Basir, S.Pd.
Guru Daerah khusus Provinsi Sulawesi Barat
Guru Daerah khusus Provinsi Sulawesi Barat
Betapa bangga guru SD Inpres 15 Ulumanda, Majene, Sulawesi
Barat ini mendapat undangan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk
menghadiri perhelatan bergengsi nasional, yakni Pemberian Penghargaan PTK
Berprestasi dan Berdedikasi 2014 di Jakarta. Ini adalah sebuah kesempatan yang
sangat berharga bagi Basir, S.Pd, karena ia menyadari bahwa hanya dua orang
perwakilan guru daerah khusus untuk satu provinsi yang diberangkatkan ke Jakarta
dan bertemu menteri maupun presiden nantinya. Basir benar-benar merasa
beruntung. Jerih payahnya menjadi guru di daerah terpencil selama sebelas tahun
benar-benar tak sia-sia.
Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Basir sudah
bercita-cita ingin menjadi guru, memajukan pendidikan di Majene, membuat
anak-anak di desanya menjadi lebih pintar membaca, menulis, dan berilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, ia pun memutuskan untuk menjadi guru selepas
tamat sekolah, dengan status awal sebagai guru honorer.
Baru pada 01 Desember 2003 ia diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil, yang membuatnya merasa amat lega dan bahagia. Basir merasa sangat
bahagia karena dua hal; diangkat menjadi guru PNS, dan ditugaskan untuk
mengabdi di tanah leluhurnya, di Ulumanda, Majene, Sulawesi Barat, tepatnya di
Desa Popenga. Sebuah daerah yang sangat terpencil, berjarak 50km dari pusat
kecamatan, atau 120km dari pusat kabupaten. Karena keterpencilannya, maka untuk
menuju ke sana pun harus ditempuh dengan berbagai alat transportasi, mulai dari
menggunakan mobil angkutan, ojek, hingga berjalan kaki. Rutenya pun naik dan
turun gunung. Pada musim hujan, jalanan menjadi
sulit dilalui karena sangat becek dan berlumpur. “Kalau hendak
berbelanja ke pusat kecamatan harus menunggu orang lain untuk dijadikan teman
dalam perjalanan atau untuk mendorong motor ketika terjebak lumpur. Bahkan kalau
cuacanya sangat buruk, terpaksa kita harus jalan kaki,” ungkap Basir.
Namun syukurlah Basir dan keluarganya tinggal tak jauh dari
sekolah, hanya berjarak 700 meter.
Setiap hari, Basir hanya perlu berjalan kaki
menuju sekolah. Sejak kecil, Basir telah terbiasa hidup di daerah terpencil,
sehingga ia pun dapat menikmati keadaannya yang jauh dari manapun dengan damai,
bahagia, dan penuh rasa syukur. Kendati demikian, karena letak daerahnya yang
demikian jauh, tak pelak harga kebutuhan pokok di Ulumanda pun sangat mahal. Belum
ada pasar, listrik, bahkan jaringan telepon. Namun ia mengaku bahwa penghasilannya
yang sebesar sekitar dua jutaan cukup untuk menghidupi keluarganya. “Kami juga
senang saling berbagi dan tukar pikiran dengan keluarga, terutama dengan
keluarga yang rajin bekerja di lahan pertanian. Soalnya saya suka ikut
sama-sama mengerjakan lahan pertanian di luar jam pembelajaran sekolah,” kata
ayah dari lima anak ini.
Menurut Basir, menjadi guru di desa Ulumanda sangat
menyenangkan. Terlebih karena masyarakat sekitar menganggap bahwa profesi guru
adalah sebuah profesi mulia yang dihormati dan disegani. “Setiap ada kegiatan
di masyarakat, saya selalu dilibatkan,” kata Basir.
Saat pertama kali mengajar, menurut guru yang lahir pada 31
Desember 1967 ini, hanya ada dua orang guru di SD Inpres 15 Ulumanda, termasuk
kepala sekolah. Saat ini, Basir mengajar di kelas VI dengan jumlah murid
sebanyak 14 orang. Total murid di SD Inpres 15 Ulumanda pada tahun ajaran
2014/2015 ini sebanyak 100 orang, dengan jumlah guru dan kepala sekolah
sebanyak sembilan orang. Lima orang guru PNS, dan tiga orang guru tidak tetap.
Sarana dan prasarana yang dimiliki SD Inpres 15 Ulumanda ini
pun sangat terbatas. Hanya terdapat satu bangunan di tanah sekolah, dengan 3
ruangan yang kemudian disekat-sekat menjadi dua untuk enam rombongan belajar. Karena
keterbatasan ini, Basir pun tak kurang akal dalam memanfaatkan segala peralatan
atau alat peraga seadanya untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Bahkan
tak jarang ia mengajak murid-muridnya untuk belajar di luar sembari mengamati
alam sekitar.
Kendati demikian, Basir menyadari bahwa untuk menjadi
seorang guru yang baik, ia pun harus rajin meningkatkan kompetensinya. Oleh
karena itu, ia pun mengikuti program S-1 di Universitas Terbuka Majene dengan
program studi Pendidikan Guru SD, dan lulus pada tahun 2012. Bahkan pada tahun
2013 Basir pun mengikuti pendidikandan pelatihan sertifikasi guru di Makassar,
Sulawesi Selatan. Kini, pria 47 tahun ini sudah menyandang sertifikat pendidik.
Meski senantiasa bersemangat menjadi guru, Basir berharap pemerintah
dan masyarakat bahu membahu dalam meningkatkan layanan pendidikan, memberikan
kesempatan yang lebih besar kepada guru-guru di daerah khusus. Bagaimanapun,
sebagai guru daerah khusus, Basir pun ingin tak kalah dengan kualitas guru-guru
di perkotaan. Ia pun berharap pemerintah daerah segera meningkatkan pembangunan
infrastruktur di daerah terpencil seperti di Ulumanda, Majene, sehingga
masyarakat, guru, maupun anak-anak mendapatkan akses yang mudah. ***
Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2014 (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment