SMK Negeri 1 Alas : Andalkan Unit Produksi


Jika hendak menengok Pulau Bungin, sebuah pulau kecil yang dikenal sebagai pulau terpadat di dunia, ada banyak hal yang bisa dinikmati, tak hanya sekadar pemandangan perkampungan padat penduduk saja. Sebuah restoran apung siap sedia menyajikan produk-produk hasil laut seperti ikan segar dengan harga yang sangat terjangkau. Di samping itu, wisatawan pun dapat mencoba aktivitas snorkeling. Hanya dengan 20 ribu rupiah, kita sudah mendapatkan fasilitas set perlengkapan snorkeling, pemandu, dan waktu hingga satu jam lamanya untuk memanjakan mata di keindahan bawah laut.

Proyek baru ini membuat senang Sukiman dan rekan-rekannya yang tergabung dalam Kelompok Bungin Mandiri, yakni kelompok pemberdayaan masyarakat Pulau Bungin melalui produktivitas pemberdayaan hasil laut dan pelestarian kekayaan laut. Meski demikian, Kelompok Bungin Mandiri, yang dirintis sejak tahun 2014 dan kini telah memiliki 25 anggota ini tak bekerja sendiri. Tim dari SMK Negeri 1 Alas bahu membahu merintis dan memberdayakan potensi kekayaan laut di Pulau Bungin sehingga menjadi sumber pendapatan masyarakat Pulau Bungin.

“Kami mengusahakan pembibitan ikan hingga panen, kemudian kami jual, baik di luar maupun di restoran apung milik kami. Ada ikan ikan bawal bintang, ikan kerapu cantang, kerapu cantik, kerapu tikus, lobster, dan berbagai jenis ikan lainnya. Kami juga berupaya untuk memperbaiki terumbu karang untuk menyelamatkan keberadaan ikan-ikan serta memajukan pariwisata di sini, terlebih karena Pulau Bungin telah dikenal dengan wisata adat dan budayanya,” Sukiman menjelaskan.


Proyek yang optimistis ini terasa lebih nyata untuk segera terwujud dan berkembang pesat berkat adanya peran serta dari tim SMK Negeri 1 Alas. Bahkan Sukiman mengatakan bahwa tempat usaha Kelompok Bungin Mandiri pun secara berkala selalu menerima para taruna (sebutan siswa SMK Negeri 1 Alas) untuk praktek atau pra magang. “Para taruna yang umumnya adalah kelas 1 dan 2 dapat belajar mengenali jenis-jenis ikan yang ada di sini. Kami juga mendampingi mereka dalam praktek berenang,” ujar Sukiman lagi. Bahkan ia juga mengatakan bahwa usaha Kelompok Bungin Mandiri tak segan untuk merekrut lulusan SMK Negeri 1 Alas sebagai staff di restoran apung maupun untuk lini wisatanya.

Hubungan kerjasama yang harmonis antara Kelompok Bungin Mandiri dengan SMK Negeri 1 Alas ini pun membuahkan perkembangan yang cukup pesat bagi kelangsungan Kelompok Bungin Mandiri khususnya, dan masyarakat Pulau Bungin pada umumnya. Surjanah, S.E, ANT III., wakil kepala SMK Negeri 1 Alas Bidang Sarana dan Prasarana mengatakan bahwa sejak tahun 2007, tim SMK Negeri 1 Alas pun cukup intens memberikan pendampingan dan pembinaan kepada Kelompok Bungin Mandiri, misalnya dalam penyiapan keramba ikan, bibit, ataupun pakan. Bahkan tim SMK Negeri 1 Alas pun berupaya untuk menghubungkan Kelompok Bungin Mandiri dengan dinas-dinas terkait sehingga pemberdayaan ini semakin dipermudah dan mendapatkan sokongan yang tepat,” katanya.

Bentuk kerjasama antara Kelompok Bungin Mandiri dengan SMK Negeri 1 Alas merupakan bukti betapa kiprah SMK nyata-nyata membawa manfaat dan keuntungan bagi masyarakat maupun bagi lingkup pendidikan itu sendiri. Simbiosis mutualisme macam inilah yang semakin dipupuk dan dikembangkan oleh SMK Negeri 1 Alas, seperti yang disampaikan oleh Gunawan, S.Pd., kepala SMK Negeri 1 Alas. Ia juga telah memiliki program kerja mengoptimalkan unit produksi atau sektor bisnis SMK sebagai peluang dan potensi besar untuk mendukung pendidikan.

SMK Negeri 1 Alas merupakan sebuah sekolah menengah kejuruan yang berfokus pada kemaritiman, dalam hal ini adalah pelayaran dan perikanan. Sekolah yang terletak di Jalan Raya Alas – Sumbawa, Labuhan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini awalnya dikenal sebagai SMK Perikanan dan Kelautan. Tahun 2005, terbitlah nomenklatur perubahan nama menjadi SMK Negeri 1 Alas.

Berdiri tahun 2003, perjalanan perkembangan SMK Negeri 1 Alas pun penuh corak warna. Namun sekolah yang dipimpin oleh Gunawan, S.Pd. sejak tahun 2014 ini kini semakin mantap mengembangkan sayapnya, kokoh pada tujuan melahirkan sumber daya manusia kompeten dalam mengelola potensi kemaritiman di Indonesia. Saat ini, SMK Negeri 1 Alas menyediakan 8 kompetensi keahlian, antara lain Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI), Nautika Kapal Niaga (NKN), Teknik Kapal Penangkap Ikan (TKPI), Budidaya Perikanan (BP), Teknik Sepeda Motor (TSM), Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Multimedia (MM), dan Teknik Komunikasi dan Jaringan (TKJ).

Jumlah total siswa atau taruna-taruni di SMK Negeri 1 Alas adalah 1.070 siswa. Jumlah siswa yang paling besar menurut Gunawan ada di Jurusan Perikanan dan Pelayaran, yang mencapai hingga 700 siswa. Sedangkan sisanya ada di jurusan Teknik Sepeda Motor (TSM), Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Multimedia (MM), dan Teknik Komunikasi dan Jaringan (TKJ).

Banyak Dikirim ke Luar Negeri
Hingga saat ini, kompetensi keahlian yang memiliki peminat paling banyak menurut Gunawan adalah Nautika Kapal Penangkap Ikan dan Agribisnis Perikanan, terutama pada dua tahun terakhir, jumlah siswa meningkat hingga lebih dari 100 persen. Yang menjadi daya pikat kompetensi keahlian ini adalah adanya peluang bagi para siswa atau taruna untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi di luar negeri. Bagi masyarakat Sumbawa yang juga memiliki kultur perantau, peluang ini tentu merupakan kesempatan emas yang sayang untuk dilewatkan. Tak heran jika untuk kedua kompetensi keahlian ini, nyaris sebagian besar tarunanya mendapat dukungan dari para orangtua.

Seperti halnya yang dirasakan I Gusti Ngurah Agung Gede Arya Udiyana, siswa kelas XII Jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan. Sejak masih duduk di bangku SMP, Agung, demikian ia akrab disapa, bahkan telah memaku impiannya untuk suatu saat dapat bekerja di Jepang. Oleh karena itu, ia harus mencari jalan yang dapat mengantarkannya mewujudkan impiannya lebih dekat. Dengan berbagai informasi yang ia dapat, akhirnya ia mengetahui bahwa salah satu cara yang dapat mewujudkan impiannya adalah dengan bersekolah di SMK Negeri 1 Alas. Saat ia diterima, ia merasa sangat bersyukur, terlebih kedua orangtuanya pun amat mendukungnya.


“Sekolah ini punya hubungan kerja dengan Jepang, maka itu saya sangat tertarik masuk ke sini. Orangtua juga sangat mendukung. Saya sangat berharap pada saat tes seleksi ke Jepang nanti saya bisa lulus. Salah satu upaya saya antara lain giat belajar bahasa Jepang dan latihan fisik, misalnya angkat barbel,” ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini.

SMK Negeri 1 Alas memang telah menjalin kerjasama yang cukup erat dengan perusahaan maun agen yang mampu mengantarkan para lulusan bekerja di luar negeri. Misalnya dengan PT. Pudji Utami, PT Semesta Indonesia, PT. Harapan Anda, dan lain sebagainya. Menurut Gunawan, kerjasama ini bahkan telah berlangsung sejak tahun 2006. Para lulusan SMK Negeri 1 Alas telah banyak yang dikirim ke Jepang, Korea, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan banyak lagi negara lainnya.

Biasanya, para agen tenaga kerja langsung datang ke sekolah untuk menyeleksi para lulusan taruna. Umumnya, para lulusan tersebut dipekerjakan di kapal-kapal penangkap ikan, kapal-kapal pesiar, kapal-kapal niaga, bahkan adapula sebuah pabrik elektronik di Malaysia yang ingin merekrut para lulusan SMK Negeri 1 Alas meski secara keilmuan berbeda. Mereka memandang para lulusan SMK Negeri 1 Alas memiliki nilai plus tersendiri, yakni karakter yang baik dan kedisiplinan yang tinggi. Kompetensi keahlian dapat diajarkan dengan cepat, yang penting calon tenaga kerja ini memiliki karakter yang bagus. Pendapatan yang diperoleh para lulusan ini pun cukup menggiurkan, bahkan mampu membantu mengangkat perekonomian keluarga di tanah asal.

Biasanya mereka menandatangani kontrak dengan masa kerja antara 1 – 3 tahun. Setelah kontrak selesai, banyak dari mereka yang memilih pulang ke kampung halaman kemudian membuka usaha baru. Ada pula yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk meraih sertifikat pelayaran yang lebih tinggi lagi. Dengan sertifikat yang lebih tinggi, mereka nantinya juga akan mendapatkan pekerjaan dan posisi yang lebih tinggi lagi, yang tentunya menawarkan penghasilan yang jauh lebih tinggi.

Di bidang pelayaran dan perikanan, tingkatan karir memang merupakan urusan yang cukup rumit dan memerlukan perjuangan panjang. Bagi yang tak puas dengan hanya sekadar menjadi ABK (anak buah kapal), maka untuk menjadi perwira kapal atau nahkoda harus menempuh beberapa sertifikat yang telah ditentukan oleh Kementerian Perhubungan (untuk pelayaran) atau Kementerian Perikanan dan Kelautan (untuk perikanan). Semakin tinggi tingkatannya, semakin sulit pula persyaratan yang diperlukan.

Bagi para taruna di SMK, khususnya di SMK Negeri 1 Alas, mereka hanya mendapatkan sertifikat BST maupun Buku Pelaut yang ditempuh saat mereka duduk di bangku kelas XI. Untuk meraih sertifikat BST pun tidaklah mudah, pun tidaklah murah. Budi Susilo, S.Pd., guru di jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan mengatakan bahwa sejauh ini para taruna SMK Negeri 1 Alas benar-benar harus berjuang keras untuk memperoleh sertifikat-sertifikat dikarenakan persyaratan yang cukup sulit ditembus. “Sejauh ini, untuk mendapatkan sertifikat BST saja kami harus pergi ke Bali terlebih dahulu, dan itu tentu memakan banyak biaya dan energi. Saya sangat berharap Dinas Perikanan dan Kelautan dapat memfasilitasi atau mempermudah akses untuk meraih sertifikat-sertifikat tersebut, misalnya dengan mengadakan tes sertifikat di provinsi, sehingga itu memudahkan kami yang berada di Provinsi NTB,”kata Budi.

Budi juga mengeluhkan bahwa acapkali kebijakan antara Kemdikbud dengan Kementerian Perikanan dan Kelautan tidak sejalan atau tak saling mendukung sehingga hal itu menyulitkan para taruna di SMK Kemaritiman. “Misalnya, kadangkala Dinas Kelautan mengadakan pelatihan teknologi pembuatan jaring. Sayangnya, sekolah tidak dilibatkan, padahal seharusnya mereka menyadari bahwa pengetahuan itu amat diperlukan bagi para taruna karena mereka adalah generasi penerus bangsa yang nantinya akan diserahi tanggung jawab mengelola potensi kemaritiman di Indonesia,” ungkapnya.

Meski demikian, berbagai tantangan tersebut tak menyurutkan semangat SMK Negeri 1 Alas untuk terus mencetak generasi yang akan berperan penting dalam menjaga potensi kemaritiman di Indonesia. Nyatanya, setiap tahun sekolah berhasil mencetak lulusan yang benar-benar memiliki nilai jual yang tinggi. Para lulusan SMK Negeri 1 Alas yang menjadi perwira di kapal pun cukup banyak. Keberhasilan-keberhasilan inilah yang membuat nama SMK Negeri 1 Alas menjadi harum di mata masyarakat.

Namun demikian, kesuksesan sebuah sekolah dicapai atas kerjasama banyak pihak dan berbagai unsur. Dalam hal SMK Negeri 1 Alas, kesuksesan sekolah merupakan hasil kerja keras tim yang solid, antara lain kepala sekolah, guru, pihak dunia industri, maupun komite sekolah.

Menjadi Mediator bagi Sekolah
Peran komite sekolah tentu sangat penting, terutama untuk menjembatani sekolah dengan pihak wali murid. Sulaeman, S.Pd., ketua komite SMK Negeri 1 Alas mengatakan bahwa pekerjaan komite sekolah tak bisa dianggap ringan karena komite harus benar-benar dapat menjadi jembatan untuk mengakomodir kebijakan sekolah maupun kehendak para wali murid. Misalnya dalam soal biaya atau anggaran sekolah, komite harus benar-benar menjadi mediator yang baik, sehingga apa yang dibutuhkan oleh sekolah jangan sampai menjadi beban berat  bagi para wali murid. Sulaeman juga mengatakan bahwa anggaran komite sekolah di SMK Negeri 1 Alas masih sangat diperlukan mengingat kebutuhan sekolah yang acapkali tak bisa dipenuhi hanya dengan mengandalkan anggaran dari sekolah, misalnya gaji untuk para guru/tenaga pendidik honorer. Padahal di SMK Negeri 1 Alas, jumlah tenaga honorer jauh lebih banyak daripada yang telah diangkat menjadi pegawai negeri. Keberadaan guru honorer ini pun dirasa amat penting dan sangat membantu mewujudkan pembelajaran yang sempurna.

“Kami harus mencari jalan tengah bagaimana caranya supaya anggaran komite tidak memberatkan wali murid namun juga tidak menghambat kinerja sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang ideal. Sejauh ini, semuanya berjalan dengan baik. Kami selalu mengkomunikasikan pada wali murid secara transparan apa saja kebutuhan sekolah untuk menghindari asumsi masyarakat mengenai pungli,” jelas Sulaeman.

Selain itu, komite sekolah juga berkontribusi untuk membantu sekolah mencari jalan alternatif untuk mendapatkan berbagai kemudahan atau fasilitas yang menunjang sekolah. “Kami membantu sekolah, misalnya dengan melobi instansi atau dewan legislatif dan sejauh ini kami telah banyak berhasil. Maka itu, SMK Negeri 1 Alas banyak memperoleh bantuan sarana prasarana maupun berbagai fasilitas,” kata Sulaeman lagi.

Guru Harus Kompeten dan Disiplin
Selain komite, guru juga merupakan ujung tombak keberhasilan sekolah dalam mencetak generasi-generasi yang kompeten dan berkarakter. Sejauh ini, hal pertama yang dilakukan Gunawan adalah berupaya untuk menyamakan persepsi, visi maupun misi sekolah kepada para guru. Kualitas guru pun tak sekadar ditinjau dari penguasaan dan pengembangan kompetensinya, namun juga tentang integritasnya sebagai seorang pendidik. Tak hanya para taruna, guru pun juga harus disiplin dan taat pada aturan sekolah.  

Di SMK Negeri 1 Alas, terdapat 150 orang tenaga pendidik dan kependidikan. Jumlah guru yang berstatus PNS hanya 42 orang, sedangkan tenaga honorer di sekolah sebanyak 108 orang. Para guru di SMK Negeri 1 Alas dituntut untuk selalu termotivasi meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, sekolah tak segan untuk memberikan kesempatan bagi para guru untuk belajar, misalnya melalui pelatihan-pelatihan, baik yang diadakan oleh dinas ataupun pelatihan dengan melibatkan pihak dunia industri, misalnya dalam hal pemagangan guru. Oleh karena itu, guru pun harus memiliki hubungan yang baik dengan dunia industri. Sekolah pun tak segan untuk memberikan reward atau apresiasi bagi para guru yang berprestasi atau memiliki integritas yang bagus.

Khairul Amal, S.Pd., pengawas SMK mengatakan bahwa  perlakuan antara guru PNS dengan guru honorer harus berbeda. “Untuk PNS, mereka dapat diperlakukan sesuai juknis/juklak, aturan yang berlaku. Sedangkan untuk honorer, sekolah harus menyadari bahwa mereka memiliki ruang gerak terbatas, oleh karena itu sekolah harus memiliki strategi bagaimana caranya supaya para guru honorer tetap mendapatkan hak yang sepantasnya. Namun sejauh ini saya lihat SMK Negeri 1 Alas memiliki manajemen yang baik. Saya juga telah melihat banyak sekali pembenahan yang dilakukan, terutama mengenai kondisi lingkungan yang kini telah jauh berbeda, menjadi jauh lebih baik. Tak heran jika SMK Negeri 1 Alas ini kini menjadi sekolah favorit, terutama di Kecamatan Alas,” kata Khairul. 

Di SMK Negeri 1 Alas, guru pun diharapkan memiliki kedisiplinan yang tinggi, karena bagaimanapun guru adalah teladan bagi para siswanya. Dalam hal kedisiplinan, Gunawan telah menerapkan beberapa strategi. Misalnya, dalam hal kedatangan atau absensi guru, ia memberlakukan absensi wajah. Dengan demikian, diharapkan guru dapat selalu tepat waktu dalam menunaikan kewajibannya. Selain itu Gunawan juga memberikan kepercayaan dan wewenang bagi masing-masing ketua prodi untuk mengelola jurusannya masing-masing, termasuk dalam hal bertanggung jawab terhadap kedisiplinan guru-gurunya. Ketua prodi juga diharapkan dapat mengembangkan jurusannya masing-masing, misalnya melalui unit produksi ataupun inovasi pembelajaran.

Sekolah Paling Luas
Tak hanya membina kinerja para pendidik maupun tenaga kependidikannya, Gunawan juga melakukan banyak pembenahan maupun pengembangan dalam hal fasilitas, sarana dan prasarana sekolah. Terutama dalam hal sarana fisik sekolah, sejauh ini telah banyak kemajuan yang dapat dilihat di SMK Negeri 1 Alas. Sekolah yang memiliki 35 rombongan belajar ini telah berhasil mengadakan berbagai peralatan maupun fasilitas yang menunjang pembelajaran siswa, misalnya pengadaan kapal tangkap untuk jurusan nautika, hingga sebelas kolam ikan yang ada di bagian depan sekolah untuk menunjang unit produksi. Sekolah juga menyediakan asrama sekolah bagi siswa yang bertempat tinggal jauh dari sekolah.

Apalagi SMK Negeri 1 Alas memiliki potensi yang cukup besar untuk terus dikembangkan. Sekolah yang juga dikelilingi perbukitan ini memiliki luas hingga 24 hektar, sehingga masih memiliki peluang untuk menambah berbagai fasilitas, sarana dan prasarana lainnya. Bahkan Gunawan memimpikan bahwa di depan sekolah tersebut dapat dibangun sebuah pelabuhan kapal kecil sehingga lebih memudahkan para taruna untuk praktek belajar.

Selain itu, sekolah juga banyak mendapatkan berbagai fasilitas maupun peralatan praktek dari pihak dunia industri maupun para stakeholder lainnya. Hal ini dikarenakan sejauh ini SMK Negeri 1 Alas cukup intens dalam berupaya menjalin kerjasama maupun hubungan baik dengan pihak dunia industri. Jalinan kerjasama tersebut tak hanya berupa kerjasama dalam penempatan siswa prakerin, namun juga dalam hal rekruitmen, guru tamu, bahkan hingga bantuan CSR.

Salah satu pihak du/di yang juga cukup intens dalam hal ini adalah PT Perama Center, sebuah perusahaan pariwisata yang berpusat di Bali. Perusahaan ini bahkan telah memberikan dua unit bus sekolah dan satu unit mesin teknik otomotif yang juga bisa digunakan sebagai mesin teknik kapal sebagai bentuk apresiasi kepada hasil kualitas dan kiprah SMK Negeri 1 Alas. Menurut Gunawan, keberadaan bus ini dirasa sangat meringankan mobilitas sekolah, terutama saat mengantar para taruna untuk melaksanakan kegiatan prakerin di tempat usaha para du/di yang telah sepakat dalam jalinan kerja sama.

Dikarenakan banyaknya jumlah taruna-taruni di SMK Negeri 1 Alas, baik kepala sekolah, guru, maupun tim BKK pun harus giat bahu membahu untuk mencari dan membuka peluang kerjasama dengan para pihak du/di. “Kami mencari du/di yang peduli dengan dunia pendidikan, dengan harapan mereka pun dapat memberikan pembinaan yang terstruktur kepada para taruna-taruni,” kata Budi Susilo, guru NKPI.

Meski demikian, sekolah juga harus memahami, tenaga seperti apakah yang diharapkan oleh pihak du/di. Seperti halnya di PT. Perama Center, mereka berharap para taruna memiliki multi talenta, tak sekadar ilmu yang diambil dan dipelajarinya di sekolah. “Perama mengharapkan anak-anak yang multitalenta, artinya taruna tersebut harus bisa menguasai banyak kompetensi, misalnya menjalankan kapal,  menjaga ruang mesin, mencuci kapal, menjadi koki di dapur, dan sebagainya,” kata Budi.

Di samping itu, karakter juga menjadi bagian penting yang kerap menjadi pertimbangan utama bagi pihak du/di. Oleh karena itu, sekolah pun memiliki program budaya karakter di sekolah untuk membentuk, membiasakan dan menanam karakter kuat pada diri para taruna-taruni SMK Negeri 1 Alas.

Jasmani Militer
Beberapa budaya sekolah yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Alas antara lain upacara bendera yang wajib diikuti semua warga sekolah pada hari Senin pagi. Jam pembelajaran di SMK Negeri 1 Alas dilaksanakan sejak pukul 07.00 wita hingga selambat-lambatnya pukul 14.30 wita, dari hari Senin hingga hari Sabtu. Pada hari Selasa hingga hari Sabtu diadakan apel pagi bagi seluruh siswa. Sedangkan pada hari Jumat pagi dilaksanakan kegiatan imtak (iman dan takwa), yakni kegiatan yang bersifat keagamaan, misalnya mengaji bersama ataupun mendengarkan tausiyah bersama-sama. 

Khusus untuk para taruna-taruni kelas X dan kelas XI diwajibkan mengikuti Jasmani Militer (Jasmil), yang biasanya dilaksanakan pada sore hari usai jam pelajaran. Dalam pembinaan dan pembimbingan Jasmil, sekolah bekerja sama dengan TNI Angkatan Darat. Kegiatan Jasmil meliputi aktivitas-aktivitas yang melatih fisik dan kedisiplinan. Melalui Jasmil, diharapkan kedisiplinan dan ketahanan fisik para taruna semakin bertambah, karena bagaimanapun, dalam dunia pelayaran dan kemaritiman, fisik dan mental yang kuat amat diperlukan dan menjadi pertimbangan utama para du/di dalam rekruitmen.

Prakerin Diantar Bus Sekolah
Kegiatan prakerin di SMK Negeri 1 Alas dilaksanakan menjelang taruna duduk di bangku kelas XII selama kurun waktu 4 – 6 bulan, tergantung kesepakatan antara sekolah dengan pihak du/di. Tim guru akan menentukan ke mana para taruna ditempatakan selama proses prakerin berlangsung melalui berbagai pertimbangan. Sekolah pun memberi ruang bagi para wali murid maupun siswa dalam hal menentukan tempat prakerin. Menurut Satriawan, M.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, sebagian besar tempat prakerin taruna ada di Bali, Lombok, Pelabuhan Pototano - Sumbawa, dan wilayah-wilayah sekitarnya. “Sebelum berangkat menjalankan prakerin, para taruna diberikan pembekalan terlebih dahulu oleh para guru, kemudian diantar secara estafet oleh guru dengan menggunakan bus sekolah,” kata Satriawan.

Sukma Caesar Pratama, taruna kelas XII dari Jurusan Nautika Kapal Niaga adalah salah satu taruna yang telah berpengalaman melaksanakan prakerin selama 3 bulan di Pelabuhan Pototano. Ia ditempatkan di sebuah kapal dan harus mengikuti peraturan yang ditetapkan untuk seluruh awal kapal. “Di sana saya memperoleh banyak ilmu dan pengalaman baru. Pekerjaan yang dilakukan siswa prakerin di kapal antara lain menjangka peta, mengetahui kedalaman laut dan jarak, menghitung bahan bakar, mengemudi, lempar tali, cara menyandar, cara bongkar muat, dan lain sebagainya. Saya senang sekali, terlebih dengan ilmu-ilmu baru yang saya jumpai. Namun adakalanya ketika saya penasaran dengan beberapa hal, tidak serta merta mendapatkan bimbingan karena menurut mereka tingkatan saya belum waktunya. Namun ini justru melecutkan motivasi saya untuk melanjutkan studi lebih tinggi lagi di akademi pelayaran,” kata Caesar, demikian ia akrab disapa.

Anak tunggal ini sangat memimpikan cita-citanya berkarir di dunia pelayaran. Namun begitu, ia pun sadar bahwa meniti karir di dunia pelayaran itu sangat tidaklah mudah. Berbagai sertifikat berkelas internasional harus didapatkan terlebih dahulu, bahkan hanya untuk melanjutkan pendidikan. “Saya ingin lanjut ke akademi pelayaran, tapi syaratnya harus mengambil ijazah sertifikat dulu dan juga bekerja di kapal. Itu sudah dipersiapkan semua, kita juga bisa menyicil sembari bekerja di kapal,” katanya.

Munawir, salah satu staff yang bertugas di Pelabuhan Pototano, Sumbawa mengatakan bahwa sejauh ini ia melihat bahwa kinerja para taruna yang melakukan praktek magang atau prakerin di kapal niaga yang ada di Pelabuhan Pototano cukup bagus. Ia bahkan juga ikut merasa bangga melihat banyak lulusan SMK Negeri 1 Alas yang telah berhasil meniti karir di bidang pelayaran dan bekerja di kapal.
Namun demikian, sebelum para taruna melaksanakan kegiatan prakerin di kelas XII, mereka sebelumnya pun diprogramkan untuk mengikuti kegiatan pra-magang yang berlangsung saat taruna duduk di bangku kelas X maupun kelas XI. Kegiatan pramagang ini dilaksanakan di beberapa wilayah di Sumbawa dalam kurun waktu 2 – 4 minggu. Lokasi kegiatan pramagang para taruna kelas X dan XI antara lain di kawasan pantai dan kampung nelayan Labuan Ijuk, kawasan pantai dan kampung nelayan Labuan Jambu, dan kawasan pantai dan kampung nelayan Labuan Jontal. Untuk para taruna jurusan Agribisnis Perikanan, lokasi kegiatan pramagang dilaksanakan di kolam depan sekolah atau di desa Marente, Alas Barat.

Berbaur dengan Masyarakat Nelayan
Para taruna yang magang di Labuan Ijuk, Labuan Jambu, dan Labuan Jontal, adalah mereka yang berada di Jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan atau Nautika Kapal Niaga. Sekolah pun telah memiliki sebuah perahu bagang sebagai sarana fasilitas para taruna untuk praktek berlayar dan mencari ikan. Misalnya di Labuan Ijuk, para  taruna pramagang juga diharapkan mengabdi di desa nelayan dengan cara banyak menggali ilmu dari para nelayan setempat, berbaur dengan masyarakat nelayan setempat, dan ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan masyarakat nelayan.

Asmaun, Kepala Dusun Atas Desa Labuan Ijuk mengatakan bahwa masyarakat di Desa Labuan Ijuk pun amat antusias dan sangat menerima keberadaan para taruna yang praktek pramagang di sana. “Mereka membantu masyarakat di sini, misalnya menangkap ikan di bagang. Kami juga sangat bangga pada mereka karena bagaimanapun mereka adalah generasi penerus,” katanya. Para taruna juga menurut Asmaun sangat taat serta dapat melebur dengan masyarakat Desa Labuan Ijuk.

Misalnya, terdapat tradisi di Desa Labuan Ijuk bahwa setiap hari Jumat diadakan kerja bakti para warga. Para taruna SMK Negeri 1 Alas pun tak segan untuk turun tangan membantu dalam kegiatan kerja bakti Jumat tersebut. Oleh karena itu, tak heran jika bahkan para taruna tersebut kerap dianggap sebagai anak sendiri oleh warga desa. Hubungan kekeluargaan yang erat benar-benar terjalin, karena menurut Asmaun, tak jarang para taruna tersebut tetap datang berkunjung atau membantu mereka meskipun kegiatan pramagang telah usai.

Pendapat yang sama juga diungkapkan Arifin, pengepul ikan di Desa Labuan Ijuk yang telah menjalankan usahanya sejak tahun 1980an. Menurutnya, para taruna SMK Negeri 1 Alas sama sekali bukanlah beban bagi warga Labuan Ijuk, namun justru banyak membantu dan meringankan pekerjaan para nelayan. “Satu bulan saja anak-anak di sini, mereka sudah pintar dan mampu melaksanakan praktek secara mandiri, meski kami tetap mendampingi mereka. Tampaknya mereka sangat antusias dan termotivasi dalam bidang ini. Kami pun senang karena mereka banyak membantu. Tak jarang jika kami mendapat banyak keuntungan, kami akan memberi mereka sekadar uang saku meski mereka sebenarnya ikhlas dan tak mengharapkan imbalan,” kata Arifin.

Unggulkan Unit Produksi Budidaya Ikan
Sedangkan untuk para taruna-taruni jurusan Agribisnis Perikanan akan melakukan praktek atau pramagang melalui pembudidayaan ikan di kolam milik sekolah yang terletak di bagian depan sekolah dan di desa Marente. Ada sebelas kolam yang terletak di bagian depan sekolah, diisi dengan ikan lele, ikan nila, ikan bawal, dan lain sebagainya. Tak cukup dengan kolam yang dimiliki, sekolah juga menyewa beberapa kolam dari masyarakat. Menurut Gunawan, sekolah sedang giat menggalakkan unit produksi budidaya ikan maupun udang, yang bahkan menjadi unit produksi andalan bagi SMK Negeri 1 Alas.

Budidaya ikan sekaligus pembibitannya ini dinilai memiliki prospek yang sangat bagus dan menguntungkan mengingat permintaan yang cukup tinggi. Misalnya, PT Newmont pernah meminta pasokan sebanyak 1 ton ikan per minggu. Sayangnya, waktu itu sekolah belum bisa memenuhinya. Oleh karena itu, Gunawan berharap unit produksi budidaya ikan ini semakin dikembangkan sehingga dapat memenuhi pasar, dan hasil keuntungannya pun dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah secara mandiri.

Salah satu strategi yang digunakan sekolah untuk mengantisipasi banyaknya permintaan ikan adalah dengan menggandeng para wali murid untuk berperan serta menjalankan usaha budidaya ikan. Menurut Agung, S.Pi., guru jurusan Agribisnis Perikanan, budidaya ikan tidaklah sesulit yang dibayangkan. Masyarakat tak harus memiliki kolam permanen, akan tetapi juga dapat memanfaatkan kolam dari terpal.

Para taruna-taruni dari Jurusan Agribisnis Perikanan sendiri merasa sangat bersemangat jika mereka turun ke lapangan untuk praktek pembudidayaan ikan. Menurut Agung, mereka bahkan tak keberatan meskipun harus menginap di sekolah semalam suntuk saat tiba waktunya pemijahan ikan. “Pemeliharaan ikan ini harus betul betul intens supaya menghasilkan,” kata Agung.

Di antara total jumlah taruna-taruni di SMK Negeri 1 Alas, jumlah taruna-taruni Jurusan Agribisnis Perikanan tergolong paling banyak di antara lainnya, yakni total 309 taruna-taruni, yang sebagian besar adalah perempuan. “Dalam dua tahun terakhir ini peminatnya meningkat pesat. Tahun ini ada 4 kelas untuk Agribisnis Perikanan,” kata guru yang telah mengabdi di SMKN 1 Alas sejak tahun 2003 ini.  Menurutnya, salah satu yang menjadi daya tarik jurusan Agribisnis Perikanan hingga banyak diminati adalah banyaknya peluang bagi para lulusan untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri, seperti yang sejauh ini telah berhasil dibuktikan oleh SMK Negeri 1 Alas.

Tak Pernah Promosi
Di tahun ajaran 2015/2016, jumlah siswa SMK Negeri 1 Alas telah mencapai lebih dari 1000 siswa, dan ini adalah capaian yang luar biasa bagi sekolah menengah kejuruan di bidang kemaritiman. Kendati demikian, Gunawan mengaku bahwa sekolah tak pernah melakukan promosi untuk menjaring siswa atau taruna baru, misalnya dengan cara membuat spanduk/billboard/flyer atau dengan mengadakan sosialisasi pengenalan di sekolah-sekolah menengah pertama. Satu-satunya promosi yang membuat nama SMK Negeri 1 Alas tenar adalah keberhasilan para alumni. Dengan banyaknya alumni SMK Negeri 1 Alas yang telah bekerja baik itu di dalam dan di luar negeri yang kemudian membantu perekonomian keluarga, masyarakat menjadi lebih menaruh kepercayaan lebih besar kepada SMK Negeri 1 Alas. Siswa baru berbondong-bondong mendaftar di SMK Negeri 1 Alas karena mereka juga mendambakan kesuksesan seperti alumni-alumni sebelumnya.

Salah satu contoh alumni yang berhasil adalah Brigadir Khaerul Solihin, salah satu lulusan SMK Negeri 1 Alas tahun 2006 yang tergolong sukses meraih cita-cita yang diinginkannya sejak awal. Kini ia mengabdi sebagai Polisi Air (Polair) yang ditugaskan di wilayah Alas, Sumbawa. “Sejak awal saya sudah punya cita-cita masuk Polair. Maka itu, sejak lulus dari SMK, saya langsung mengikuti seleksi kepolisian, dan saya merasa sangat senang karena berhasil lulus seleksi. Berkat pendidikan yang saya dapat di SMK Negeri 1 Alas, saya merasa cukup siap dan tak terlalu kaget dengan rangkaian tes kepolisian. Saya sangat bangga menjadi bagian dari Polair Republik Indonesia yang memiliki tugas mulia seperti menjaga wilayah maritim Indonesia, mencegah teroris, illegal fishing, dan lain-lain,” kata pria yang dulu mengambil jurusan Nautika Kapal Niaga ini.

Sosok seperti Khaerul Solihin dan para alumni lainnya yang telah berhasil merupakan sosok-sosok yang mampu menjadi inspirasi maupun motivasi bagi para taruna-taruni SMK Negeri 1 Alas. Oleh karena itu, tak jarang para alumni yang telah berhasil mendapatkan pekerjaan yang diimpikannya kerap diundang oleh sekolah untuk memotivasi adik-adik tingkatnya, membakar semangat mereka untuk tak lekas menyerah dalam meraih cita-cita.

Untuk menghindari kasus siswa yang salah masuk jurusan, sekolah mengadakan sosialisasi bagi para calon taruna-taruni baru mengenai detail kompetensi keahlian yang disediakan di SMK Negeri 1 Alas, termasuk pekerjaan-pekerjaan apa sajakah yang menjadi peluang bagi para lulusan di jurusan tersebut. Harapannya, para calon taruna-taruni baru tersebut dapat memilih jurusan yang pas dan sesuai dengan minat bakatnya. “Jangan sampai mereka salah jurusan,” kata Gunawan.

Usai menjaring para taruna baru, sekolah pun mengadakan masa pengenalan sekolah yang diisi dengan pengenalan kurikulum secara umum, pengenalan tata tertib, dan pengenalan pengenalan program. Dalam kegiatan pengenalan sekolah tersebut, beberapa materi disisipkan, misalnya mengenai narkoba, tata tertib lalu lintas, dan lain sebagainya. Untuk hal ini, sekolah telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihat terkait, misalnya dengan puskesmas atau kepolisian. Untuk tetap menjaga semangat taruna baru, di akhir kegiatan pengenalan sekolah diadakan kegiatan outbond bersama. Namun demikian, para taruna baru tak sekadar bersenang-senang, melainkan juga harus menunaikan kewajibannya. Mereka diberikan tugas untuk membuat sebuah karangan dengan tema, ‘Mengapa Saya Memilih Bersekolah di SMK Negeri 1 Alas’.

Berdasarkan data maupun survey sekolah, telah banyak dibuktikan bahwa tingkat kepuasan di SMK Negeri 1 Alas semakin tinggi. Para siswa maupun masyarakat menaruh kepercayaan yang lebih besar kepada sekolah. Kepercayaan inilah yang menjadi sumbu motivasi bagi sekolah untuk terus meningkatkan diri dan berkembang menjadi sekolah yang berkomitmen melahirkan generasi bangsa yang siap kerja. ***



Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SMK Terbaik Indonesia (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment