Yulius, S.Pd.
Guru Daerah Khusus Provinsi Sulawesi Selatan
Guru Daerah Khusus Provinsi Sulawesi Selatan
Bagi Yulius, S.Pd., berjalan kaki
berkilo-kilo meter jauhnya telah menjadi makanan sehari-hari karena telah
dilakoninya selama lebih dari sepuluh tahun. Kendati demikian, ia tak pernah
mengeluh. Yulius sadar, bahwa menjadi guru di daerah khusus dengan berbagai
tantangannya harus dijalaninya dengan penuh pengabdian, karena ia sejak awal ia
telah memutuskan untuk menjadi guru, yang menurutnya adalah pekerjaan yang sangat
mulia. Maka Yulius pun bertekad untuk terus semangat memajukan pendidikan
di Desa Singkalong, Kecamatan Seko,
Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Seko terletak di daerah
pegunungan, kurang lebih 1000 meter dari permukaan laut. Oleh karena itu, udaranya
cukup dingin. Namun akses menuju Seko cukup sulit dilalui karena jalanan yang
terjal, berliku, dan penuh lumpur, sulit untuk dijangkau mobil. Satu-satunya
cara untuk menuju Seko adalah dengan menggunakan ojek motor atau berjalan kaki.
Jarak Seko menuju ke pusat kecamatan adalah 7km, sedangkan jarak dari pusat
kecamatan ke pusat kabupaten adalah 150km. Jika dari Kabupaten menuju Seko,
maka akan menghabiskan biaya untuk ojek sebesar 600.000 rupiah.
Karena sangat terpencil, tak
heran jika harga kebutuhan pokok di Seko pun melangit. Semisal, harga bensin
bisa mencapai 15.000 per liter, atau harga semen bisa mencapai 220.000 per sak.
Sementara itu, hampir 95 persen penduduknya adalah petani. Di samping itu,
listrik dan jaringan telekomunikasi pun belum ada, sehingga menyulitkan
masyarakat untuk mendapat berbagai akses informasi. Kalaupun ada beberapa
penduduk yang memiliki handphone, mereka hanya dapat menggunakannya sekadar
untuk menyetel musik.
Namun pria kelahiran Singkalong,
3 Juni 1970 ini memilih untuk mengabdikan diri di Seko karena Seko adalah tanah
kelahirannya. Oleh karena itu, ia berniat untuk memajukan tanah kelahirannya
melalui pendidikan. Hingga pada Mei 1993, Yulius pun akhirnya diangkat menjadi
pegawai negeri sipil dan mendapat tugas untuk mengajar di SDN 571 Bana, sebuah
SD yang berada di daerah sangat terpencil. Sebagian besar masyarakat di sana
adalah suku terasing yang bahkan tak paham menggunakan Bahasa Indonesia.
Namun pada prakteknya, Yulius
mengajar di SDN 571 Bana hanya tiga hari dalam seminggu, karena pada waktu itu
ia pun ditugaskan untuk mengajar di SMP PGRI Eno, yang merupakan SMP
satu-satunya di daerah tersebut, yang sekarang sudah menjadi SMPN 2 Seko.
Rutinitas mengajar di dua tempat ini sempat dilakoninya selama satu tahun lamanya.
Kendati demikian, Yulius menjalankan profesi dan aktivitasnya dengan penuh
sukacita meskipun ia harus menempuh jarak 14 km pulang-pergi berjalan kaki untuk
ke SMPN 2 Seko setiap harinya.
Pada tahun 1994, Yulius pun dipindahkan
ke SDN 066 Singkalong. Pertimbangannya, SDN 066 Singkalong lebih dekat dengan
SMP PGRI Eno. Tentu hal ini membuat Yulius sedikit merasa lega, karena setidaknya
ia tak lagi berjalan terlalu jauh. Maka sejak tahun 1994, Yulius pun mengajar
di SDN 066 Singkalong dan SMP PGRI Eno, masing-masing tiga hari dalam seminggu.
SDN 066 Singkalong masuk dalam
kategori sekolah terpencil karena letaknya. Saat ini, jumlah murid di tahun
ajaran 2014/2015 adalah sebanyak 75 murid. Sedangkan jumlah guru adalah
sebanyak 7 orang, yang terdiri dari guru PNS sebanyak 4 orang, dan guru
sukarela sebanyak 3 orang. Hingga saat ini, kondisi sekolah yang berdiri sejak
tahun 1970 ini masih jauh dari layak. Sarana dan prasarananya sangat tidak
memadai. Ada 6 ruangan yang terpakai dalam kondisi 3 ruangan cukup baik,
sedangkan 3 ruangan lainnya mengalami rusak berat. Dindingnya masih serba kayu,
dan atapnya pun masih terbuat dari seng.
Tahun 2003, Yulius tak lagi
mengajar di SMP PGRI Eno, tetapi ia diminta untuk mengajar di SMA Swadaya Seko,
karena SMA tersebut, yang adalah satu-satunya di Kecamatan Seko, sangat
kekurangan guru. Maka sejak tahun 2005, Yulius pun mengajar di SDN 066
Singkalong dan SMA Swadaya Seko (yang sekarang menjadi SMAN 1 Seko).
Pada tahun 2005, Yulius pun
diminta mengajar di kelas jauh SD yang terletak di Dusun Lore. Dusun ini berada
kurang lebih 5km dari SDN 066 Singkalong. Pertimbangan pembukaan kelas jauh ini
adalah untuk memudahkan anak-anak di Dusun Lore yang sejauh ini harus menempuh
rute sejauh 10 km berjalan kaki (pulang – pergi) untuk bersekolah di SDN 066
Singkalong. Namun kini kelas jauh tersebut telah diresmikan oleh Pemerintah
menjadi SD Negeri 234 Lore. Sementara pada tahun 2007, Yulius juga dipercaya
untuk menjadi Tutor Paket B, yakni mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Harapan Yulius, masyarakat memiliki kesadaran yang lebih
tinggi untuk tak segan mendukung dan memasukkan anaknya ke sekolah, karena
bagaimanapun, pendidikan itu sangat penting untuk masa depan mereka. Pada
pemerintah, Yulius pun berharap supaya sarana, prasarana sekolah maupun
infrastruktur daerah segera ditingkatkan, sehingga akses pendidikan pun menjadi
lebih mudah dicapai, terutama di daerah terpencil seperti Seko. ***
Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2014 (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment