SDIT Nurul Ilmi 1 Jambi : Mengintegrasikan Pendidikan Karakter dan Nilai Islam


Ada banyak hal yang ditawarkan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Ilmi 1, antara lain membentuk karakter anak dengan baik sekaligus menanamkan akhlak dan jiwa yang religius sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tak heran jika sekolah yang terletak di Jalan Yulius Usman, Kecamatan Pematang Sulur, Kota Jambi ini menjadi pilihan utama bagi warga Kota Jambi dalam menyekolahkan anak-anaknya. Terlebih, beragam prestasi telah ditelurkan, menjadikan sekolah ini semakin kredibel dan terpercaya di mata masyarakat. Salah satu prestasi yang membanggakan antara lain pernah menjadi Juara III dalam Lomba Sekolah Berkarakter Tingkat Nasional Tahun 2012.

Saat ini, SDIT Nurul Ilmi 1 dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang tergolong muda dan energik. Widzir Sumadi Sastro, S.Ag., sosok berjiwa pendidik yang lahir di Koba Bangka, 5 Juni 1977. Ia telah mengemban amanah sebagai kepala SDIT Nurul Ilmi 1 sejak tahun 2012. Sebelumnya, pengalamannya adalah mengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Arab di SDIT Nurul Ilmi 1. Ia memang cenderung lebih memilih sekolah Islam demi menjaga lingkungan religius yang membesarkannya. Karirnya sebagai guru di SDIT Nurul Ilmi 1 dimulai sejak tahun 2005, saat sekolah tersebut masih berusia tiga tahun, masih dalam tahap membangun.

Menurut Witzir, Yayasan Nurul Ilmi, yang yang merupakan yayasan milik ummat, berdiri sejak tahun 2001. Sedangkan unit SDIT Nurul Ilmi baru berjalan pada 5 Januari 2002. Saat itu, menurut kisahnya, sekolah masih mengontrak sebuah gedung, bahkan termasuk beberapa rumah penduduk. Jumlah siswanya hanya 60 anak dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan sebanyak 21 orang.


Namun siapa menyangka jika perkembangan sekolah ternyata maju pesat. Jumlah siswa semakin banyak sehingga gedung sekolah yang mengontrak itu tak lagi cukup. Maka pada tahun 2003, Sekolah pun pindah lokasi ke mess Pemerintah Daerah Kota Jambi. Meski masih sama-sama berstatus mengontrak, setidaknya tempatnya sedikit lebih besar daripada tempat sebelumnya.

Awal tahun 2006, Yayasan Nurul Ilmi telah sanggup membeli sekaligus membangun sedikit demi sedikit gedung sekolah di sebuah lokasi yang telah berstatus milik sendiri, yakni di kelurahan Batang Sulur, yang ditempati hingga saat ini. Baru pada tahun 2008 sebagian siswa pindah ke gedung sekolah yang baru, yakni kelas 3, 4, 5, dan 6. Sedangkan kelas 1 dan kelas 2 baru pindah ke gedung sekolah baru pada tahun 2012. Saat itu, Witzir yang menjadi kepala sekolah.

Kini, Yayasan Nurul Ilmi telah memiliki beberapa unit dan tingkatan sekolah, mulai dari TKIT Nurul Ilmi, SDIT Nurul Ilmi 1, SDIT Nurul Ilmi 2, dan SMPIT Nurul Ilmi. SDIT Nurul Ilmi 2 sendiri baru dibuka pada tahun ajaran 2014/2015 demi memenuhi animo masyarakat yang cukup besar terhadap sekolah Islam dan kepercayaan pada Yayasan Nurul Ilmi. Sementara menunggu proses pembangunan gedung sekolah rampung, untuk sementara SDIT Nurul Ilmi 2 pun masih menggunakan kompleks gedung sekolah di SDIT Nurul Ilmi 1 hingga Juni 2016, dimana gedung sekolah yang baru telah siap ditempati.

Menjadi Pilihan Masyarakat
Di kota Jambi, SDIT Nurul Ilmi 1 tergolong sebagai salah satu sekolah favorit. Tak heran jika pada saat pendaftaran siswa baru, jumlah siswa yang ingin mendaftar selalu jauh lebih banyak daripada jumlah kuota yang disediakan. “Permasalahannya memang di kuota. Kuota di SDIT Nurul Ilmi 1 paling-paling sekitar 180-an, tapi peminatnya lebih dari 300 orang,” kata Witzir.

Zainal Ekarosa, M.Pd., salah seorang orangtua murid yang juga adalah ketua komite sekolah pun memiliki alasan tersendiri mengapa ia lebih memilih SDIT Nurul Ilmi 1 dibanding sekolah lainnya. “Saya mencari pendidikan yang bisa mengembangkan potensi anak. Saya lihat, sekolah dasar Islam terpadu dapat memadukan potensi manusia karena di situ dikembangkan kemampuan spiritual maupun akalnya. Oleh karena itu, saya lebih menyukai SDIT. Pilihan saya jatuh pada SDIT Nurul Ilmi 1 karena sejauh ini SDIT Nurul Ilmi memiliki lebih banyak keunggulan dari sisi kurikulum dan prestasi, sehingga kerap menjadi referensi masyarakat. Terbukti, salah satu anak saya yang di ITB juga lulusan SDIT Nurul Ilmi 1,” kata ayah 6 anak yang kesemuanya bersekolah di SDIT Nurul Ilmi ini.

Kendati demikian, SDIT Nurul Ilmi 1 sangat ketat dalam menyeleksi batas umur calon siswa baru, yakni tak boleh kurang dari 7 tahun. Dengan seleksi umur, setidaknya hal ini membantu dalam proses penyaringan siswa baru. Selain itu, sekolah pun menyeleksi siswa dengan melihat kematangan siswa belajar melalui kegiatan observasi maupun wawancara dengan orangtua. “Kalau kondisi anak masih belum bisa ditinggal orangtuanya, artinya dia belum siap masuk SD, karena disini anak-anak berada di sekolah sampai sore hari. Kami pun mengorek segala informasi tentang anak melalui orangtua. Misalnya, apakah anak rewel makan, apakah fisiknya lemah, dan sebagainya. Kami juga menanyakan apakah orangtua sanggup menjemput anak tepat waktu atau tidak. Nantinya,  hal tersebut akan menjadi bahan pertimbangan kami dalam menyeleksi siswa baru,” jelas Witzir.

Witzir menekankan bahwa bagaimanapun, pendidikan anak tak sepenuhnya adalah tanggung jawab sekolah, namun juga diperlukan peran serta dan keterlibatan aktif orangtua. Hal tersebut juga diamini oleh Zainal selaku orangtua. “Di sini, wali kelas selalu berkomunikasi dengan orangtua mengenai anak-anaknya. Misalnya, kami selalu diingatkan oleh wali kelas untuk mengecek kewajiban-kewajiban harian anak seperti membantu orangtua, jam nonton tivi, dan sebagainya. Semua kegiatan anak di rumah dibuatkan checklist untuk diisi oleh orangtua dan dilaporkan pada guru. Menurut saya, hal itu sangat positif. Kalau kebiasaan-kebiasaan tersebut terus ditanamkan, maka karakter itu akan terbentuk meski anak tidak lagi berada di sekolah,” katanya.

Umumnya, menurut Zainal, hampir semua orangtua siswa SDIT Nurul Ilmi 1 adalah golongan pekerja. Oleh karena itu, komite sekolah menjembatani komunikasi antara para orangtua siswa dengan mengadakan pertemuan antar wali murid minimal satu tahun sekali. “Kami membahas berbagai masukan untuk kemaslahatan sekolah, yang nantinya akan kami sampaikan langsung ke ketua yayasan ataupun pada kepala sekolah,” ujar Zainal.

Budaya Karakter
Pada tahun ajaran 2015/2016, jumlah siswa SDIT Nurul Ilmi 1 sebanyak 1.080 anak dengan jumlah guru dan tenaga pendidikan sebanyak 78 orang. Terdapat 36 rombongan belajar dengan masing-masing tingkatan memiliki 6 kelas pararel. Dikarenakan semua sarana dan prasarana sekolah telah lengkap, maka seluruh siswa pun masuk sekolah di pagi hari, yakni pada pukul 07.00 wib. Dengan mengusung konsep full-day school, jam sekolah di SDIT Nurul Ilmi diakhiri pada pukul 14.20 wib untuk siswa siswa kelas 1 dan kelas 2, dan pukul 16.00 wib untuk siswa kelas 3 hingga kelas 6.

Sejak siswa masuk ke sekolah, SDIT Nurul Ilmi 1 pun telah mengembangkan, melatih dan membiasakan anak dengan budaya-budaya sekolah yang berbudi pekerti dan berakhlak Islami. Harapannya, budaya tersebut dapat menjadi kebiasaan anak bahkan hingga di luar sekolah. Pembiasaan tersebut antara lain dapat dilihat saat pertama kali siswa tiba di sekolah. Kedatangan mereka disambut dengan senyum ramah para guru yang telah menantikan mereka di gerbang sekolah untuk bersalaman. Oleh karena itu, terutama guru piket wajib datang lebih pagi dan siap menyambut anak-anak yang diantar oleh orangtuanya. Demikian pula SDIT Nurul Ilmi juga membiasakan anak untuk senantiasa mengucap salam saat bertemu guru atau teman.


Budaya karakter yang dikembangkan di sekolah diterapkan para siswa dalam berbagai kegiatan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Tiap kelas berupaya mengembangkan nilai-nilai karakter sehingga berlomba-lomba menjadi kelas yang paling diteladani. Penanaman nilai karakter anak diterapkan dalam keseharian kelas. Setiap kelas juga mempunyai program kelas yang harus mereka laksanakan, misalnya infaq kelas. Infaq diberikan anak secara sukarela yang digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan kelas, seperti air minum, sabun untuk mencuci, so klin untuk mengepel, odol untuk menyikat gigi, plastic untuk menampung sampah, dan semua kebutuhan kelas lainnya.

SDIT Nurul Ilmi 1 juga mewajibkan semua siswa untuk melaksanakan shalat dhuha maupun shalat dhuhur berjamaah. Pada hari Senin dan hari Jumat, kegiatan shalat dhuha dan shalat dhuhur dilaksanakan di kelas masing-masing dengan dibimbing ole guru kelas masing-masing. Sedangkan pada hari selasa hingga hari Kamis, kegiatan shalat dhuha dan shalat dhuhur dilaksanakan secara serentak di koridor sekolah. “Selain supaya anak tidak bosan, sudah waktunya mereka berlatih untuk bersosialisasi dengan teman-teman yang lain, jadi tidak hanya berteman dengan teman sekelas saja. Demikian pula pada setiap kenaikan kelas, mereka akan dicampur lagi,” terang Witzir.

Sebagai sekolah full-day dimana anak-anak berada di sekolah hingga sore hari, SDIT Nurul Ilmi 1 pun menyediakan snack dan makan siang dengan menu sehat yang dikelola oleh pihak catering sekolah. Setiap kali waktu makan, anak-anak dibiasakan dengan adzab makan yang baik, seperti berdoa dan makan atau minum dalam posisi tidak berdiri.

Dalam proses kelas, siwa juga dibiasakan untuk senantiasa mengucapkan kata maupun kalimat yang baik seperti kalimat tahmid, istighfar, takbir, tasbih, dan sebagainya. Siswa juga menggunakan bahasa arab seperti ‘anna’ untuk menyebut ‘saya’, atau ‘antum’ untuk menyebut ‘Anda’. Setiap pagi, anak dibiasakan untuk berikrar, seperti membaca dua kalimat syahadat, janji seorang siswa, berdoa, dan sebagainya. “Di sini lebih fokus ke nilai spiritual. Budaya-budaya itulah yang kita pupuk,” kata Witzir. Hal-hal tersebut adalah beberapa cara yang ditempuh untuk menerapkan penanaman nilai karakter kepada para siswa dan warga sekolah lainnya.

Selain itu, sekolah juga memiliki program untuk membiasakan anak berpuasa sunnah pada hari Senin dan Kamis. Kegiatan ini, menurut Witzir, diarahkan untuk siswa kelas 4, 5, dan 6. “Mereka berbuka puasa di rumah siswa secara bergiliran dengan mengundang guru lain yang berpuasa. Tujuannya, kami syiar untuk membiasakan puasa sunnah di kalangan siswa, guru, dan masyarakat sekitar rumah siswa agar sekolah juga bisa bersosialisasi dengan masyarakat yang di sana terdapat siswa kami,” jelas Witzir.

Ada pula program kegiatan tahunan, antara lain bhakti sosial, dimana sekolah akan berbagi dengan masyarakat sekitar. Kegiatan ini berlangsung secara simultan selama dua hari, yang biasanya dilaksanakan menjelang lebaran atau ramadhan. “Pada hari pertama, anak-anak melaksanakan gotong royong dengan masyarakat sekitar. Mereka menyapu di jalan, membersihkan area-area umum, dan sebagainya. Sedangkan pada hari kedua, anak-anak memberikan bingkisan untuk masyarakat yang sebelumnya telah mereka siapkan dan kemas secantik mungkin,” kata Witzir. Kegiatan semacam ini, menurut Witzir, berdampak cukup positif, baik bagi anak-anak sendiri maupun bagi masyarakat sekitar. Hubungan baik antara sekolah dan masyarakat sekitar senantiasa terjaga dengan baik, anak-anak pun memiliki kebiasaan dan tabiat yang baik, seperti gemar menolong sesama dan tanggap terhadap kebersihan.

Program kegiatan lainnya yang dilaksanakan tiap semester, yakni Mabit (Malam Bina Iman dan Takwa), yang adalah kegiatan renungan dan refleksi yang dilaksanakan saat menjelang ujian dan sebelum penerimaan raport. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah nilai spiritual siswa dan memperkuat iman mereka.

Salah satu program kegiatan siswa yang tak kalah menarik adalah Pasar Rakyat. Pada event ini, anak-anak diberi kesempatan untuk melatih dan mengasah jiwa wirausaha mereka. Beberapa kelas akan aktif membuat atau menyediakan produk yang kemudian dijual pada para siswa lainnya. Demi mendukung kegiatan ini, pada saat diselenggarakan Pasar Rakyat, koperasi sekolah pun ditutup, sehingga anak-anak lebih diarahkan untuk berbelanja di Pasar Rakyat itu sendiri.  

Hal yang menonjol di SDIT Nurul Ilmi adalah program hafalan Alquran bagi para siswa. Rata-rata, menurut Witzir, anak-anak yang duduk di bangku kelas satu sudah mampu menghafal satu juz Alquran. Para siswa yang telah mengkhatamkan Alquran pun akan diwisuda, disaksikan oleh para orangtua siswa. Bagi Witzir, mencetak generasi-generasi penghafal Alquran adalah sebuah prestasi sekolah yang luar biasa. “Prinsip kami, jika kami bisa melestarikan Alquran, maka Allah akan senantiasa menjaga kami,” kata ayah dua anak ini.

Pendidikan Karakter dan Agama yang Terintegrasi
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, SDIT Nurul Ilmi 1 senantiasa mengintegrasikan materi pembelajaran dengan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Islam. yakni dengan memadukan pendidikan umum dan nilai-nilai islam menjadi satu jalinan kurikulum sebagai bentuk penanaman karakter anak secara langsung. Melalui pendekatan ini, semua mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah tidak lepas dari ajaran Islam sebagai bingkai atau landasan pelaksanaannya.

Tujuannya, sekolah tidak hanya menjadikan mata pelajaran sebagai kegiatan pembelajaran yang bertujuan  untuk menjadikan anak menguasai kompetensi yang ditargetkan, akan tetapi dalam proses pengintegrasian karakter tersebut dirancang dan dilakukan dengan maksimal untuk menjadikan anak mengenal, menyadari, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai karakter islami dan menjadikannya perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Semua mata pelajaran senantiasa dilandasi dengan pijakan, pedoman dan panduan islam. Misalnya, dalam pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan sosial, Bahasa Inggris, Olah Raga, KTK dan Multimedia pun tak lepas dari pedoman dan panduan Islam. Artinya, Al-Qur’an dan As-Sunnah dijadikan sebagai rujukan dan pedoman dasar dalam memasukkan nilai-nilai keislaman dalam setiap pokok bahasan pada setiap mata pelajaran. Pokok bahasan yang disampaikan akan selalu disertai dengan ayat-ayat Qur’an atau hadist yang berkaitan dengan pokok bahasan tersebut.

Pada mata pelajaran agama, nilai-nilai keislaman sudah pasti ada, tetapi Sekolah menambah pendekatan konteks kekinian dan kemanfaatan. Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul “sakralisasi” dimana islam diajarkan terlepas dari konteks kemaslahatan hidup masa kini dan masa depan.  Dalam proses pembelajaran, pada saat penerapan perpaduan pokok bahasan mata pelajaran dengan ayat-ayat qur’an atau hadist, guru mengajak anak untuk mengembangkan pola pikir mereka guna menghubungkan pengetahuan yang mereka peroleh dari pokok bahasan dengan ayat-ayat qur’an atau hadist yang terkait kemudian anak dapat menyimpulkan nilai-nilai keislaman yang ada dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Dalam mengintegralisasikan nilai-nilai Islam ke dalam mata pelajaran, guru tidak hanya menggunakan ayat-ayat Alquran atau hadist, namun juga ditekankan dalam bentuk tafsiran ayat, kemudian dihubungkan dengan pokok bahasan mata pelajaran yang disampaikan. Selain itu, guru biasanya juga menggunakan kisah-kisah hidup atau kejadian dalam Alquran, kisah sahabat Rasulullah, kisah kehidupan orang besar, kejadian nyata dalam kehidupan, praktek lapangan atau tafakur alam, lagu yang bernuansa pendidikan dan keislaman, drama yang mendidik juga islami, dan diskusi serta curahan pendapat tentang masalah sosial yang berhubungan dengan pokok bahasan.

Koleksi Prestasi
Dalam bidang akademik maupun non akademik pun SDIT Nurul Ilmi 1 pun telah menelorkan banyak prestasi yang membanggakan. Beberapa prestasi yang telah diraih siswa, guru, maupun sekolah antara lain pernah menjadi juara I Lomba Guru SD Berprestasi tingkat Provinsi tahun 2015, Juara II Lomba Cipta Pantun tingkat Nasional tahun 2013, Juara III Lomba Sekolah Pendidikan Karakter Tingkat Nasional tahun 2012, Juara harapan I OSN Matematika Tingkat Nasional tahun 2012, juara I Lomba Daur Ulang tingkat Provinsi pada tahun 2012, , juara I Lomba Melukis tingkat Provinsi pada tahun 2009, 2010, dan 2013, juara I Lomba Cipta Puisi tingkat Provinsi pada tahun 2010, 2011, dan 2012, juara I Lomba Bercerita tingkat Provinsi pada tahun 2011, Juara I Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional tahun 2010, pernah memperoleh medali perunggu Olimpiade Sains Tingkat Nasional tahun 2005, dan masih banyak lagi prestasi yang lainnya.

Demi mendulang prestasi, tentu banyak hal yang dipersiapkan oleh SDIT Nurul Ilmi 1. Misalnya untuk anak-anak yang hendak mengikuti OSN, ada sesi penggemblengan yang dilakukan di sekolah sekaligus melibatkan peran orangtua. Seperti yang disampaikan Romi Prayogi, S.Pd., guru yang menjadi pembina OSN Matematika, bahwa anak-anak yang mengikuti OSN umumnya adalah anak-anak yang sebelumnya telah memilih untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Matematika. “Di semester 1, anak-anak ini akan dibina dan diajarkan materi serta kisi-kisi. Mereka berlatih selama satu kali dalam seminggu. Sedangkan di semester 2, mereka akan disaring dan dipilih untuk mengikuti tahap lanjutan. Di tingkat ini, mereka berlatih hingga tiga kali dalam seminggu,” kata pria lulusan Universitas Negeri Jambi Jurusan Pendidikan Fisika ini. Menurutnya, pembimbingan siswa SD untuk OSN tidak begitu sulit asalkan ada kerjasama dengan orangtua siswa. “Di sekolah mereka menerima materi, di rumah mereka mengulang lagi. Orangtua bisa menjadi pendamping anak dalam belajar, atau menyediakan guru privat di rumah,” tambahnya lagi.

Tak hanya ekskul Matematika yang menjadi andalan, SDIT Nurul Ilmi 1 pun memiliki sekitar 23 ekstrakurikuler lain yang bisa dipilih untuk mengembangkan minat dan bakat siswa. Adapula ekstrakurikuler yang bersifat wajib diikuti siswa kelas 1 hingga kelas 5, yakni Pramuka. Untuk anak-anak kelas 1 dan kelas 2 belum diperbolehkan memilih kegiatan ekstrakurikuler, melainkan mereka wajib hanya mengikuti ekstrakurikuler melukis di bawah bimbingan guru kelas dengan tujuan untuk melatih motorik mereka. Sedangkan untuk anak kelas 6 dibebaskan dari kegiatan ekstrakurikuler karena mereka sudah harus fokus mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional.

Kegiatan ekstrakurikuler lainnya antara lain UKS, Karate, da’i cilik, kaligrafi, nasyid, seni lukis, seni tari, seni kriya, design grafis, hadrah (kompangan), pianika, berenang, sepak bola, catur, badminton, volley mini, sains, matematika, jurnalistik dan pidato, story telling, maupun drumband. Semua kegiatan ekskul tersebut umumnya dilakukan pada hari Sabtu setelah kegiatan Pramuka, hingga pukul 11.00 wib. Menurut Witzir, banyak sekali siswa-siswa SDIT Nurul Ilmi 1 yang rupanya memiliki bakat potensial. Oleh karena itu, demi memberikan bimbingan yang lebih terarah, tak segan pihak sekolah pun, saat diperlukan, mengundang guru atau pembimbing ekskul dari luar sekolah yang profesional di bidangnya.

Sementara anak-anak sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler, para orangtua yang mengantar anak pun dapat mengikuti kegiatan-kegiatan untuk orangtua yang juga diselenggarakan di lingkungan sekolah. Mereka membentuk komunitas majlis taklim dan mengadakan pengajian bersama, kegiatan parenting skill, kegiatan padat karya, dan lain-lain.

Dengan padatnya kegiatan di sekolah, nyatanya, siswa merasa tak terbebani, namun justru merasa betah di sekolah. Hal tersebut diungkapkan oleh Hidayah Nur Rahma, siswi kelas 6 di SDIT Nurul Ilmi 1. Meski berangkat ke sekolah pukul 06.15 wib dengan diantar ayahnya, siswi yang memiliki prestasi di bidang seni lukis ini tak merasa berat dengan segudang aktifitas yang dijalaninya. Terlebih sebagai siswa kelas 6, ia pun wajib mengikuti bimbingan tambahan untuk mempersiapkan ujian nasional. Ia merasa senang bersekolah di SDIT Nurul Ilmi 1, terlebih karena menurutnya guru-guru di SDIT Nurul Ilmi 1 sangat baik. “Guru favorit saya adalah Bu Suharni karena beliau sangat baik dan tidak suka marah,” katanya. Saat besar nanti, Yayah, demikian ia biasa disapa, bercita-cita untuk menjadi seniman lukis.

Sementara itu, Difa, siswa kelas 6 SDIT Nurul Ilmi 1 pun menjadikan salah seorang gurunya sebagai taudalan dan panutannya. “Saya paling suka dengan Ibu Eni karena orangnya baik. Kalau saya lagi butuh teman, maka beliau tak segan menemani,” katanya lugas. Difa termasuk siswa yang berprestasi di sekolah. Selain itu, ia pun sempat menyumbang prestasi hingga tingkat nasional dengan menjuarai lomba mendongeng. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini bercita-cita ingin menjadi pilot suatu saat nanti.

Di SDIT Nurul Ilmi 1, guru harus senantiasa dekat dengan para siswanya. Selain itu, guru juga harus  menjalin komunikasi yang intens dengan orangtua siswa, minimal 4 kali dalam seminggu. Di samping itu, setiap anak pun memiliki buku penghubung untuk mengkomunikasikan kegiatan dan kebutuhan siswa kepada orangtua. Tak hanya dengan buku penghubung, namun juga dapat menggunakan media sms atau telepon untuk berkomunikasi dengan orangtua.

Raport Guru dan Umroh Gratis
Menjadi sosok guru yang disukai dan teladan bagi murid adalah tantangan bagi seorang guru. Demikian pula dengan guru-guru di SDIT Nurul Ilmi 1, berusaha semaksimal mungkin untuk tak hanya menjalankan tugas-tugas seorang guru, melainkan juga menjadi panutan bagi para siswanya. Jumlah guru di SDIT Nurul Ilmi 1 saat adalah sebanyak 71 orang yang terdiri dari 56 guru tetap Yayasan dan 15 orang guru kontrak. Untuk menjadi guru di SDIT Nurul Ilmi 1, seorang calon guru harus melalui tahap seleksi yang diselenggarakan oleh pengelola dan pihak Yayasan. Beberapa tahapan tersebut antara lain seleksi tertulis untuk mengetahui konsep dasar keagamaan Islam, seleksi micro teaching untuk melihat metode mengajar dan cara pengelolaan kelas yang digunakan, dan tahap wawancara untuk mengetahui dan menggali personaliti calon guru. Setelah lulus tahap seleksi, calon guru akan mengikuti masa training atau magang menjadi guru selama enam bulan, yang kemudian akan dinilai oleh pengelola maupun Yayasan untuk diputuskan apakah diterima atau tidak.

Menjadi guru di SDIT Nurul Ilmi 1 artinya harus siap melayani anak-anak sepenuh hati, membimbing, mendidik, dan menyiapkan mereka untuk menjadi generasi yang diharapkan. Oleh karena itu, guru harus senantiasa memperhatikan perkembangan murid-muridnya. Di SDIT Nurul Ilmi 1, guru memiliki kewajiban mengajar selama kurang lebih 24 jam dalam seminggu. Pun terdapat dua guru dalam tiap pembelajaran di kelas, yakni guru inti dan guru pendamping. Pada saat jam istirahat sekolah pun mereka dianjurkan untuk senantiasa berada di ruang kelas dan bergaul dengan anak-anak atau menyiapkan bahan pembelajaran dan administrasi. Oleh karena itu, semua fasilitas dan perlengkapan telah disediakan lengkap di kelas masing-masing, seperti printer ataupun lemari. “Sebenarnya kami punya ruang guru, tapi ruang guru itu akan selalu kosong karena guru lebih banyak berada bersama siswa-siswanya. Di sini tidak ada jam nganggur bagi guru. Kalaupun mereka memiliki waktu luang, mereka lebih memilih membaca Alquran atau buku-buku penunjang lainnya,” tutur Witzir.

Di lingkungan SDIT Nurul Ilmi 1, guru seolah berlomba-lomba untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan prestasi. Hal ini dikarenakan SDIT Nurul Ilmi 1 memiliki program penilaian prestasi guru. Dalam hal ini, tiap-tiap guru memiliki raport masing-masing dan dinilai setiap bulan sekali, yang dinilai oleh kepala sekolah maupun Yayasan. Menurut Witzir, sistem ini telah berjalan sejak tahun 2013. “Ada beberapa aspek dan komponen yang dinilai dari seorang guru. Kemudian pengelola maupun Yayasan memberikan peringkat bagi guru-guru tersebut. Peringkat atau IPK tertinggi akan mendapatkan hadiah umroh gratis dari Yayasan. Selain itu, raport guru ini pun menentukan kenaikan gaji guru. Jadi, setiap guru di sini mendapatkan bonus prestasi yang tidak sama satu sama lain,” jelas Witzir. Jadi, kenaikan gaji guru di SDIT Nurul Ilmi 1 benar-benar murni berdasarkan prestasi, tak pandang bulu apakah sudah lama mengajar atau masih tergolong guru junior.

Massarasa, S.Ag., salah seorang guru di SDIT Nurul Ilmi 1 yang mengajar tahfidz dan bahasa Arab untuk kelas 1 dan 2 mengungkapkan bahwa ia  merasa sangat bersyukur menjadi guru di SDIT Nurul Ilmi 1 sehingga mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan umroh gratis dari Yayasan, hal yang senantiasa diimpikannya. “Sejak dulu saya sudah punya cita-cita untuk mengunjungi tanah Mekkah tapi tidak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Oleh karena itu, ketika saya mendapatkan hadiah umroh, saya anggap itu rejeki yang tidak disangka-sangka. Saya sangat bersyukur dengan apa yang saya dapatkan. Dan saya yakin, selama kita bisa bersyukur, kita akan selalu dilindungi dan dicukupi oleh Allah,” kata pria yang kerap tinggal di masjid semasa masih lajang ini.

Pencapaian yang telah ia raih tidaklah didapat dengan mudah, melainkan dengan ketekunan dan kerja keras dalam mengabdi sebagai guru. Terlebih ia adalah seorang guru yang mengajar Bahasa Arab untuk siswa kelas 1 dan kelas 2. “Intinya, mengajar itu harus sabar dan bisa menikmati profesi. Yang penting juga mengajar itu tidak monoton, terutama untuk anak kelas 1 dan 2 sebaiknya lebih banyak membuat permainan, banyak berkomunikasi, banyak praktek atau menggunakan gambar-gambar,” terang ayah dari tiga anak ini. Berkat keuletan dan prestasinya, pria lulusan IAIN Jambi jurusan Ilmu Politik ini bahkan telah dipercaya Sekolah untuk membuat buku panduan bahasa Arab bagi siswa-siswa kelas 1 dan 2 sejak tahun 2013.

Sedangkan Mainel Isra, S.Pd., guru kelas IV di SDIT Nurul Ilmi 1 yang juga pernah mewakili Provinsi Jambi dalam Lomba Guru Berprestasi tingkat Nasional tahun 2015 mengatakan bahwa guru harus senantiasa berinovasi dalam pembelajaran dan tak segan untuk terus meningkatkan kompetensinya. “Rata-rata para guru disini memiliki banyak potensi dan mereka mau belajar karena rata-rata usia mereka masih produktif dan masih memiliki jiwa kompetisi. Oleh karena itu, kadang saya juga menyarankan untuk sesering mungkin mengikuti pelatihan dan kompetisi di luar. Berdasarkan pengalaman saya saat mengikuti Lomba Guru Berprestasi hingga tingkat Nasional, di sekolah ini saya memang sudah cukup senior, tapi di luar saya masih harus banyak belajar. Saya sangat gembira mendapatkan kesempatan itu karena saya bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan guru-guru hebat lainnya di seluruh Indonesia. Maka itu, saya sangat giat memotivasi guru-guru di sini. Paling tidak ikut dulu, perkara kalah menang belakangan,” kata ibu dari satu anak ini.

Sebagai guru yang masih berusia muda, Inel, demikian ia akrab disapa, pun tak menutup diri dengan dampak arus kemajuan jaman dan perbedaan generasi dengan murid-muridnya. Misalnya dengan pengaruh gadget maupun internet, Inel menyikapinya dengan lebih mengarahkan siswa-siswanya untuk memanfaatkan media tersebut untuk hal-hal positif. “Di sekolah memang dilarang membawa gadget kecuali untuk tujuan-tujuan tertentu berdasarkan arahan guru. Tapi di rumah kita juga tidak bisa mengontrol anak 100%. Oleh karena itu, saya berupaya untuk mengarahkan mereka memanfaatkan gadget secara positif tapi tetap menyenangkan. Misalnya dengan membuat group di Whatsapp ataupun Line sebagai wadah untuk saling berbagi jika mereka ada kesulitan tentang pelajaran atau untuk membahas sesuatu yang bersifat mendidik, atau bahkan sekadar mengingatkan mereka terhadap kewajiban, misalnya waktu shalat, dan sebagainya,” jelasnya.

Para guru di SDIT Nurul Ilmi 1 memang harus senantiasa update dengan perkembangan jaman dan keilmuan, meski tak berarti harus terjebak dalam arus. Oleh karena itu, guru pun dituntut untuk melengkapi diri dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang pembelajaran dan pengembangan diri. Selain itu, guru juga kesempatan untuk mengembangkan kompetensinya melalui pelatihan-pelatihan maupun diskusi. Setiap semester, sekolah selalu mengadakan pelatihan-pelatihan untuk guru. Sekolah pun juga kerap menyosialisasikan peluang ataupun kesempatan-kesempatan bagi guru ntuk turut berkompetisi di luar sekolah.

Sedangkan pertemuan untuk guru secara rutin diselenggarakan setiap hari Sabtu, selepas kegiatan ekstrakurikuler siswa. “Pada Sabtu minggu pertama adalah rapat untuk mengevaluasi kegiatan setiap minggu. Sabtu minggu kedua adalah untuk peningkatan kualitas guru, dalam hal ini peningkatan spiritualnya. Sabtu minggu ketiga rapat untuk mengevaluasi kegiatan. Sedangkan pada Sabtu minggu keempat, semua unit baik itu TK, SD, maupun SMP mengadakan rapat gabungan, yang diselenggarakan di aula sekolah,” jelas Witzir.  

Dalam pelatihan untuk menunjang kompetensi guru, tak jarang Sekolah pun mengundang narasumber yang berkompeten untuk memberikan pelatihan bagi guru-guru di sekolah.Bahkan acapkali tak hanya guru di SDIT Nurul Ilmi 1 saja, kadangkala juga mengundang guru-guru dari sekolah lain di Kota Jambi.

Sekolah Sasaran K13
Sistem pembelajaran di SDIT Nurul Ilmi 1 saat ini telah menggunakan Kurikulum 2013, karena SDIT Nurul Ilmi 1 merupakan sekolah sasaran K13. Menurut Witzir, sejauh ini tidak ada kendala yang dikeluhkan para guru mengenai penerapan K13.

Selain itu, SDIT Nurul Ilmi 1 pun berupaya memasukkan budaya Jambi dalam kegiatan sekolah demi melestarikan budaya bangsa, misalnya melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Namun sejak 2016, Pemerintah Kota Jambi mengeluarkan kebijakan mengenai muatan lokal yang harus dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran, misalnya budaya melayu jambi tanah terpilih pusako batuah dan melestarikan tulisan arab melayu. Mengenai hal ini, SDIT Nurul Ilmi 1 sangat mendukung kebijakan daerah tersebut.

Drs. Syaiful Huda, M.Pd., kepala Dinas Pendidikan Kota Jambi mengatakan bahwa muatan lokal bertujuan untuk melestarikan budaya Jambi melalui generasi penerus bangsa. Demi menyukseskan program ini, Pemerintah Daerah telah menerbitkan buku adat Jambi yang bisa dipelajari siswa di sekolah. Siswa Jambi harus paham mengenai filosofi Tanah Pilih Pusako Batuah yang menjadi semboyan bagi masyarakat Jambi, yang artinya, Jambi adalah tanah yang bagus yang harus dibangun dan dikembangkan supaya senantiasa aman dan makmur. Menurut Syaiful, anak juga harus diajarkan kultur budaya Jambi, adat sopan santun, dan cara hidup manusia yang baik dalam masyarakat. “Dewasa ini, kita sudah banyak dipengaruhi oleh materi. Oleh karena itu, kita perlu petunjuk dalam hidup,” tuturnya. Syaiful berharap dengan sosialisasi dan pengembangan muatan lokal di sekolah-sekolah yang ada di Jambi akan dapat membantu untuk mengarahkan generasi sekarang dan yang akan datang menjadi generasi yang berkarakter dan menghargai nilai-nilai daerah maupun budaya bangsa.

Saat ini, terdapat 226 SD, 65 SMP, 75 SMA dan 34 SMK yang berada di Kota Jambi. Pendidikan di Provinsi Jambi menurut Syaiful sudah berjalan cukup baik meski masih ada angka anak putus sekolah, namun presentasenya sangat kecil. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah Daerah memiliki Program Sekolah Miskin. “Contohnya, tahun ini kami membuka program tersebut di SD, SMP, dan SMA yakni bekerja sama dengan Yayasan Pertiwi. Anak-anak kelas 1 kita gratiskan biaya sekolahnya dan juga mendapatkan bantuan seragam sebanyak lima setel. Mereka dimasukkan di sekolah umum tapi swasta. Tahun 2016 ini akan ada dua sekolah lagi di dua kecamatan untuk tingkat SD, SMP, dan SMA. Kami berupaya mencari sekolah yang mau bekerja sama untuk membantu anak-anak miskin seperti Yayasan Pertiwi ini,” terang pria kelahiran Jambi yang baru menjabat sebagai kepala dinas pendidikan sejak tahun 2014 ini.

SDIT Nurul Ilmi 1 pun turut berperan serta dalam membantu Pemerintah mengentaskan pendidikan, utamanya di wilayah sekitar sekolah. Sebagai sekolah swasta yang juga menjadi favorit dengan siswa-siswa yang rata-rata berasal dari kalangan menengah dan menengah atas, SDIT Nurul Ilmi 1 juga membuka pintu lebar-lebar bagi masyarakat di sekitar sekolah yang ingin menyekolahkan anaknya di SDIT Nurul Ilmi 1. “Kami siap membantu masyarakat sekitar, dan mereka justru lebih diutamakan,” kata Witzir.

Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Telanaipura, Suherman, S.Pd., mengatakan bahwa sejauh ini SDIT Nurul Ilmi 1 adalah sekolah yang berkomitmen tinggi dalam pendidikan. “SDIT Nurul Ilmi 1 adalah SD islam terbesar nomor dua di Kota Jambi yang menyelenggarakan pendidikan umum dan agama. Oleh karena itu, sekolah ini menjadi pilihan bagi masyarakat karena orangtua tidak perlu repot lagi mengenai pendidikan umum dan agama putra putrinya. Tamat SD anak sudah tamat juga bacaan Alqurannya. Sekolah ini juga sekolah swasta rujukan bagi kami ketika ada kegiatan di tingkat kecamatan, provinsi hingga nasional,” kata Suherman.

Hal yang patut diacungi jempol dari SDIT Nurul Ilmi 1, menurut Suherman antara lain adalah kualitas guru-gurunya. Kendati demikian, Suherman juga mengatakan bahwa guru-guru yang berada di sekolah-sekolah di Kecamatan Telanaipura ini telah cukup solid dan berkomitmen tinggi dalam meningkatkan kompetensinya. Setiap kali salah seorang guru mengikuti pelatihan, maka ia berkewajiban menyampaikan pelatihan atau ilmu yang didapatnya pada guru-guru lainnya setelah ia selesai mengikuti pelatihan. Suherman juga senantiasa menghimbau kepada para guru untuk menyisakan 20% anggaran dari gaji untuk peningkatan kompetensi, kualifikasi, dan menambah referensi. “Di Jambi, umumnya guru-guru sangat antusias untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi, apalagi sejak ada sertifikasi. Namun kendalanya, perguruan tinggi yang tersedia di Kota Jambi ini sangat minim, tidak seperti di Pulau Jawa. Etos kerja di sini pun cukup tinggi, terlebih karena Kecamatan Telanaipura boleh dikatakan adalah kecamatan yang terletak di pusat kota. Ketika guru tidak memenuhi kewajiban mengajarnya, ia akan dengan mudah disorot, sehingga hal itu menjadi kontrol tersendiri bagi guru-guru,” kata Suherman.

Demi menunjang kinerja dan kompetensi guru, Dra. Hj. Marni, M.M., pengawas sekolah SD dan TK menyatakan selalu siap sedia membantu para guru dengan berbagai permasalahannya. Pengawas yang membawahi 13 sekolah termasuk SDIT Nurul Ilmi 1 ini mengatakan bahwa sejauh ini guru-guru di sekolah binaannya cukup aktif dalam mengembangkan kompetensinya melalui berbagai kegiatan misalnya KKG, MGMP, dan sebagainya. Selain itu, ia juga mendorong para kepala sekolah untuk aktif dalam kegiatan MKKPS. “Dalam setiap pertemuan, kami selalu bermusyawarah tentang berbagai macam permasalahan yang dihadapi. Kalau permasalahan di sekolah bersifat individu, maka saya tak segan untuk melakukan pembinaan langsung di sekolahnya. Saya selalu siap sedia membantu mereka kapanpun mereka membutuhkan. Saya juga berupaya untuk tidak membuat jarak dengan kepala sekolah,” tutur Marni.


SDIT Nurul Ilmi 1, Kota Jambi telah menciptakan budaya sekolah sendiri sebagai identitas diri dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolah. Budaya sekolah yang telah tercipta adalah budaya unggul dan mampu bersaing di dunia global. Budaya sekolah yang selama ini menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif sehingga mampu memunculkan anak-anak berprestasi di bidang mereka masing-masing dengan predikat juara. Lulusan SDIT Nurul Ilmi 1 adalah generasi-generasi yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan iptek dan berlandaskan iman dan takwa.***


Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SD Berkarakter, Majalah SD, Dikdas, Guru (Kemendikbud)


No comments:

Post a Comment