Masyura, S.Pd.
Guru Daerah Khusus Provinsi Sulawesi Barat
Guru Daerah Khusus Provinsi Sulawesi Barat
Sudah sepuluh tahun lamanya
Masyura, S.Pd. menjadi guru, tepatnya sejak tahun 2004. Profesi yang
diidamkannya sejak ia masih kecil ini senantiasa membuatnya bahagia meski
hingga kini ia masih berstatus sebagai guru honorer. Ia pun teguh pada
komitmen, bersedia ditempatkan di mana saja, termasuk di daerah terpencil.
Sehingga tak ada keluh sedikitpun saat pertama kali ia menjadi guru dan harus
mengajar di daerah yang sulit. Masyura benar-benar ingin mengabdi pada tanah
kelahirannya, mencerdaskan anak-anak bangsa. Namun kini ia sudah bernafas lega
karena telah dipindahkan ke sekolah yang berada di tanah kelahirannya, di SD
Negeri 24 Batukarut.
SD Negeri 24 Batukarut terletak
di Desa Onang Utara, Kecamatan Tubo Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
. Dari pusat kabupaten menuju sekolah, jarak yang ditempuh mencapai 1,5 jam
dengan naik ojek, kemudian jalan kaki. Namun Desa Onang Utara termasuk dataran
rendah, dan sebagian besar masyarakatnya adalah petani dan nelayan.
Terlahir dari orang tua petani,
Masyura terbiasa hidup sederhana. Terlebih dia adalah anak pertama dari 3
bersaudara. Baginya, bercita-cita menjadi guru adalah sebuah kesempatan yang
lebih mudah untuk diraih, terlebih ia pun mendapat panggilan hati untuk menjadi
guru. Beberapa saudara sepupunya pun ada yang menjadi guru, sehingga ia kerap
terinspirasi dari mereka.
Saat ini SD Negeri 24 Batukarut
memiliki 12 rombongan belajar, dan satu guru mengajar satu kelas. Tak seperti
tahun-tahun sebelumnya, ketika guru harus mengajar 2 hingga 3 kelas. Ini karena
pemerintah telah membuka kelas jauh, sehingga jumlah siswa dalam rombongan belajar
tak lagi sepadat dulu, yang hingga mencapai 40 siswa. Kecuali mata pelajaran
olahraga dan agama memiliki guru khusus.
Namun jumlah ruang kelas masih 9 buah, sehingga terpaksa anak-anak harus
belajar bergantian. Apalagi anak kelas 1 dan kelas 2 memiliki 2 rombongan
belajar. Meski demikian, menurut Masyura, minat anak-anak terhadap sekolah
sangat tinggi.
Saat ini, Masyura mengajar di
kelas 6. Setiap hendak mengikuti ujian nasional, ia dan guru-guru lainnya pun
tak segan memberikan les atau jam pelajaran tambahan usai pulang sekolah.
Masyura kerap tak pulang ke rumah terlebih dahulu, melainkan menunggu anak-anak
datang, kemudian memberikan les, sehingga ia baru dapat pulang ke rumah sekitar
pukul 6 sore. Tak pelak ia pun hanya berbekal roti sebagai makan siangnya.
Kendati demikian, kerja keras Masyura dan guru-guru lainnya membuahkan hasil.
Anak-anak didiknya dapat melalui ujian nasional dengan hasil yang cukup baik.
Di samping itu, Masyura pun
mengajar di kelas 5, dimana terdapat anak dalam kelas tersebut yang
berkebutuhan khusus. Ia harus membimbing anak tersebut untuk dapat membaca dan
menulis. Dikarenakan di Desa Onang Utara belum ada SLB, maka anak-anak yang
berkebutuhan khusus pun dimasukkan ke SD Negeri 24 Batukarut, bercampur dengan
anak-anak normal. Meski demikian, Masyura mengaku tak mendapat kesulitan
berarti karena ia telah berpengalaman dan terbiasa mengatasi masalah tersebut.
Setiap tahun, SD Negeri 24
Batukarut pun rutin mengadakan semacam event demi membesarkan minat dan
semangat para anak didik, yakni dengan kegiatan penamatan massal dan pramuka.
Sebuah ajang yang mengasah prestasi di bidang olahraga dan kesenian.
Pemenangnya akan mendapatkan hadiah khusus yang menyenangkan.
Setiap hari, Masyura harus
berangkat ke sekolah pukul 5.30 pagi demi mendapat tumpangan bus umum yang
memang hanya ada pukul 6 dan pukul 9 pagi. Jika tak demikian, ia akan terlambat
masuk ke sekolah. Sementara semua murid dan guru harus datang di sekolah tak
lebih dari pukul 7 pagi. “Guru harus lebih rajin daripada murid karena guru
harus memberikan contoh yang baik kepada murid-muridnya,” tutur Masyura.
Saat ini, Masyura hidup bahagia
bersama suami dan seorang anaknya. Mustinya Masyura memiliki 3 orang anak,
namun kini hanya satu yang tersisa karena 2 anak lainnya telah berpulang.
Sementara suaminya bekerja di perusahaan tambang batubara. Dulu, setelah
Masyura lulus kuliah dan ditugaskan menjadi guru, suaminya sempat berhenti
bekerja demi mengurus anak-anak sementara Masyura bekerja. Terlebih karena
orang tua Masyura pun telah renta dan sakit-sakitan. Tak ada pilihan lain, demi
memberikan perawatan yang terbaik untuk anak-anaknya, maka suaminya lah yang
tinggal di rumah merawat anak-anak.
Masyura berharap pemerintah
senantiasa memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan para guru daerah khusus,
supaya mereka pun dapat bekerja dan memberikan hasil terbaik dalam mendidik
anak negeri. Masyura memimpikan bahwa generasi Indonesia secara keseluruhan,
baik di kota ataupun di desa, dari Sabang sampai Meuroke, memiliki pendidikan
yang tinggi dan memadai untuk menyukseskan negeri, menjadi bangsa Indonesia
sebagai negara besar yang disegani. ***
Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2014 (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment