terawat dengan baik. Tak jarang banyak instansi maupun masyarakat
yang menyewa aula untuk kegiatan-kegiatan mereka, selain dimanfaatkan sendiri
oleh sekolah saat mengadakan kegiatan sekolah seperti kegiatan job matching, dan sebagainya. Dengan
demikian, sekolah cukup terbantu dengan biaya perawatan aula yang tidak
sedikit.
Tuntas Baca Alquran
Kualitas sekolah yang unggul tak
hanya berdasar pada capaian akademik semata, namun juga pendidikan karakter
anak yang baik. Pendidikan karakter yang baik banyak dimulai dari pelaksanaan
budaya di sekolah, dan hal itu pun diterapkan oleh SMK Negeri 6 Surabaya. Masuk
pada pukul 06.30 wib, setiap pagi, sebelum pelajaran dimulai, anak-anak wajib
membaca surat-surat pendek beserta artinya bagi yang beragama Islam, dan ini
dilakukan secara sentral. Berikutnya adalah doa bersama sebelum memulai
pelajaran, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama.
Usai kegiatan tersebut berlanjut
ke kegiatan literasi, dimana anak diminta untuk membaca buku selama 10 menit,
kemudian merangkum dan mengumpulkannya pada guru. Oleh karena itu, sekolah
telah menyiapkan sudut-sudut baca di sekolah, bahkan ada yang berbentuk
stage/panggung kecil, dimana anak-anak dapat membaca secara nyaman. Ada pula
kegiatan shalat dhuha berjamaah, hanya saja dilakukan secara grup atau per
kelas, dipimpin oleh guru agama yang saat itu sedang mengajar, dan dilaksanakan
di masjid sekolah.
Mulai tahun ajaran baru 2016/2017,
Siti Rochanah juga berencana untuk mewajibkan kelas X untuk mengaji Alquran
bersama. Kegiatan ini dinamakan kegiatan Tuntas Baca Alquran (TBQ), yakni
pelaksanaan pembelajaran Alquran pada pembelajaran intra kurikuler. Diharapkan
dengan adanya program kegiatan ini, lulusan SMK Negeri 6 Surabaya mampu membaca
Alquran dengan lancar dan benar menurut kaidah ilmu baca Alquran. Demi
pelaksanaan program ini, sekolah bahkan telah menggandeng lembaga Alquran,
yakni Pesantren Alquran Nurul Falah. Lembaga ini bertugas mengkader para guru
yang nantinya akan membimbing siswa dalam program TBQ, sekaligus mencukupi
kebutuhan guru membaca Alquran jika ternyata belum terpenuhi.
Muhammad Misbactul Munir, S.Ag,
guru agama Islam di SMK Negeri 6 Surabaya mengatakan, pembelajaran pendidikan
Agama Islam di tingkat SMA/SMK itu sudah beranjak di tingkat pemahaman,
penalaran, dan aplikasi. Aspek yang ditonjolkan adalah budi pekerti,
pembiasaan, dan pemahaman pada Alquran. Untuk ini, SMK Negeri 6 Surabaya
memiliki konsep-konsep yang mencetak pembiasaan-pembiasaan anak. Misalnya,
untuk shalat, anak-anak kita beri lembaran berupa evaluasi tentang sholat
mereka, baik itu shalat wajib maupun shalat dhuha. Mereka pun harus memahami
Alquran sebagai pedoman hidup. Oleh karena itu, kami pun memiliki program TBQ,”
jelasnya.
Pembelajaran TBQ ini dilakukan di
dalam kelas, dimana akan ada dua guru yang mendampingi anak-anak membaca
Alquran, dan kegiatan tersebut dilakukan selama satu jam pelajaran (45 menit)
dan dua kali dalam seminggu. Latar belakang Siti mengadakan budaya membaca
Alquran bermula dari fakta bahwa ternyata masih ada anak yang belum bisa
membaca Alquran dengan baik. “Jika mereka dapat membaca Alquran dengan baik, ini
juga akan memacu mereka supaya shalat semakin rajin,” jelasnya. Nyatanya, hal
ini telah memberikan hasil yang cukup bagus. Setidaknya, kesadaran religius
anak-anak semakin tinggi. Hal ini dapat terlihat dari antrian shalat dhuhur di sekolah
yang kini semakin banyak.
Di SMK Negeri 6 Surabaya, sekolah
berakhir pada pukul 15.30 wib. Usai jam pelajaran sekolah, biasanya beberapa
siswa masih ada yang melanjutkan aktivitas dalam kegiatan ekstrakurikuler
hingga pukul 17.00 wib. Pada hari Sabtu pun kegiatan sekolah hanyalah kegiatan
ekstrakurikuler, sehingga kegiatan belajar mengajar hanya dilakukan pada hari
Senin – Jumat. Menurut Drs. Edy Prayitno, MM., wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan, tersedia sekitar 19 kegiatan ekstra kurikuler yang bisa dipilih oleh
siswa, tergantung minat dan bakat mereka, mulai dari kegiatan seni hingga olah
raga. Sedangkan kegiatan Pramuka wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas X.
“Yang paling menonjol antara lain Paskibra, karena sering ikut kompetisi hingga
ke tingkat Provinsi dan pernah pula meraih juara I dalam Lomba Debat Paskibra.
Ada juga ekskul samroh khasidah, yang juga pernah meraih juara harapan III
tingkat Provinsi,” kata Edy.
Demi membina akhlak dan karakter
siswa, tak segan sekolah juga bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk
melakukan berbagai pembinaan. Misalnya, untuk pembinaan tentang bahaya narkoba,
sekolah bekerja sama dengan BNN, kepolisian, hingga dinas kesehatan. Begitu
pula dengan sosialisasi bahaya merokok.
Bina ABK, TKW, Hingga Anjal
Khusus untuk wilayah Kota
Surabaya, kebijakan Pemerintah Kota Surabaya pun mengatur hal-hal berkenaan
dengan pendidikan, misalnya kewajiban sekolah untuk memberikan pendidikan dan
pembinaan bagi anak-anak usia sekolah. Oleh karena itu, sekolah tidak
dianjurkan untuk mengeluarkan siswa – betapapun siswa telah melakukan
pelanggaran. Edy Prayitno mengatakan bahwa wewenang sekolah adalah memberikan
pembinaan meskipun anak tersebut tidak disiplin atau melanggar peraturan
sekolah. “Dalam menegakkan kedisiplinan pada aturan sekolah, kami menggunakan sistem
poin. Semakin banyak dan semakin berat anak melakukan kesalahan, maka poinnya
semakin banyak,” katanya.
Namun demikian, Pemerintah Kota Surabaya pun
memiliki sistem tersendiri dalam hal menggalakkan kedisiplinan anak di Kota
Surabaya. Dalam hal ini, Pemerintah Kota Surabaya melibatkan Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) untuk membantu kedisiplinan anak-anak di wilayah Kota
Surabaya. Misalnya, pada jam-jam sekolah, Satpol PP tak segan untuk merazia
anak-anak usia sekolah yang sedang berada di luar sekolah. Demikian pula ketika
anak-anak melakukan hal-hal yang tidak baik, misalnya berduaan dengan yang
bukan muhrim, maka tak segan Satpol PP menjaring anak tersebut – meskipun
sedang tidak di jam sekolah. Kemudian Satpol PP akan menghubungi Dinas
Pendidikan Kota Surabaya, yang kemudian diteruskan pada sekolah tempat anak
menuntut ilmu.
Edy Prayitno merasa bersyukur
karena sejauh ini tak banyak siswa dari SMK Negeri 6 Surabaya yang terjaring
Satpol PP. Sebagai waka kesiswaan, ia selalu menghimbau anak-anak untuk tidak
sembarangan berada di luar sekolah, terlebih jika mereka pulang lebih awal,
untuk sebaiknya segera pulang ke rumah. Ia mengatakan, sejauh ini citra SMK
Negeri 6 Surabaya sudah cukup baik. Jarang sekali ditemukan siswa terlibat
tawuran atau tindak kenakalan remaja
lainnya.
Kebijakan Pemerintah Kota
Surabaya lainnya adalah sekolah wajib memberikan sejumlah kuota untuk menerima
siswa berkebutuhan khusus untuk dibina dan dididik dengan baik. Saat ini, SMK
Negeri 6 Surabaya menerima sekitar 30 siswa berkebutuhan khusus. Demi menunjang
lancarnya pembelajaran sebagai sekolah inklusi, sekolah pun memiliki guru
inklusi yang bertugas memantau dan membimbing anak-anak berkebutuhan khusus
tersebut. Tentunya juga bekerja sama dengan para guru lainnya, dengan harapan
ketika anak tersebut lulus, mereka memiliki bekal yang cukup memadai untuk
setidaknya hidup mandiri.
Rahanayu Putri Dewani, S.Psi.,
guru inklusi di SMK Negeri 6 Surabaya mengatakan bahwa sejauh ini ia tak
mengalami kesulitan berarti dalam membimbing anak-anak berkebutuhan khusus yang
dititipkan di SMK Negeri 6 Surabaya. “Anak-anak berkebutuhan khusus di sini
rata-rata masih tingkat rendah, seperti slow
learner, sehingga mudah diatur dan diarahkan. Memang ada beberapa anak yang
karakteristiknya agresifnya, misalnya anak autis, namun tidak banyak. Biasanya,
jika anak sudah kenal dan mengerti, menjadi menjadi lebih mudah diarahkan,”
kata guru lulusan UNESA jurusan Psikologi ini.
“Mereka umumnya lemah di akademik
namun untuk praktek, rata-rata mereka cukup bagus. Oleh karena itu kita
tekankan ke prakteknya. Apalagi di sini adalah SMK dengan fasilitas sekolah
yang cukup menunjang untuk mereka belajar lebih banyak praktek, sehigga ketika mereka
keluar, mereka sudah punya keahlian,” tambahnya lagi.
Selain menerima beberapa anak
berkebutuhan khusus, SMK Negeri 6 Surabaya juga kerap diminta Pemerintah Kota
Surabaya melalui Dinas Sosial untuk membimbing dan memberikan bekal
keterampilan bagi para anak jalanan, mantan TKW/TKI, hingga para mantan wanita
tunasusila. Pertimbangannya, SMK Negeri 6 Surabaya memiliki laboratorium
praktek yang cukup lengkap, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembimbingan
keterampilan. Di sini, mereka akan diajari membuat produk yang nantinya bisa
mereka gunakan untuk berusaha mandiri, misalnya keterampilan menjahit,
membordir, membuat kue, dan lain sebagainya.
Laris Manis di Job Matching
Demi menunjang pembelajaran di
sekolah, maka sekolah pun gencar menjalin kerja sama dengan berbagai pihak,
termasuk pihak dari dunia usaha/industri. Menurut Siti Rohanah, kerja sama
dengan dunia usaha/industri tak sebatas mengenai tempat praktek industri
(prakerin) siswa saja, namun juga di banyak aspek, mulai dari perekrutan, pembelajaran
sebagai guru tamu bagi siswa maupun guru, pengadaan beasiswa, hingga
sinkronisasi kurikulum sekolah. Sejauh ini, telah ada lebih dari 150 dunia
usaha/industri yang telah menjalin kerja sama dengan SMK Negeri 6 Surabaya.
Misalnya untuk jurusan Akomodasi
Perhotelan maupun Jasa Boga maupun Patiseri, menurut Siti Rohanah, hampir semua
hotel maupun restoran di Surabaya, mulai dari hotel bintang satu hingga bintang
lima, telah bekerja sama dengan SMK Negeri 6 Surabaya sebagai tempat prakerin
siswa. Di SMK Negeri 6 Surabaya, siswa diwajibkan melakukan praktek kerja
industri saat mereka menginjak kelas XI. Tempat prakerin ditentukan oleh
sekolah, dan umumnya berada di wilayah Surabaya. Lama prakerin tergantung dari
peraturan tempat prakerin, meski dalam kurikulum tercantum bahwa lama prakerin
hanya tiga bulan saja. Terutama di hotel-hotel bintang lima, menurut Siti Rochanah,
banyak yang meminta prakerin dilaksanakan selama 5-6 bulan. Oleh karena itu,
untuk menyiasatinya, biasanya sekolah akan memberikan tugas untuk dikerjakan
anak yang masih mengikuti prakerin lebih dari 3 bulan.
Biasanya, usai mengikuti kegiatan
prakerin di dunia usaha/industri, anak-anak mendapat tawaran kerja paruh waktu
atau kasual di tempatnya melaksanakan prakerin. Ini merupakan indikasi bahwa
kompetensi maupun karakter siswa SMK Negeri 6 Surabaya dinilai cukup memuaskan
bagi dunia usaha/industri. Bahkan menurut Siti Rohanah, banyak sekali siswa
yang telah direkrut oleh dunia usaha/industri bahkan sebelum mereka menyandang
ijazah kelulusan. Biasanya, pihak du/di yang membutuhkan jasa dan tenaga
anak-anak untuk bekerja paruh waktu akan menghubungi sekolah, sehingga sekolah
yang akan menyiapkan tenaga tersebut. “Kami pilihkan anak-anak yang bertanggung
jawab, yang benar-benar bisa dilepas. Mereka akan mendapat uang transport.
Bahkan siswa yang sedang prakerin pun kadangkala ada yang juga mendapat uang
transport,” kata Siti Rochanah.
Djoko Budi Santoso, pengajar SHS
(Surabaya Hotel School) yang telah bermitra dengan SMK Negeri 6 Surabaya
mengatakan bahwa dibanding siswa-siswa dari SMK lain di Surabaya, siswa dari
SMK Negeri 6 Surabaya memang dikenal cukup kompeten dan memiliki karakter yang
lebih baik. Oleh karena itu, tak heran jika banyak pihak dari dunia
usaha/industri ingin merekrut para lulusan SMK Negeri 6 Surabaya.
Meski demikian, ia mengatakan
bahwa untuk terjun di dunia perhotelan, sekadar membawa bekal dari SMK saja
tidaklah cukup jika ingin terus mengembangkan karir lebih tinggi. Secara
kemampuan dan kompetensi, lulusan SMK masih sering ditempatkan hanya pada
posisi worker atau helper. “Kalau mereka dibekali lagi
sertifikasi dari perguruan tinggi, setidaknya mereka bisa menjadi supervisor
atau mandor atau pengawas,” katanya. Bagaimanapun, pendidikan yang lebih tinggi
juga diperlukan. Oleh karena itu, sekolah perhotelan seperti SHS kerap menerima
anak-anak lulusan SMK Negeri 6 Surabaya untuk belajar dan memperoleh sertifikat
lanjutan di SHS. Umumnya, anak-anak baru menempuh jenjang kuliah lagi setelah
atau sembari mereka bekerja.
Djoko, demikian sapaan akrabnya,
juga sering berkomunikasi dengan para guru di SMK Negeri 6 Surabaya untuk
berdiskusi mengenai perkembangan pembelajaran maupun sinkronisasi kurikulum.
Selain itu, Djoko juga didaulat menjadi salah satu tim asesor/penguji dalam uji
kompetensi siswa sejak tahun 2015.
SMK Negeri 6 Surabaya pun memiliki
agenda rutin kegiatan Job Matching yang
diperuntukkan bagi para pihak dunia usaha/industri yang ingin merekrut
anak-anak SMK Negeri 6 Surabaya. Tim BKK sekolah sebelumnya menghimpun para
du/di, siapa-siapa saja yang membutuhkan tenaga kerja. Kegiatan Job Matching biasanya diadakan di aula
sekolah. Beberapa pihak du/di bahkan ada yang langsung mengadakan tes maupun
wawancara dengan anak-anak yang berminat untuk mendapatkan pekerjaan yang
mereka tawarkan.
Beasiswa Hingga ke China
Dalam hal kerjasama pemberian
beasiswa bagi murid, SMK Negeri 6 Surabaya juga sempat bekerjasama dengan
sebuah hotel di Pahang, Malaysia. Istimewanya, hotel tersebut juga memiliki
sebuah perguruan tinggi. Kerja sama yang dibentuk dengan SMK Negeri 6 Surabaya
adalah memberikan kesempatan pada siswa-siswa SMK Negeri 6 Surabaya untuk
magang kerja di hotel tersebut sekaligus menempuh kuliah di perguruan tingginya
untuk masa 2 tahun, dengan ijazah setara D-3. Uang sekolah bukan menjadi
perkara besar karena para siswa yang magang di hotel tersebut pun mendapat gaji,
yang bisa digunakan untuk membayar sekolah.
Selain itu, SMK Negeri 6 Surabaya
juga mengadakan kerja sama dengan sebuah universitas di China melalui SEAMOLEC.
Sebuah universitas di China memberikan beasiswa bagi siswa lulusan SMK Negeri 6
Surabaya untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di China dan belajar
selama 4 tahun di China. Menurut Siti Rohanah, sudah ada dua anak lulusan SMK
Negeri 6 Surabaya yang mendapat beasiswa tersebut. “Biasanya, karakter anak-anak
yang memiliki pengalaman keluar negeri, mereka menjadi lebih percaya diri dan
sangat mandiri,” kata Siti Rochanah.
Jurusan Jasa Boga dan Jurusan Patiseri
Jurusan Jasa Boga termasuk salah
satu jurusan favorit di SMK Negeri 6 Surabaya dan juga yang memiliki paling
banyak siswa. Ada empat kelas untuk jurusan Jasa Boga, dan dua kelas untuk
jurusan Patiseri. Menurut Endang Linarning, S.Pd., MM., salah satu guru di
Jurusan Jasa Boga, pembelajaran di Jasa Boga tak hanya soal memasak, namun juga
belajar tentang penyajian maupun bagaimana melayani tamu.
Dulu, menurut Endang, SMK Negeri
6 Surabaya juga memiliki Jurusan Gizi, namun kemudian ditutup. Jurusan patiseri
pun sempat pernah ditutup, namun kemudian dibuka kembali. Pasalnya, dunia
usaha/industri seperti bakery hanya mau menerima anak-anak lulusan Patiseri,
dan bukannya jasa boga, padahal permintaan dari du/di bakery cukup banyak.
Menurut Endang, banyak anak
lulusan Jasa Boga maupun Patiseri terserap ke dunia usaha/industri, bahkan
sejak sebelum mereka lulus sekolah. Tak heran jika kedua jurusan ini menjadi
jurusan favorit di SMK Negeri 6 Surabaya.
Meski demikian, tak mudah untuk
mendeteksi apakah siswa yang masuk ke Jurusan ini benar-benar siswa yang
memiliki minat atau tidak. Menurut Endang, dulu, sebelum adanya sistem PPDB
online, sekolah benar-benar menjaring calon siswa dengan melihat minat maupun
bakat mereka, apakah sesuai dengan jurusan yang dipilih atau tidak. Namun sejak
PPDB online, salah satu strategi sekolah untuk mengembangkan minat dan bakat
siswa adalah memberikan pembelajaran dan pengenalan dasar mengenai jurusan yang
dipilihnya terlebih dulu, yakni pada semester awal.
“Sebagai guru, kami harus
merangkul semua siswa. Kadang ada yang belum paham tentang boga, oleh karena
itu perlu kami berikan pengertian terlebih dahulu. Mereka diberi wawasan,
diajak pelan-pelan dan bersama-sama untuk belajar, dari yang awalnya tidak
mengenal bumbu, dan sebagainya. Tapi kalau anaknya memang ternyata sama sekali
tidak berminat, baru kami panggil orangtuanya, kami beritahukan pula
perkembangan anaknya. Pemantauan itu terus dilakukan sejak anak duduk di bangku
kelas X,” terangnya.
Di jurusan Jasa Boga, siswa
laki-laki justru lebih banyak daripada siswa perempuan, karena untuk Jasa Boga,
diperlukan pula fisik yang kuat. Di samping itu, ketika terjun ke dunia
usaha/industri, anak laki-laki lebih banyak diperlukan untuk bekerja di hotel,
restoran, ataupun kapal pesiar.
Jurusan Jasa Boga dan Jurusan
Patiseri pun kerap menyumbang prestasi untuk sekolah. Tahun 2016, SMK Negeri 6
Surabaya berhasil meraih juara II dalam LKS Tingkat Nasional untuk Pastry. Di
tingkat kota, siswa SMK Negeri 6 Surabaya pun berhasil mewakili Provinsi
Surabaya di tingkat Nasional untuk LKS Restoran Service.
Arizal Wahyudiono, siswa kelas
XII Jurusan Jasa Boga termasuk salah satu siswa yang mewakili sekolah dalam
ajang kompetisi LKS di tingkat Provinsi. Ia merasa bangga dapat mewakili
sekolah ke ajang lomba bergengsi. Hanya empat anak yang dipilih mewakili
sekolah setelah melalui seleksi yang cukup ketat. “Sebelum lomba, kami dilatih
secara intensif selama satu minggu. Saat lomba, kami juga harus benar-benar
tepat waktu, dan harus benar-benar menjaga kehigienisan. Kami diberi waktu
empat jam untuk menyiapkan semuanya. Yang dinilai tak hanya ketepatan waktu,
namun juga rasa dan artisik masakannya,” ceritanya.
Arizal merasa sangat senang
bersekolah di SMK Negeri 6 Surabaya karena keluarganya pun amat mendukungnya.
Ia pun merasa tak salah pilih jurusan Jasa Boga, karena setelah banyak belajar,
ia justru menemukan banyak tantangan. Ia berharap suatu saat dapat membuka
usaha mandiri atau bekerja di hotel-hotel atau restoran besar.
Jurusan Jasa Boga SMK Negeri 6
Surabaya juga memiliki unit produksi yakni usaha katering ‘The Sixth Catering’ maupun kantin. Unit produksi ini memberi
kesempatan anak untuk lebih banyak praktek demi mengasah keahlian dan
kompetensinya. Selain itu juga untuk membekali mereka pengetahuan tentang
wirausaha.
Jurusan Kecantikan Kulit dan Jurusan Kecantikan Rambut
Sebelum tahun 2008, Jurusan
Kecantikan Kulit dan Kecantikan Rambut di SMK Negeri 6 Surabaya digabung
menjadi satu, yakni Jurusan Kecantikan. Namun saat ini, keduanya menjadi dua
jurusan yang berbeda dan mandiri. Menurut Penny Warih Wijayati, M.Pd., guru
Jurusan Kecantikan Kulit, sebagian besar siswa di kedua jurusan ini adalah
perempuan. “Terlebih untuk Kecantikan Kulit, perempuan lebih banyak dibutuhkan
karena bersentuhan langsung dengan tamu,” jelas Penny.
Di kelas X, anak-anak terlebih
dahulu dikenalkan dengan dasar-dasar kecantikan. Baru pada kelas XI siswa mulai
belajar lebih dalam tentang kulit ataupun rambut, sesuai dengan jurusan yang
diambilnya.
Para siswa yang lulus dari SMK
umumnya banyak bekerja di salon kecantikan sebagai asisten. Bahkan sebelum
mengantongi ijazah kelulusan, banyak para siswa yng telah ditarik bekerja ke
dunia usaha/industri. “Para du/di kebanyakan sudah pesan ketika anak-anak
sedang ujian. Jadi mereka memilih, mencatat, untuk kemudian didekati. Jika anak
berminat dan orang tua mengijinkan, maka akan langsung bekerja,” kata Penny. Ada
pula salah satu alumni yang memilih usaha mandiri dengan membuka salon
kecantikan, kemudian menampung adik-adik kelasnya untuk bekerja. Menurut Penny,
Jurusan Kecantikan selalu memiliki peluang untuk wirausaha mandiri, setidaknya
dimulai dalam skala kecil terlebih dahulu. Bahkan Jurusan Kecantikan Kulit
maupun Kecantikan Rambut pun memiliki unit produksi ‘The Sixth Salon’ untuk melatih kecakapan siswa, terutama dalam
menghadapi tamu.
Anak-anak di Jurusan Kecantikan
Rambut ataupun Kulit pun kerap menelurkan prestasi yang membanggakan sekolah. Misalnya untuk kejuaraan LKS Tingkat Nasional
Tahun 2016, SMK Negeri 6 Surabaya berhasil menyabet juara III untuk Kecantikan
Kulit. “Tiap tahun, untuk tingkat provinsi, kami selalu mendapat tempat,” kata
Penny. Salah satu strategi supaya dapat senantiasa menjaring prestasi menurut
Penny antara lain dengan menyiapkan kader peserta lomba sejak dini, bahkan
sejak kelas X. “Di tiap kelas, guru terus memantau dan saling melapor, siapa
saja siswa yang paling menonjol. Guru di jenjang berikutnya akan terus membina
sampai dia benar-benar siap bertarung di ajang lomba,” terang Penny.
Jurusan Akuntasi dan Jurusan Multimedia
Jurusan atau kompetensi keahlian
yang tergolong baru di SMK Negeri 6 Surabaya adalah jurusan multimedia dan
akuntasi. Meski demikian, jumlah siswa di kedua jurusan ini selalu membludak,
peminatnya pun paling tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh tren yang ada di
masyarakat dan bukti yang diberikan SMK Negeri 6 Surabaya mengenai para
lulusannya yang bekerja di berbagai dunia industri/usaha.
Dalam pembelajaran, Siti Rochanah
kerap menganjurkan para siswa di Jurusan Multimedia untuk memiliki laptop
dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar mereka. Dengan
siswa memiliki laptop, hal ini menstimulasi siswa untuk lebih rajin belajar dan
praktek, menggali potensi dan kemampuan diri. “Meski demikian, ini hanya untuk
yang mampu saja, karena jurusan Multimedia membutuhkan laptop dengan
spesifikasi tinggi, dan itu mahal harganya. Siswa juga dapat memanfaatkan
fasilitas komputer yang telah tersedia di sekolah,” katanya.
Jurusan Busana Butik
Di SMK Negeri 6 Surabaya, Jurusan
Busana Butik memiliki jumlah siswa dan rombongan belajar paling banyak di
antara jurusan-jurusan lainnya. Ada 5 kelas untuk kelas X jurusan Busana Butik.
Fasilitas yang dimiliki sekolah pun sudah cukup lengkap, mulai dari mesin jahit
hingga mesin bordir. Mesin Bordir yang digunakan pun sudah berbasis IT,
sehingga anak-anak lebih siap dan kompeten terjun ke dunia industri yan sudah
modern.
Salah satu prestasi dari Jurusan
Busana Butik, siswa Jurusan Busana Butik pernah meraih penghargaan rekor MURI
sebagai pembuat busana dari rangkaian daun kopi pada tahun 2014 lalu.
Jurusan Akomodasi Perhotelan
Jurusan Akomodasi Perhotelan
termasuk jurusan favorit di SMK Negeri 6 Surabaya. Kelas X memiliki 4 kelas.
Jurusan ini pun memiliki unit produksi hotel bernama Edotel, namun sejauh ini
hanya digunakan sebagai praktek pembelajaran siswa saja. Ke depan Siti Rochanah
berharap Edotel dapat pula melayani masyarakat umum.
Tahun 2016, Jurusan Akomodasi
Perhotelan berhasil menyumbang prestasi sebagai juara I Kompetisi LKS Tingkat
Kota Surabaya. Artanti Ekasari Putri, salah seorang siswa jurusan Akomodasi
Perhotelan yang berhasil memenangkan juara tersebut mengungkapkan rasa
bahagianya dapat mempersembahkan prestasi untuk sekolah yang ia cintai. Semenjak
ia menjadi siswa di Jurusan Akomodasi Perhotelan di SMK Negeri 6 Surabaya,
telah banyak sekali pengalaman yang ia dapatkan. Terutama ketika ia sedang
menjalankan prakerin di Hotel Alana, Surabaya bersama tiga orang kawannya yang
lain. “Di hotel, kami memiliki kesempatan menghadapi tamu dari berbagai macam
daerah, kota, bahkan negara. Itu membuat kami menjadi belajar bagaimana
menghadapi tamu, karena di sekolah tidak kami dapatkan pengalaman yang seperti
itu. Kelengkapan alat di hotel juga jauh lebih lengkap. Kami juga belajar
bekerja bersama teamwork, dan kami
dikenalkan dengan sistem kerja middle
shift,” ceritanya. Artanti berharap, lulus dari SMK nanti ia dapat segera
bekerja di hotel sembari kuliah di Manajemen Pariwisata UNESA.
Meski telah menjadi SMK unggulan
di Kota Surabaya, masih banyak tantangan yang akan dihadapi oleh SMK Negeri 6
Surabaya, terutama untuk menyiapkan generasi yang siap mengadapi era MEA. Namun
demikian, SMK Negeri 6 Surabaya optimis akan terus menjadi yang terbaik dengan
kualitas yang selalu unggul. ***
sman 6 sby trbaik
ReplyDeleteSalam
sewa bus di surabaya
sewa alphard di surabaya
sewa hiace di surabaya
sewa inova reborn di surabaya
Kpan di mulai nya ppdb?
ReplyDeleteKalau masuk jurusan kecantikan rambut berapa ya nilai rata rata atau danem
ReplyDeleteGuru Biologi/Kimia skrg siapa ya?
ReplyDeleteKapan mulai pendaftaran penerimaan siswi baru ya?
ReplyDeleteKalau ambil jurusana tata boga syarat x apa aja ?
ReplyDeletebiaya masuk jasa boga sampai brp untuk tahun ini
DeleteMhn ijin informasinya untuk biaya daftar ulang sampai brp dan selain biaya daftar ulang apa ada biaya lainx seperti perlengkapan seragam sklh dll sampai brp biayanya, mhn informasinya lebh lanjut.....Trima ksh.
ReplyDeleteKapan d mulai pendaftaran baru ya dan brp nilai rata2 agar bisa masuk d sana.. Trimakasih
ReplyDelete