Profil Gurdasus : Terinspirasi Guru di Masa Kecil


Yermias Makobis, S.Pd.
Guru Daerah Khusus Sulawesi Utara



Keinginan Yermias Makobis, S.Pd menjadi guru dimulai ketika ia masih duduk di bangku SD Negeri Posokan. Saat itu, hanya terdapat satu orang guru yang mengajar di sekolah tersebut, bernama Leprin Balaati (alm). Beliau lah yang menjadi sosok inspirasi bagi Yermias. Meski mengajar seorang diri di wilayah terpencil, namun Yermias melihat semangat mengabdi yang tak pernah surut pada diri gurunya tersebut. Lewat tuntunan dan bimbingannya, anak-anak di SD Negeri Posokan berhasil menyelesaikan studinya dengan baik, termasuk Yermias. “Berangkat dari hal itu, terbersit dalam hati nurani saya ingin menjadi guru. Hal ini juga didasari oleh kondisi kami yang jauh dari perkotaan, sehingga setiap guru yang ditempatkan oleh pemerintah tidak betah untuk tinggal dan mengabdi di SDN Posokan. Bahkan ada juga guru yang sudah menerima SK tetapi tidak mau mengabdi,” ungkap Yermias.

Desa Posokan sendiri terletak di Pulau Lembeh, Kota Bitung, dikelilingi oleh perbukitan dan lembah, dan berhadapan langsung dengan laut Maluku. Karena begitu terpencil, maka tidak ada jaringan listrik maupun telekomunikasi. Jarak dari desa Posokan ke pusat kecamatan kurang lebih 25km, atau ke pusat kabupaten kurang lebih 40 km. Untuk menuju desa Posokan harus ditempuh dengan jalan kaki, ojek, perahu, maupun mobil.

Yermias sendiri dalah penduduk asli desa Posokan semenjak lahir. Setelah tamat dari SD Negeri Posokan, pria yang lahir pada 22 Januari 1984 ini melanjutkan sekolahnya ke SMP PGRI Sondakareko yang berjarak 5 km dari Desa Posokan. Setiap hari, Yermias harus berjalan kaki dan berangkat pukul 4 pagi untuk berangkat ke sekolah, melintasi hutan belantara. Peluh dan lelah telah menjadi makanan sehari-hari baginya.

Setamat SMP pada tahun 1998, Yermias melanjutkan sekolah ke SMA Kristen Bitung. Karena letak sekolah yang amat jauh dari rumah, maka terpaksa Yermias pun meninggalkan desanya, berpisah dengan orang tuanya hingga ia lulus SMA. Dengan keadaan ekonomi orang tuanya yang nelayan kecil sangat pas-pasan, Yermias harus benar-benar berjuang keras supaya dapat terus bersekolah.

Usai menamatkan jenjang SMAnya pada 2001, Yermias sempat merasa pesimis bahwa ia akan dapat mewujudkan cita-citanya menjadi guru. Pasalnya, keadaan ekonomi orang tuanya waktu itu sangat tidak memungkinkan untuk membiayainya masuk universitas. “Dalam benak saya, pasti harapan dan cita-cita ini pupus. Tetapi hati nurani saya berkata, saya pasti bisa menjadi guru walaupun tidak studi di perguruan tinggi,” kata Yermias.

Demi melihat semangat dan keinginan Yermias yang begitu besar, akhirnya orang tua Yermias pun berkata, “Walau dengan susah payah, ayah dan ibu akan berusaha agar kamu bisa menjadi guru, Nak...”. Yermias menjadi sangat terharu sekaligus senang tiada terkira. Ia benar-benar tak menyangka bahwa akhirnya ia pun dapat mendaftar di Jurusan D-2 Pendidikan Guru SD di Universitas Negeri Manado.

Selama menempuh studi di universitas, jika ada waktu libur, pria yang hobi menyanyi ini kerap magang menjadi tenaga sukarela di SD Negeri Posokan, mengajar anak-anak tanpa dibayar. Tak mengapa baginya, karena mendapat kesempatan mengajar pun sudah membuatnya merasa senang. Bahkan setelah lulus kuliah, ia  pun memutuskan untuk mengajar di SD Negeri Posokan.

Tahun 2004, pemerintah membuka lowongan penerimaan calon pegawai negeri sipil. Yermias pun mencoba mendaftar sebagai guru. Berkat doa dan kerja kerasnya, Yermias pun lulus seleksi dan ditetapkan menjadi calon pegawai negeri sipil di Kota Bitung. Namun karena hasratnya ingin mengabdi di desanya di Posokan, maka Yermias pun memberanikan diri menghadap kepala BKD dan memohon untuk ditempatkan di SD Negeri Posokan. Permintaannya segera dikabulkan dengan pertimbangan karena waktu itu tidak ada orang lain yang mau mengabdi  di Posokan karena letaknya yang begitu jauh dan terpencil.

Profesinya sebagai guru ia lakukan dengan penuh tanggung jawab dan sukacita meski saat itu Yermias harus mengajar dua kelas. Jumlah guru pada waktu ia pertama kali mengajar hanya dua orang. Namun Yermias selalu bersemangat mendidik anak-anak serta memotivasi masyarakat untuk bersama-sama membangun dan memajukan pendidikan. Ia pun tak peduli meski penghasilannya sebagai guru tidaklah begitu besar. Untuk menambah tabungannya, Yermias pun acapkali melaut saat di luar jam sekolah.

Di tahun ajaran 2014/2015, jumlah siswa di SD Negeri Posokan adalah 58 orang, yang dibimbing oleh 3 orang guru, termasuk Yermias. Kondisi sarana dan prasarananya kurang begitu baik meskipun sudah memiliki bangunan permanen.

Di lingkungan masyarakat, Yermias dipercaya oleh masyarakat menjadi ketua Komisi Pemuda Jemaat GMIM ebenHaezer Posokan sejak tahun 2004 hingga tahun 2009. Bahkan pada tahun 2009, Yermias bersama masyarakat setempat bahu membahu membangun PAUD di Kelurahan Posokan. Saat itu, ia pun dipercaya menjadi sekretaris Badan Pekerja Majelis Jemaat GMIM Eben Haezer Posokan hingga tahun 2013.

Selama menjadi guru membimbing siswa-siswa kelas 6 menghadapi Ujian Nasional, Yermias tak kenal lelah berjibaku hingga semua murid-muridnya berhasil lulus dengan nilai baik. Sebuah pencapaian yang membuat Yermias merasa amat bangga. Kendati demikian, ia pun menyimpan pengalaman-pengalaman manis yang sekaligus penuh dengan dukacita dalam memorinya. Misalnya ketika ia harus berjalan kaki melintasi hutan belantara dan basah kuyup karena diguyur hujan demi menghadiri acara di pusat kabupaten bersama siswa-siswanya untuk mengikuti lomba gerak jalan.


Tahun 2012, Yermias mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan S-1nya di UNIMA demi memenuhi target kualifikasi. Ia pun selalu rajin melaksanakan tugas dan melakukan bimbingan olahraga hingga dapat meraih prestasi dari tingkat kota hingga tingkat provinsi. Sebagai guru berdedikasi, Yermias selalu menjaga semangat untuk tak kenal lelah mengabdi mencerdaskan anak-anak di desa kelahirannya supaya lebih pintar dan mandiri. ***


Ditulis Tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2014 (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment