Felix Liem Gebze, S.Pd, M.Pd. |
Salah satu tantangan berat dalam mengemban
misi pendidikan di wilayah timur Indonesia adalah masih banyaknya daerah-daerah
yang terpencil dan susah dijangkau. Salah satunya adalah Kabupaten Merauke,
yang merupakan kabupaten terluas di Pulau Papua, dengan luas 45,071 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan, dan
terletak di wilayah paling timur Indonesia.
Menurut Felix Liem Gebze, S.Pd, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Merauke sejak tahun 2014 lalu, salah satu kendala utama di bidang pendidikan di
Kabupaten Merauke adalah kurangnya fasilitas perumahan bagi guru. Ia
menceritakan bahwa kondisi geografis Kabupaten Merauke, terlebih yang berada di
wilayah terpencil, sangat sulit diakses. Hal ini membuat pembangunan
infrakstruktur berjalan dengan lambat, yang akhirnya pun berdampak bagi
kemajuan pendidikan di Kabupaten Merauke. Guru-guru dari kota enggan mengajar
di wilayah pedalaman yang terpencil, terlebih karena mereka harus mengeluarkan
biaya yang amat mahal untuk transportasi ke sekolah.
“Biaya transportasi ke tempat tugas cukup tinggi. Misalnya
seperti mau ke Distrik Waan, pulang-pergi saja bisa menghabiskan hingga 24 juta
rupiah. Oleh karena itu, masalah transportasi dan kurangnya rumah guru menjadi
kendala besar bagi Kabupaten Merauke. Kalau kita bisa bangun 500 rumah guru
saja sudah lumayan lah. Semoga pemerintah pusat memberi perhatian untuk itu,”
harap Felix, sapaan akrabnya.
“Oleh karena itu, pembangunan rumah guru merupakan salah satu program
strategis kami,” katanya lagi. “Sarana transportasi air juga perlu ditingkatkan
karena banyak wilayah kami yang terdiri dari pulau-pulau, dan mereka termasuk
daerah terpencil,” tambah pria kelahiran 17 September 1963 ini.
Selain itu, salah satu hambatan pendidikan yang sering
dijumpai adalah banyaknya guru yang terpaksa harus meninggalkan sekolah untuk
kuliah, dikarenakan harus memenuhi kewajiban yang tertera dalam Undang-Undang
Guru dan Dosen, yakni bahwa pada tahun 2016, semua guru minimal harus
berpendidikan S-1.
Maka itu, salah satu solusi yang dilakukan Dinas Pendidikan
Kabupaten Merauke adalah dengan mengangkat guru kontrak yang bersedia mengajar
di wilayah-wilayah terpencil, yang anggarannya menggunakan dana otonomi khusus
atau APBD. Guru-guru kontrak tersebut mengajar di kampung-kampung masyarakat
pribumi. “Sejak tahun 2014 lalu, kita telah merekrut 188 guru SD. Sedangkan
pada tahun 2015 ini kami merekrut 25 guru kontrak SMP. Mereka mendapat honor
sebesar 2 juta hingga 2,5 juta, tergantung letak geografis tempat mereka
mengajar. Selain itu kami juga menyediakan jatah beras 20 kg setiap bulan dan
fasilitas air bersih,” terangnya.
Meski demikian, menurut Felix, kualitas pendidikan di
Kabupaten Merauke sebenarnya juga tak kalah bersaing dengan kualitas pendidikan
di wilayah lain, terutama di wilayah timur Indonesia. Untuk wilayah perkotaan,
pinggiran, maupun eks-transmigrasi, pembangunan dan perkembangannya sudah cukup
maju, sehingga pendidikan disana pun cukup memadai. “Anak-anak kita juga bisa
bersaing dan menghasilkan banyak prestasi, misalnya ada yang dikirim ke tingkat
Nasional hingga ke Korea,” kata mantan guru SMP ini.
Saat ini, Kabupaten Merauke memiliki jumlah guru PNS sebanyak
2500 guru, yang jika ditambah dengan guru kontrak menjadi sekitar 3000an guru –
yang rupanya masih belum mencukupi. Sedangkan jumlah sekolah sebanyak 197
SD, 6 Madrasah Ibtidaiyah, 58 SMP
Negeri, dan 37 SMA Negeri.
Dalam implementasi Kurikulum 2013, ada 10 sekolah yang masih
bertahan menggunakan K-13 sampai sekarang. Untuk jenjang SD ada 4 sekolah,
jenjang SMP ada 2 sekolah, jenjang SMA ada 2 sekolah, dan jenjang SMK ada 2
sekolah. Sedangkan untuk Ujian Nasional 2015, Kabupaten Merauke sepakat untuk masih
mempertahan metode ujian manual, dikarenakan sarana prasarana untuk ujian
online masih belum memadai secara keseluruhan. ***
Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Majalah Guru (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment