SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta : Kembangkan Karakter Berbasis Syariah


Tak mudah menjadi sekolah pecahan dari sekolah besar yang kredibilitasnya telah menjadi jaminan untuk masyarakat. Mendirikan dan mengembangkan SD Muhammadiyah Program Khusus, Kotabarat, Solo, Jawa Tengah telah mengorbankan perjuangan dan kerja keras yang luar biasa. Namun SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) ternyata mampu membuktikan diri sebagai sekolah yang dapat bersaing serta mampu mengembangkan sistem pendidikan yang mendidikan siswa-siswanya menjadi lebih baik dan sesuai harapan. Pencapaian tersebut, terbukti bukanlah angan-angan.

Meski demikian, sejarah yang diukir tak melulu mulus, melainkan penuh dengan perjuangan, tekad, kerja keras, dan keyakinan. Sosok-sosok yang merintis kelahiran SD Muhammadiyah PK antara lain Muhtadi (Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan saat itu), Moch. Sholeh Y.A.Ichrom, Ph.D. (pakar pendidikan UNS), Drs. Ahmad Dahlan Rais, M. Hum., dan Tridjono (ketua dan sekretaris Majelis Dikdasmen Solo).

Kisahnya diawali oleh Muhtadi, kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan yang mengalami kegelisahan setelah dua periode kepemimpinannya. Usahanya untuk menjadikan SD Muhammadiyah 1 Ketelan sebagai sekolah unggul tidak berjalan mulus. Cukup banyak rintangan yang menghambat gerak laju pembaruan. Rintangan yang paling besar adalah sikap kemapanan sehingga sangat sulit untuk merubah sikap itu, ditambah banyaknya guru-guru yang seusia dengannya. Dalam situasi demikian, muncul gagasan untuk merintis sekolah baru yang lahir dari rahim SD Muhammadiyah 1 Ketelan. Gagasan itu terus digulirkan di kalangan warga sekolah, pimpinan dan tokoh Muhammadiyah, pakar pendidikan, dan komunitas pendidikan di Surakarta. Awal tahun 2000-an gagasan itu telah mengkristal, dan langkah awal yang dilakukan adalah mengirim calon guru untuk mengikuti kursus pendidikan di Yogyakarta selama 4 bulan. Pada tahun ajaran 2000/2001 SD Muhammadiyah PK mulai membuka pendaftaran siswa baru. Meski demikian, gedung SD Muhammadiyah PK pada saat itu masih berada satu atap dengan SD Muhammadiyah 1 Ketelan.

Tahun 2002, Muhtadi menapaki masa pensiun, sehingga ia pun digantikan oleh Muji Rahayu, yang sebelumnya adalah guru di SD Muhammadiyah 2 Kauman. Di saat yang bersamaan, di Kottabarat muncul prakarsa merintis sekolah unggul yang dipelopori oleh Drs. Marpuji Ali (Ketua Takmir Masjid Kottabarat) dengan cara membangun gedung sekolah terlebih dahulu. Sebenarnya, di di Kottabarat sudah ada SD Muhammadiyah 9 Surakarta yang berdiri tahun 1968, tetapi perkembangan sekolah ini tak memuaskan. Meskipun termasuk sekolah tua di Kota Solo, muridnya semakin menyusut dan animo masyarakat untuk bersekolah di sini menurun drastis. Melihat kondisi demikian, Takmir Masjid Kottabarat mengambil prakarsa untuk mentransformasikan SD Muhammadiyah 9 menjadi sekolah unggul, bermutu, dan berdaya saing.

Hingga pada tahun 2002, akhirnya terjadilah kesepakatan antara Takmir Masjid Kottabarat dengan Majelis Dikdasmen PDM Surakarta bahwa SD Muhammadiyah PK yang berada di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, pada awal tahun ajaran baru 2003/2004 berpindah tempat di  gedung baru di Kottabarat, tepatnya di Jalan Dr. Moewardi No. 24 Surakarta.

Sebagai sekolah yang berupaya untuk mandiri dengan manajemen yang mandiri pula, tentu diperlukan perangkat-perangkat untuk menjalankannya. Salah satunya adalah unsur kepala sekolah. Pada saat itu, Marpuji Ali sempat memberikan tawaran kesempatan kepada Dr. Muhammad Ali, M.Pd. untuk mengikuti tes sebagai kepala SD Muhammadiyah PK. “Pada tahun 2001 saya baru lulus S-2 dan mengajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bersama Pak Marpudji. Beliau memberikan tawaran pada saya untuk mengelola SD Muhammadiyah PK dan saya pun menyanggupinya meskipun saya tidak pernah menjadi guru SD. Saya bilang sanggup, dan saya pun ikut seleksi. Alhamdulillah saya lulus,” kenang Ali.


Di bawah kepemimpinan Muhammad Ali beserta lima guru yang bertahan, perpindahan SD Muhammadiyah PK ke Kottabarat pun terlaksana. Meski demikian, kepindahan tersebut pun tak semulus harapan. Ada sekitar 10 anak yang sudah merasa betah dengan suasana di Ketelan sehingga tidak mau ikut pindah ke Kottabarat. Situasi awal di Kottabarat benar-benar penuh tantangan dan ketidakpercayaan orang tua terhadap sekolah memuncak. Ancaman eksodus besar-besaran berkali-kali dilontarkan. Pasalnya, SD Muhammadiyah 1 Ketelan termasuk sekolah terbaik. Begitu banyak tokoh yang lahir dari rahim sekolah ini, antara lain Amien Rais dan Siti Fadilah Supari. Anggapan masyarakat, SD Muhammadiyah 1 Ketelan sudah memiliki nama besar, sedangkan SD Muhammadiyah PK di Kottabarat nyaris belum terdengar namanya. “Yang pindah ke Kottabarat adalah kelas 1, kelas 2, kelas 3, dan kelas 4, karena banyak yang tidak mau pindah. Orangtua khawatir kalau pindah ke sini gedungnya belum lengkap, kualitasnya tidak sama dengan SD Muhammadiyah 1 Ketelan karena gurunya muda-muda, sehingga takut dijadikan kelinci percobaan,” kata Ali.

Tim perintis SD Muhammadiyah PK pun menyadari bahwa meyakinkan masyakarat sama sekali bukan pekerjaan mudah. Satu-satunya cara untuk merebut hati masyarakat adalah dengan membuktikan bahwa SD Muhammadiyah PK dapat menjadi sekolah terbaik yang diharapkan masyakat. Bahkan Ali sendiri pun mengatakan bahwa ia akan mengundurkan diri jika SD Muhammadiyah PK  tak menjadi seperti yang diharapkan. “Bersama 5 orang guru yang bersama saya, kami berkomitmen tidak akan keluar dari SD Muhammadiyah PK sebelum 1 tahun ajaran.

Kurikulum Syariah
Upaya-upaya yang dilakukan SD Muhammadiyah PK adalah menyiapkan konsep dan rencana yang matang untuk membesarkan sekolah hingga menjadi lebih maju, tak kalah dengan SD Muhammadiyah 1 Ketelan. Ada tiga usaha rintisan pembaruan yang dilakukan. Pertama, mendidik dan menumbuhkembangkan anak sesuai dengan potensi yang dimiliki. Caranya, dengan membatasi jumlah anak tiap kelas (30 anak) dan menyediakan 2 guru untuk setiap kelasnya. Kedua, membuka jendela pengetahuan anak dengan pengalaman konkret melalui program PPL (Praktek Pembelajan Lapangan). Dengan PPL, konsep tentang bank, pasar, binatang, dan lain-lain benar-benar konkret dan bisa dialami langsung oleh anak. Ketiga, mendidikkan pembiasaan baik kepada anak-anak sejak dini dalam aspek ibadah dan akhlak. 

Berkat kerja keras dan sikap pantang menyerah yang luar biasa, misi SD Muhammadiyah PK benar-benar tercapai. Saat meluluskan angkatan pertama, SD Muhammadiyah PK meraih nilai rata-rata ujian nomor dua terbaik se-kota Solo. Orang-orang terkejut semua. Namun sejak itu, lambat laun kepercayaan masyarakat mulai tumbuh,” kata Ali. 

Salah satu kunci kesuksesan SD Muhammadiyah PK adalah tak segan untuk terus berinovasi dalam mengembangkan pendidikan. Salah satu karya unggulan SD Muhammadiyah PK antara lain Kurikulum Sekolah Syariah, Buku Teks Sains Syariah 1, dan terbentuknya PRPIKS (Pusat Riset Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Syariah). PRPIKS ini diluncurkan pada 10 Februari 2007. PRPIKS dirancang untuk meneruskan pengembangan riset pendidikan. Sebelumnya, pusat riset pendidikan selalu berada di perguruan tinggi. Namun PRPIKS ini berada di sekolah, yang juga bekerja sama dengan perguruan tinggi. “Diharapkan, PRPIKS akan menjadi embrio bagi model pengembangan pusat riset di sekolah di masa datang untuk meningkatkan kualitas pengembangan dan implementasi Kurikulum Syariah dalam rangka mendapatkan harmoni penjelasan tentang alam semesta sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah SWT secara lebih komprehensif dan rinci, baik melalui pendekatan qauliyah maupun kauniyah,” jelas Ali.

Satu hal yang signifikan dari PRPIKS ini menurut Ali adalah karena PRPIKS ini mendahului zamannya. “Sebelum orang bicara KTSP, SD Muhammadiyah PK telah memiliki identitas kurikulum tersendiri. Dan, ketika SD lain belum bermimpi tentang lembaga riset, SD Muhammadiyah PK sudah mendayagunakan seoptimal mungkin untuk memajukan sekolah,” ungkapnya.

Dari waktu ke waktu, keberadaan SD Muhammadiyah PK Surakarta semakin kokoh. Sistem pendidikan dan budaya sekolah semakin mantap. Stakeholder dan komunitas pendidikan pun mulai melirik perkembangan Sekolah. Hal ini tampak dari jumlah pendaftar siswa baru yang semakin tahun terus bertambah, dan animo masyarakat pendidik yang berkunjung ke Sekolah. Meski demikian, Nur Salam, S.Fil.i., Kepala SD Muhammadiyah PK mengatakan bahwa tantangan di era sekarang sangat berat, yakni mempertahankan apa yang telah diraih. “Secara akademis, kita sudah memiliki prestasi yang cukup baik. Secara ke dalam, kita harus terus instrospeksi, menemukan inovasi-inovasi dan kreativitas untuk menjadi lebih baik lagi,” kata pria yang baru diangkat menjadi kepala sekolah pada tahun 2013 ini.

Sekolah yang berdiri di tanah seluas 3.500 m2 ini memang telah menjadi salah satu sekolah favorit di Kota Solo. Tiap tahun ajaran baru, para pendaftar selalu membludak, namun daya tampung sekolah yang terbatas memaksa Sekolah harus melakukan seleksi pada calon siswa-siswa baru. “Kuota untuk kelas 1 hanya 90 siswa, tetapi yang mendaftar hingga mencapai sekitar 130-an anak. Kami hanya membuka pendaftaran selama kurang lebih satu bulan, mengikuti ketentuan dari Pemerintah Kota Surakarta. Kemudian akan ada seleksi anak melalui beberapa observasi. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam seleksi antara lain usia anak, tingkat kematangannya, atau seberapa banyak hafalan doa-doanya. Ada pula tes psikologi. Selain itu, orangtuanya pun kami wawancara untuk lebih menggali informasi tentang anaknya,” jelas Nur Salam.

Pada tahun ajaran 2015/2016, jumlah siswa telah mencapai 385 anak, dengan 13 rombongan belajar. Kelas 2 hingga kelas 6 memiliki masing-masing 2 kelas pararel, hanya kelas 1 yang memiliki 3 kelas pararel. Umumya, tiap-tiap kelas diisi oleh tak lebih dari 30 siswa. Pembelajaran di SD Muhammadiyah PK berlangsung dari hari Senin hingga hari Sabtu, pukul 06.30 wib – 14.30 wib. Hari Sabtu dikhususkan hanya untuk pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler.

Saat ini, terdapat sekitar 16 kegiatan ekstra kurikuler yang ada di SD Muhammadiyah PK untuk menyalurkan minat dan bakat anak. “Di sini ekskul yang menyesuaikan minat anak-anak. Jadi bukan anak-anak yang memilih ekskul. Kami melihat apa saja minat dan potensi anak, kemudian baru kami buat ekskulnya. Misalnya, kami membuat ekskul robotic karena banyak anak yang memiliki minat dan potensi di bidang robotic. Pemetaan potensi anak ini dilakukan sejak kelas 1 dan 2,” tutur Salam.
Sebagai sekolah yang berbasis keagamaan Islam, nilai-nilai yang islami tercermin dalam setiap budaya sekolah maupun pembelajaran di SD Muhammadiyah PK. Sejak siswa datang ke Sekolah, budaya sekolah senantiasa dilaksanakan dengan tujuan untuk mengarahkan karakter siswa menjadi insan yang lebih baik. Misalnya budaya senyum salam sapa, budaya makan sesuai dengan ajaran Islam yakni berdoa, duduk di kursi dan makan dengan tangan kanan, menjaga kebersihan, hormat pada guru, berdoa sebelum memulai dan menyudahi pelajaran, dan sebagainya.

Di SD Muhammadiyah PK, menurut Salam, para siswa umumnya cukup kritis. Peraturan-peraturan yang ada di sekolah dibuat oleh siswa maupun guru melalui kesepakatan dan komitmen. Terlebih lagi, guru harus benar-benar mampu menjadi tauladan bagi siswa-siswanya, pun harus konsisten dengan segala aturan yang telah disepakati bersama para siswa. “Tantangan di sini, guru pun harus bisa konsisten dengan aturan-aturan yang telah disepakati bersama siswa karena anak-anak di sini sangat kritis. Misalnya, dalam penggunaan handphone. Jika guru dan siswa telah membuat kesepakatan untuk melarang penggunaan handphone di kelas, maka siswa maupun guru pun wajib mentaatinya,” kata Salam. Siswa memang harus dilibatkan dalam membuat aturan. Tujuannya, supaya mereka pun dapat memiliki tanggung jawab dengan aturan yang telah dibuatnya. “Jika ada siswa yang melanggar, guru tak perlu repot-repot mengingatkan karena bahwa di kalangan siswa sendiri mereka senantiasa saling mengingatkan, “ tambahnya.

Para siswa di SD Muhammadiyah PK pun diarahkan untuk menjadi insan yang senantiasa melestarikan Alquran. Umumnya, para siswa di SD Muhammadiyah PK termotivasi untuk menghafal Alquran secara mandiri. Tak heran jika ada siswa kelas 1 yang sudah hafal juz 30, ada siswa kelas 4 yang sudah hafal 6 juz, dan sebagainya. Tentu saja Sekolah pun memberikan apresiasi positif bagi para siswa yang berhasil dengan hafalannya.

Salah satu budaya positif lainnya yang dikembangkan di SD Muhammadiyah PK adalah membiasakan anak untuk berinfaq dan belajar berempati. Hasil dari infaq para siswa tersebut akan digunakan untuk kegiatan sosial yang juga melibatkan mereka. Biasanya, Sekolah memiliki program yang dilaksanakan tiap tahun untuk menyalurkan hasil infaq ke sekolah yang lebih membutuhkan. Para siswa diajak untuk mengunjungi sekolah tersebut dan menyalurkan hasil infaq mereka, supaya rasa empati mereka semakin terasah.

Sebagai sekolah yang menerapkan sistem full day school, fasilitas yang disediakan antara lain makan siang siswa maupun snacknya. Katering siswa tersebut dikelola pula oleh pihak Sekolah. Tak hanya untuk SD Muhammadiyah PK, namun juga untuk tingkatan TK, SMP, maupun SMAnya. “Dalam satu hari, dapur sekolah melayani sekitar 600 anak, dari TK, SD, SMP dan SMA. Kami selalu menghimbau siswa untuk tidak jajan karena seringkali jajanan di luar itu tidak sehat,” kata Salam.  Salah satu pembelajaran karakter dari sesi makan ini antara lain sikap makan yang baik sesuai adab islami dan sikap mandiri serta bertanggung jawab. Setelah makan, siswa-siswa diwajibkan untuk mencuci piring mereka sendiri-sendiri.


Keistimewaan lain di SD Muhammadiyah PK adalah, masing-masing kelas pun memiliki kebebasan untuk membuat program kegiatan. Program-program kegiatan tersebut bisa berbeda-beda antara satu kelas dengan kelas lainnnya. Misalnya, kelas 1 membuat program outing class, kelas 4 bisa membuat program yang berbeda lainnya. Salah satu program yang kerap diselenggarakan adalah program PPL (Praktek Pembelajan Lapangan), yang dikelola oleh Sekolah. Siswa diajak langsung terjun atau mengunjungi atau mengamati objek pembelajaran supaya siswa semakin memahami nilai esensi dari apa yang dipelajarinya. Misalnya dengan mengunjungi bank ia akan belajar mengenai keuangan. Dengan mengunjungi pasar ia akan banyak belajar tentang jual beli. Dengan mengunjungi kebun binatang ia akan belajar tentang hewan-hewan, dan sebagainya. Pembelajaran yang benar-benar konkret dan bisa dialami langsung oleh anak ini disadari justru lebih mudah dipahami oleh anak. Selain itu, ternyata anak pun lebih menyukainya.

Ada pula kegiatan Home Visit, dimana guru mengunjungi rumah siswa dan bertemu dengan orangtua maupun keluarganya. Untuk siswa kelas 1, kegiatan Home Visit ini bersifat wajib. Sedangkan untuk kelas-kelas lainnya, kegiatan Home Visit disesuaikan dengan kebutuhan. Umumnya, para orangtua sangat antusias dengan kegiatan Home Visit karena acapkali bagi orangtua yang terlampau sibuk dengan pekerjaan, hanya pada sesi Home Visit lah mereka memiliki kesempatan untuk bertemu dan berkonsultasi panjang lebar dengan guru anaknya dengan lebih rileks. Aura kekeluargaan pun kerap terjalin. “Kegiatan Home Visit ini sangat efektif, karena guru dapat memperoleh lebih banyak informasi mengenai siswa dan melihat sendiri kondisi lingkungan keluarga siswa. Bahkan seringkali guru menemukan informasi-informasi yang tak terduga mengenai siswa. Misalnya, ada anak yang jika di sekolah sangat rajin, tapi di rumah sangat manja, atau sebaliknya,” kata Salam.

Saat ini, pembelajaran di SD Muhammadiyah PK telah menggunakan Kurikulum 2013. Metode-metode pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum senantiasa dikaji dan dikembangkan oleh guru dan tim pengembang Sekolah. Tim Pengembang Sekolah di sini bertugas untuk membantu mengembangkan SD Muhammadiyah PK menjadi semakin maju dan berkualitas. Perlunya tim pengembang ini adalah untuk menjaga harmonisasi dan keseimbangan demi terciptanya iklim yang senantiasa kondusif di lingkungan SD Muhammadiyah PK. Tim pengembang juga diharapkan dapat membuat strategi-strategi pembelajaran yang lebih baik dan sesuai diterapkan di SD Muhammadiyah PK. Basuki Haryono, salah seorang tim pengembang mengatakan, kadangkala pemahaman guru terhadap kurikulum masih terbatas, sehingga tim pengembang pun harus membantu membuat strategi dalam melaksanakan kurikulum. “Kadang, kami harus melihat guru mengajar untuk melihat strateginya pas atau tidak. Nanti kami akan diskusikan dan mencari strategi-strategi yang lebih bagus untuk diterapkan dalam pembelajaran. Meski demikian, guru yang bagus itu harus memahami materi ajar dan memahami strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak,” terang Basuki.

Sejauh ini, menurut Basuki, Kurikulum 2013 sangat sesuai diterapkan dalam lingkungan pendidikan di Indonesia dewasa ini. SD Muhammadiyah PK sendiri telah menerapkan sistem pembelajaran serupa Kurikulum 2013, yakni dengan pendekatan scientific learning, sudah sejak lama. Oleh karena itu, ketika Kurikulum 2013 dicanangkan, sistem pembelajaran ini tak lagi asing bagi SD Muhammadiyah PK. “SD Muhammadiyah PK ini juga menjadi pilot project K13, bahkan menurut Balitbang adalah sekolah dengan penerapan K13 terbaik, karena sudah biasa dilakukan sejak tahun 2000. Sejak dulu, kami selalu menggunakan metode pembelajaran tematik meskipun pada saat itu masih menggunakan KTSP. Pembelajaran tematik ini sebenarnya lebih menguntungkan anak. Namun guru-guru di Indonesia masih belum terbiasa, sehingga sedikit mengalami kesulitan,” ujarnya. 

Sejauh ini, pembelajaran di SD Muhammadiyah PK berhasil dengan baik. Hal ini dibuktikan dari berbagai prestasi yang telah diraih, antara lain mendapat peringkat II UASBN Tingkat Kota Surakarta pada tahun ajaran 2014/2015, peringkat I UASBN tingkat Kota Surakarta tahun ajaran 2013/2014, peringkat I UASBN Tingkat Kota Surakarta tahun ajaran 2012/2013, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di samping itu, siswa-siswa di SD Muhammadiyah PK pun merasa sangat menikmati hari-hari mereka di sekolah tanpa ada tekanan atau tuntutan. Pembelajaran yang menyenangkan menjadi fokus utama dalam mendidik siswa-siswa di SD Muhammadiyah PK.

Amanda Trisya Aulia, siswi kelas 4 di SD Muhammadiyah PK mengaku sangat senang berada di sekolah. Selain dapat belajar, ia pun dapat bergaul dengan teman-teman maupun para guru yang senantiasa mendampingi dan selalu baik padanya. Sebagai siswi yang menyenangi pelajaran Matematika, ia pun dapat mengembangkan potensinya dengan bimbingan para guru. Terbukti ia dapat meraih beberapa prestasi gemilang, antara lain memperoleh medali perunggu dalam kejuaraan matematika junior dan juga mendapat juara I dalam lomba matematika. “Kalau mau ikut lomba, saya belajar matematika lebih banyak. Kalau di rumah, yang suka bantu kalau ada kesulitan pelajaran adalah ibu. Kalau di sekolah berangkat lebih pagi dan mendapat pelajaran tambahan di perpustakaan,” ujarnya, menanggapi persiapannya tiap menghadapi lomba.  Siswi yang mengikuti ekskul drama di sekolah ini bercita-cita suatu saat ingin menjadi desainer pakaian.

Sedangkan Fashal Alivio Susatyo, siswa kelas 5 di SD Muhammadiyah PK ini juga merasa senang bersekolah di SD Muhammadiyah PK. Siswa yang punya cita-cita ingin menjadi pilot ini merasa tak keberatan dengan berbagai peraturan sekolah yang diberlakukan. Misalnya, masuk sekolahpada pukul 06.30 wib. Putera dari pengusaha biro travel ini juga paling menyukai pelajaran matematika karena menurutnya pelajaran Matematika itu cukup seru. Saat ditanya guru favoritnya, ia langsung menyebut Us (panggilan siswa untuk Ustadz/Ustadzah) Nikmah. “Beliau sangat baik, sabar, dan kalau kami tidak mengerti, beliau tak keberatan untuk mengulangi dalam menerangkan hingga kami semua mengerti,” kata Vio, demikian ia akrab dipanggil.

Guru yang Berkualitas
Peran guru dalam pendidikan memang sangat penting. Oleh karena itu, diperlukan guru-guru yang memiliki kompetensi dan berkomitmen tinggi. Namun demikian, guru pun harus pula memiliki karakter yang baik karena sosok guru akan senantiasa menjadi teladan bagi siswa. Tenaga pengajar di SD Muhammadiyah PK pun demikian, diharuskan memiliki kualitas yang telah dipersyaratkan. Untuk menjadi guru di SD Muhammadiyah PK, menurut Nur Salam, calon guru harus lulus seleksi administrasi terlebih dulu, antara lain menguasai konten, metode pembelajaran, dan mengusai ilmu perkembangan anak. “Jika lulus, kemudian akan kami wawancara untuk mengetahui komitmennya. Kalau sudah diterima di sini, guru tidak boleh menjadi PNS. Boleh saja mau mendaftar PNS, tetapi harus memberi tahu dan mundur terlebih dahulu. Tes selanjutnya adalah tes micro teaching. Di micro teaching ini, kami juga melibatkan anak-anak. Nantinya, pendapat mereka mengenai cara mengajar calon guru tersebut juga akan menjadi bahan pertimbangan apakah calon guru tersebut diterima atau tidak,” jelas Salam. Setelah diterima, guru pun tak serta merta menjadi guru tetap, melainkan harus memasuki proses magang selama tiga bulan hingga enam bulan terlebih dahulu. “Jika dia dapat menyesuaikan diri di sini, dapat bersosialisasi dengan baik dan terutama tidak merokok, maka dia akan diangkat menjadi Guru Tidak Tetap,” tambahnya.

Saat ini, SD Muhammadiyah PK memiliki 28 orang guru dan 9 orang tenaga kependidikan, termasuk kepala sekolah. Dalam manajemen pengelolaan sekolah, motto yang digunakan SD Muhammadiyah PK adalah ‘guru melayani siswa, kepala sekolah melayani guru’. Dengan demikian, tugas kepala sekolah diantaranya adalah senantiasa memikirkan atau memastikan guru mendapatkan apa yang dibutuhkannya, terutama demi kelangsungan pembelajaran yang baik.

SD Muhammadiyah PK pun senantiasa mengakomodasi para tenaga pendidiknya untuk meningkatkan kompetensinya. Misalnya, guru wajib mengikuti kegiatan Pesantren Kader atau Baitul Arqam yang rutin dilaksanakan secara berjenjang. Kegiatan ini dikelola oleh organisasi Muhammadiyah. Untuk kegiatan peningkatan kompetensi guru yang diadakan di Sekolah, pada setiap hari Sabtu di minggu keempat, guru memiliki kesempatan untuk mengadakan pertemuan, diskusi, KKG, dan semacamnya. Format kegiatan ini disesuaikan dengan kebutuhan guru. “Kami juga mengikutkan guru dalam seminar-seminar, baik yang diadakan di tingkat Yayasan atau di luar Sekolah/Yayasan. Semua guru saya pastikan mendapat giliran untuk mengikutinya. Meski demikian, nantinya mereka juga harus membuat laporan pertanggungjawaban mengikuti kegiatan tersebut dan membagikan ilmunya pada rekan-rekan guru yang lain,” tutur Salam.

Dari sisi kualifikasi, rata-rata guru di SD Muhammadiyah PK telah mengantongi ijazah S-1 ataupun S-2. Guru-guru yang melanjutkan pendidikan ke PGSD pun cukup banyak, demi memenuhi kompetensi mereka sebagai guru sekolah dasar. Sekolah senantiasa mendukung para tenaga pendidiknya untuk meningkatkan kualifikasinya. Bahkan Nur Salam sendiri saat ini pun sedang menempuh jalur S-2 di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) jurusan Pendidikan Agama Islam.

Supaya guru senantiasa fokus pada pengembangan profesinya dan tidak terbebani oleh masalah-masalah lainnya, Sekolah pun menjamin hak-ak bagi guru terpenuhi dengan baik, misalnya penghargaan, apresiasi, hingga sisi kesejahteraan. Dalam hal apresiasi, Sekolah senantiasa memberikan penghargaan bagi tenaga pendidik atas setiap capaiannya. “Kami sudah memiliki aturan dalam memberikan penghargaan bagi guru. Misalnya  guru yang menulis di surat kabar akan berhak  1x gaji pokok, guru yang menghafal jus 30 Alquran akan mendapat 1x gaji pokok, guru yang hafal sampai 30 jus dalam Alquran akan mendapat 3x gaji pokok, guru yang membina anak berprestasi juga akan mendapatkan penghargaan, hingga guru yang membuat inovasi media pembelajaran pun kami berikan apresiasi,” kata Salam. Harapannya, dengan apresiasi tersebut, guru semakin terpacu untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas dirinya.

Muhammad Ali, yang juga adalah Tim Pengembang SD Muhammadiyah PK mengatakan bahwa hak dan kesejahteraan guru pun menjadi salah satu fokus yang menjadi perhatian Sekolah. “Kesehatan guru-guru sudah kami cover semua melalui asuransi. Kami juga berencana untuk meluncurkan program pensiun bagi guru,” profesor lulusan UMS ini. Ia juga menerangkan bahwa Sekolah tak hanya menangani manajemen pembelajaran, namun juga mengelola program Lazismu. Guru yang sudah mendapat gaji cukup dianjurkan untuk menyisihkan 2,5% gaji untuk Program Lazismu. Program Lazismu ini akan digunakan untuk membantu anak-anak yang tidak mampu, dan masalah-masalah lainnya di sekolah. Ada pula Program BTM (Baituttanwil Muhammadiyah) yang bergerak di bidang simpan pinjam, dan Program Properti, yang membantu guru untuk memiliki rumah sendiri. “Dua lembaga inilah yang nantinya akan menopang dana pensiun guru. Guru yang sudah mengajar 15 tahun kami berikan 15 juta, dan itu berupa deposito di BTM, ditambah dengan konversi 5% per tahun, sehingga ada penambahan 750 ribu per tahun. Pihak pimpinan, tim pengembang, dan komite berkomitmen bahwa guru yang sudah mendedikasikan pemikiran, waktu, biaya, dan penghidupan di sini akan berhak dengan kesejahteraan yang layak. Kami terus berimprovisasi untuk mengembangkan guru. Jadi, guru mengembangkan potensi anak seoptimal mungkin, pimpinan sekolah dan tim pengembang bekerja keras untuk memikirkan kesejahteraan guru hari ini dan di kemudian hari pasca pensiun,” jelasnya. 

Komitmen pada Tugas
Testa Nur Hardiono, S.Pd., salah satu guru di SD Muhammadiyah PK yang mengajar kelas 4 mengatakan bahwa sejauh ini ia merasa puas dengan upaya-upaya sekolah demi meningkatkan kompetensi, kualifikasi, hingga kesejahteraan guru. “Yang paling membuat saya terkesan di sini adalah sistem kekeluargaannya. Guru-guru di sini sangat peduli terhadap satu sama lain. Misalnya, jika saya kesusahan dalam mengajar, saya dapat berdiskusi dengan guru lain. Mereka sangat terbuka dan kami selalu berkomunikasi dengan tim,” katanya.

Selama mengajar di  SD Muhammadiyah PK sejak tahun 2012, Testa, demikian ia akrab disapa, hanya mengajar kelas 4. Tak heran jika ia sudah sangat mengenal karakter anak-anak yang duduk di bangku kelas 4. “Karakter anak kelas 4 itu agak kompleks karena mereka  perpindahan dari kelas rendah ke kelas tinggi. Tantangan kita adalah bagaimana mengkondisikan mereka tetap pada jalurnya. Kita juga mulai mengenalkan pada mereka adab pergaulan yang baik,” ujar pria lulusan UMS jurusan Pendidikan Matematika ini.

Dalam pembelajaran, Testa menggunakan Kurikulum 2013 dan ia mengaku sangat menikmati metode pembelajaran dengan menggunakan K13 tersebut. Ia juga mengatakan bahwa siswa-siswanya pun merasa sangat menikmati pembelajaran K13. “Di K13 ini materi-materinya juga simple dan banyak diskusinya. Anak-anak paling senang berdiskusi dan presentasi. Namun demikian, kita ajarkan juga pada anak bagaimana cara berdiskusi dan melakukan presentasi yang baik, atau ketika kerja kelompok. Kadang-kadang ada anak yang egonya tinggi, sehingga kita perlu memberinya pemahaman dan motivasi bagaimana harus bersikap yang baik dan menhargai yang lainnya,” jelasnya.

Sedangkan Wahyu Widodo, S.Ag., guru kelas 1 yang sudah mengajar di SD Muhammadiyah PK sejak tahun 2003 mengaku merasa betah dan senang mengajar di SD Muhammadiyah PK. Meskipun ia adalah guru laki-laki, namun kelihaiannya dalam mengelola kelas 1 patut diacungi jempol. Menurutnya, kiat dalam mengajar siswa kelas 1 adalah memahami tahap perkembangan mereka. Kelas 1 merupakan masa transisi anak dari TK yang penuh dengan aktivitas bermain, menuju SD yang mulai dikenalkan kewajiban untuk belajar. Menurutnya, tiga bulan pertama anak masuk ke kelas 1 adalah merupakan masa orientasi anak, sehingga guru wajib mengkondisikan anak dan kelas senyaman mungkin. “Saya biasanya suka bercerita. Saya memasukkan nilai-nilai di dalamnya. Tanpa terasa, anak-anak mendapatkan nilai-nilai itu tanpa merasa digurui. Meski demikian, saya harus senantiasa mencari cerita-cerita atau bahan ajar yang menarik supaya anak tertarik dan memiliki minat. Di kelas rendah, kalau tidak menarik ya tidak ngeh. Oleh karena itu, saya harus banyak membaca, banyak bereksperimen, dan lain-lain,” kata pria kelahiran Magelang, 21 april 1975 ini.

Ia juga menjelaskan bahwa di kelas rendah, diterapkan pula sistem penguatan karakter melalui tema nilai karakter. Program ini menurut Wahyu sangat mendukung pembelajaran tematik. “Misalnya, tema di bulan Januari adalah fokus, konsentrasi, memperhatikan. Maka setiap lima belas menit pertama guru selalu mengingatkan mereka dengan karakter tersebut, dan itu harus dilakukan terus menerus selama bulan tema tersebut,” katanya. Menurutnya, penanaman karakter seperti ini harus terus dilakukan secara konsisten melalui pembiasaan karena pengaruhnya nanti akan luar biasa. “Prosesnya memang lama, oleh karena itu, kita harus sabar,” tambahnya lagi. Di samping itu, guru pun harus senantiasa menjaga diri untuk menjadi teladan bagi siswa-siswanya.

Wahyu juga menambahkan bahwa salah satu faktor penting dalam pembelajaran di kelas rendah adalah menciptakan keadaan dimana guru tidak berjarak dengan siswa. “Saya pribadi menganggap mereka seperti akan saya sendiri. Kalau mereka sedih, saya juga sedih. Kalau saya bisa mengantarkan siswasaya untuk menghadapi tugas-tugas belajar, maka itu adalah sebuah kebahagiaan bagi saya,” kata ayah 4 anak ini.

Di samping itu, kedekatan guru dengan orangtua siswa pun tak kalah penting. Guru harus benar-benar dapat menjalin komunikasi yang intens dengan orangtua siswa dalam mengawal pendidikan siswa tersebut. “Menanamkan karakter pada anak juga membutuhkan kerjasama yang kesinambungan. Sesuatu yang sangat mustahil jika menginginkan anak memiliki karakter yang kuat jika sudah bagus di sekolah tapi tidak diimbangi dengan pembelajaran di rumah. Terlebih, orang dewasa di sekitar anak mempunyai pengaruh yang besar pada anak. Oleh karena itu, kami senantiasa mendorong orangtua untuk ikut aktif terlibat dalam proses pendidikan anak. Dan saya kira seluruh orangtua ingin anaknya menjadi lebih baik,” ujarnya.

POSSMA dan Komite Kelas
Dalam hal keterlibatan orangtua, hubungan antara Sekolah dengan orangtua siswa sejauh ini patut diacungi jempol. Di samping itu, SD Muhammadiyah PK pun memiliki organisasi tersendiri yang menghimpun dan mewakili para orangtua siswa. Selain Komite Perguruan yang terdiri dari pimpinan Yayasan, yakni Marpuji Ali, dan yang terlibat dalam kepengurusan perguruan, ada pula POSSMA, yakni Paguyuban Orangtua Siswa Seluruh Muhammadiyah Kottabarat.  POSSMA ini meliputi ketua POSSMA dan ketua komite TK, SD, SMP, dan SMA Muhammadiyah PK. Saat ini, ketua POSSMA dipegang oleh Ir. Rudi Setyo Hadi, yang sudah memasuki dua periode kepemimpinan. Tujuan POSSMA adalah untuk menjembatani apa yang menjadi kendala orangtua maupun guru, dan menjadi mediator bagi orangtua dan Sekolah.  “Yang menjadi fokus perhatian kami adalah bagaimana supaya Sekolah ini bisa terus berkembang, bagaimana ustad/ustadzahnya merasa nyaman, atau bagaimana bisa membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang masih dapat kami atasi sehingga tidak perlu sampai ke tingkat kepala sekolah,” jelas Rudi.

Beberapa kegiatan yang ditangani POSSMA antara lain wisuda siswa, perayaan milad perguruan, dan sebagainya. “Kami juga acapkali menyelenggarakan kegiatan-kegiatan parenting untuk orangtua maupun seminar untuk meningkatkan kompetensi guru,” kata Rudi lagi.

Selain POSSMA, ada pula Komite Kelas, yakni yang melingkupi masing-masing kelas di tiap-tiap jenjang di Sekolah. Erna Widayanti, SE., Ketua Komite Kelas 1 mengatakan bahwa tugas komite kelas adalah membantu kegiatan sekolah dan juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di luar akademik. Misalnya, kegiatan parenting yang diselenggarak setiap sekali setahun. “Dalam satu tahun, biasanya kegiatan parenting ini dilaksanakan sebanyak 3 hingga 4 kali. Intinya, kegiatan ini adalah dari orangtua untuk anak. Misalnya ada orangtua yang profesinya dokter, maka ia bisa memberikan seminar tentang kebersihan gigi. Atau anak-anak kita ajak outing atau cooking class, dan sebagainya,” jelasnya.

Selain itu, ada pula kegiatan parenting besar, yakni family gathering. Kegiatan ini terutama ditujukan untuk kelas 1, yakni mengumpulkan orangtua siswa untuk beraktivitas keluarga di suatu tempat. Tujuannya adalah supaya saling mengenal, baik antara orangtua dengan orangtua, maupun orangtua dengan anak. “Kegiatan ini sangat efektif, karena kami jadi lebih mengenal karakter orangtua.Kegiatan ini bersifat wajib diikuti bagi para orangtua kelas 1,” katanya lagi.

Kegiatan-kegiatan di SD Muhammadiyah PK memang cukup padat dan positif. Mulai dari kegiatan yang dikelola sekolah, hingga kegiatan-kegiatan yang dikelola POSSMA maupun Komite Kelas. Meski demikian, padatnya aktivitas tersebut justru sama sekali tak memberatkan orangtua. Bahkan sebagian besar orangtua sangat mendukung program-program tersebut. Dwi Yuliarini, SE., salah satu orangtua siswa, di antaranya. Ia mengaku merasa sangat puas dengan apa yang sudah ditawarkan di SD Muhammadiyah PK. “Sekolah ini adalah sekolah yang saya cari-cari untuk anak saya, karena sekolah ini tak hanya mengembangkan sisi akademik anak, namun juga karakter dan sisi religiusnya. Pendidikan akhlaknya baik, pendidikan akademisnya juga baik. Semua orang di sini juga sudah tahu bagaimana prestasi sekolah ini. Hubungan antara semua pihak juga sangat kekeluargaan. Misalnya dengan sesama orangtua, sekolah, ustad/ustadzahnya, semua sudah seperti  keluarga. Kalaupun ada masalah, kami selalu bisa menyampaikan segala hal dengan enak,” kata ibu yang puteranya duduk di bangku kelas 4 SD ini.

Saat ini, SD Muhammadiyah PK masih terus mengembangkan diri dan mempertahankan prestasi serta kepercayaan masyarakat. Meski demikian, ada pula misi lainnya yang ingin segera dilaksanakan, yakni pindah ke gedung baru di tempat yang lebih luas. Dengan semakin tingginya animo masyarakat terhadap SD Muhammadiyah PK, sejauh ini SD Muhammadiyah PK masih terbentur pada keterbatasan kuota. Oleh karena itu, dengan pindah ke tempat baru, diharapkan Sekolah dapat memberi kesempatan masyarakat Kota Solo dan sekitarnya lebih banyak untuk turut menikmati istimewanya pembelajaran dan pendidikan di SD Muhammadiyah PK. ***


Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SD Berkarakter, Majalah SD, Dikdas, Guru (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment