Menghidupkan PAUD di Papua
memiliki tantangan tersendiri. Banyak hal yang berpengaruh, mulai dari kondisi
sosio-geografis penduduknya, latar belakang pendidikan masyarakatnya, hingga
kebijakan pemerintah daerah setempat. PAUD Kasih Mama, PAUD yang berada di
bawah naungan Dinas Pendidikan Provinsi Papua memiliki kiat dan strategi untuk
tetap menjadi yang terbaik meski dengan berbagai tantangan yang tidak mudah.
Berdiri sejak Juli 2005, PAUD
Kasih Mama menyediakan berbagai layanan untuk anak. Mulai dari Tempat Penitipan
Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), dan Taman Kanak-kanak (TK). “Kami menerima siswa
dari usia 6 bulan hingga ada yang lebih dari 6 tahun,” kata Siti Amanah, SE.,
M.Si., Kepala PAUD Kasih Mama.
Menempati lahan seluas 725 m2,
gedung yang ditempati oleh PAUD yang terletak di Jalan Tanjung Ria Base G,
Jayapura, Papua ini menurut Amanah dulunya adalah kantor Dharma Wanita Dinas
Pendidikan Provinsi Papua yang telah jarang digunakan. Oleh karena itu, Aminah
yang juga bertugas di seksi PAUD Bidang PAUD Dikmas di Dinas Pendidikan
Provinsi Papua pun mengajukan permohonan supaya ruangan yang jarang terpakai
itu dapat dimanfaatkan sebagai sarana dan wahana pendidikan anak usia dini.
“Tahun 2004 bangunan ini diserahkan pada kami. Dulu ruangannya sempit, tapi
kami berupaya untuk bertahan dengan memanfaatkan apapun yang bisa kami buat dan
siasati,” kisah Amanah.
Oleh karena Amanah merupakan
salah satu yang menjadi pionir berdirinya PAUD Kasih Mama, maka ia pun diangkat
menjadi kepala sekolah pada tahun 2005. Terhadap profesinya, wanita yang juga
adalah ketua HIMPAUDI Provinsi Papua ini merasa sangat menyelami dan
menikmatinya. Sejak awal, ia memang memiliki impian dan cita-cita ingin
mengabdikan diri secara profesional pada dunia pendidikan anak usia dini. “Pada
tahun 2003, saya sempat mengikuti ToT Tingkat Nasional di Yogyakarta yang
diikuti oleh pra guru maupun pegiat kelompok bermain. Berkat ToT itulah maka
hati saya terbuka, terutama setelah mendengar paparan dan nasehat dari Ibu
Nibras Salim, yang saat itu menjadi narasumber.
Dulu saya berpikir bahwa mendidik anak dengan keras itu merupakan bagian
dari pendidikan kedisiplinan. Namun ternyata saya salah. Disitulah hati saya
merasa hancur. Saya menangis dan menyesal menyesal jika mengingat hal itu.
Lambat laun, di hati saya timbul rasa cinta kepada anak-anak, terlebih anak
papua yang saat itu banyak yang kekurangan gizi dan terabaikan pendidikannya,”
kata Amanah.
Komitmen Tak Ajarkan Calistung
PAUD Kasih Mama dirintis mulai
dari pelayanan Kelompok Bermain (KB). Seiring perjalanan waktu, kebutuhan
masyarakat khususnya yang para orang tua yang sibuk bekerja semakin meningkat,
terutama di kawasan Jayapura maupun Abepura. Oleh karena itu, kemudian dibentuklah Tempat Penitipan Anak. Para orangtua yang
menggunakan jasa penitipan anak ini umumnya adalah para orangtua yang baik ayah
maupun ibunya bekerja, baik itu di pemerintahan maupun di swasta. Masyarakat
juga berharap ada program TK, supaya ketika anak sudah melalui KB, mereka tidak
usah keluar dari lembaga yang lain, dan tidak mengalami tantangan adaptasi di
tempat yg baru.
Menurut Amanah, awalnya PAUD
Kasih Mama tak menerapkan pembatasan kuota dalam penerimaan siswa baru. Namun
karena banyaknya anak berkorelasi dengan efektivitas pembelajaran, pun
dikarenakan jumlah guru yang terbatas, maka PAUD Kasih Mama pun mulai membatasi
kuota anak, tak lebih dari 40 anak.
Saat pertama kali dibuka, antusias
masyarakat sekitar ternyata cukup besar, hingga dapat menjaring anak hingga
sekitar 50 anak. Pada orangtua siswa, Amanah menekankan bahwa selama anak-anak
belajar di PAUD Kasih Mama, mereka tidak akan diajarkan calistung, melainkan
akan menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bermain sambil belajar. Awalnya,
menurut Aminah, ada beberapa orangtua yang merasa kecewa karena mereka khawatir
anak-anak mereka tak akan dapat masuk ke SD yang diinginkan. Namun seiring
waktu, kini telah banyak yang membuktikan bahwa lulusan PAUD Kasih Mama pun tak
kalah dengan sekolah-sekolah yang sudah mengajarkan calistung – bahkan kerap
kali lulusan PAUD Kasih Mama lebih unggul daripada yang lainnya.
Jam belajar di PAUD Kasih Mama
dimulai pada pukul 08.00 WIT, mulai dari hari Senin sampai Jumat. Untuk
kelompok TK, jam pelajaran usai pada pukul 11.00 WIT. Namun untuk anak-anak
yang berada di TPA, mereka tinggal di sekolah hingga pukul 16.00 WIT.
“Kadangkala bahkan ada orangtua yang lupa menjemput anaknya, sampai-sampai kami
yang mengantarkan pulang ke rumahnya,” cerita Amanah, yang merasa miris dengan
kepedulian orangtua terhadap pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya.
Dalam pembelajaran, anak-anak
dibagi dalam beberapa grup, yakni kelompok ulat, kepompong, dan kupu-kupu. Meski
fasilitas terbatas, namun para guru telah dibekali ilmu bagaimana pengelolaan
kelas yang baik dan bagaimana membuat serta memanfaatkan media sebagai bahan
pembelajaran. “Kami sudah menyediakan fasilitas dan bahan pembelajaran, namun
adakalanya guru juga bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitar untuk belajar.
Misalnya, guru bisa membawa tanaman dari rumah untuk mengajarkan pada siswanya
tentang tanaman,” jelas Amanah.
Saat ini, jumlah pendidik di PAUD
Kasih Mama sebanyak tujuh orang, yang kesemuanya berstatus guru honorer.
Rata-rata, sebagian besar guru memiliki latar belakang sebagai pengasuh di
Sekolah Minggu. “Mereka adalah para guru yang penuh pengabdian dan benar-benar
mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya kepada anak-anak,” kata Amanah. Para
guru tersebut harus mampu membimbing anak mulai dari kelas KB, TK, hingga
anak-anak yang ada di TPA. Oleh karena itu, mereka pun kerap menghabiskan
sebagian besar waktu mereka di PAUD Kasih Mama.
Menjadi Tempat Magang Guru
Sebagai kepala sekolah, Amanah
kerap memberikan kesempatan kepada para guru untuk mengikuti berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kompetensinya, baik yang diadakan oleh dinas provinsi,
lembaga atau organisasi, hingga kegiatan pelatihan mandiri di PAUD Kasih Mama. Kegiatan
belajar atau berdiskusi dengan para guru biasanya dilaksanakan pada hari Sabtu
ketika sekolah libur.
Di samping itu, banyak pula para
guru PAUD dari berbagai daerah di wilayah Papua hingga Sulawesi yang tertarik
untuk magang di PAUD Kasih Mama selama beberapa waktu. Kegiatan pemagangana ini
sudah dimulai sejak tahun 2008. “Meski di sini masih memiliki banyak
keterbatasan dalam sarana prasarana, tapi kami berusaha membuat mereka nyaman
untuk magang. Kami berikan apa yang kami punya dan membimbing mereka secara
optmal,” kata Amanah.
Ia bercerita, acapkali para guru
PAUD tersebut datang dari daerah-daerah yang sangat jauh dan terpencil. Mereka
datang secara mandiri atas usaha mandiri pula, hingga tak jarang mereka harus
berkorban dengan menjual hasil kebun dan sebagainya untuk mendapatkan uang
sebagai ongkos pergi ke Jayapura – padahal mereka hanyalah guru PAUD honorer
dengan kualifikasi SMP/SMA. “Yang pertama kali datang ke sini adalah para guru
PAUD dari Manado, yakni ketika kami pertama kali menerapkan metode BCCT dalam
pembelajaran. Kemudian selanjutnya banyak guru-guru PAUD dari berbagai
kabupaten di Papua yang belajar disini. Bahkan ada yang dari pedalaman, yang
umumnya berasal dari gereja setempat,” kata Amanah. Ia mengakui bahwa semangat para
guru tersebut benar-benar luar biasa. “Mereka benar-benar ingin belajar menimba
ilmu hanya supaya kelak dapat memberikan yang terbaik untuk generasi bangsa.
Mereka sama sekali tak berhitung meski
materi yang mereka dapatkan tak sebanding dengan yang mereka keluarkan atau
korbankan. Seharusnya orang-orang seperti mereka mendapat dukungan penuh dari
Pemerintah,” tambahnya.
Rawan Pencurian
Salah satu hambatan dan tantangan
yang masih dihadapi PAUD Kasih Mama hingga saat ini adalah jaminan keamanan
yang rendah. Menurut Amanah, lokasi PAUD Kasih Mama, meski terletak di tengah
riuhnya kota Jayapura, namun juga berada dalam kawasan yang sering dianggap
rawan. Letak PAUD Kasih Mama sendiri berada berhadapan dengan kampung pesisir,
yang mana banyak ditemukan orang-orang atau bahkan anak-anak yang terlibat
dalam berbagai perbuatan kriminal, misalnya pencurian, dan lain sebagainya.
PAUD Kasih Mama sendiri telah berulang kali mengalami musibah pencurian. Namun
demikian, Aminah tak pernah merasa gentar. “Polres sampai hapal dan malah
mungkin juga bosan karena kami terlalu sering membuat laporan, hehehee...” ujar
Amanah, diiringi derai tawanya.
Apapun tantangannya, PAUD Kasih
Mama berkomitmen terus melaksanakan pendidikan bagi anak usia dini dan berupaya
untuk selalu memberikan yang terbaik bagi generasi bangsa. ***
Ditulis tahun : 2016
Dimuat di Majalah Guru (Kemendikbud)
Boleh minta no kontak dari penitipan anak Kasih Mama kha
ReplyDeleteBoleh minta nomor kontak dri penitipan anak Kasih Mama dan alamat lengkap.tks
ReplyDelete