Bangun SD bersama SMK

Kegiatan Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah



Tahun 2017, pembangunan sarana dan prasarana SD menjadi salah satu prioritas bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang akan dikawal sepenuhnya oleh Direktorat Pembinaan SD dengan menggunakan sistem aplikasi Takola. Di samping itu, program ini pun bersinergi dengan revitalitasi SMK, yakni dengan memanfaatkan SDM dari SMK yang memiliki kompetensi keahlian Teknik Bangunan.

Demi berjalannya sistem dan koordinasi yang baik di tiap-tiap daerah, maka Dit. PSD mengadakan kegiatan Sinkronisasi antara Pusat dan Daerah dalam rangka menyosialisasikan program kerjasama antara SD dan SMK sekaligus memperkenalkan sistem aplikasi Takola yang akan memudahkan pelaksanaannya nanti. Kegiatan yang dikelola oleh Subdirektorat Program dan Evaluasi Direktorat PSD ini diselenggarakan selama bulan November, di beberapa wilayah yang terbagi dalam tujuh regional.


Secara khusus, tujuan sinkronisasi ini adalah untuk menyosialisasikan kebijakan dan program Direktorat PSD pada tahun 2016 dan persiapan program tahun 2017, menyosialisasikan kebijakan revitalisasi SMK, kebijakan pengawasan penggunaan dana APBN, menyosialisasikan aplikasi Takola SD, dan kebijakan Dana Alokasi Khusus tahun 2017, serta menyinkronkan program bantuan Pemerintah dan program DAK tahun 2017.

Kegiatan Sinkronsasi Program Pusat dan Daerah ini diikuti oleh seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang penyelenggaraannya terbagi dalam 7 regional, antara lain regional I di Yogyakarta dilaksanakan pada 6-8 November 2016 dan diikuti oleh 63 peserta dari dinas pendidikan kabupaten/kota dan 100 peserta dari SMK Teknik Bangunan. Regional II dilaksanakan di Makassar tanggal 10 – 12 November 2016 diikuti 102 peserta dari dinas pendidikan kabupaten/kota dan 111 dari SMK Teknik Bangunan. Regional III dilaksanakan di Banten pada 14 – 16 November 2016, diikuti oleh 78 peserta dari dinas pendidikan kabupaten/kota dan 75 peserta dari SMK Teknik Bangunan. Regional IV dilaksanakan di Medan, Sumatera Utara pada 18 – 20 November yang iikuti oleh 80 peserta dari dinas pendidikan kabupaten/kota dan 83 peserta dari SMK Teknik Bangunan. Regional V dilaksanakan di Banten pada 21 – 23 November 2016, diikuti oleh 70 peserta dari dinas pendidikan kabupaten/kota dan 84 peserta dari SMK Teknik Bangunan. Regional VI dilaksanakan di Surabaya pada 24 – 26 November 2016, diikuti oleh 79 peserta dari dinas pendidikan kabupaten /kota dan 130 peserta dari SMK Teknik Bangunan. Yang terakhir, regional VII dilaksanakan di Papua pada 28 – 30 November diikuti 42 peserta dari dinas pendidikan kabupaten /kota dan 23 peserta dari SMK Teknik Bangunan dari Provinsi Papua dan Papua Barat. Dengan demikian, total peserta sebanyak 1.121 orang, yang terdiri dari 514 peserta dari dinas pendidikan kabupaten/kota, dan 607 peserta dari SMK bidang keahlian Teknik Bangunan.

Pelaksanaan kegiatan di wilayah regional VII, diselenggarakan di Hotel Allison, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, dihadiri oleh 17 peserta dari Dinas Pendidikan Kabupaten/kota dan 22 peserta dari SMK Teknik Bangunan. Kegiatan ini dibuka oleh Direktur Pembinaan SD, Drs. Wowon Wirdayat, M.Si. Sedangkan beberapa narasumber yang dihadirkan untuk mengisi kegiatan antara lain dari Direktorat PSMK yang memaparkan tentang kebijakan revitalisasi SMK, dari Direktorat PSD yang memaparkan kebijakan dan program Dit.PSD tahun 2017, dari Inspektorat Jenderal yang memaparkan tentang kebijakan pengawasan penggunaan dana APBN, serta tim Takola SD yang memaparkan tentang aplikasi Takola secara sepintas.

Dalam sambutannya, Wowon mengatakan bahwa Direktorat PSD lah yang mengawali pembangunan sistem tata pengelolaan sarana dan prasarana, yang ke depannya nanti akan diikuti dan dilanjutkan oleh direktorat yang lainnya. “Kami membangun sistemnya untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan,” kata Wowon.

Latar belakang Direktorat PSD menginisiasi untuk membangun sistem tata kelola ini menurut Wowon adalah berawal dari rasa keprihatinan. Sejauh ini, penyelesaian masalah fisik sekolah tidak kunjung selesai. Tahun 2013, Pemerintah menugaskan Kemdikbud untuk menyelesaikan fisik sekolah. Namun pada tahun 2015, ternyata masih ada 149 ribu sekolah yang rusak, padahal anggaran sudah habis.  “Pertanyaannya, apakah datanya yang tidak benar atau tata kelolanya yang tidak baik, sehingga SD yang banyak ini masih membutuhkan uang trilyunan. Inilah yang menjadi PR bagi kami. Kami ingin melihat secara keseluruhan dengan cara melakukan sensus terlebih dahulu,” jelas Wowon.

Nantinya, hasil pemetaan, verifikasi, hingga proses pembangunan akan dimasukkan dalam sistem aplikasi Takola yang telah dipersiapkan Kemdikbud, yakni sebuah paket aplikasi warehouse yang berfungsi untuk menganalisis rasio, rekapitulasi kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, sampai rekapitulasi secara nasional. Dengan adanya aplikasi Takola SD ini diharapkan data sarana dan prasarana yang dihasilkan lebih akurat, sehingga nantinya tidak ada lagi gedung sekolah yang rusak karena tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Revitalisasi SMK
Program kerjasama antara SD dan SMK ini sekaligus juga memberikan wadah bagi para siswa SMK untuk berpraktek, mengaplikasikan apa yang telah dipelajari di sekolah. Selama ini, ketika siswa SMK mengadakan kegiatan PKL di dunia industri, banyak dari mereka yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang didapat di sekolah. Dengan adanya kerjasama ini, maka keterampilan para siswa dapat tersalurkan dengan baik.

Meski demikian, SMK  pun perlu mempersiapkan diri dengan baik. Oleh karena itu, Direktorat PSMK pun berupaya untuk mendorong peningkatan kompetensi guru-gurunya. Dengan melibatkan SMK, diharapkan siswa ataupun guru yang terlibat nantinya dapat benar-benar menghasilkan produk yang inovatif, dengan fisik atau kualitas bangunan yang lebih baik. Program revitalisasi SMK dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saingsumber daya manusia ini pun bahkan telah memiliki payung hukum yang kuat, yakni Inpres RI Nomor 9 Tahun 2016.

Demi memperoleh hasil yang optimal, Direktorat PSD pun menyelenggarakan bimtek dan pembekalan untuk para ketua jurusan dan guru teknik bangunan untuk diberi tambahan pengetahuan bagaimana membuat rancang bangun atau mendesain bangunan-bangunan di daerah yang rawan bencana, karena Indoensia terkenal adalah daerah yang rawan bencana. Oleh karena itu, Dit. PSD pun menyediakan para narasumber dari praktisi yang selama ini telah berpengalaman melakukan pembangunan di daerah yang rawan bencana.

Yudi Nurman, S.Pd., MBA., Kepala Seksi Kelembagaan yang pada kesempatan tersebut memaparkan tentang pentingnya revitalisasi SMKmengatakan bahwa mengenai pelaksanaan kerjasama dengan SD nanti, kemungkinan akan ada banyak kendala yang ditemui, misalnya soal jarak sekolah, perlengkapan, dana, dan lain-lain. Namun ia berharap kendala-kendala tersebut tidak mematahkan semangat SMK untuk terus maju dan optimis membuktikan kemampuan diri. “Yang penting kesanggupan dulu. Jika ada masalah apapun, kita akan sharing dengan kawan-kawan dari Direktorat PSD. Koordinasi internal juga harus diperkuat untuk mengelola perencanaan ini, mulai dari observasi dan mengambil data dan iinformasi yang akurat dan selengkap-lengkapnya. Sebelum pelaksanaan di lapangan, harus diadakan ToT terlebih dahulu,karena pelaksanaan ini juga harus dilakukan oleh orang yang paham pada kontruksi bangunan,” jelas Yudi.

Selain guru SMK, siswa-siswa SMK juga dilibatkan dalam perencanaan hingga proses pembangunan sarpras SD. Yudi mengatakan bahwa sebaiknya siswa yang dilibatkan adalah mereka yang telah menginjak semester 5 atau semester 6, dengan masa praktek selama 3 bulan. Untuk pembuatan/menggambar desain bangunan, Yudi juga mengaharapkan supaya setidaknya SMK menggunakan program Autocad, dan tidak dengan manual. Demi menyukseskan pelaksanaan kegiatan, Dit. PSMK berkomitmen untuk segera memberikan bantuan peralatan kepada sekolah.

Sedangkan untuk model dan desain, Direktur Dit. PSD mengatakan bahwa akan menyerahkan sepenuhnya pada SMK untuk berkreasi dan berinovasi. Pihak SD hanya menentukan besar atau luasnya bangunan. “Yang penting ornamen yang mengandung unsur kearifan atau yang menjadi kebanggaan lokal harus bisa diperlihatkan dan ditonjolkan,” kata Wowon.

Selain itu, sanitasi sekolah juga menjadi salah satu perhatian, yang juga demi menyukseskan penguatan pendidikan karakter anak. Dengan sanitasi yang baik, guru dapat melatih siswa untuk berpola hidup bersih dan tertib. Bantuan fisik dari Pemerintah juga terkait dengan literasi, di mana diharapkan nantinya di setiap kelas terdapat sudut baca, terutama untuk sekolah-sekolah yang belum memiliki perpustakaan.  Di samping itu, tahun 2017 nanti sekolah juga akan didorong untuk memiliki kantin sehat.

Tak Lagi Terima Proposal
Dalam program ini, hal pertama yang dilakukan oleh Dit. PSD adalah melakukan pemetaan secara lebih spesifik. “Ada sekitar 148 ribu sekolah dasar di seluruh wilayah Indonesia, dan kami harus memiliki data yang lengkap. Tidak hanya nama dan alamat sekolahnya saja,tetapi juga data yang lengkap mengenai sarana dan prasarana SD.

Dengan adanya program ini, komitmen di tahun 2017 nanti, direktorat tak lagi menerima proposal. Pemberian bantuan ke sekolah hanya didasarkan pada data yang ada dalam sistem Takola SD. Oleh karena itu, Pemerintah pusat harus duduk bersama dengan sekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota, karena sekolah langsung berada dalam cakupan kerja dinas pendidikan kabupaten/kota, yang paling mengetahui kondisi masing-masing SD-nya. Dengan demikian, diharapkan bantuan tersebut nantinya benar-benar tepat sasaran dan dapat dikelola dengan baik. “Selama ini, untuk mendapatkan bantuan wajib mengusulkan melalui proposal. Namun sekolah-sekolah yang tidak memilikki SDM yang cukup dan tidak pandai menyusun proposal akhirnya tidak tersentuh bantuan. Situasi semacam ini juga berdampak pada timbulnya pencaloan,” jelas Wowon.

Kebijakan Baru DAK
Tahun 2017, pengadaan sarana dan prasarana sekolah ini menjadi prioritas karena pada tahun 2017 nanti anggaran yang diterima untuk fisik sekolah sebanyak 1,4 triliun rupiah, jauh lebih banyak ketimbang pada tahun 2016 yang hanya 320 miliar rupiah. “Kesempatan ini harus dapat dinikmati dan tepat sasaran. Kami ingin ada perubahan,” kata Wowon. Dana tersebut dimanfaatkan untuk program yang telah disusun oleh Direktorat PSD, yang meliputi rehabilitasi sekolah, pengadaan ruang kelas baru, dan pengadaan unit sekolah baru.

Bantuan sarana prasarana sekolah ini juga termasuk dalam Dana Alokasi Khusus (DAK). Itulah sebabnya mengapa pemetaan dan pendataan sekolah secara lebih lengkap dan terperinci sangat diperlukan, karena data tersebut nantinya akan sangat membantu kabupaten/kota untuk mendapatkan DAK. Di samping itu, juga untuk menghindari terjadinya duplikasi batuan, yakni dari APBN dan DAK.

Mukhlis, ST., Kepala Subdit Program dan Evaluasi yang berkesempatan memaparkan kebijakan dan program Dit. PSD Tahun 2017 mengatakan bahwa terkait dengan DAK, tugas SMK untuk sementara ini hanyalah sebatas pada memverifikasi data SD.

Manajemen pengelolaan bantuan pun menurut Mukhlis akan terjadi perubahan. Nantinya, dinas pendidikan kabupaten/kota yang akan menentukan mana saja sekolah-sekolah yang patut dan akan mendapat bantuan/memerlukan rehabilitasi. “Nanti kami akan informasikan kepada dinas, sekolah mana saja yang sudah masuk dalam DAK, dan mana saja yang belum, yang akan ditangani pada tahun 2017 nanti. Kami sudah punya datanya, dan nanti semuanya akan kita laporkan ke sistem aplikasi Takola. Jadi, setelah ini tidak akan terjadi lagi kejadian dimana sekolah menerima bantuan, sedangkan dinasnya tidak tahu,” kata Mukhlis.

Oleh karena itu, sistem Takola benar-benar mendorong transparansi oleh semua pihak. Jika sekolah jadinya bagus dan memenuhi standard, akan terlihat siapa-siapa saja yang telah terlibat dalam pengerjaannya, demikian pula sebaliknya. 

Di samping itu, dengan pengimplementasian ini, maka pelaksanaan di lapangan menjadi searah, karena telah terbentuk pula payung hukum dan regulasinya.”Ke depan, tinggal kita perkuat sinkronisasi dan harmonisasi, baik secara vertikal maupun horizontal,” jelas Mukhlis. Yang dimaksdud vertikal misalnya bagimana harmonisasi antara kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat. sedangkan yang dimaksud horizontal adalah memperkuat jalinan hubungan antara satu kabupaten dengan kabupaten di sebelahnya, karena kadangkala ada pula kabupaten yang belum memiliki SMK dengan jurusan Teknik Bangunan. Oleh karena itu, kabupaten tersebut pun harus bekerja sama dan berkoordinasi dengan kabupaten sebelahnya yang memiliki SMK Teknik Bangunan. 

Juknis DAK akan di-Perpres-kan
Tahun 2017, menurut Mukhlis akan ada beberapa perubahan dalam kebijakan DAK (Dana Alokasi Khusus). Nantinya akan ada degresi kepada daerah untuk menggunakan dana sebesar 5%. Di samping itu, Pemerintah juga akan menghilangkan atau membebaskan kewajiban daerah untuk menyiapkan dana pendamping yang biasanya sebesar 10%. “Tapi dari sisi kebijakan anggaran di daerah, kami berharap dana tersebut masih ada, hanya saja pelaksanaan atau penggunaannya sepenuhnya disesuaikan dengan kebutuhan daerah,” kata Mukhlis.

Selain itu, ada wacana bahwa juknis-juknis DAK nantinya akan diperkuat dasar hukumnya, yakni dengan diperpreskan, supaya payung hukumnya lebih tinggi dan masa berlakunya lebih dari 1 tahun. Beberapa hal yang terkait dengan Perpres Juknis antara lain mengenai menu kegiatan. Menurut Mukhlis, dibanding pada tahun 2016, mana menu kegiatan yang baru nantinya menjadi lebih fokus. “Yang diatur adalah target kegiatan per bidang,” katanya. Khusus untuk SD, akan hanya ada tiga menu kegiatan: rehabilitasi, pembangunan, dan koleksi perpustakaan.

Terkait dengan masa berlaku, nantinya perpres juknis tersebut akan berlaku minimal tiga tahun. Sedangkan untuk pelaksanaan DAK, diharapkan nantinya program pembangunan/rehabilitasi yang diajukan dapat langsung dituntaskan sekaligus. “Misalnya, kalau butuh merehabilitasi 6 sekolah, maka dana yang diberikan adalah rehabilitasi untuk 6 sekolah, tidak perlu dicicil selama beberapa tahun, supaya tuntas. Karena kalau dicicil, itu kurang baik bagi penilaian masyarakat, seolah sekolahnya kok membangun/merenovasi terus setiap tahun,” kata Mukhlis.

Nantinya, perpres tersebut juga akan mengatur mengenai pengukuran kinerja pelaksanaan kegiatan. “Seperti yang diungkapkan dalam salah satu pidato Presiden, nantinya akan diberlakukan sistem reward dan punishment kepada pengelolaan APBD atau kepada daerah. Tahun 2017 nanti, DAK dapat menjadi salah satu aspek yang menjadi ukuran kinerja daerah, khususnya untuk bidang pndidikan.

Mekanisme penyaluran DAK fisik juga mengalami perubahan, yakni berbasis kinerja penyerapan. Dengan demikian, kabupaten yang menyerap lebih cepat, maka penyalurannya pun lebih cepat. Pada kegiatan sinkronisasi ini, Dit. PSD juga sekaligus memberikan informasi berapa alokasi DAK yang diterima oleh masing-masing kabupaten/kota, boleh digunakan untuk apa saja, dan sekolah mana saja yang nanti menjadi calon penerima DAK 2017. Harapannya, informasi dan rancangan tersebut dapat segera dimasukkan dalam rencana APBD 2017, sehingga pada Januari 2017 nanti anggaran DAK sudah dapat dipergunakan tanpa  menunggu APBD perubahan.

Sinergi KPK dengan Aplikasi Jaga
Terkait dengan tata kelola, sejauh ini, menurut Wowon, banyak kepala sekolah yang menjadi korban karena ketika menerima uang atau bantuan karena adanya intervensi dari berbagai pihak yang seharusnya tidak berwenang. Bahkan ada sekolah yang menolak bantuan karena tak ingin berurusan dengan masalah hukum, dikarenakan mereka tidak ada pendampingan. Oleh karena itu, sistem yang telah dibangun Dit. PSD nantinya harus benar-benar dijaga dan diawasi dengan baik.

Sistem yang mengawal Takola nantinya adalah sistem aplikasi JAGA, yang telah direspon baik oleh KPK dan dijadikan aplikasi atau sistem percontohan di Kementerian. Aplikasi ini dapat didownload di smartphone sehingga masyarakat pun dapat turut mengawasi. Tanggal 25 Desember, Aplikasi Jaga dilaunching di Riau.

Hasil Rekomendasi Papua/Papua Barat
Dari hasil kegiatan Sinkronisasi Pusat dan Daerah yang dilaksanakan di Regional VII, beberapa rekomendasi telah dihasilkan dan disepakati. Rekomendasi tersebut antara lain; 1) Dinas pendidikan kabupaten/kota dan kepala SMK menyambut baik program Takola SD; 2)Terkait dengan kebijakan bantuan prasarana SD yang dananya bersumber dari APBN dimana ada ketentuan bahwa sekolah calon penerima bantuan harus masuk dalam sistem Takola, dengan ini mengusulkan agar Direktorat Pembinaan SD memberlakukan kebijakan khusus bagi kabupaten/kota di Papua dan Papua Barat yang tidak memiliki SMK jurusan Teknik Bangunan agar tetap memiliki peluang sama dengan kabupaten/kota lainnya untuk mendapat bantuan prasarana SD dari pusat; 3) Mengusulkan kepada Direktorat PSD agar menerbitkan surat resmi kepada bupati/walikota seluruh indonesia agar menyiapkan dana pendamping untuk menunjang program Takola; 4) Kabupaten/kota perlu menyelenggarakan sosialisasi kepada seluruh sekolah tentang kerjasama SMK dengan dinas pendidikan kabupaten/kota dalam program bantuan prasarana SD; 5) Mengusulkan pada Direktorat PSD bahwa dalam rangka mencapai efektivitas program Takola, pemerintah pusat perlu memfasilitasi smartphone dengan jenis yang sama pada guru dan siswa SMK; 6)Mengusulkan agar SMK yang terletak di daerah terpencil diberi fasilitas tambahan alat verifikasi yaitu GPS; 7)Mengusulkan kepada Kemdikbud agar menyediakan dana yang memadai bagi SMK untuk pelaksanaan verifikasi SD dengan sistem Takola; 8) Mengusulkan agar kegiatan pelatihan aplikasi takola untuk saat ini masih perlu diselenggarakan khususnya untuk Papua dan Papua Barat; 9) Program pelibatan SMK dalam kegiatan prasarana pendidikan SD perlu dituangkan ke dalam SOP atau juknis/ juklak serta surat tugas dokumen hukum lainnya sebagai payung hukum bagi SMK dalam menjalankan tugasnya; 10) Dinas kabupaten/kota mendapatkan hak akses ke sistem takola dalam rangka merencanakan program bantuan prasarana; 11) Mengusulkan agar Kemdikbud menyelenggarakan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi untuk kelanjutan program Takola terkait dengan UU no 23 tahun 2014.

Terkait dengan program pelaksanaan Takola dan pembangunan Sarpras SD yang melibatkan SMK, ada beberapa respon yang berbeda-beda dari peserta di masing-masing kota/kabupaten. Misalnya, Suprojo DS, MA., M.Pd., Kepala Bidang SD dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Papua mengatakan bahwa adanya Program Takola yang melibatkan SMK untuk terlibat langsung dalam membuat perencanaan terkait bantuan yang akan diberikan kepada SD merupakan kesempatan bagus untuk melihat kinerja dan kemampuan SMK. Harapannya, program ini akan menjadikan SMK semakin terasah dan terampil.

Sejauh ini, Kabupaten Jayapura telah melibatkan dua orang guru SMK untuk melakukan survey, setelah sebelumnya dinas pendidikan melakukan pemetaan SD mana sajakah yang perlu disurvey oleh SMK. “Cuman yang jadi kendala kami adalah koneksi internet yang down sehingga kami sedikit lambat mengirimkan data ke pusat,” katanya.

Namun pendapat berbeda disampaikan oleh Luther Rumpumbo, S.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Ia merasa sedikit ragu bahwa program akan berjalan dengan hasil yang sempurna karena menurutnya, kualitas SDM SMK di Papua ataupun Papua Barat, terutama di pelosok, masih belum dapat banyak diharapkan.

Selain itu, jangkauan dan jarak sekolah menjadi kendala tersendiri di Papua maupun Papua Barat, karena umumnya sekolah-sekolah yang seharusnya membutuhkan rehabilitasi maupun pembangunan baru justru terletak di daerah yang sulit atau sangat mahal untuk dijangkau. “Selain itu, terkait dengan pemeriksaan BPK yang sangat teliti, tentunya diperlukan orang-orang yang benar-benar profesional untuk mendesain, membaca bangunan hingga membuat “Pada prinsipnya kami tidak masalah, tinggal kita jalani saja. Nanti kalau ada kekurangannya baru kita bisa perbaiki,” tambahnya. 

Bagaimanapun, kesuksesan program Takola ini pun tergantung dari koordinasi di berbagai jenjang, baik dari SD, SMK, Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten, Provinsi, hingga pemerintah pusat. Dengan koordinasi yang baik dan sikap optimis, diharapkan dapat memberikan hasil yang memuaskan, terutama untuk peningkatan dan kemajuan pendidikan di tanah air. ***



Ditulis tahun 2016
Diterbitkan di Majalah SD (Kemendikbud)


No comments:

Post a Comment