Saat itu bulan
Ramadhan, tepatnya hari Minggu, 29 Juli 2012 pukul 15.00 wita. Asap hitam
membumbung tinggi lantaran api besar berkobar-kobar dari sebuah bangunan kokoh,
melalap apa saja di dalamnya. Suasana semakin mencekam karena angin bertiup
kencang, sementara petugas pemadam kebakaran tak juga tiba. Tak ada yang bisa
diselamatkan. Taman Kanak-kanak (TK) Negeri Pembina Jorong yang sempat menjadi sekolah
kebanggaan hanya menyisakan puing-puing. Isak tangis dan ratap pilu para guru
dan murid yang sempat melihat peristiwa naas hanya mampu menjadi warna duka
peristiwa yang takkan dilupakan itu.
Menurut
identifikasi pihak kepolisian, sumber kebakaran tersebut adalah korsleting
listrik. Untunglah pada saat adalah masa liburan bagi murid dan guru, sehingga
tak ada korban jiwa. Di Tanah Laut, Kalimantan Selatan, berlaku kebijakan bahwa
pada bulan Ramadhan, PAUD maupun TK libur selama sebulan penuh. Meski demikian,
diperkirakan jumlah kerugian hingga mencapai lebih dari 50 juta rupiah. Segala
yang telah dibangun dan diperoleh sejak tahun 2006, tahun didirikannya TK
Negeri Pembina Jorong, tak menyisakan apapun.
Persoalan berikutnya
yang jauh lebih memusingkan adalah, kemana anak-anak akan belajar? Harus segera
ditemukan solusi karena masa liburan akan segera usai. Tak mudah menemukan
setidaknya enam ruang kelas sebagai pengganti sementara untuk menampung 100
murid-murid TK. Dan lebih tidak mudah lagi menguatkan semangat dan keyakinan
para guru, orang tua siswa, maupun masyarakat, bahwa TK Negeri Pembina Jorong
dapat terus bertahan dan tetap menjaga kualitasnya seperti sebelum peristiwa
kebakaran terjadi. Maklum, TK Pembina Negeri Jorong boleh dikata saat itu adalah
sebuah TK ‘favorit’ dengan nama yang sempat naik daun. Bahkan tak segan
sejumlah besar murid berasal dari wilayah yang cukup jauh demi bersekolah di TK
ini.
Banyak hal yang
menjadi keistimewaan TK yang pertama kali menjadi TK Pembina di kecamatan
Jorong, Tanah Laut ini. Yang paling menonjol adalah metode pengajarannya. Di
saat TK-TK lainnya di Tanah Laut masih bertahan dengan metode pengajaran
calistung (baca tulis hitung), TK Negeri Pembina Jorong telah berani membuat
gebrakan baru dengan metode belajar sambil bermain, yakni menggunakan pendekatan
BCCT atau sentra. TK Negeri Pembina Jorong telah berhasil membuktikan bahwa
meskipun siswa-siswanya mendapat porsi lebih banyak dalam bermain sambil
belajar – ketimbang pembelajaran klasikal macam calistung, tapi toh mampu
menghasilkan jebolan yang berkualitas dan unggul dalam daya saing. Berkat
keberhasilannya, tak heran jika TK Negeri Pembina Jorong pun seringkali menjadi
acuan model dan rujukan bagi TK-TK lainnya. Kiprah TK Negeri Pembina Jorong di
bidang pendidikan dan keorganisasian pun cukup aktif, sehingga TK ini didaulat
menjadi sekretariat dan seringkali menjadi tempat pertemuan bagi berbagai
organisasi profesi, antara lain IGTKI-PGRI, KKG TK, PKG/Gugus PAUD, MKKTK, dan
juga pertemuan dengan komite sekolah.
Untuk setingkat
desa dan kecamatan, fasilitas yang tersedia di TK Negeri Pembina Jorong
(sebelum insiden kebakaran) boleh dikata cukup lengkap dan layak. Sudah ada sembilan
guru, enam kelas sentra, perpustakaan, fasilitas ekstrakurikuler, dan lain
sebagainya. Bahkan sejak tahun 2007, TK Negeri Pembina Jorong pun telah membuka
Kelompok
Bermain dengan nama KB Puspa Bangsa, yang tempat belajarnya memanfaatkan ruang
guru. Ini karena animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak semakin besar.
Meski demikian, kelengkapan itu bukannya terpenuhi dengan
cara instan dan mudah, melainkan berkat usaha, kerja keras, dan semangat semua
yang terlibat di dalamnya; para guru, masyarakat, pemerintah, dan terutama
kepala sekolahnya, Siswati, S.Pd., M.M, yang juga menjadi pionir dalam
mendirikan TK Negeri Pembina Jorong. Bahkan banyak pula prestasi yang telah
diraih dalam setiap ajang kompetisi, baik itu setingkat kecamatan hingga
kabupaten.
Langkah awal
Siswati dimulai di tahun 2006, saat pertama kali ia mendengar sebuah program
pemerintah yang akan memberi kesempatan siapa saja untuk mendirikan TK Negeri pada
tingkat kecamatan. Saat itu, TK Pembina hanya berada di kabupaten saja. Siswati
yang saat itu menjabat sebagai Kepala TK Kenari kecamatan Jorong yang berada di wilayah
binaaan Tim Penggerak PKK tertarik untuk mengajukan proposal pendirian TK
Pembina di Kecamatan Jorong.
Siswati banyak bersyukur, karena bak
mengemban misi mulia, tak banyak kendala yang dihadapi saat membidani proses
pendirian TK Pembina Negeri Jorong. Ia bahkan mendapat ijin penggunaan tanah seluas
sekitar seperempat hektar – yang semula hendak diperuntukkan untuk pendirian
madrasah, tapi mengalami kemacetan -- dari Kepala Desa Jorong dan tokoh
masyarakat setempat, juga dukungan penuh dari semua pihak. “Waktu awal berdiri, hanya ada 5 guru termasuk saya. Muridnya
kira-kira berjumlah 30 anak,” kenang ibu dua anak yang telah menjadi PNS sejak
usia 19 tahun ini.
Hanya semangat
dan antusiasme tinggi yang menggerakkan Siswati dan lain-lain untuk terus berjuang
membangun dan mengembangkan TK Negeri Pembina Jorong. Berkaca dari
pengalamannya terjun dalam Taman Kanak-kanak sejak tahun 1992, Siswati bertekad
untuk membuat sebuah metode program pembelajaran baru yang lain dari yang lain.
Untuk itu, ia tak segan belajar hingga ke PAUD Ibu di Purworejo, Jawa Tengah
untuk menggali ilmu tentang metode BCCT/Sentra, yang kemudian ia terapkan di TK
Negeri Pembina Jorong.
Kendati
demikian, beragamnya latar belakang para guru yang mengajar pun menjadi
persoalan tersendiri. Menerapkan sebuah metode pembelajaran baru tak semudah
membalik telapak tangan, apalagi di daerah. Selain itu, kemampuan dan
kompetensi guru-guru pun masih belum memadai. Oleh karena itu, wanita yang mengawali
karir sebagai kepala sekolah sejak pangkat golongan II ini tak segan untuk
terus berdiskusi, berbagi ilmu, dan memberi kesempatan para guru untuk mencecap
ilmu-ilmu baru dan mengembangkan diri melalui berbagai ajang pelatihan, seminar,
workshop, dan lain-lain. Selain itu, seiring waktu dan perkembangan jaman, para
guru pun mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualifikasinya melalui program
S-1 di Universitas Terbuka yang membuka kelompok belajar (pokjar) di wilayah
Jorong.
Meski demikian,
tak dapat dipungkiri bahwa seperti halnya TK-TK lain di daerah, masalah dana
pun menjadi persoalan bagi TK Negeri Pembina Jorong. Semata-mata mengandalkan
pemerintah pusat takkan menjadikan TK Negeri ini segera memperoleh segala
kelengkapan dan fasilitas. Oleh karena itu, TK Negeri Pembina berupaya aktif
dalam menyebar proposal dan menggandeng hingga ke sektor perusahaan-perusahaan swasta
di sekitar, dan juga aktif dalam berbagai organisasi profesi. Terbukti,
keuletan ini membawa hasil yang cukup gemilang. “Berkat dukungan berbagai
pihak, baik pemerintah, swasta, para tokoh masyarakat maupun berbagai
organisasi, kami masih bertahan setelah terjadi musibah kebakaran besar.
Sungguh tak diduga jika kami justru mendapat banyak bantuan pasca kebakaran. Sampai-sampai
kami bisa kembali membeli seperangkat drumband untuk anak-anak,” kata peraih
juara 1 kepala sekolah berprestasi tingkat nasional 2013 ini.
Meski pasca
kebakaran TK Negeri Pembina terpaksa untuk sementara waktu harus menempati Gedung
Serbaguna Kecamatan, namun TK ini berhasil menjaga komitmen yang tangguh dalam
menjaga kualitas dan sistem pembelajarannya dengan tetap menjalankan sistem BCCT/sentra. Ini merupakan bukti bahwa untuk mengembangkan sebuah TK, tak
melulu diperlukan biaya besar. Dengan kerjasama yang solid dari berbagai pihak,
aktif dalam berbagai kegiatan, dan kreativitas para pendidiknya yang kompeten,
TK Negeri Pembina Jorong berhasil menjadi TK percontohan bagi sekolah-sekolah
lainnya di Tanah Laut, Kalimantan Selatan. ***
Ditulis tahun : 2015
Diterbitkan di Majalah Usia Emas (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment