Profil Gurdasus : Pendidik Anak Transmigran dari Gorontalo


Sarmin Usman, S.Pd.
Guru Daerah Khusus Provinsi Gorontalo



Mulanya, Sarmin Usman, S.Pd merasa tergugah ketika melihat anak-anak warga transmigran yang ingin belajar, namun belum ada bangunan sekolah dan guru yang memfasilitasi mereka. Terlebih karena selama ini Sarmin merasa terkesan dengan keramahan dan kesantunan para warga transmigran yang ada di sekitarnya. Maka pada tahun 1991, atas inisiatifnya bersama tiga orang kawannya dan kepala UPT Malango I, Sarmin pun menjadi guru sukarela bagi anak-anak transmigran tersebut. Mereka pun belajar bersama dengan memanfaatkan kantor UPT sebagai ruang kelas dan menggunakan peralatan seadanya. Tanpa meja, tanpa kursi. Meski belajar dengan menggelosor di lantai, anak-anak transmigran di Desa Malango ini sangat antusias belajar.

Desa Malango adalah sebuah desa terpencil, terletak di lereng gunung dan bantaran sungai Malango yang hampir setiap tahun dilanda banjir akibat penebangan hutan dan pembukaan lahan kebun kepala sawit. Desa ini pun adalah sebuah desa di mana banyak tinggal para transmigran. Mereka berasal dari dari berbagai suku dari Jawa Timur, Jawa Barat, Minahasa, Sangir Talaud, Bolang Mongindou, dan lain sebagainya. Sebagian besar pekerjaan mereka adalah sebagai buruh tani atau perkebunan yang masih hidup dalam garis kemiskinan. Oleh karena itu, mereka masih berpikir bahwa pendidikan bukanlah hal utama, meskipun sekolah telah menjamin fasilitas seragam dan alat tulis gratis melalui dana BOS dan PNPM.

Tahun 1993, Sarmin pun diangkat menjadi guru honorer di SD Inpres Malango I. Tahun 1995, Sarmin dipindah ke SD Inpres 07 Motolohu. Hingga pada tahun 1996, wanita kelahiran 01 Januari 1969 ini baru diangkat menjadi PNS dan ditugaskan mengajar di SD Negeri 04 Taluditi hingga sekarang. Di samping itu, Sarmin pun telah menyelesaikan pendidikan tingginya di Universtas Terbuka pada tahun 2011.

SD Negeri 04 Taluditi adalah sebuah sekolah terpencil yang terletak sekitar 7 km dari pusat kecamatan, atau 52 km dari pusat kabupaten. Karena letaknya yang cukup jauh dengan medan transportasi yang sulit, maka angkutan umum pun belum tersedia. Untuk pergi ke kecamatan atau kabupaten harus menumpang truk rotan atau jhondeer. Jaringan telekomunikasi dan internet pun belum tersedia, sehingga Sarmin dan guru-guru lainnya harus pergi ke kecamatan jika hendak mengupdate Dapodik serta berbagai kebutuhan informasi lainnya untuk kegiatan belajar mengajar.

Tahun ajaran 2014/2015, murid-murid di SD Negeri 04 Taluditi berjumlah 112 orang. Kondisi bangunan sekolah saat ini mengalami beberapa rusak ringan. Pagar samping dan belakang sekolah sudah ambruk. Selain itu, sekolah pun belum memiliki alat-alat olah raga seperti matras. Motor dinas sekolah pun rusak berat.

Dalam mengajar, wanita yang gemar membaca ini kerap memberikan motivasi pada murid-muridnya supaya lebih giat dan rajin belajar dan datang ke sekolah. “Dalam seminggu, dua atau tiga kali saya memberi makanan atau uang jajan pada murid-murid saya. Jika ada yang belum punya seragam saya berikan seragam sekolah. Sedangkan untuk siswa kelas 1 yang biasanya lambat belajar, saya bujuk dengan menyediakan permen atau biskuit bagi mereka yang sudah menyelesaikan tugasnya,” kata Sarmin.

Selain itu, Sarmin pun mencoba menerapkan beberapa program pembelajaran yang baik pada murid-muridnya. Misalnya dengan menghapal Surat Al-Fatihah sebelum masuk kelas, membaca satu kalimat atau menghitung cepat sebelum istirahat pertama, mencari satu kata dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sebelum istirahat kedua, membuat resume seminggu sekali dengan sumber buku di perpustakaan, serta menjawab satu soal atau membaca doa-doa shalat sebelum jam pulang.

Sebagai guru daerah khusus, gaji yang diterima Sarmin sebesar tiga juta enam ratusan rupiah per bulan. Ia sangat bersyukur karena terbantu berkat adanya tunjangan daerah khusus yang diterimanya. Kendati demikian, harga kebutuhan pokok di Malango relatif mahal, sehingga Sarmin pun mencoba menggali penghasilan sampingan dari mengolah lahan pertanian dengan menanam jagung bersama suaminya, yang seorang guru SMP.

Sarmin berharap bahwa masyarakat pun memiliki andil menjaga keamanan dan kebersihan sekolah serta mendukung semua program sekolah atau komite sekolah sehingga dapat meraih hasil yang lebih optimal dalam mencetak generasi yang berprestasi dan berakhlak mulia. Pada pemerintah, Sarmin berharap supaya pendidikan di daerah terpencil lebih diperhatikan kebutuhannya guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Demikian pula dengan kesejahteraan para guru daerah khusus, karena menurut Sarmin, masih banyak kawan-kawan sesama guru daerah khusus yang belum menikmati tunjangan guru daerah khusus di daerahnya.


Satu-satunya keinginan Sarmin adalah menjadi guru yang profesional dan dicintai murid-muridnya, serta mampu mengantarkan murid-muridnya sebagai manusia yang berpendidikan dan berakhlak mulia. ***


Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2014 (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment