Seiring dengan perkembangan
jaman, wajah dunia pendidikan tak lagi sama dengan era-era sebelumnya. Sebagian
besar perubahan yang ada di dunia adalah dikarenakan lahirnya berbagai inovasi.
Dalam hal ini, pendidikan memiliki peran yang amat penting dalam memacu
lahirnya inovasi dan perubahan. Generasi-generasi saat ini dilahirkan dan
dididik untuk memecahkan persoalan di masa yang akan datang melalui inovasi-inovasi,
sehingga diharapkan mereka dapat menciptakan perubahan yang lebih baik. Guru
sebagai ujung tombak pendidikan memiliki tantangan besar, bagaimana
menghasilkan anak-anak didik yang dapat melahirkan berbagai inovasi. Hal itulah
yang dibahas oleh Anshul Sonak, Direktur Asia Pasifik Intel Coorporation di
hadapan ratusan guru yang mengikuti Seminar Pendidikan pada Hari Guru di Gedung
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Menurut Sonak, tugas guru adalah
memberikan sesuatu yang berbeda terhadap kehidupan orang lain. Artinya, guru
harus memiliki kemampuan untuk merangsang anak didiknya melakukan perubahan
pada kehidupannya menjadi lebih baik.
“Perubahan itu adalah sebuah inovasi.
Inovasi itu intinya adalah membuat suatu perubahan dalam kehidupan orang lain
menjadi lebih baik,” kata pria kelahiran India yang telah 19 tahun berkecimpung
di bidang pendidikan ini.
Secara tidak langsung, menurut Sonak, guru adalah
inspirasi dan sekaligus yang melakukan perubahan terhadap kehidupan orang lain.
Tanpa guru tidak akan ada pendidikan. Sedangkan kesuksesan hanya dapat diraih
melalui bekal pendidikan yang baik. Maka itu, orang-orang yang sukses atau
ingin sukses pasti akan selalu mengutamakan pendidikan. “Guru-guru dimanapun
berada, baik di desa atau di kota, semuanya adalah calon-calon penggagas atau
orang-orang yang memiliki karya inovasi. Mereka mengukir masa melalui anak-anak
didiknya, yang nantinya yang akan menghadapi masalah-masalah di dunia namun
mampu menemukan solusinya,” tuturnya. “Saat ini kita tinggal di Indonesia, ada
banyak tsunami, bencana alam lainnya, banyak masalah-masalah kesehatan, dan
sebagainya. Saat ini mungkin kita belum tahu bagaimana solusinya. Namun suatu
saat nanti masalah-masalah tersebut akan selesai. Dan kalau Bapak/Ibu Guru lihat,
yang menyelesaikan masalah-masalah tersebut adalah anak didik Bapak/Ibu
sekalian melalui berbagai inovasi yang mereka ciptakan. Itu sebabnya inovasi sangat
diperlukan dalam dunia pendidikan,” tambahnya lagi.
Generasi EPIC
Tantangan yang dihadapi guru saat
ini adalah bagaimana cara membuat anak-anak didik dapat menemukan inovasi.
“Percuma jika kita tidak tahu bagaimana caranya berpikir kritis atau
kolaborasi dan berpikir sistematis,”
katanya. Sonak sempat memberikan contoh gambaran, bahwa Intel pernah menemukan
seorang siswa berusia 17 tahun yang menemukan suatu metode mencharge handphone
dalam waktu 20 detik saja. Padahal umumnya dalam mencharge handphone diperlukan
satu hingga dua jam. “Itulah inovasi. Jadi, itulah murid Bapak/Ibu sekalian di
masa depan. Murid-murid tersebut harus mampu menemukan cara-cara untuk
memecahkan masalah-masalah atau untuk membuat hidup menjadi lebih efisien,”
tegasnya. Menurutnya, mereka adalah generasi pembelajar abad 21.
Generasi pembelajar abad 21 dapat
pula disebut sebagai generasi EPIC. Yakni Experiential,
dimana anak didik merasa tidak cukup hanya sekadar mendapatkan pengajaran di
dalam kelas secara klasikal, tetapi mereka juga membutuhkan praktek dan
pengalaman langsung, sehingga mereka benar-benar terlibat dan memahami
pelajaran, dan rasa keingintahuan mereka pun terpuaskan. Participatory, dimana anak didik ingin ikut berpartisipasi dalam
hasil program-program. Mereka pun punya keinginan untuk memberikan sumbangan
pemikiran-pemikiran mereka. Image Rich,
dimana anak didik pun memerlukan gambar atau visualisasi dalam pembelajaran
mereka, supaya mereka dapat menciptakan perspektif baru maupun ide-ide baru.
Dan Connected, dimana anak-anak didik
memiliki kebutuhan untuk tersambung dengan lingkungan sosial mereka melalui
bantuan teknologi.
Dalam hal ini, Sonak juga sempat
mengatakan bahwa media sosial semacam facebook dan sebagainya pun seharusnya
dapat dimanfaatkan para guru untuk pebelajaran, untuk semakin memudahkan
komunikasi dengan para murid, rekan kolega, maupun para ahli dengan tujuan
meningkatkan pendidikan. Di sisi lain, Facebook sendiri adalah hasil dari
inovasi yang membuat hidup menjadi lebih efisien, meski 5 atau 10 tahun
sebelumnya tak pernah terpikir dalam benak kita akan memiliki atau menggunakan
akun facebook.
10 Kecakapan
Kendati demikian, Sonak pun
mengatakan bahwa untuk melahirkan anak-anak didik yang mampu menciptakan
inovasi, mereka pun memerlukan kecakapan. Ada 10 kecakapan yang harus dimiliki
oleh anak-anak didik, pembelajar abad 21, antara lain Sense Making, Social Inteligence, Novel and Adaptive Thinking, Cross
Cultural Competencies, Computational Thinking, New Media Literacy,
Transdiciplinarity, Design Mindset, Cognitive Load Management, dan Virtual Collaboration. Menurut Sonak, 10
skill inilah yang diperlukan anak didik saat ini untuk menjadi orang-orang yang
mampu memecahkan masalah atau dapat menciptakan pekerjaan untuk masa yang akan
datang. “Kebutuhan saat ini berbeda dengan kebutuhan di masa datang. Contohnya,
dulu tidak ada pekerjaan Social Manager. Tapi sekarang pekerjaan itu
dibutuhkan. Kebutuhan-kebutuhan lainnya akan lahir sesuai dengan perkembangan
jaman. Dan jika Bapak/Ibu Guru tidak melatih anak didik dengan kecakapan
seperti ini, maka mereka tidak akan mampu bersaing dengan dunia global,”
tegasnya.
Namun kekurangan yang banyak
dijumpai saat ini menurut Sonak adalah bahwa umumnya guru-guru lebih banyak
berorientasi murid harus mendapatkan prestasi yang bagus ketika ujian. Padahal
seharusnya tanggung jawab guru lebih besar daripada itu, karena guru harus
mendidik dan menyiapkan generasi saat ini untuk menghadapi masa depan dengan
berbagai solusi, kemudahan, dan efisiensi. Selain itu, guru pun harus
menyiapkan anak-anak didik mereka untuk dapat bersaing di masyarakat global,
tak hanya sebatas puas dengan nilai di negeri sendiri saja. Bagaimanapun,
tuntutan mereka nantinya akan jauh lebih besar dan menantang, yakni menjadi
masyarakat dunia yang berdaya saing.
Dalam pembelajaran abad 21, peran
teknologi begitu besar dalam memberikan kemudahan dan efisiensi. Oleh karena
itu, pembelajar abad 21 dituntut harus mampu menguasai teknologi untuk
menunjang pembelajarannya. Tujuannya, supaya nantinya teknologi dapat
berintegrasi dengan pembelajaran pendidikan. Namun demikian, riset mengatakan
bahwa paling tidak butuh 49 jam atau sekitar 10 hari waktu yang dibutuhkan oleh
guru untuk memberikan pelajaran tentang teknologi itu sendiri. Namun dibutuhkan waktu hingga 10 tahun dalam
mengajarkan atau memahami integrasi teknologi dalam dunia pendidikan.
Untuk mengatasi hal ini, Sonak
mengatakan bahwa diperlukan komunitas guru demi memudahkan pembelajaran.
“Komunitas itu sangat penting, karena Bapak/Ibu guru tidak bisa belajar
sendirian. Harus punya grup, harus belajar bersama-sama supaya saling membantu.
Dan juga harus sering melakukan observasi teknologi pembelajaran,” terangnya.
Dalam hal ini, Intel Coorporation
juga berusaha untuk berperan aktif dalam menfasilitasi para guru di Indonesia,
misalnya melalui komunitas maupun masukan-masukan metode pembelajaran efektif
dan modern. “Kami menyadari bahwa perubahan di masa yang akan datang itu
berasal dari generasi muda. Dan satu-satunya yang menjadi motor perubahan
tersebut adalah Bapak/Ibu Guru sekalian, dan bukan kami yang dari perusahaan.
Oleh karena itu kami memiliki komitmen untuk ikut menyiapkannya,” pungkas
Sonak. ***
Ditulis tahun : 2013
No comments:
Post a Comment