Sepasang boneka ondel-ondel berukuran raksasa berdiri tegak di
samping pintu masuk gedung berarsitektur klasik dengan empat pilar tebal
menjulang, seolah menyapa siapapun yang melintasinya dengan ucapan ‘Selamat datang di Jakarta! Selamat datang
di SMK Negeri 27!’. Sebagai maskot Kota Jakarta, keberadaan ondel-ondel dan
gedung tua tersebut seolah mempertebal identitas sekolah yang istimewa ini.
Terletak di Jalan Dr. Sutomo Nomor 1, Jakarta Pusat, SMK
Negeri 27 Jakarta memang memiliki banyak sekali keistimewaan. Terutama karena
sekolah ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Ditambah lagi dengan predikat
sekolah, dimana masyarakat sudah melabelinya sebagai SMK terfavorit di Jakarta,
tak heran jika siapapun yang menjadi bagian dari SMK Negeri 27 memiliki rasa
bangga yang begitu tinggi.
Maulida Rahma adalah salah satunya. Namun, kini ia telah
menjadi alumni SMK Negeri 27 Jakarta, baru lulus pada tahun 2016 lalu. Baginya,
pernah menjadi bagian dari SMK Negeri 27 Jakarta adalah sebuah kebanggaan dan
kenangan indah. Ia pun merasa sangat bersyukur pernah bersekolah di SMK Negeri
27 Jakarta yang menurutnya adalah sebuah berkah tersendiri. Betapa tidak, kini ia
mendapat kesempatan kuliah gratis di Universitas Trisakti, Jakarta. Namun bukan
cuma-cuma ia mendapatkannya, melainkan pun dengan perjuangan keras melalui
berbagai prestasi dan penghargaan yang dijaringnya.
Prestasi yang pernah diraih Maulida memang tak main-main. Tahun
2013, ia mewakili Indonesia untuk berkompetisi di kejuaraan World Skill Competition, sebuah
kompetisi kompetensi keahlian untuk siswa di sekolah kejuruan, yang diselenggarakan
di Sapporo, Brazilia. Ia harus bersaing dengan 59 negara lainnya, dan gadis ini
berhasil mendapatkan Medals of Excellence.
Soal kejuaraan nasional, tentu ia pun telah melibasnya. Pada Lomba Kompetensi
Sekolah (LKS), selain menjadi pemenang di tingkat DKI Jakarta, ia pun berhasil
menggondol juara I LKS tingkat Nasional. Maulida, seperti anak-anak berprestasi
lainnya, adalah salah satu aset bangsa yang membanggakan. Salah satu aset yang
dibentuk melalui Sekolah Menengah Kejuruan.
Tak hanya Maulida, SMK Negeri 27 Jakarta pun rupanya telah
mencetak banyak sekali generasi berprestasi. Sebut saja Bintang Azriel Xavier,
atau yang biasa akrab dipanggil Vier. Siswa yang saat ini masih duduk di bangku
kelas XI Jurusan Akomodasi Perhotelan ini sangat lihai dalam berbahasa Jerman.
Tahun 2016, ia bahkan berhasil menjuarai lomba Debat Bahasa Jerman di tingkat
Provinsi DKI Jakarta. Sebelumnya ia juga pernah menjuarai lomba Pidato Bahasa
Inggris.
Maulida, Xavier, dan masih banyak lagi anak-anak lainnya
adalah bukti bahwa kredibilitas SMK Negeri 27 Jakarta dapat diperhitungkan. Tak
hanya karena SMK Negeri 27 Jakarta termasuk sekolah yang sudah lama berdiri,
namun karena kompetensi, kinerja, dan konsistensi warga sekolah selalu terjaga
dengan baik dan bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai sekolah
kejuruan yang berbasis pariwisata dan perhotelan, SMK Negeri 27 Jakarta
konsisten menelurkan generasi-generasi muda siap kerja dengan kompetensi yang
dapat diandalkan.
Menjadi sekolah unggulan di kota besar seperti Jakarta tentu
bukan hal mudah untuk dipertahankan. Namun sejauh ini SMK Negeri 27 Jakarta
terbukti memiliki komitmen yang tinggi untuk terus mempertahankan kualitas dan
predikat terbaik sekolah. Hal ini pun diamini oleh Sujadiyono, M.Pd., Kepala
Suku Dinas Pendidikan Jakarta Pusat. Ia mengatakan, banyak faktor yang membuat
SMK Negeri 27 Jakarta tetap menjadi yang terbaik. “SDM nya memiliki komitmen
dan semangat tinggi, sarana dan prasarananya memadai, serta lahan yang sangat
cukup untuk melakukan praktek. Oleh karena itu, beragam prestasi banyak diraih
SMK Negeri 27 Jakarta ini.
Belum lagi kemampuannya untuk menjalin kerjasama dengan
pihak-pihak lain, baik itu dunia industri, instansi-instansi lain dalam rangka
untuk pengembangan sekolah, dan sebagainya. Mereka juga selalu berkoordinasi,
baik itu secara tertulis maupun pendekatan pribadi untuk bisa mendapatkan
fasilitas-fasilitas, baik itu tentang pertamanan, pertanian, hingga industri.
Tak hanya dengan pihak di dalam negeri, namun juga di luar negeri. Oleh karena
itu, banyak pihak yang berkepentingan dengan SMK Negeri 27, mulai dari tingkat
kecamatan, walikota, hingga gubernur,” terangnya. Ia berharap, SMK Negeri 27 Jakarta
dapat menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi sekolah-sekolah lainnya.
Sekolah dengan Aset
Sejarah
Keistimewaan lain dari SMK Negeri 27 Jakarta adalah terletak
di wilayah cagar budaya Provinsi DKI Jakarta. Di samping itu, SMK Negeri 27 Jakarta
pun masih memiliki sebuah bangunan tua peninggalan zaman kolonial yang kemudian
menjadi cagar budaya Provinsi DKI Jakarta, sesuai dengan Surat Keputusan
Gubernur DKI Jakarta No. 475 Tahun 1993, sehingga bentuk fisiknya harus
senantiasa tetap terjaga, tak boleh berubah.
Sekolah ini pun memiliki sejarah tersendiri yang dimulai
sejak zaman kolonial. Sebelum tahun 1942, sekolah yang memiliki luas 15.060 m2
ini bernama Logere Mizver Heid School.
Tahun 1942, gedung sekolah ditata kembali dengan gaya arsitektur Eropa untuk
kemudian digunakan sebagai Midelbare
Huisshould School (MHS) atau sekolah khusus untuk putri setingkat SLTP. Tak
hanya MHS, di kompleks yang sama pun juga dibangun Opleiding Schoolvoor Vak Onderwijzeressen (OSVO), atau sekolah guru
khusus untuk putri setingkat SLTA.
Baru pada tahun 1945 sekolah ini berubah nama menjadi Sekolah
Kepandaian Putri (SKP) dan Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP). Tahun 1950, di
kompleks sekolah ini pun ditambah lagi satu sekolah, yakni FKIP Universitas
Indonesia Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, yang menempati lokasi di bagian
barat, sedangkan SGKP berada di bagian timur. Tahun 1963, SGKP berubah nama
menjadi SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas), yang pada tahun 1975
berubah lagi menjadi SMTK (Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggaan) dengan
program studi selama empat tahun.
Pada tahun 1984, bangunan SMTK diperbaharui dan diresmikan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu, Prof. Dr. Nugroho Noto
Susanto. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 1994 dengan lama program
studi tiga tahun. Seiring perkembangan, pada tahun 1994, SMTK membuka enam
program studi keahlian.
Hingga tahun 1997, SMTK pun berubah nama menjadi SMK (Sekolah
Menengah Kejuruan) Negeri 27 Jakarta. Jumlah program kompetensi keahlian pun
bertambah, menjadi tujuh kompetensi keahlian pada tahun 2008. Yang paling
membanggakan, SMK Negeri 27 Jakarta pun telah mendapat seritifikat ISO dengan
nomor 161000814.
Dra. Sri Nuryati, kepala SMK Negeri 27 Jakarta yang sudah
menjabat selama 2,5 tahun mengatakan bahwa ia berencana untuk membuat sebuah
Museum Jakarta. Museum ini nantinya akan memamerkan alat atau perkakas jaman
dulu, seperti setrika lama, mesin jahit lama, dan sebagainya. “Kami juga ingin
melengkapinya dengan kafe khas Betawi, dan anak-anak dapat berpraktek juga di
sana,” katanya. Ia berharap bangunan cagar budaya yang dimiliki SMK Negeri 27
Jakarta dapat benar-benar dimanfaatkan untuk tujuan budaya, sehingga sejalan
dengan fungsinya. Ia berharap rencananya tersebut dapat segera terlaksana.
Siap Bersaing di Era
MEA
Dalam pikiran Nuryati, banyak sekali ide dan rencana-rencana
yang berkelindan dan tak sabar untuk segera diwujudkan. Maklum, menjadi pembina
di sekolah yang difavoritkan warga Jakarta ini selalu memberinya semangat dan
energi tiada habis. Banyak hal di SMK Negeri 27 Jakarta yang membuatnya sangat
antusias – bahkan sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di sekolah ini. “Di
sini, saya lebih leluasa mengeksplore SDM nya. Untuk analisis SWOT-nya juga saya
bisa lihat, banyak hal yang bisa kita terus kembangkan unit produksinya,”
katanya.
Soal sumber daya manusia, dalam hal ini adalah warga sekolah,
salah satu andalan SMK Negeri 27 Jakarta menurut Nuryati adalah ketersediaan
tenaga pendidik dan kependidikan yang berkualitas. Di sekolah yang memiliki
jumlah guru sekitar 80 orang ini, semua guru dituntut untuk senantiasa
meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya demi melahirkan
generasi-generasi yang tentunya juga kompeten. Terlebih, saat ini Indonesia
dihadapkan pada kompetensi profesional semenjak terbukanya era MEA. Otomatis, persaingan
global menjadi tantangan bagi generasi saat ini. “Oleh karena itu, kita harus
mempersiapkan skill anak-anak supaya
tidak kalah bersaing. Saat ini, pasar kerja tidak hanya untuk orang Indonesia
saja. Namun demikian, saya pribadi sangat optimis karena sebenarnya skill anak-anak kita pun juga sejauh ini
nggak kalah,” ujarnya dengan nada penuh semangat.
Salah satu jurus yang disiapkan SMK Negeri 27 Jakarta adalah
menguatkan sumber daya manusianya menjadi lebih profesional. Terutama para
guru, mereka dituntut untuk senantiasa mengimbangi ritme kinerja dengan
performa tinggi. Demi mencapai hal itu, sekolah tak segan-segan untuk
memberikan beragam fasilitas bagi guru dalam rangka mengembangkan potensinya.
Guru yang Profesional
Kegiatan peningkatan kompetensi guru di SMK Negeri 27 Jakarta
antara lain dapat dilakukan dengan mengikutsertakan guru dalam
kegiatan-kegiatan seminar kompetensi guru yang difasilitasi sekolah maupun
Dinas Pendidikan Jakarta Pusat. Selain itu, sekolah pun tak segan untuk secara
berkala mendatangkan narasumber dari dunia industri untuk membina para guru
sesuai keahlian masing-masing.
Sekolah juga memberi kesempatan para guru untuk melakukan in house training ke dunia industri.
Meski demikian, Nuryati pun senantiasa menyemangati para guru untuk secara
mandiri meningkatkan kompetensinya. “Guru harus selalu up-to-date, jangan sampai kalah dengan siswa, dan juga harus tahu
bagaimana perkembangan dunia industri,” katanya. Dengan kiat-kiat ini, performa
para tenaga pendidik di SMK Negeri 27 Jakarta senantiasa terjaga prima dan
profesional.
Bahkan menurut Nuryati, banyak para guru di sini yang sudah
menjadi Instruktur Nasional untuk Kurikulum 2013. “Sekitar 15 orang, dan banyak
juga yang menjadi instruktur mandiri, terutama untuk di sekolah-sekolah
swasta,” katanya.
Dari sisi kualifikasi, Nuryati mengungkapkan bahwa guru-guru
di SMK Negeri 27 Jakarta pun sudah banyak yang menyandang gelar dari program
studi S-2 nya. Sekolah maupun Dinas Pendidikan Kota Jakarta Pusat sangat
mendukung dan mendorong para guru untuk meningkatkan kualifikasinya, misalnya
dengan memberikan bantuan beasiswa.
Dorongan dan motivasi untuk meningkatkan kompetensi guru tak
hanya berlaku bagi guru-guru yang masih berusia muda, namun untuk semua guru
secara keseluruhan, termasuk para guru senior. Seperti halnya Nurhayati, S.Pd.,
guru kecantikan rambut yang sudah mengajar di SMK Negeri 27 Jakarta selama 16
tahun, ia pun mau tak mau dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi
dirinya. Namun demikian, ia tak merasa keberatan dengan beban tersebut,
melainkan justru selalu bersemangat dan antusias. Baginya, menjadi tenaga
pengajar di SMK Negeri 27 Jakarta adalah sebuah kebanggaan tersendiri. “Apalagi
ketika mengetahui ternyata anak-anak sudah bisa buka usaha sendiri atau kerja
sesuai dengan bidangnya. Itu membawa kepuasan batin tersendiri bagi saya,”
ujarnya. Bagi guru lulusan IKIP Jakarta Jurusan Tata Rias tahun 1995 ini,
mengajar anak-anak SMK itu cukup mengasyikkan. “Apalagi kalau sudah praktek dan
menggunakan model orang. Biasanya, tiap-tiap anak berbeda temuan-temuannya,”
katanya.
Di SMK Negeri 27 Jakarta, fasilitas dan peralatan untuk
praktek siswa sudah sangat memadai, bahkan menurut Nurhayati, tak kalah dengan
peralatan di dunia industri. Semua sudah disiapkan sekolah, sehingga anak-anak
tidak lagi perlu menyiapkan sendiri. “Mereka tinggal belajar dan siap bekerja,”
kata Nurhayati.
Namun demikian, fasilitas yang serba lengkap tak akan dapat
banyak membantu meningkatkan kompetensi siswa jika tak diiringi dengan
kompetensi gurunya sebagai tenaga pengajar. Oleh karena itu, para guru di SMK
Negeri 27 Jakarta dituntut untuk senantiasa belajar dan meng-upgrade kemampuan,
seiring dengan perkembangan zaman dan dunia industri. Terlebih menurut
Nurhayati, anak-anak sekarang lebih kritis, karena mereka lebih banyak melihat
di dunia luar. Mereka lebih cepat belajar dan bahkan dapat belajar sendiri
melalui sumber-sumber lainnya. Oleh karena itu, guru seyogyanya pun senantiasa
membuka diri untuk berbagi dengan siswa.
Guru juga harus melek teknologi dan mau belajar dari banyak
sumber. Seperti halnya Nurhayati, yang tak segan untuk belajar dari
sumber-sumber yang ia cari di internet. Ia juga kerap mengikuti workshop atau
seminar-seminar yang bertujuan meningkatkan kompetensi diri, dan juga
senantiasa menjalin hubungan baik dengan dudi demi menggali kesempatan untuk
mengupgrade kompetensi dan pengetahuan.
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi serta
kemampuan siswa untuk belajar lebih mandiri, guru tak seyogyanya merasa rendah
diri atau pesimis. Justru di sini peran guru amat dibutuhkan, yakni sebagai
pembimbing, pendidik, dan inspirator
bagi para siswanya. Bagaimanapun, siswa tak hanya dibekali dengan
kemampuan dan kompetensi akademik maupun skill saja, melainkan juga penguatan
karakter sebagai jati diri yang baik dan bermanfaat.
Isduki, S.pd, guru PPKN di SMK Negeri 27 Jakarta menegaskan
hal tersebut dengan mengatakan bahwa bagaimanapun, pendidikan akhlak sangat
penting bagi anak dalam menentukan masa depan anak itu sendiri maupun bangsa
dan negara. Oleh karena itu, ia pun lebih menekankan nilai-nilai akhlak dan
budi pekerti dalam pembelajarannya.
Dalam mengajar, pria asal Wonogiri kelahiran 14 Maret 1967
ini pun memiliki strategi dan pendekatan tersendiri pada murid-muridnya, supaya
ia tak mendapat predikat sebagai guru yang galak atau kaku. “Setiap kali masuk
kelas, biasanya saya suka menanyakan kabar anak atau kabar keluarganya. Dalam
mengajar, saya juga sering menggunakan metode sharing atau diskusi. Saya
berusaha supaya anak tidak merasa takut dengan saya, namun mereka juga tetap
menyadari tugas dan tanggung jawabnya,” terangnya.
Menurut Isduki, memberi pengertian pada anak-anak sekarang gampang-gampang
susah. Oleh karena itu, guru harus selalu peka dan responsif. “Misalnya kalau
ada anak bandel, ketika kita sedang
mengajar, biasanya saya kemudian minta anak tersebut untuk mengajar teman-temannya
di depan kelas. Kadang beberapa dari anak ini cukup berani untuk mencoba. Tapi biasanya
setelah itu dia tidak lagi berani ngobrol atau bandel di kelas,” ungkapnya, membagi
tips.
Ia juga mengatakan bahwa anak SMK itu jauh berbeda dengan
anak-anak SMA. Menurutnya, anak-anak SMK lebih disibukkan dengan praktek, sehingga
hal ini pun berpengaruh pada pembentukan karakter, misalnya mereka menjadi
lebih memiliki tanggung jawab yang besar. “Jika sudah praktek, minatnya semakin
menguat, dan tanggung jawabnya juga kuat. Namun untuk anak SMA fokusnya pada kemampuan
akademik karena mereka ingin meneruskan ke perguruan tinggi,” jelasnya.
Kurang Guru Produktif
Meski demikian, Nuryati mengakui bahwa hingga saat ini, salah
satu kendala yang masih dirasakan di SMK Negeri 27 Jakarta adalah masih
kurangnya tenaga guru produktif yang berstatus Pegawai Negeri Sipil. Sejauh
ini, hanya 33 orang guru yang sudah berstatus PNS, sedangkan sisanya adalah
guru berstatus UMP yang dibiayai oleh Pemerintah Daerah Jakarta Pusat. Nuryati
mengungkapkan bahwa kendala ini dirasakan karena pengangkatan status guru di
wilayah Jakarta sangat tidak mudah, meski ia pun telah mengajukan data jumlah
guru yang masih kurang. Meski demikian, kendala ini tak mengurangi semangat
Nuryati untuk terus meningkatkan performa SMK Negeri 27 Jakarta dan terus
mempertahankan predikat sebagai sekolah unggulan di Jakarta.
Mempertahankan predikat terbaik tak semudah menggapai
predikat terbaik. Hal ini pun dirasakan SMK Negeri 27 Jakarta. Namun demikian,
sekolah yang bersebelahan dengan SMPN 5 Jakarta ini terbukti mampu mempertahan
predikat sebagai sekolah menengah kejuruan terbaik di Jakarta. Menurut Nuryati,
satu kiat yang paling ampuh adalah menjaga komitmen bersama seluruh warga
sekolah. “Kami harus punya komitmen bersama tentang bagaimana cara
mempersiapkan anak serta menjaga budaya profesionalisme di sekolah. Warga
sekolah harus disiplin, tak terkecuali para guru, misalnya harus datang tepat
waktu, dan sebagainya. Saya sebagai kepala sekolah pun harus terus memonitor
dan melakukan kontrol bagaimana tempat pembelajaran anak-anak, bagaimana guru
mengajar, dan sebagainya. Fasilitas sekolah pun juga harus terus ditingkatkan,”
terangnya.
Tujuh Kompetensi
Keahlian
Sekolah yang saat ini memiliki 36 rombongan belajar ini
menawarkan tujuh kompetensi keahlian, antara lain Akomodasi Perhotelan, Tata Boga, Tata Busana, Patiseri,
Tata Kecantikan Kulit, Tata Kecantikan Rambut, dan Usaha Perjalanan Wisata
(UPW). Menurut Nuryati, yang peminatnya paling banyak adalah di kompetensi
keahlian Usaha Perjalanan Wisata, kemudian Akomodasi Perhotelan dan Tata Boga.
SMK
Negeri 27 Jakarta ini juga pernah menyandang
predikat SBI Invest (Indonesia Vocational
Education Strengthening), yakni sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
bertaraf internasional dengan penguatan pada peningkatan manajemen dan sumber daya
manusia, peningkatan kegiatan belajar mengajar, peningkatan hubungan industri
serta peningkatan kewirausahaan. Seperti yang telah disampaikan oleh
Nuryati, sejauh ini SMK Negeri 27 Jakarta telah terbukti mampu menyediakan
pasokan sumber daya manusia siap kerja yang profesional, sesuai dengan yang
dibutuhkan dunia industri.
Berbagai
jurusan kompetensi keahlian di SMK Negeri 27 memiliki kekhasan dan keunggulan
masing-masing. Oleh karena itu, hampir semua jurusan kompetensi keahlian menjadi
pilihan utama bagi para siswa yang menginginkannya. Bahkan tahun ini SMK Negeri
27 telah menambah tiga rombongan belajar baru demi memfasilitasi peminat yang
semakin membludak.
Kecantikan Kulit dan Kecantikan Rambut
Jurusan
kompetensi Kecantikan Kulit dan Kecantikan Rambut menjadi spesial karena
jurusan ini merupakan jurusan dimana SMK Negeri 27 adalah SMK pertama di
Jakarta yang membuka jurusan kompetensi keahlian tersebut. Kini, fasilitas yang
dimiliki jurusan kompetensi ini pun tak kalah dengan salon-salon profesional
yang ada di Jakarta, sehingga ketika para siswa dari jurusan Tata Kecantikan
terjun dalam kegiatan prakerin di tempat usaha, mereka sudah cukup familiar
dengan fasilitas peralatan hingga teknik/skill yang diterapkan. Menurut
Nuryati, bahkan pernah para siswa dari sebuah college di Perancis mengadakan
studi banding khusus ke jurusan kompetensi Tata Kecantikan Rambut maupun Kulit
di SMK Negeri 27 Jakarta.
Jurusan
Kecantikan Kulit dan Kecantikan Rambut di SMK Negeri 27 Jakarta juga memiliki
unit produksi yakni salon dan spa, meski sebagian besar pelanggan masihlah
warga sekolah sendiri. Namun setidaknya adanya unit produksi tersebut mampu
mengakomodir anak-anak untuk berlatih berwirausaha sekaligus mengasah
kompetensinya.
Menurut Nurhayati, S.Pd, guru Tata Kecantikan Rambut, umumnya
hampir 50% anak-anak dari jurusan kecantikan rambut membuka usaha sendiri atau
freelance setelah lulus dari SMK. Bahkan tak sedikit yang sudah memiliki jadwal
sendiri ketika mereka masih duduk di bangku kelas XI atau XII. Namun, biasanya
anak-anak di jurusan kecantikan rambut atau kulit menambah kemampuan mereka dengan
kursus di luar, dikarenakan di sekolah kompetensi keahlian kecantikan rambut
dipisah dengan kecantikan kulit. Sedangkan umumnya di salon-salon kecantikan
dituntut untuk dapat menguasai semua kompetensi tersebut.
Anisa Bunga Fitri, salah satu siswi di Jurusan Kecantikan
Rambut mengatakan bahwa motivasinya memilih Jurusan Kecantikan Rambut adalaha
karena ia merasa sangat senang jika melihat seseorang yang dapat merubah orang
lain menjadi cantik. “Menurut saya, pekerjaan ini tidak akan pernah mati,
karena sampai kapanpun orang pasti akan membutuhkan jasa make-up, jasa
memangkas rambut, mewarnai rambut, dan setiap tahun pasti ada trend-trend
terbaru dari make-up maupun style rambutnya,”
kata gadis yang pernah berkesempatan melakukan prakerin di Andyanto Salon.
Bunga, demikian ia akrab disapa, merasa sangat beruntung
memperoleh kesempatan bersekolah di SMK Negeri 27 Jakarta, sekolah favorit yang
memang ia impikan. Salah satu hal yang membuatnya betah di sekolah adalah
lengkapnya fasilitas sekolah demi menunjang pembelajaran. “Fasilitas di SMK
Negeri 27 itu selalu menyamakan fasilitas di industri. Kadang bahkan fasilitas
di sekolah lebih bagus daripada di industri,” ungkap gadis yang pernah menyabet
juara II dalam lomba LKS tingkat Nasional ini.
Untuk kegiatan prakerin siswa jurusan Kecantikan Rambut,
sekolah banyak menjalin kerja sama dengan unit-unit usaha yang telah memiliki
nama besar, misalnya seperti Andyanto
Salon, The Guh Salon, Rudy Hadisuwarno Salon, Makarizo, dan lain sebagainya.
Jurusan Kecantikan Kulit dan Rambut ini pun telah banyak
melahirkan anak-anak yang berhasil mendulang prestasi di berbagai kejuaraan.
Antara lain pernah meraih juara III tingkat nasional dalam kompetisi LKS
kategori Ladies and men’s Hair Dressing
maupun kategori Beauty Theraphy Skin Care
pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2015 pernah meraih juara II tingkat
nasional dalam kompetisi LKS kategori Ladies
and men’s Hair Dressing maupun kategori Beauty
Theraphy Skin Care. Sedangkan pada
tahun 2014, kategori Beauty
Theraphy Skin Care pernah meraih juara I tingkat Nasional.
Akomodasi Perhotelan
Jurusan
Akomodasi Perhotelan di SMK Negeri 27 Jakarta pun menjadi salah satu jurusan
favorit. Sudah tak diragukan lagi bahwa lulusan SMK Negeri 27 Jakarta jurusan
Akomodasi Perhotelan banyak menyasar di hotel-hotel besar. Bahkan untuk
kegiatan praktek kerja industri, sekolah telah menggandeng banyak sekali
hotel-hotel bintang lima sebagai tempat siswa melaksanakan aktivitas prakerin.
Antara lain Hotel Borobudur Jakarta, Hotel Indonesia Kempinsky, Hotel Arya Duta,
Hotel Sheraton Media, Grand Hyatt Hotel, Ritz Carlton Hotel, Four Season Hotel,
dan lain sebagainya.
SMK
Negeri 27 Jakarta memang telah menjalin kerja sama dengan banyak sekali dunia
industri demi menyalurkan para siswa supaya dapat melakukan prakerin dan
memperoleh banyak tambahan ilmu dan keahlian dari dunia industri yang nyata.
Sebagai sekolah kejuruan yang telah memiliki nama besar sebagai jaminan, tak
pelak banyak sekali dunia industri bergengsi yang telah memiliki nama besar
menjalin kerja sama dengan SMK Negeri 27 Jakarta dan memberi kesempatan para
siswanya untuk melakukan prakerin. Kegiatan prakerin dilaksanakan ketika siswa
menginjak kelas XI. Para guru pun memiliki jadwal dalam mengontrol para
siswanya yang sedang melakukan prakerin.
Bintang Azriel Xavier, salah satu siswa di Jurusan Akomodasi
Perhotelan merasa senang dan tidak salah pilih dalam menentukan jurusan
Akomodasi Perhotelan. Ia beralasan, tujuannya masuk ke Akomodasi Perhotelan
adalah supaya ketika lulus nanti, ia sudah mendapat sertifikat yang bertaraf
internasional yang memudahkannya untuk terjun ke dunia pekerjaan di bidang
akomodasi perhotelan. Saat ia mendapat kesempatan untuk melakukan prakerin di
Hotel Indonesia Kempinsky, ia mengaku tak mendapat banyak kesulitan berarti,
meski ia sempat merasakan bahwa dunia kerja yang profesional sangat berbeda
dengan dunia sekolah yang biasa ia temui. “Hal-hal baru di hotel yang saya
temui antara lain suasana pekerjaan yang berbeda, karena kalau di sekolah kita
bergaul dengan teman-teman, tapi kalau di hotel, kita bersama para karyawan dan
orang-orang yang sudah ahli, serta umur mereka pun lebih tua dari kita.
Pergaulannya juga berbeda,” ceritanya.
Salah satu unit produksi jurusan Akomodasi Perhotelan di SMK
Negeri 27 Jakarta adalah sebuah hotel bernama Edotel Passer Baroe. Hotel ini masih berada di kawasan lingkungan
SMK Negeri 27 Jakarta, memiliki 18 kamar, mulai dari standard room, deluxe
room, hingga suite room. Bak hotel profesional pada umumnya, edOTEL ini pun
dipersiapkan secara profesional dan sangat nyaman. Setiap kamar dilengkapi
dengan AC maupun televisi. Ada juga ruang meeting, minibar, serta restoran.
Para siswa di jurusan kompetensi Akomodasi Perhotelan dapat melakukan praktek
di hotel ini. Meski demikian, ada pula beberapa tenaga yang diperbantukan
secara full time, yang beberapa diambil dari para alumni maupun siswa itu
sendiri. Biasanya, mereka pun akan mendapat komisi atas pekerjaannya. Menurut
Nuryati, sejauh ini kamar-kamar di Edotel cukup laris. Para pelanggan umumnya
adalah para pejabat daerah atau para staf di kantor sekitar yang kebetulan
sedang mengikuti acara di Jakarta.
Unit Produksi lainnya adalah Jasa Laundry, meski menurut
Nuryati masih dalam skala kecil, yakni berbentuk laundry kiloan. “Kita usahakan
untuk ditingkatkan terus, setidaknya untuk membantu anak belajar berwirausaha,”
katanya.
Usaha Perjalanan Wisata
Jurusan
Usaha Perjalanan Wisata (UPW) adalah salah satu jurusan yang menjadi favorit di
SMK Negeri 27 Jakarta. Untuk tujuan prakerin siswa, sekolah telah mengadakan
banyak kerja sama dengan berbagai perusahaan yang bergerak di bidang wisata dan
perjalanan, misalnya Garuda Indonesia, dan lain sebagainya. Terlebih karena
usaha perjalanan wisata di Indonesia memiliki potensi yang amat besar, dimana
Indonesia sendiri memiliki banyak spot-spot wisata menarik untuk dipromosikan.
Tata Boga dan Patiseri
Jurusan
Tata Boga dan Jurusan Patiseri di SMK Negeri 27 Jakarta pun memiliki
keistimewaan tersendiri. Misalnya, untuk Jurusan Patiseri; sarana, fasilitas,
dan peralatan yang dimiliki jurusan ini sungguh sangat mengagumkan. Antara
lain, memiliki oven patiseri yang cukup canggih, dimana oven ini hanya dimiliki
oleh dua pihak se asia, yakni SMK Negeri 27 Jakarta dan satu pihak lainnya
berada di Thailand. Ruang Pastry yang dimiliki SMK Negeri 27 pun berdiri berkat
bantuan dari pihak di Korea Selatan, berikut pula ruang wirausahanya, yakni
Toko Roti Happy Bakery.
Sedangkan untuk Jurusan Tata Boga, unit produksinya adalah
Catering Pandan Wangi, yang dikelola oleh para siswa di jurusan kompetensi Tata
Boga. Menurut Nuryati, sejauh ini unit produksi Catering Pandan Wangi telah
banyak berkontribusi dengan memasok layanan catering untuk beberapa acara di
Jakarta, atau bahkan melalui kerja sama dengan pihak catering, hotel, atau
restoran lain. Semua dikelola dengan profesional dengan perhitungan bisnis yang
matang, dengan tujuan untuk melatih para siswa terbiasa dengan industri boga
ketika mereka lulus dari sekolah nantinya.
Selain itu, Jurusan Tata Boga pun pernah bekerja sama dengan
Catering Purwantara dan ACS yang khusus menyiapkan makanan bagi penumpang
pesawat terbang.
Sejauh
ini, jurusan Patiseri dan Jurusan Tata Boga berhasil menjawab tantangan
menyiapkan tenaga-tenaga kerja terampil dan profesional di bidangnya. Terlebih
bidang kuliner di Indonesia terus berkembang, membuat kedua jurusan ini
memiliki banyak peluang besar di dunia industri.
Stefu
Santoso, salah seorang praktisi kuliner sekaligus Executive Chef di Aprez Catering yang berada dalam naungan
Amoz Group Jakarta, dan telah menjalin kerja sama yang baik dengan SMK Negeri
27 Jakarta mengatakan, dalam
3 tahun terakhir trend perkembangan kuliner Indonesia justru mengarah pada
kuliner indonesia itu sendiri. “Masakan indonesia semakin booming dan diminati,
serta mulai banyak dikembangkan dalam bentuk yang beraneka ragam. Perkembangan
restoran dan hotel dan catering di Jakarta juga luar biasa,” katanya.
Menurut Stefu, salah satu sumber daya manusia yang banyak
dibutuhkan dan telah siap pakai adalah sumber daya manusia dari lulusan SMK
jurusan Tata Boga. Namun demikian, ia tak menyangkal bahwa kadangkala ada kesenjangan
pengetahuan dan ilmu antara dunia industri dengan dunia pendidikan di sekolah.
“Di indonesia ini, pengajar di SMK murni lulusan sekolah mengajar. Jadi
profesinya benar-benar guru. Tapi kalau di industri kuliner, terutama di kitchen, semuanya harus benar-benar
khusus, yang semuanya berdasarkan pengalaman, kebutuhan industri, dan
perkembangannya pun amat dinamis,” terangnya.
Menurutnya, di dunia industri boga, yang lebih penting adalah
pengalaman. Bakat atau passion juga
diperlukan, karena itulah yang menentukan apakah seseorang akan sukses atau
tidak. “Dalam memasak, kita butuh pengalaman, tidak bisa sekedar berteori. Juga
diperlukan research and development.
Bagi saya pribadi, titel itu tidak penting. Mereka semua harus memulai dari
level bawah,” katanya. Demikian pula bagi anak-anak lulusan SMK, mereka pun
harus semaksimal mungkin menimba pengalaman meski di sekolah telah mendapat
bekal kompetensi yang memadai. “Jika ada anak SMK yang menempuh prakerin 6
bulan di tempat yang bagus dan anak lulusan S-1 yang hanya prakerin 2 bulan, maka
saya akan memilih anak SMK,” katanya mencontohkan.
Namun demikian, Stefu juga menceritakan bahwa anak-anak SMK
memiliki banyak peluang dalam menimba pengalaman di dunia industri, tak sebatas melalui prakerin. “Di beberapa
industri, mereka juga butuh tenaga part timer sewaktu-waktu. Oleh karena itu, biasanya
saya arahkan untuk menghubungi anak-anak SMK,” katanya.
Stefu juga menyarankan bahwa SMK seyogyanya harus lebih
banyak membuka diri dengan dunia industri dalam rangka mengembangkan ilmu dan
kompetensi anak, serta peluang-peluang kerja. Stefu, yang juga adalah President of Association of Culinary
Professional yang berkedudukan di Jakarta, juga menjadi salah satu asesor
dalam uji kompetensi siswa di SMK Negeri 27 Jakarta. “Pada saat terjadi uji
kompetensi atau ujian praktek di sekolah, kami dari asosiasi mendatangkan
beberapa chef sebagai penguji. Selain itu, kami juga memberikan ilmu kepada
siswa, apa yang ada di industri,” katanya.
Ia bersama Asossiation
of Culinary Professional juga pernah bekerja sama dengan SMK Negeri 27
Jakarta untuk mengadakan workshop dengan mendatangkan chef profesional dari
Thailand. “Kami mengundang 100 anak SMK
se-Jakarta dan mendatangkan chef dari Thailand, dimana beliau memberikan banyak
tips tentang profesi chef,” tambahnya lagi.
Stefu bersama rekan-rekan chef di asosiasinya merasa sangat
antusias bekerja sama dengan SMK dan selalu siap untuk membantu mengembangkan
SMK. “Kenapa saya mau masuk ke smk? Saya berpikir bahwa suatu hari kita butuh
orang yang akan menggantikan kita. Nah, regenerasinya ini ada di SMK. Siapa
yang mau mempertahankan kuliner di indonesia jika bukan anak SMK? Lulusan dari
luar negeri tidak bisa memasak masakan indonesia. Oleh karena itu, akarnya di
SMK, karena anak-anak SMK ini masih dekat dengan keluarga, dan mereka masih
masak dan makanan makanan rumah,” jelasnya. Ia berharap, SMK menjadi salah satu
pencetak generasi siap kerja berkualitas demi terus mengembangkan dunia
industri boga di Indonesia.
Busana Butik
Tak kalah dengan jurusan-jurusan lain, Jurusan Busana Butik
di SMK Negeri 27 Jakarta pun menyediakan banyak peluang kerja bagi para
siswanya setelah lulus. Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah demi
menunjang pembelajaran telah sangat memadai. Untuk kegiatan prakerin pun
sekolah telah bekerja sama dengan unit-unit usaha yang telah memiliki nama
besar, misalnya Butik Dhani Dahlan,
Ida Leman Collection, Dandy Burhan, Stella Fashion & Bridal, dan
sebagainya.
Cepat Diserap Pihak Industri
Jurusan-jurusan
tersebut di atas telah menyiapkan anak-anak SMK Negeri 27 Jakarta untuk
memiliki kompetensi khusus dengan tujuan untuk mempersiapkan mereka terjun ke
dunia kerja. Demi membantu memudahkan anak-anak dalam mencari kerja, biasanya
sekolah memiliki agenda untuk mengadakan Job Fair, yang biasanya dilaksanakan
setelah ujian kelulusan, menjelang penantian hasil ujian. Sejauh ini, banyak
sekali unit usaha maupun institusi yang berbondong-bondong ingin mengikuti Job
Fair yang diadakan oleh SMK Negeri 27 Jakarta.
Berdasarkan
laporan dari BKK (Bursa Kerja Khusus), sekitar 70 – 80% anak di SMK Negeri 27
Jakarta sudah diserap oleh industri. “Jadi, kalau untuk tujuan SMK, sudah tercapai lah, karena
sudah lebih dari 50%,” kata Nuryati. Kesuksesan sekolah dalam menyalurkan
maupun mempersiapkan anak-anak yang siap kerja menurut Nuryati tak lepas dari
upaya sekolah dalam menjalin kerja sama dengan para dunia industri.
Sejauh ini, terdapat lebih dari 100 dudi yang telah menjalin
kerja sama dengan SMK Negeri 27 Jakarta. “Bentuk kerjasamanya biasanya
simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Kami selalu membuat MoU terlebih
dahulu, sehingga anak-anak kita jelas seperti apa di sana, diberikan materi apa
selama prakerin, sehingga tidak keluar dari kurikulum yang ada di sekolah.
Kadang mereka juga mengundang kita ke sana untuk memberikan gambaran apa saja
yang akan dikerjakan anak disana, di hotel, butik, salon, dsb,” kata Nuryati.
Meski demikian, bentuk kerja sama tersebut tak hanya sebatas
program pakerin, rekruitment, atau asesor uji kompetensi saja, melainkan juga
upaya kerja sama untuk memvalidasi kurikulum yang ada di sekolah sehingga apa
yang diajarkan di sekolah selalu sinkron dengan kebutuhan yang ada di industri.
SMK Negeri 27 Jakarta pun sempat pernah menjalin kerja sama
dalam hal pertukaran pelajar dengan sekolah di Thailand.
Dapat menjaring sekian banyak dunia usaha/industri untuk
diajak bekerja sama sekaligus terus menjaga hubungan baik berkelanjutan tentu bukan
pekerjaan mudah. Namun demikian, SMK Negeri 27 Jakarta memiliki kiat
tersendiri. Nuryati mengungkapkan bahwa sekolah harus terus berkomunikasi,
menjalin komunikasi, serta meluaskan jaringan. “Kita harus selalu aktif, tidak perlu
merasa malu untuk meminta bantuan dalam bentuk apapun,” katanya.
Keberhasilan SMK Negeri 27 Jakarta dalam membina hubungan
dengan dunia usaha/industri pun membawa keuntungan tersendiri bagi sekolah,
misalnya mendapatkan berbagai fasilitas dari CSR perusahaan. “Misalnya dari
Toyota, kami pernah mendapatkan perpustakaan terbuka. Dari Hotel Borobudur,
kami mendapatkan alat-alat kebersihan. Dari Universitas Bunda Mulia Jakarta
bahkan menawarkan bentuk bantuan apapun yang kami inginkan. Kalau jaringan kami
tidak bagus, itu tidak akan terjadi. Oleh karena itu, kita harus menjalin
komunikasi yang baik dengan industri atau instansi lain yang terkait dengan proses
belajar mengajar, sehingga kami terbantu dari mana-mana. Kami harus terus
menjalin komunikasi dan aktif mencari informasi. Walau mereka sedang tidak
membutuhkan kita, kita tetap menjalin komunikasi supaya kita terus diingat oleh
mereka. Kalau kita tidak berbuat demikian, maka mereka juga akan melupakan
kita,” jelas Nuryati.
Sejauh ini, menurut Nuryati, nama besar SMK Negeri 27 Jakarta
bahkan telah dapat menjadi jaminan. Banyak perusahaan atau dunia industri tak
lagi berpikir atau menimbang-nimbang banyak kali untuk merekrut anak-anak
lulusan SMK Negeri 27 Jakarta atau menjalin kerja sama. Mereka telah percaya
sepenuhnya bahwa kualitas maupun output SMK Negeri 27 Jakarta pasti tak
diragukan.
Namun kepercayaan tersebut bukanlah sesuatu yang menurut Nuryati
mudah didapat. Sejauh ini, SMK Negeri 27 Jakarta telah berusaha seoptimal
mungkin untuk terus meningkatkan kualitas sekolah dengan mengembangkan potensi internal
sekolah terlebih dahulu. Antara lain terus memacu diri untuk selalu berprestasi
di tingkat apapun.
Selama ini, terbukti SMK Negeri 27 telah mendulang banyak
prestasi, mulai dari siswa, guru hingga sekolahnya. Mulai dari tingkat kota,
nasional, hingga internasional. Misalnya pada tahun 2015, salah satu siswa
berhasil mencapai tingkat internasional dan berlomba di Brazilia dalam ajang
World Skill Competition. Demikian pula dalam lomba Debat Bahasa Jerman Tingkat
Nasional pun pernah meraih juara I pada tahun 2015, dan lomba Debat Bahasa
Perancis Tingkat Nasional meraih juara III.
Sedangkan untuk prestasi sekolah, yang terbaru pada tahun
2015 SMK SMK Negeri 27 Jakarta berhasil menyabet juara III Lomba Sekolah Sehat
Tingkat Nasional. Dalam hal kepedulian lingkungan, SMK Negeri 27 Jakarta sangat
fokus dan terus mengembangkan diri untuk juga menjadi sekolah berwawasan
lingkungan. Upaya ini benar-benar tak sia-sia, karena kini SMK Negeri 27
Jakarta mulai merintis untuk dapat menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri, dimana
untuk memperoleh predikat tersebut, maka SMK Negeri 27 Jakarta harus membina 10 Sekolah Adiwiyata lain di
wilayahnya.
Para siswa SMK Negeri 27 Jakarta juga memiliki KLH (Kelompok
Lingkungan Hidup), dimana salah satu tugasnya adalah mengolah limbah. Dalam hal
ini, sekolah telah bekerja sama dengan Toyota Eco Youth dan Teens Go Green PT Jaya Ancol. Program
ini sangat bermanfaat untuk pendidikan lingkungan hidup bagi siswa dan limbah
yang ada di sekolah pun bisa dmanfaatkan dan didaur ulang.
Demi memperkuat bekal keahlian dan kompetensi anak, SMK
Negeri 27 Jakarta pun memberikan pembelajaran bahasa asing di luar Bahasa
Inggris. Bahasa asing yang dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah antara lain Bahasa
Jerman, Bahasa Perancis, dan Bahasa Mandarin,yang berfungsi sebagai muatan
lokal. Bahasa asing ini diberikan pada anak-anak sesuai paket keahliannya,di
mana di setiap jurusan memiliki 2 bahasa asing selain bahasa Inggris. Misalnya
di jurusan akomodasi perhotelan menggunakan Bahasa Jerman, sedangkan jurusan
Tata Boga mendapatkan Bahasa Perancis.
Berbagai pilihan bahasa ini didasari oleh kesadaran
pentingnya bahasa asing di era globalisasi, sehingga komunikasi menjadi kunci
kesuksesan. Nyatanya, banyak pula siswa SMK Negeri 27 Jakarta yang mendulang
prestasi melalui kemampuan bahasa asing. “Saya selalu memberikan motivasi
kepada anak-anak untuk berprestasi di bidang apapun karena itu bisa menjadi
jalan ke tingkat lebih tinggi lagi,” kata Nuryati.
Budaya Santun,
Disiplin, dan Religius
Prestasi dan pamor SMK Negeri 27 Jakarta sebenarnya tak hanya
soal prestasi akademik maupun skill saja, namun juga dalam hal budaya karakter
warga sekolahnya. Sejauh ini, siswa SMK Negeri 27 Jakarta dikenal berkarakter
santun, disiplin, dan religius. Hal ini tak lepas dari sistem aturan yang telah
dibuat dan disepakati bersama di sekolah, serta harus dipatuhi semua pihak.
Semuanya telah tertata dengan rapi.
Di SMK Negeri 27 Jakarta, pembelajaran berlangsung selama 5
hari saja. Anak-anak masuk sekolah di pagi hari pada pukul 06.30 wib. Biasanya,
beberapa guru piket, guru BK maupun kepala sekolah menyambut mereka dengan
senyum salam dan sapa – budaya santun yang selalu digalakkan di lingkungan sekolah.
“Kalau saya melihat ada anak yang terlambat dan kebetulan ia diantar oleh
orangtuanya, saya bahkan tak segan untuk menegur orangtuanya. Jadi bukan hanya
anaknya, orang tua pun juga harus tahu aturan kedisiplinan sekolah,” kata
Nuryati. Di setiap hari Senin, anak-anak diwajibkan untuk mengikuti upacara
bendera.
Pada jam masuk kelas, rutinitas yang biasa dilakukan para
siswa di SMK Negeri 27 Jakarta adalah melakukan tadarus (membaca Alquran)
selama 15 menit sebelum memulai pelajaran. Tadarus ini dipimpin oleh guru yang
mengajar pada jam pelajaran pertama. Bagi yang nonmuslim, sekolah telah
menyediakan tempat tersendiri untuk berdoa maupun melakukan kebaktian. Sekolah
juga menyediakan guru agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan.
Di hari Jumat, para siswa wajib mengikuti shalat Jumat
berjamaah di masjid sekolah. Yang unik di sekolah ini, khotib (penceramah)
shalat Jumat, biasanya berbeda-beda, berasal dari sekolah-sekolah lain di
sekitar secara bergiliran. Sedangkan untuk shalat dhuha dipimpin oleh guru
agama di masing-masing kelas. Ada tiga guru agama Islam yang mengajar di SMK
Negeri 27 Jakarta.
Nilai kedisiplinan di SMK Negeri 27 Jakarta amat dijunjung
tinggi, terlebih menyadari bahwa sebagai sekolah yang telah meraih predikat
terbaik, maka harus seoptimal mungkin mempertahankannya. Semua warga sekolah;
guru, tenaga kependidikan, maupun siswa, wajib menjunjung tinggi kedisiplinan.
Jika terjadi pelanggaran atau kelalaian, sekolah pun tak segan memberikan
konsekuensi yang tegas. Meski demikian, SMK Negeri 27 Jakarta tak lagi pernah
menerapkan hukuman fisik kepada siswa-siswanya. Jikapun terjadi pelanggaran
atau kelalaian, sanksi yang diberikan umumnya adalah sanksi yang bernilai
mendidik; misalnya membersihkan suatu ruangan, mengambil sampah, dan sebagainya.
Bahkan ketika kegiatan MOS berlangsung, sekolah selalu
memberikan kegiatan-kegiatan yang positif bagi siswa, berkaitan dengan
membangun karakter siswa. “Kadangkala kami juga melibatkan kepolisian sebagai
narasumber untuk memberi pengetahuan dan pemahaman pada anak mengenai misalnya
bahaya narkoba, tawuran, dan sebagainya. Untunglah sejauh ini, anak-anak SMK
Negeri 27 Jakarta tak pernah terlibat tawuran,” kata Isduki, salah satu guru di
SMK Negeri 27 Jakarta.
Sejauh ini, SMK Negeri 27 Jakarta selalu memberikan
kegiatan-kegiatan positif bagi warga sekolahnya – selain membekali siswa dengan
skill kompetensi yang profesional. Beragam kegiatan diadakan untuk menguatkan
nilai-nilai karakter budi pekerti maupun sisi religius. Misalnya merayakan
hari-hari besar agama maupun hari besar nasional, mengadakan pesantren kilat,
training motivasi, outbond, pelaksanaan idul qurban, dan sebagainya. Ada pula
kegiatan ASINAN yang selalu dinanti-nanti para siswa, yakni Ajang Kreasi
Bulanan. Di setiap ajang ini berlangsung, secara simultan ditampilkan berbagai
kreativitas siswa seperti teater, modern dance, tari daerah, hingga final 27
Idol.
Sedangkan dalam kegiatan rutin di sekolah, para siswa berhak
untuk mengikuti beberapa pilihan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan minat
dan bakat mereka. Ada sekitar 13 kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan
keagamaan yang dapat dipilih siswa, antara lain drumband, paskibra, pencak
silat, basket, futsal, tari betawi, modern dance, seni musik gambang kromong,
seni musik band, rohis, rokris, hingga OSIS. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler
pun berhasil membina siswa-siswa untuk meraih prestasi melalui bakat dan minat
mereka. Kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya dilakukan selepas jam belajar
sekolah, pada sore hari. Tak pelak, sekolah selalu ramai oleh siswa meski jam
pelajaran sudah berakhir. Bahkan banyak siswa yang merasa lebih betah berada di
sekolah.
Dalam menghadapi persiapan Ujian Nasional, sekolah pun
memiliki kiat dan strategi tersendiri untuk menyiapkan anak-anak didiknya
supaya memperoleh hasil yang diharapkan. Sebelum UN berlangsung, sekolah
memberikan penguatan pada pelajaran-pelajaran yang akan di-UN-kan. Biasanya,
pada hari Sabtu, khusus untuk siswa kelas XII akan menerima jam tambahan untuk
pendalaman materi pelajaran yang akan diujikan, yang biasanya dimulai menjelang
bulan Oktober hingga hari pelaksanaan UN. Kendati demikian, sekolah selalu
memberikan surat edaran terlebih dahulu kepada orangtua siswa mengenai hal ini.
Sejauh ini, pelaksanaan Ujian Nasional di SMK Negeri 27
Jakarta berlangsung dengan baik. Nilai yang diperoleh anak-anak pun tak
mengecewakan, meskipun mereka diliputi oleh berbagai kesibukan untuk
mempersiapkan masa depan mereka. SMK Negeri 27 Jakarta terbukti dapat dengan
baik mengantar masa depan siswa dengan bekal profesionalisme dan kualitas
tinggi untuk memasuki fase berikutnya. ***
Penerbitnya siapa dan kapan tahun terbitnya ya.
ReplyDeletePenerbitnya siapa dan kapan tahun terbitnya ya.
ReplyDeleteMohon info jika kami ingin melakukan open recruitmen di SMKN 27 Jakarta. Karena kami menghubungi via telepon di no. 021- 3845739 tidak ada yang menerima. Terima kasih atas perhatiannya.
ReplyDeleteMHN SPESIFIK DATA BKK SMK 27 LIMA TAHUN TERAKHIR SEJAK 2012 S/D 2017 PADA TIAP KEAHLIAN AGAR LEBIH NAMPAK PERKEMBANGANNYA
ReplyDeleteNem terendahnya brp klo mau msk ke SMK 27
ReplyDeletetergantung pada jurusan masing-masing. Tahun ini saya baru masuk smkn 27 pada jurusan UPW, di angkatan saya nem paling rendah yaitu 28 dgn rata-rata nilai 7, selain itu, jurusan UPW banyak peminatnya tetapi hanya menerima 72 siswa (untuk 2 kelas) tiap tahun nya.
DeleteNilai rata-rata nya 6 apakah bisa masuk sini ?
ReplyDeleteSy terkesan banget dengan SMKN 27 terutama jurusan TKKR nya....boleh kami dr SMK Taman Sakti kAkarta Barat berkunjung ke SMK N 27 Untuk study banding.
ReplyDelete