Profil Gurdasus : Senang Mengajar Anak-anak


Zulhidrayani
Guru Daerah Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara



SD Negeri 02 Teomokole  adalah sebuah sekolah di kawasan terpencil yang terletak di kelurahan Teomokole, Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Dari pusat kecamatan, jarak yang harus ditempuh untuk menuju sekolah adalah sekitar 7km. Namun untuk menuju ke pusat kabupaten, harus menumpang kapal laut dan berperjalanan selama kurang lebih 6 jam, jika lancar dan kapalnya tidak rusak di tengah lautan. Karena terletak di daerah terpencil, maka jalanan yang membentang pun cukup terjal, pun belum tersentuh aspal. Sedangkan Zulhidrayani sendiri harus melewati Sungai Lakambua jika hendak berangkat ke sekolah.

Zulhidrayani mengajar di SDN 2 Teomokole sejak tahun 2010 hingga sekarang. Awalnya, wanita kelahiran Teomokole, 3 November 1980 ini ditugaskan untuk mengajar kelas 2. Menurut Zulhidrayani, mengajar anak-anak kelas 2 berbeda dengan mengajar anak-anak kelas 4, 5, atau 6. Dalam menghadapi anak kelas 2 harus lebih sabar, karena usia mereka masih sangat belia dan lebih senang bermain. Kendati demikian, Zulhidrayani sangat menikmati dan merasa bangga dengan profesinya. “Menjadi guru SD itu butuh kesabaran ekstra dan tidak semua orang bisa,” ujarnya. Sejauh ini, Zulhidrayani ditugaskan untuk mengajar pelajaran olahraga.

Pada tahun ajaran 2014/2015 ini, jumlah siswa di SDN 2 Teomokole sebanyak 71 siswa, sedangkan jumlah guru sebanyak 8 orang termasuk kepala sekolah. Sejauh ini, kondisi sarana dan prasarana sekolah sudah cukup baik, namun sarana olah raganya menurut Zulhidrayani masih sangat kurang. “Yang ada hanya meja untuk tenis meja. Itupun belum memadai. Sedangkan alat olahraga lainnya seperti matras, lembing, dan cakram belum pernah ada,” ungkapnya. Selain itu, menurut Zulhidrayani, keberadaan buku paket pun masih sangat kurang. Oleh karena itu, siswa menjadi lebih banyak mencatat. Pun belum ada perpustakaan maupun laboratorium.

Kendati demikian, suka duka yang dirasakan ibu dari Frizka Filandari dan Azdi Mukhtifar ini amat banyak dan beragam. “Sukanya, saat ada kegiatan 17 agustusan, banyak kegiatan yang diikuti oleh anak-anak. Saya tidak menyangka bahwa ternyata banyak anak yang memiliki hobi kesenian dan olahraga,” tuturnya dengan bersemangat.

Selama menjadi guru daerah khusus, istri dari Adirman ini mengaku merasa cukup dengan penghasilan yang diterimanya, yakni sebesar kurang lebih lima jutaan per bulan, termasuk tunjangan daerah khusus. Selain itu, Zulhidrayani pun memiliki usaha sampingan yakni berjualan nasi kuning di sekolah sebagai tambahan penghasilannya.


Sebagai guru, Zulhidrayani berharap masyarakat sekitar senantiasa memberikan dukungan terhadap setiap program sekolah. Demikian terhadap pemerintah, semoga senantiasa memperhatikan kebutuhan sekolah-sekolah di daerah khusus supaya pendidikan di Indonesia dapat maju dengan merata. ***


Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2014 (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment