SMA Negeri 1 Bogor : Jaga Gengsi dengan NUN Tinggi


Bagi sebagian besar siswa di SMA Negeri 1 Bogor, Ujian Nasional akan atau tidak akan mempengaruhi kelulusan bukanlah persoalan besar. Motivasi mereka untuk belajar mempersiapkan diri menghadapi ujian tetaplah tinggi. Hal tersebut diungkapkan oleh Dra. Sri Eningsih, M.Pd., kepala SMAN 1 Bogor. “Anak-anak sini kalau NUN (Nilai Ujian Nasional)-nya jelek itu gengsi. Mereka akan merasa malu jika tidak mendapat nilai yang baik. Oleh karena itu, motivasi mereka cukup tinggi untuk mendapat nilai bagus, jadi tak semata-mata bisa lulus atau tidak,” kata Ening, demikian sapaan akrabnya.

Kendati demikian, meski sangat termotivasi dengan nilai yang bagus, siswa-siswi SMAN 1 Bogor tetap menjaga integritas untuk senantiasa mengerjakan ujian dengan sikap jujur dan berkompetisi sehat. Hal tersebut tampaknya telah menjadi karakter dan budaya bagi warga SMAN 1 Bogor sejak lama. Tak heran jika kemudian SMAN 1 Bogor dianugerahi penghargaan peraih Indeks Integrasi Ujian Nasional (IIUN) tertinggi nasional dari Pemerintah.

Ening mengaku merasa kaget sekaligus amat bangga sekolah yang dipimpinnya meraih penghargaan bergengsi nasional. Meski begitu, ia merasa bahwa raihan penghargaan tersebut pun akan membawa tantangan tersendiri bagi SMAN 1 Bogor, yakni bagaimana terus memperbaiki diri dan menjaga kualitas, serta mengedepankan kejujuran, seperti himbauan Mendikbud, Anies Baswedan. Untuk itu, Ening menyiapkan beberapa strategi, antara lain dengan mengokohkan motto sekolah ‘Jujur, Disiplin, Santun, Terinspirasi Sukses’ menjadi budaya karakter sekaligus identitas warga SMAN 1 Bogor.


Demi mewujudkan itu semua, tentu diperlukan sinergi dari berbagai pihak; baik itu siswa, guru, kepala sekolah, komite sekolah maupun orangtua siswa. Dengan peran aktif semua pihak, siswa-siswi SMAN 1 Bogor akan mudah meraih cita-citanya, yakni menjadi lulusan terbaik yang juga berakhlak mulia. Ening sendiri merasa tak menjumpai banyak kesulitan dalam hal mengelola SMAN 1 Bogor. Menurutnya, anak-anak di SMAN 1 Bogor umumnya sudah memiliki karakter yang baik sehingga tak pernah menciptakan banyak masalah. “Barangkali karena dari didikan keluarganya sudah baik,” ujar wanita yang baru 8 bulan menjabat sebagai kepala di SMAN 1 Bogor ini. Di samping itu, sarana dan prasarana di SMAN 1 Bogor sudah sangat memadai. Kegiatan-kegiatan siswa dapat terakomodir dengan baik. Hal ini tentu tak lepas dari peran komite sekolah yang senantiasa mendukung kegiatan-kegiatan positif yang dapat membangun dan mengembangkan diri anak.

Program-program dari sekolah pun harus mampu mendorong dan mengembangkan kualitas diri anak, baik itu karakter maupun kompetensi akademis. Sebagai kepala sekolah, Ening senantiasa mendorong para guru untuk memberikan layanan maksimal pada siswa-siswi SMAN 1 Bogor tanpa kenal lelah. “Kami ingin tingkatkan agar anak-anak dalam mendapatkan ilmu dan ketrampilannya tersebut berada pada lingkungan yang layanannya penuh, terutama layanan pendampingan dari guru, serta layanan sarana prasarana,” tutur wanita yang sebelumnya adalah guru Kimia di SMAN 1 Bogor ini.

Budaya Karakter
Di SMAN 1 Bogor, anak-anak cukup terwadahi dalam mengembangkan dirinya baik itu dalam hal akademik maupun melalui kegiatan-kegiatan nonakademik, misalnya melalui kegiatan ekstrakurikuler. Tersedia 28 cabang kegiatan ekskul di SMAN 1 Bogor. Mereka tak sekadar dilatih dalam hal kemampuan kompetensi, namun juga mengasah kemampuan keorganisasian maupun pengembangan karakter. “Hasil yang selama ini kami lihat, rupanya banyak lulusan-lulusan SMAN 1 Bogor yang juga menjadi pemimpin ataupun koordinator bagi kawan-kawan lainnya ketika mereka sudah di perguruan tinggi,” kata Ening. 

Salah satu kegiatan menarik yang diselenggarakan SMAN 1 Bogor adalah kegiatan Turun Desa. Anak-anak mengunjungi dan melihat langsung keadaan desa-desa tertinggal yang terletak di pinggiran Kota Bogor. Kemudian mereka mengidentifikasikan semuanya, dan mengkoordinasikannya dengan pengambil kebijakan di tingkat desa tersebut. Menurut Ening, kegiatan semacam ini terbukti membawa hasil yang positif serta dapat mengembangkan pribadi anak.
Menurut Nurmawan, S.pd., wakil kepala sekolah bidang sarana, dalam membangun dan mengembangkan karakter siswa, SMAN 1 Bogor telah menyiapkan program-program kegiatan yang rutin dilakukan. Misalnya, untuk siswa baru wajib mengikuti pembinaan karakter dan training motivasi yang dilakukan pada setiap awal tahun. Ada pula kegiatan pesantren kilat (sanlat) yang rutin diadakan setiap tahun dengan penyelenggaranya adalah siswa-siswi kelas XII, yang ditujukan untuk siswa-siswi kelas XI. Kegiatan sanlat ini dibuat bertema. Salah satu contoh temanya adalah Hijrah, dengan tujuan mengajak anak-anak untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan, menjauhi sikap sombong, dan senantiasa jujur. Kegiatan-kegiatan semacam ini, meski dikelola oleh siswa, namun senantiasa berada di bawah pengawasan guru dan dukungan komite sekolah.

Tak hanya sebatas kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan karakter siswa, SMAN 1 Bogor juga menggalakkan budaya karakter di sekolah. Amat terlihat bahwa siswa-siswi SMAN 1 Bogor memiliki sikap yang santun dan peduli. Mereka terbiasa untuk memberi salam, terutama pada guru. Saat jam masuk sekolah pada pukul 06.45 wib, siswa-siswi SMAN 1 Bogor secara serentak melakukan tadarus Alquran di dalam kelas masing-masing, diawasi oleh guru. Kemudian dilanjutkan dengan menyimak kultum (kuliah tujuh menit) secara sentral melalui pengeras suara. Setelah itu adalah menyanyikan Indonesia Raya secara serentak dikomando melalui pengeras suara, dan kemudian dilanjutkan dengan budaya membaca buku selain buku pelajaran selama 10 – 15 menit sebelum memulai pelajaran untuk memperluas cakrawala, mendapat tambahan pengetahuan lain. Siswa dapat membaca buku apa saja, dapat meminjam dari perpustakaan, atau bahkan dapat membaca melalui ebook. Guru kemudian dapat mengarahkan siswa untuk membuat resume mengenai apa yang sudah dibaca. Kegiatan-kegiatan semacam ini rutin dilakukan setiap hari di SMAN 1 Bogor. Sedangkan upacara bendera dilakukan setiap dua minggu sekali dikarenakan tempat upacara yang terbatas.

Atmosfer religius di lingkungan SMAN 1 Bogor pun benar-benar terasa. Di sini, shalat berjamaah menjadi salah satu pembiasaan di SMAN 1 Bogor, yang dilakukan atas dasar kesadaran siswa masing-masing. Guru tak lagi perlu menggiring siswa untuk melakukan shalat berjamaah. Setiap tiba waktu shalat dhuhur atau salah dhuha, musalla selalu penuh. Guru dan siswa melakukan shalat berjamaah secara bergantian. “Bahkan anak-anak menggalakkan pula satu kebiasaan yang dinamakan tahajud call, yakni saling mengingatkan di antara siswa, misalnya waktu shalat tahajud melalui media telekomunikasi,” kata Nurmawan, yang juga adalah guru Ekonomi.

Perbaiki Nilai dengan Remedial
Dalam hal akademik, ada beberapa kiat yang dilakukan SMAN 1 Bogor untuk tetap menjaga kualitas kompetensi akademik siswa-siswinya. Salah satunya adalah melalui remedial test atau remedial teaching. Ening senantiasa menegaskan kepada para guru untuk memberikan layanan terbaik bagi siswa, terutama dalam hal memberikan siswa remedial test. Harapannya, prestasi terbaik di akhir masa sekolah dapat diraih melalui proses yang adil karena menggunakan instrumen yang telah disediakan. “Anak-anak ini semua pintar-pintar. Hanya dalam mencapai kompetensinya, mereka dibedakan oleh waktu, ada yang cepat, ada yang lama. Nah, yang lama ini harus diberi kesempatan. Saya selalu ingatkan itu dan guru-guru pun harus menyadari serta harus mau melakukan itu. Dengan diberikannya kesempatan memberbaiki nilai, anak akan mendapatkan nilai yang diharapkan, dan orangtua pun merasa puas karena anaknya sudah dilayani dengan baik,” tutur Ening.

Dengan tingkat kepuasan orangtua yang tinggi, maka tingkat kepercayaan mereka pada sekolah pun tinggi. Tak heran jika orangtua dan komite senantiasa mendukung sekolah, selama itu menyangkut pengembangan siswa dan peningkatan kualitas sekolah. “Selama ini, komite sekolah telah banyak membantu. Misalnya dengan pengadaan komputer untuk UNBK, mobil sekolah, dukungan atas berbagai kegiatan kompetisi maupun kegiatan sekolah lainnya, kunjungan ke luar negeri, dan sebagainya,” ungkap Ening. Menurutnya, bantuan itu tak harus melalui pungutan sumbangan orangtua murid, namun seringkali pula melalui sponsorship yang diupayakan dan dikelola oleh komite sekolah.

Dalam hal persiapan ujian, SMAN 1 Bogor telah mengantisipasi persiapan ujian UN bahkan sejak sebelum semester 2 dimulai, yakni melalui program persiapan Ujian Nasional. Para siswa dilatih untuk sesering mungkin mengerjakan banyak try out, mulai dari try out yang dipersiapkan sekolah hingga try out yang diadakan di luar sekolah. Mereka juga sudah dipersiapkan untuk mengerjakan ujian dengan sistem UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer), dimana sekolah sudah mempersiapkan fasilitasnya. “Persiapannya harus lebih kuat. Apalagi kita mendapat penghargaan IIUN,maka itu harus dijaga. Bagaimanapun, kita harus meluluskan anak dengan nilai UN yang baik,” kata Nurmawan.

Pasalnya, hasil UN yang baik dapat menjaga dan mengangkat citra nama baik SMAN 1 Bogor di mata masyarakat, dan hal itulah yang senantiasa dipertahankan oleh SMAN 1 Bogor. Bahkan sejak awal berdiri, sekolah yang saat ini memiliki 1.035 siswa dengan 27 rombongan belajar ini selalu menjadi sekolah negeri terfavorit di kota Bogor. Tetap menjadi favorit hingga sekarang karena SMAN 1 Bogor dapat terus menjaga citra dan kualitas unggulannya. Telah banyak alumni-alumni SMAN 1 Bogor yang telah berkiprah nyata membangun bangsa dan negara. Beberapa diantaranya adalah Walikota Bogor Bima Arya, tokoh pendidikan Professor Arief Rahman, ahli ekonomi Prof. Dr. Emil Salim yang merupakan angkatan pertama SMAN 1 Bogor, dan lain sebagainya.

Jaringan Alumni yang Solid
Namun demikian, siswa-siswi SMAN 1 Bogor tak hanya berpuas dengan target Ujian Nasional, namun mereka juga berkompetisi dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk masuk ke universitas-universitas terbaik di negeri ini. Sejak tahun 2006, siswa-siswi SMAN 1 Bogor yang masuk ke perguruan tinggi mencapai 95%. Bahkan pada tahun 2015 daya serap ke perguruan tinggi mencapai 98%.

Salah satu unsur yang memiliki peran memotivasi siswa-siswi SMAN 1 Bogor adalah jaringan alumni. “Disini, para alumni terus membina adik-adiknya untuk memiliki karakter bahwa manakala mereka telah lulus nanti, mereka juga akan bisa memberikan informasi ke adik kelasnya dengan lebih baik. Anak-anak disini cenderung memiliki sikap ingin terus memperjuangkan almamaternya di manapun mereka berada. Oleh karena itu, ketika mereka sudah berada di perguruan tinggi, mereka harus baik,  karena jika tidak begitu, maka porsi untuk adik-adiknya diterima di perguruan tinggi akan berkurang,” ujar Nurmawan.

Selain itu, sekolah juga memfasilitasi kegiatan ekspo pendidikan yang menghadirkan berbagai universitas negeri maupun swasta. “Kami juga sering mendatangkan narasumber-narasumber khusus dari universitas terkemuka untuk memberikan informasi yang lebih luas tentang bagaimana memilih program dan bagaimana kiat anak yang potensial tersebut diterima dengan sebaik-baiknya. Setiap kali kegiatan tersebut diadakan, animo orangtua untuk mengikutinya besar sekali. Mereka datang dan menyimak dengan seksama demi masa depan putra putri mereka.

“Disini, permasalahan yang seringkali saya jumpai justru menghadapi orangtua yang sangat berambisi untuk memasukkan anaknya ke universitas-universitas favorit, misalnya ke UI. Padahal yang ingin masuk ke UI juga banyak, sehingga tidak mungkin bisa diterima semua. Oleh karena itu, saya harus memberikan pengertian pada mereka. Namun sebenarnya saya juga cukup memaklumi, karena toh mereka hanya menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya,” kata Ening.

Kendati kadangkala orangtua siswa ambisius dengan masa depan anak, namun hampir sebagian besar orangtua siswa tak pernah memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya. Hal ini pun dilakukan oleh Esti Rahayu, salah satu orangtua siswa SMAN 1 Bogor yang juga menjadi anggota komite sekolah. “Saya tidak pernah memberikan target pada anak saya. Yang saya lakukan hanya memberikan pengertian pada mereka bahwa sukses mereka di hari nanti adalah upaya mereka di hari ini. Dengan pencapaian dan minat dia sendiri, maka maka mereka pasti bisa sukses karena setiap anak mempunyai kelas dan minat yang berbeda-beda. Apapun jurusan yang diambil, kalau dilakukan secara profesional, pasti akan sukses. Orangtua hanya mendukung,” katanya.

Esti mengaku bahwa SMAN 1 Bogor adalah pilihan utamanya saat memutuskan untuk memasukkan anaknya ke jenjang pendidikan atas, meski seleksi siswa barunya cukup ketat. Salah satu alasannya adalah karena prestasi sekolah yang tak lagi diragukan. “Di sini tingkat kompetisinya bagus dan tidak ada kesenjangan sosial. Saya dari keluarga sederhana, dan anak saya tidak pernah merasa minder di sini. Selain itu, anak juga menjadi sangat mandiri karena sekolah memberi ruang untuk melatih kemandirin anak, misalnya dalam mengelola organisasi atau kegiatan, namun tetap dalam pantauan sekolah,” tutur ibu tiga anak ini.

Tergambar jelas bahwa menjadi bagian dari SMAN 1 Bogor adalah dambaan bagi banyak masyarakat di Kota Bogor, baik itu siswa maupun orangtua. Bagas Rizky Sofyan, siswa kelas XII IPS di SMAN 1 Bogor mengatakan bahwa dirinya merasa sangat senang menjadi murid di SMAN 1 Bogor. “Di sini nyaman karena semua fasilitas dan penunjangnya banyak dan lengkap. Kalau pas tidak ada pelajaran, saya senang menghabiskan waktu di perpustakaan karena perpustakaan kami dilengkapi wifi dan komputer. Di sana, kami biasa membuat kelompok belajar untuk membahas soal dan searching internet,” kata siswa yang menyukai pelajaran ekonomi ini.

Saat ditanya mengenai Ujian Nasional yang tidak menentukan kelulusan, menurut Bagas hal tersebut adalah kebijakan yang cukup baik karena dapat meringankan beban siswa. Kendati demikian, ia mengatakan bahwa kebijakan tersebut tak terlalu mempengaruhi kinerjanya dalam menyiapkan diri menghadapi UN. “Saya ingin membahagiakan orangtua saya. Kalau saya bisa meraih nilai UN tertinggi, itu akan menjadi kebanggaan bagi keluarga saya. Selain itu, nilai UN juga mempengaruhi akreditasi sekolah, yang nantinya juga akan berpengaruh untuk masuk ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, saya tidak mau mengecewakan di hasil UN ini,” katanya.

Sedangkan Jihad Alif, siswa kelas XII IPA di SMAN 1 Bogor, juga berpendapat bahwa untuk menghadapi UN, diperlukan persiapan yang matang. Bagaimanapun, orientasinya tak hanya sebatas UN, namun juga untuk mempersiapkan diri bersaing dalam merebut kursi di perguruan tinggi favorit. “Sebelum masuk ke dunia perguruan tinggi, kita harus punya dasar yang kuat terlebih dahulu. Nah, di SMA inilah kita memperkuat dasar keilmuan kita, jadi bukan semata-mata ingin memperoleh nilai yang tinggi saja. Apalagi sejak kecil orangtua saya juga mengajarkan bahwa nilai itu bukan apa-apa, tapi yang terpenting adalah pemahaman ilmunya. Nilai bisa jelek dan bisa bagus, tapi ilmu pasti akan selalu bermanfaat sampai kapanpun,” kata siswa yang ingin masuk ke fakultas teknik sipil dan lingkungan Institut Teknologi Bandung ini.

Menjaga Karakter Baik
Dalam hal memotivasi siswa-siswinya, SMAN 1 Bogor pun menyiapkan reward bagi siswa-siswi yang berprestasi. Menurut Nurmawan, setiap ada siswa yang meraih prestasi, maka nama mereka akan diumumkan saat upacara bendera, dan ia pun berhak atas uang saku dari sekolah. “Kami juga membebaskan dia dari berbagai macam sumbangan komite,” katanya.

Sedangkan untuk punishment atau hukuman, Nurmawan mengaku bahwa hal tersebut jarang dilakukan di SMAN 1 Bogor. Pasalnya, siswa-siswi SMAN 1 Bogor rata-rata memiliki karakter dan perilaku yang cukup baik dan jarang membuat masalah. Hampir tidak pernah terdengar ada yang terlibat dalam tawuran, narkoba, dan sebagainya. “Kami punya tata tertib, dan saat mereka diterima di SMAN 1 Bogor, mereka harus menandatangani pakta integritas. Kalaupun ada yang harus dihukum, misalnya karena sering datang terlambat, tidak pernah ada hukuman yang berlebihan. Paling berat adalah pihak orangtua yang dipanggil ke sekolah, dan itupun akan kami komunikasikan dengan baik mengenai masalah anaknya, berikut mencari solusinya,” tutur Nurmawan.

Hal senada juga diungkapkan Basuki Rachmad, S.Pd., wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Bahkan ia juga mengungkapkan bahwa siswa saat ini cenderung lebih kritis jika dibanding siswa-siswa di jaman dulu. “Kalaupun mau memberi hukuman, dia harus jelas dan paham dulu salahnya apa, karena kalau tidak, dia akan selalu mencari celah. Namun ketika mereka paham tentang kesalahannya, maka mereka tidak keberatan untuk menanggung apapun. Kendati demikian, dikarenakan saat ini sudah tidak diperkenankan lagi hukuman yang berlebihan, maka kami para guru paling-paling hanya melakukan pendekatan yang persuasif saja pada mereka,” tuturnya. 

Basuki yang sudah bertugas di SMAN 1 Bogor sejak tahun 1991 merasa bangga memiliki kesempatan mengajar di sekolah paling favorit di kota Bogor tersebut. Demikian pula dengan guru-guru lainnya, bahwa menjadi bagian dari SMAN 1 Bogor adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Kendati demikian, menjadi tenaga pendidik di SMAN 1 Bogor bukanlah hal yang ringan. Guru harus senantiasa meningkatkan kompetensinya dan tak lelah mendampingi serta memberikan pelayanan terbaik bagi siswa untuk mencapai prestasi yang dibanggakan dan kualitas manusia yang diimpikan. 
Meski menjadi yang terbaik di Kota Bogor, SMAN 1 Bogor senantiasa terus meningkatkan kualitas kompetensinya demi menjaga citra dan nama baik sekolah. Namun yang paling penting adalah berperan dalam mengantarkan masa depan generasi bangsa menuju kesuksesan gemilang. ***


Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SMA di Indonesia dengan Indeks Integritas Tertinggi (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment