SD Negeri Indrasari 2 Martapura : Tetap Terbaik Meski Tak Lagi SBI


Salah satu yang istimewa di SD yang pernah memenangkan lomba Sekolah Berkarakter Tingkat Nasional Tahun 2014 ini adalah luas sekolahnya yang luar biasa. Tujuh hektar hanya untuk sebuah sekolah dasar. Fasilitas lengkap, ada empat buah laboratorium, lapangan sepak bola, hingga kolam renang. Yang membuat luar biasa adalah, sekolah ini adalah SD Negeri yang dibangun Pemerintah.

Bagi sebagian besar masyarakat di kecamatan Martapura, mereka lebih mengenal sekolah ini dengan sebutan SDBI, Sekolah Dasar Bertaraf Internasional, meski papan nama yang berdiri saat ini bertuliskan SDN Indrasari 2. Jika sejenak kita mengembalikan ingatan  ke tahun 2007, tentu masih ingat program Pemerintah tentang Sekolah Bertaraf Internasional atau Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional. Saat itu, Pemerintah sedang getol menyiapkan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Saat itu, Pemerintah membangun 22 SBI yang tersebar di wilayah-wilayah Indonesia sebagai pilot project. Tentu SBI ini sangat berbeda dengan sekolah negeri pada umumnya; baik dari sisi kualitasnya, sumber daya manusianya, hingga sarana prasarananya. Nah, SD yang terletak di Jalan Chandra Kirana, Desa Indrasari, Martapura ini termasuk salah satu di antara ke-22 SBI yang dibangun Pemerintah tersebut. Tak heran jika sejak pertama kali dibangun pada tahun 2007, sekolah yang kini menjadi SDN Indrasari 2 ini memiliki fasilitas yang ‘berbeda’ daripada sekolah lainnya.

Saat masih menjadi SBI, selain sarana dan prasarana yang dilengkapi secara istimewa, guru-gurunya pun diseleksi dengan sistem perekrutan yang amat ketat. Sistem seleksi ini melibatkan banyak elemen, termasuk guru dari tingkat SMA ataupun tingkat SMP yang mendapat tawaran untuk mengajar SDBI, tetap harus melewati seleksi ketat untuk benar-benar lolos.

Sayangnya, keberadaan SBI tak berlangsung lama. Sejak Pemerintah membubarkan proyek SBI, maka sekolah unggulan di Kecamatan Martapura ini pun tak lagi menjadi SBI, melainkan menjadi sekolah negeri seperti pada umumnya. Sebagian besar guru-gurunya pun kembali ke kesatuan masing-masing, meski ada beberapa guru yang tetap tinggal di sekolah.

Aminah, S.Pd., kepala SDN Indrasari 2 saat ini mengatakan bahwa meskipun sekolah yang dipimpinnya tak lagi SBI, namun sebenarnya tak banyak yang berubah dari sistem pembelajaran maupun kualitasnya. SDN Indrasari 2 ini tetap menjadi pilihan masyarakat dalam mempercayakan pendidikan anak-anaknya. Tak hanya dipercaya mampu mengembangkan kualitas akademik siswa, namun yang terpenting adalah juga mengembangkan dan menguatkan karakter siswa.

Bagi Aminah, menciptakan generasi yang berbudi pekerti luhur dan berakhlakul karimah adalah jauh lebih penting demi membangun generasi bangsa untuk masa depan. Bangsa yang hebat adalah bangsa dengan generasi yang memiliki karakter kuat. Oleh karena itu, ia menyadari bahwa pendidikan karakter di sekolah dasar adalah pondasi bagi anak sebelum ia melangkah lebih jauh.

Untuk membangun karakter, menurut Aminah bukanlah pekerjaan yang sekejab mata. Butuh waktu, komitmen, dan juga keterlibatan semua pihak. Pendidikan anak tak semata adalah tanggung jawab sekolah, namun juga menuntut peran aktif orangtua ataupun masyarakat. Di lingkungan sekolah sendiri, wanita kelahiran Gambut, 10 Juni 1968 ini  menggalakkan budaya sekolah yang wajib dilakukan oleh siswa-siswa SDN Indrasari 2. Melalui pembiasaan-pembiasaan, diharapkan budaya sekolah tersebut pun akan merasuk pada jiwa dan kesadaran anak untuk terus diterapkan di kehidupannya kelak.

Sebenarnya pelajaran pendidikan karakter itu dimulai sejak anak berangkat atau masuk sekolah, yakni pukul 08.00 wita. Lebih siang daripada sekolah pada umumnya karena sebagian besar siswa bertempat tinggal cukup jauh dari sekolah. Anak-anak diantar oleh para orangtua, sementara guru-guru menyambut riang dan ramah di depan pintu gerbang, menyapa orangtua, menyalami siswa. Kerap kali waktu-waktu seperti ini justru dimanfaatkan para guru maupun kepala sekolah sendiri untuk mengenal lebih jauh orangtua para siswa. “Kita tidak semata-mata memberi pembelajaran pada anak, namun juga ingin mengetahui latar belakang anak di keluarganya. Jika kami dapat berkomunikasi dengan orangtua siswa, maka hal itu lebih memudahkan kami dalam mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai si anak,” kata Aminah. Meski demikian, sekolah pun menyediakan fasilitas antar jemput bagi siswa. Sekolah telah memiliki sebuah kendaraan sekolah hasil dari pemerintah daerah, dan juga mobil-mobil penjemput yang telah diupayakan oleh komite sekolah. Ada tujuh mobil pengantar jemput yang telah siap sedia menjemput siswa dari rumah ke sekolah.

Kuatkan Landasan Agama
Di sekolah, anak dibiasakan untuk selalu berbaris sebelum memasuki kelas. Ada pula kegiatan membaca asmaul husna, kemudian beberapa wali kelas mengarahkan siswa untuk membaca Alquran atau surat-surat pendek, ada pula yang melaksanakan shalat dhuha berjamaah. “dalam hal pendidikan karakter ini, kami ingin menguatkan pondasi agama pada anak-anak. Agama adalah akar pondasi pembangunan karakter, dan terutama itu kami tekankan pada kelas rendah. Kami juga tidak membeda-bedakan agama, semua agama siswa kami perlakukan sama. Kami menanamkan keimanan supaya karakternya lebih bermakna,” jelas Aminah. Sebagian besar siswa di SDN Indrasari 2 memang beragama Islam, karena sebagian besar masyarakat Banjar memeluk agama Islam. Kendati demikian, ada pula siswa yang beragama Kristen, Hindu, dan Budha. Oleh karena itu, sekolah pun telah bekerjasama dengan pendeta maupun biksu untuk mengadakan pembimbingan bagi anak-anak yang membutuhkan.

Di samping itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar pun memiliki kebijakan muatan lokal, yakni dalam hal pengembangan pendidikan dan kegiatan keagamaan. Menurut H.Gusti Rustam Nur, M.M., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, Pemerintah Daerah memang mencanangkan muatan lokal di sekolah-sekolah di Kabupaten Banjar untuk memberi porsi lebih pada pendidikan karakter dan agama. “Saat ini, pendidikan sepertinya memang menjadi prioritas utama di Kabupaten Banjar. Pak bupati juga ingin pembelajaran agama lebih ditambah dan harus d2ntegrasikan dengan pelajaran umum, kesejahteraan pegawai ditingkatkan, termasuk guru-gruu di madrasah,” kata Kepala Dinas yang sudah menjabat sejak 4 tahun lalu ini.  

Ia juga mengatakan urgensi dari pendidikan karakter, karena imbas dari ketiadaan pendidikan karakter di sekolah benar-benar terasa sekali. “Dulu ada P4, Pendidkan Moral Pancasila, dan sebagainya, sekarang tidak ada. Ini membawa dampak yang luar biasa. Ditambah lagi anak-anak sekarang banyak terpengaruh oleh media sosial. Budi pekertinya menurun, karakter berbangsa dan bernegaranya juga lebih menurun. Mereka kurang peduli dengan bangsa sendiri,” katanya.


Rustam sangat menyambut baik upaya Pemerintah saat ini dalam mengutamakan adanya pendidikan karakter di sekolah, karena bagaimanapun, masa depan bangsa terletak pada generasi muda. Sedangkan sekolah adalah tempat untuk mencetak para generasi muda penerus bangsa, sehingga harus benar-benar mampu membimbing anak-anak menjadi pribadi yang berkarakter dan berjiwa nasionalis.

Di SDN Indrasari 2, Pendidikan karakter dan agama benar-benar sangat ditonjolkan melalui berbagai program kegiatan siswa. Kegiatan membaca Alquran menjadi salah satu kegiatan yang wajib dilakukan siswa. Anak-anak kelas 6 wajib mengkhatamkan Alquran. Namun di SDN Indrasari 2, siswa kelas 5 umumnya sudah mengkhatamkan Alquran, sehingga kelas 6 lebih fokus pada bacaan tartilnya. Siswa laki-laki pun disiapkan untuk dapat menjadi imam dalam shalat berjamaah. Bagi anak-anak yang telah mengkhatamkan Alquran, akan mendapat sertifikat yang ditandatangani oleh Bupati Banjar. Sedangkan untuk siswa kelas rendah pun diwajibkan untuk menghapal minimal 15 surah dalam Alquran.

Di hari Senin, semua warga sekolah pun wajib mengikuti upacara bendera demi menumbuhkan semangat nasionalisme. Jika biasanya anak masuk sekolah pada pukul 08.00 wita, namun pada hari Senin jam masuk sekolah menjadi lebih awal, yakni pada pukul 07.30 wita. Saat upacara berlangsung, ada pula sesi penerimaan hadiah bagi Bintang Kelas, yakni anak-anak yang dinilai paling baik selama kurun waktu satu bulan. Kriteria menjadi bintang kelas antara lain tidak membuat keonaran, tidak membuang sampah sembarangan, tidak pernah datang terlambat, perilakunya bagus, dan prestasi nilainya pun bagus atau meningkat. Nantinya, setiap tahun pun juga akan dipilih Bintang Kelas dalam satu tahun. Para penilai adalah wali kelas, guru bidang studi, kepala sekolah, bahkan hingga orangtua. Para Bintang Kelas akan menerima hadiah dari sekolah, disaksikan oleh siswa-siswa lainnya. “Sebenarnya nilai material hadiahnya tidak seberapa, tapi setidaknya anak-anak termotivasi karena adanya apresiasi dan penghargaan, dan ini memiliki efek yang luar biasa bagi anak. Tradisi ini sudah dilaksanakan sejak sekolah ini berdiri dan dipertahankan hingga sekarang,” kata Aminah. Selain itu, ia pun mengatakan bahwa ada pula menghargaan untuk guru terbaik maupun kelas terbaik, meski hanya memperoleh piagam penghargaan saja. Pemberian piagam penghargaan tersebut pun dilakukan di hadapan para orangtua siswa.

Untuk anak kelas 1 dan kelas 2, jam pulang sekolah adalah pukul 13.00 wib. Untuk siswa kelas 3, kelas 4, dan kelas 5, jam pulang sekolah adalah pukul 14.00 wib. Sedangkan untuk khusus anak kelas 6 baru pulang pada pukul 15.30 wib, lebih lambat daripada yang lainnya karena siswa kelas 6 pun mendapat tambahan jam pelajaran untuk persiapan menghadapi ujian nasional. Dikarenakan jam sekolah yang lebih lama, sekolah pun mengadakan jadwal makan siang bersama di ruang makan bersama dan juga shalat dhuhur berjamaah. Sekolah juga menyediakan catering sekolah sehingga siswa tidak perlu repot membawa bekal dari rumah. Siswa dan guru makan bersama-sama di ruang makan. Hal ini juga termasuk dalam pendidikan karakter, dimana guru dapat membimbing anak bagaimana tata cara makan yang baik, sekaligus memberi kesempatan pada siswa untuk saling bersosialisasi.

Menurut Aminah, pendidikan karakter harus diaplikasikan ke segala aspek kehidupan, tak sekadar di dalam kelas saja. “Saya menekankan akhlak dan keimanannya, memberi mereka pengertian bahwa mereka punya tanggung jawab, dan sekolah itu tidak hanya mengejar pengetahuan, tapi juga mengejar pembenahan moral dan akhlak. Saya selalu katakan pada anak-anak, ‘modal kamu dalam kehidupan itu dimulai dari sekarang dan kemauan untuk menjadi lebih baik itu harus dimulai dari sekarang,’” ujarnya.

Dilihat dari hasil pengamatan, menurut Aminah, siswa-siswa di SDN Indrasari 2 memiliki rasa empati dan kepedulian yang tinggi. Hal ini menjadikan Aminah merasa sangat bangga. “Misalnya, ketika melihat saya atau guru lain membersihkan got, anak-anak kelas 4, kelas 5, atau kelas 6 ikut membersihkan got tanpa perlu saya suruh. Ini merupakan suatu kebangggaan bagi saya. Mereka memiliki tanggung jawab dan juga rasa malu, selain prestasi,” kata Aminah.

Ramah Lingkungan
Jika dibanding dengan sekolah lainnya, luas SDN Indrasari 2 memang luar biasa. Sekolah dibangun di atas lahan seluas 7 hektar. Oleh karena itu, sarana dan prasarana pun cukup memadai. Misalnya, untuk ukuran sekolah dasar, SDN Indrasari 2 sudah cukup lengkap karena memiliki 4 laboratorium sekaligus, yakni laboratorium bahasa, laboratorium IPA, laboratorium keterampilan, dan laboratorium seni budaya. Sarana olahraga pun juga cukup lengkap, karena selain ada lapangan sepakbola, ada juga lapangan basket, hingga kolam renang. Sayangnya, beberapa sarana tersebut kini nampak mangkrak dikarenakan keterbatasan sumber daya. Selain itu, beberapa laboratorium pun dimanfaatkan untuk ruang kelas, karena justru SDN Indrasari 2 masih kekurangan ruang kelas. “Seharusnya kami masih membutuhkan tiga ruang kelas lagi, namun ini baru mendapat bantuan dari pemerintah satu ruang kelas baru,” kata Aminah. Penggunaan laboratorium pun masih dibatasi karena terbatasnya aliran listrik di sekolah.

Luasnya sekolah memang acapkali memiliki kendala tersendiri, terutama dari sisi perawatan. Sejauh ini, SDN Indrasari 2 telah memiliki empat tenaga kebersihan, namun itupun dirasa masih belum dapat mengantisipasi perawatan keseluruhan sekolah. Ibarat rumput tumbuh lebih cepat daripada tenaga kebersihannya. Oleh karena itu, Aminah tak henti-henti menghimbau seluruh warga sekolah untuk senantiasa menjaga lingkungan sekitar dan bahu membahu dalam merawatnya. Minimal menjaga lingkungan sekitar tetap bersih dan bebas sampah. Para siswa benar-benar dihimbau untuk tidak pernah membuang sampah sembarangan. Masing-masing kelas telah disediakan tempat sampah. Bahkan tak segan wanita yang menjadi kepala SDN Indrasari 2 sejak tahun 2013 ini menerapkan sanksi bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. “Saya katakan pada mereka bahwa jika membuang sampah sembarangan, akan didenda 500 rupiah. Tapi tentu saja saya tidak pernah melakukan hal itu. Meski demikian, adanya sanksi membuat anak merasa takut dan waspada untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Selain itu, Sekolah juga mendidik anak-anak untuk memiliki keberanian dalam menegur teman atau siapapun, meskipun lebih tua usianya,  yang membuang sampah sembarangan, dengan cara yang santun. Harapannya, hal ini juga dapat diterapkan di lingkungan mereka tinggal,” jelas Aminah. Menurutnya, memberi pemahaman pada siswa bahwa sekolah adalah milik bersama pun sangat penting untuk dilakukan.

Dalam rangka menanggulangi sampah, Sekolah memiliki sistem pengelolaan sampah yang tak hanya untuk tujuan pembelajaran, namun bahkan memiliki peluang yang ekonomis. Misalnya pembuatan pupuk kompos maupun gas metan. Warga sekolah mengumpulkan daun-daun kering yang ada di sekitar sekolah, yang kemudian diolah dengan mesin pencacah milik sekolah setelah dicampur dengan dedak dan kotoran hewan. Kompos ini, selain dimanfaatkan untuk taman sekolah, juga dijual ke sekolah-sekolah lain, keuntungan dari penjualan kompos ini dapat membantu meringankan biaya operasional dan perawatan lingkungan sekolah. Sedangkan untuk pembuatan gas metan masih terbatas untuk pembelajaran siswa saja.

Di samping itu, Sekolah juga membuat pembibitan bunga-bungaan yang nantinya dijual ke masyarakat umum. “Kami juga mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran, misalnya dengan IPA, sehingga anak juga terampil untuk mengimplementasikan pengetahuan tersebut,” kata Aminah.

Sekolah juga memberdayakan Bank Sampah, yakni dengan memisah-misahkan sampah dan mengumpulkannya, untuk kemudian dijual, dimana Sekolah telah bekerja sama dengan Bank Sampah Kabupaten dalam pengumpulannya. Menurut Aminah, umumnya tiap kelas mendapat penghasilan sekitar 15.000 rupiah per minggu, dan itu bisa membantu dalam pembiayaan kelas. “Bank sampah ini juga mendidik anak untuk berlatih wirausaha dan tidak menyia-nyiakan apapun yang ada di sekitar,” tuturnya.

Gunakan Kurikulum KTSP
Dalam hal pembelajaran, SDN Indrasari 2 saat ini masih menggunakan Kurikulum KTSP. Meski demikian, sekolah ini sebenarnya sudah cukup siap untuk menggunakan Kurikulum 2013. Bahkan untuk tahun 2016 ini telah diproyeksikan untuk menggunakan Kurikulum 2013. Menurut Aminah, meskipun menggunakan Kurikulum KTSP, namun dalam metode pembelajaran pun kerap menggunakan metode Kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan beberapa guru mengakui bahwa Kurikulum 2013 justru membuat anak memiliki kompetensi yang lebih meningkat karena mereka lebih memahami melalui praktek-praktek dalam pembelajaran yang kerap dilakukan. Seperti yang dikatakan Tuti Hartanti, S.Pd., salah satu guru di SDN Indrasari 2. “Kalau menurut saya, sebenarnya lebih enak menggunakan K13 karena konsepnya tematik, sehingga dalam satu tema memuat banyak pelajaran. Anak pun tidak dituntut untuk terlalu banyak menghapal. Anak juga sepertinya lebih kompeten jika menggunakan K13 karena anak-anak langsung praktek, merasakan pengalaman langsung dari pembelajaran,” katanya.

Dalam pembelajaran, Aminah pun menghimbau para guru untuk selalu memasukkan nilai-nilai agama dalam setiap pembelajaran. Menurutnya, cara ini pun dapat membuat karakter siswa menjadi lebih kuat. Dengan budi pekerti dan penanaman akhlak, siswa justru menjadi lebih memahami makna dari ilmu yang sedang dipelajarinya. Harapannya, siswa tak hanya cerdas dalam akademik, namun juga memiliki karakter yang hebat.

Sebagai sekolah unggulan, SDN Indrasari 2 senantiasa meningkatkan kualitas demi menjaga kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, Aminah pun tak segan membuat program dan kebijakan sekolah yang mengarah pada tujuan peningkatan kualitas. Asalkan kebijakan tersebut pun disampaikan secara terbuka pada komite maupun orangtua siswa, maka program-program tersebut pun dapat berjalan dengan baik dan lancar. Misalnya mengenai pemberian jam tambahan pelajaran; dibanding sekolah-sekolah lain di sekitar, siswa-siswa si SDN Indrasari 2 memang pulang lebih lambat, dikarenakan sebagian dari mereka mendapat tambahan jam pelajaran.

Bagi siswa kelas 1 dan 2, jam tambahan pelajaran diperlukan jika siswa tersebut dirasa perlu demi kelancaran pembelajaran sesuai dengan kurikulum. “Anak-anak juga dapat mengikuti jam tambahan pelajaran calistung. Masalahnya, kadangkala antara kebijakan dengan tuntutan kurikulum itu tidak sinkron. Siswa di taman kanak-kanak dilarang belajar calistung, namun ketika memasuki sekolah dasar, beban materi pelajaran terlalu padat, padahal tidak semua anak mampu mengikutinya. Di sinilah pentingnya jam tambahan pelajaran itu,” jelas Aminah.

Sedangkan untuk siswa kelas 6, jam pelajaran tambahan diperlukan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional atau ujian akhir. Tak jarang Sekolah pun hingga mendatangkan narasumber dari universitas atau pengawas sekolah yang memiliki kapasitas dan kompetensi di bidangnya untuk memberikan materi tambahan. “Kami juga bekerja sama dengan penerbit. Mereka memberikan draft soal-soal dan try out, media ajar, dan sebagainya kepada kami. Bahkan kami juga kadangkala memanfaatkan orangtua jika ada yang berkompeten dan bersedia membimbing para siswa untuk meningkatkan kompetensinya,” kata Aminah.

Bahkan SDN Indrasari 2 pun memberikan pelajaran tambahan yakni pelajaran Bahasa Arab. Pelajaran tambahan ini diadakan atas dasar permintaan komite dan orangtua, yang menghendaki bahwa pelajaran Bahasa Arab yang dulunya diajarkan di SBI sebaiknya diteruskan, meski dengan konsekuensi adanya jam pelajaran tambahan. Atas dasar kesepakatan itulah maka Sekolah pun memberikan pelajaran tambahan Bahasa Arab, selain pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tak hanya terfokus di pembelajaran akademik, SDN Indrasari 2 juga mengembangkan potensi keterampilan siswa. Bahkan demi menunjang kegiatan keterampilan, tak jarang Sekolah pun melibatkan orangtua siswa yang memiliki keterampilan tertentu untuk mengajarkan kepada siswa. Misalnya, keterampilan menganyam, membuat bunga, membuat masakan daerah, dan sebagainya. “Saya ingin mereka setelah lulus SD juga memiliki keahlian ketrampilan masing-masing. Itu juga untuk membantu menggali potensi mereka, karena kalau tidak diasah, kita tidak tahu potensi dan keterampilan apa yang dimilikinya,” jelas Aminah.

SDN Indrasari 2 juga telah menggalakkan budaya literasi di Sekolah, dan terutama ini semakin digencarkan sejak tahun 2016. Perpustakaan keliling dari Perpustakaan Daerah mengunjungi Sekolah secara berkala sehingga siswa-siswa dapat memperoleh kesempatan membaca buku milik koleksi Perpustakaan Daerah. Di samping itu, Sekolah juga mewajibkan siswa kelas 3 hingga kelas 6 membaca minimal 25 buku. Sekolah akan membuatkan draft laporan dari hasil bacaan siswa tersebut, yang nantinya juga akan berpengaruh pada kelulusan siswa. Namun untuk kelas 1 dan kelas 2, mereka hanya diwajibkan untuk menyimak dongeng yang dibawakan oleh guru masing-masing.

Sejauh ini, tidak pernah ada siswa yang tidak naik kelas di SDN Indrasari 2, karena setelah pembelajaran berakhir, para siswa berhak mendapatkan remedial oleh guru masing-masing. Untuk hasil Ujian Nasional tahun 2015 lalu saja, rata-rata nilai siswa mencapai 9,23. Tak mengherankan jika lulusan SDN Indrasari 2 banyak yang diterima di sekolah-sekolah favorit. Menurut Aminah, di mata beberapa sekolah favorit di Kabupaten Banjar, SDN Indrasari 2 telah dikenal memiliki kredibilitas tinggi dalam melahirkan lulusan-lulusan yang tak hanya unggul di bidang akademik, namun juga mandiri, memiliki kepedulian yang tinggi, serta memiliki karakter kuat.

Di setiap penerimaan siswa baru, jumlah siswa yang mendaftar selalu lebih banyak daripada kuota yang tersedia. Bagi Aminah, hal ini selalu menjadi dilema tersendiri. Apa daya, ruang kelas yang tersedia masih sangat terbatas, sehingga untuk tahun 2015 saja Sekolah hanya menerima 60 siswa, yang artinya hanya dua kelas saja. “Tapi tahun kemarin kami menerima tiga kelas atas permintaan komite, sehingga dalam pembelajaran, kami pun memanfaatkan laboratorium,” kata Aminah. Dalam penyeleksian siswa baru, SDN Indrasari 2 tidak menyelenggarakan tes apapun, sehingga pertimbangan utama seleksi hanyalah usia anak dan letak tempat tinggalnya. Tentunya, yang lebih dekat dengan Sekolah akan diprioritaskan.

Ekstrakurikuler yang Beragam
Salah satu daya tarik SDN Indrasari 2 adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam. Ada kurang lebih 18 ekstrakurikuler yang tersedia yang terdiri dari bidang agama, seni, olahraga, dan sebagianya, sehingga anak bebas memilih sesuai dengan minat bakat yang dikehendakinya. Selain dibimbing oleh guru-guru yang handal, adakalanya kegiatan ekstrakurikuler juga didampingi oleh pelatih-pelatih handal yang berkapasitas dari luar sekolah.

Para siswa di SDN Indrasari 2 pun kerap mendapat kesempatan untuk mengisi acara-acara di Kabupaten atau Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam setiap perlombaan pun seringkali unggul dan telah banyak prestasi yang dihasilkan. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan usai jam pembelajaran di sekolah pada sore hari atau pada hari Sabtu.

Aktifnya Paguyuban Kelas
Menurut Aminah, suksesnya pendidikan karakter tak lepas dari peran serta orangtua. Terlebih, sebagian besar waktu anak adalah bersama keluarga. Kendati demikian, orangtua harus aktif pula dalam menjalin komunikasi dengan sekolah, dan juga mendukung sepenuhnya program-program sekolah. Komite sekolah sebagai jembatan penghubung antara Sekolah dan orangtua murid memiliki peran besar dalam menjaga keharmonisan tersebut.

Sejauh ini, menurut Aminah, komite sekolah sangat mendukung program-program kegiatan sekolah. Misalnya dalam pembangunan ruang kelas baru, maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Komite juga membantu untuk mengawasi penggunaan dana BOS. Sebagai penghubung antara orangtua dan Sekolah, komite menjadi wadah untuk menampung aspirasi. Terlebih Sekolah dilarang keras mengadakan pungutan apapun, misalnya uang gedung dan sebagainya.

Beberapa program Sekolah juga melibatkan orangtua siswa dengan tujuan untuk lebih mendekatkan hubungan dan komunikasi antara orangtua dan pihak Sekolah, selain itu juga untuk menciptakan kebersamaan keluarga, dan juga memberi kesempatan orangtua untuk menularkan ilmu yang dimilikinya pada anak-anak. Beberapa kegiatan yang melibatkan orangtua antara lain program kelas inspirasi, dengan narasumber atau guru dari orangtua siswa. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap dua bulan sekali. Ada pula kegiatan family gathering, menghias kelas bersama, kerja bhakti di sekolah, menanam pohon bersama keluarga, dan lain sebagainya.

Para orangtua siswa juga membentuk paguyuban kelas, dimana tiap-tiap paguyuban kelas yang juga memiliki struktur organisasi dapat mengusulkan berbagai macam kegiatan, misalnya field-trip ke kebun melon, mengadakan lomba-lomba di hari Minggu, dan sebagainya. Sementara itu, Sekolah pun bekerja sama dengan psikolog untuk membantu menyinkronkan program, visi, dan misi sekolah dengan persepsi orangtua dengan tujuan supaya tidak akan ada kesalahpahaman antara Sekolah dan orangtua.

Sejauh ini, umumnya orangtua menyatakan kepuasan yang tinggi terhadap kinerja Sekolah. Seperti halnya Lien Elis Setiati, salah satu orangtua siswa. Ia menyatakan kepuasannya terhadap SDN Indrasari 2, terlebih setelah melihat perkembangan pesat puteranya yang adalah siswa kelas IV. “Saya melihat banyak sekali perkembangan, terutama dari sisi agamanya. Perilakunya di rumah juga semakin baik dan senantiasa menurut pada orangtua. Yang menjadi referensinya selalu ‘kata ibu guru’,” kata wanita yang bersuami anggota TNI ini.

Dalam hal mendidik anak di rumah, Lien mengaku tak pernah memaksakan anak dengan kehendak orangtua. Menurutnya, setiap anak memiliki bakat dan keinginan masing-masing, dan seyoganya orangtua yang baik harus dapat menjadi mitra bagi anak dalam memperoleh keberhasilan. Kendati demikian, ia tak segan untuk memotivasi anak jika nilai-nilainya mengalami kemunduran. 

Selain mengaktifkan peran komite dan orangtua untuk membantu menyukseskan program sekolah, Aminat juga berupaya untuk semaksimal mungkin memanfaatkan bantuan CSR dari perusahaan-perusahaan di sekitar sekolah. Untuk menggalang bantuan dari CSR, Aminah mengaku memiliki beberapa kiat supaya bisa menembus CSR. “Biasanya saya cukup proaktif meningkatkan kepercayaan masyarakat dulu dengan berbagai prestasi dan andil Sekolah di Kecamatan atau Kabupaten, sehingga kita mudah membawa misi kita pada CSR. Dengan demikian kita menunjukkan bahwa kita ini memang layak untuk diberikan bantuan,” jelas Aminah. Selain itu, ia pun acapkali menggunakan kapasitas orangtua sebagai jaringan.

Akibatnya, telah banyak CSR yang terlibat dalam pengembangan sekolah maupun dalam kegiatan-kegiatannya. Beragam bantuan telah didapatkan. Misalnya dari Dinas Kehutanan membantu pengadaan bibit tanaman, dari bank BPD memberikan sumbangan pot atau tempat sampah sekolah, dan sebagainya.

Guru Banyak Belajar
Hingga saat ini, jumlah tenaga pengajar di SDN Indrasari 2 sebanyak 16 orang guru. Ada 6 orng guru yang non-PNS, mereka umumnya mengajar bidang studi di luar kurikulum, misalnya pelajaran bahasa Arab. Ada 13 guru perempuan dan 3 orang guru laki-laki, yang mengajar untuk 14 rombongan belajar. Menurut Aminah, jumlah guru di SDN Indrasari 2 masih belum mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu, Aminah berharap semoga guru baru lekas dikirimkan. Dari sisi kualifikasi, rata-rata guru di SDN Indrasari 2 sudah berkualifikasi S-1. Pihaknya pun kerap bekerja sama dengan LPMP Kalimantan Selatan ataupun Universitas Lambung Mangkurat dalam hal peningkatan pembelajaran.

Untuk menambah kompetensi guru, Aminah selalu mendukung penuh setiap kegiatan peningkatan mutu bagi guru. Para guru pun mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan peningkatan kompetesi. KKG juga sangat diberdayakan, terlebih SDN Indrasari 2 ini adalah sekolah gugus. Ia berharap kesuksesan dan kemajuan di SDN Indrasari 2 dapat dibagikan pula ke sekolah-sekolah lain, terutama sekolah yang satu gugus.

Pengawas SD yang membina SDN Indrasari 2, Dra. H. Hermawati mengatakan bahwa sejauh ini SDN Indrasari 2 sangat aktif dalam kegiatan gugus dan menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lainnya dalam satu gugus. Hal ini membawa dampak yang cukup positif, karena terbukti sekolah-sekolah lain, terlebih yang berada satu gugus dengan SDN Indrasari 2, memperoleh kemajuan yang pesat.

Selain itu, Hermawati juga mengatakan bahwa kepala SDN Indrasari 2 adalah sosok yang sangat kooperatif dan senang melakukan diskusi dengannya atau dengan siapapun mengenai langkah dan solusi dalam mengembangkan sekolah.

Sebagai kepala sekolah, Aminah juga memikirkan perkembangan kompetensi guru-gurunya. Berbagai kegiatan yang dapat membuat kompetensi guru menjadi lebih berkembang pun senantiasa digalakkan, termasuk salah satunya adalah membuat karya tulis. Ia kerap menganjurkan guru untuk membuat karya tulis. Di sampung itu, ia juga memotivasi guru untuk tak gentar mengikuti berbagai kegiatan maupun lomba dari luar sekolah. “Dengan mengikuti lomba-lomba, wawasan kita menjadi lebih terbuka karena akan bertemu dengan banyak orang dan mendapatkan pengalaman yang berbeda-beda,” kata Aminah. Meski demikian, ia selalu siapkan terlebih dulu para guru yang mengikuti lomba supaya penampilan dan kesiapan mereka semakin prima.

Sebagai kepala sekolah, salah satu tugas Aminah tentu adalah mengajak dan menginspirasi warga sekolah untuk lebih mengembangkan SDN Indrasari 2. Berbagai cara ditempuh, tak sekadar memberi arahan dan aturan saja, namun Aminah juga cenderung memilih untuk lebih memberi contoh dan tauladan. Wanita yang pernah menjadi juara II dalam Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan ini tak segan untuk menunjukkan pada guru maupun staf bagaimana cara bekerja. “Saya kalau menyuruh tidak hanya menyuruh, tapi juga harus ikut bekerja. Bahkan saya yang harus lebih banyak ikut andil dalam pekerjaan itu. Misalnya, dalam pembuatan karya tulis, guru tak hanya disuruh, tapi saya juga harus menulis lebih dulu, atau saya membuat tim untuk membuat karya tulis, dan guru saya libatkan dalam penyusunan karya tulis tersebut.  Dalam hal pembagian tugas pun juga harus adil. Dalam pembuatan media ajar, saya harus menjadi partner bagi guru,” kata Aminah.

Kerja keras SDN Indrasari 2 memang patut diacungi jempol. Berbagai prestasi telah didulang, baik di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, hingga nasional. Baik itu dari peserta didik, para guru, hingga kepala sekolahnya. Semua keberhasilan tersebut adalah tak lain hasil kerjasama team work yang solid dan selalu termotivasi untuk menjadi lebih baik. Siti Zainab, M.Pd., kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Martapura mengatakan bahwa SDN Indrasari 2 ini diharapkan sebagai barometer bagi sekolah-sekolah di kecamatan-kecamatan pinggiran di Kabupaten Banjar. Banyak hal yang patut dicontoh di SDN Indrasari 2 ini. “Pembelajaran di sini sangat baik. Siswa dan guru dapat mengenal lingkungan secara langsung, mengelola, merawatnya. SDN Indrasari 2 ini merupakan aset yang bagus bagi Kabupaten Banjar yang juga mendapat julukan sebagai kota Adipura. Dan terlebih yang membuat saya salut pada SDN Indrasari 2 ini adalah kemandiriannya,” kata Zainab, yang pada Desember 2016 nanti sudah memasuki masa pensiun.

Aminah berharap, prestasi SDN Indrasari 2 tak hanya berpuas di tingkat Kabupaten atau Provinsi saja, namun juga hingga mencapai Nasional atau bahkan Internasional. Ia percaya segala sesuatu harus berawal dari mimpi terlebih dahulu. Ia pun bermimpi ingin menciptakan sekolah alam yang dilengkapi miniatur-miniatur aspek-aspek kehidupan, sehingga siswa bisa belajar secara langsung seperti benar-benar berada dalam kehidupan nyata. Dengan bermimpi, hal itu akan mendorong siapapun untuk giat bekerja keras demi mewujudkan impian.***


Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SD Berkarakter, Majalah SD, Dikdas, Guru (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment