Sebuah program yang memotivasi para peserta didik untuk lebih dekat
dengan kesenian diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Program yang dirintis melalui Direktorat Pembinaan Kesenian dan
Perfilman Direktorat Jenderal Kebudayaan bernama Belajar Bersama Maestro (BBM).
Tujuannya adalah untuk memberikan proses pembelajaran
mengenai makna budaya, nilai budaya, dan kearifan lokal serta motivasi untuk berprestasi
dalam bidang seni-budaya terhadap para pesertanya. “Adanya BBM ini merupakan
usaha pemerintah mengembangkan prestasi anak Indonesia dari bidang seni dan
budaya,” tutur Mendikbud, Anies Baswedan. "Kita bukan saja ingin
mengembangkan bidang yang sudah biasa dikembangkan, namun juga mendorong
tumbuhnya karya seni dari anak Indonesia," tambahnya.
Sedangkan
menurut direktur jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kacung Marijan, program ini
diwacanakan untuk menjaring anak-anak sekolah yang berbakat di bidang seni,
khususnya siswa sekolah menengah atas (SMA) untuk belajar bersama maestro seni
Indonesia yang memiliki pengalaman. "Banyak maestro bidang seni yang
memiliki banyak prestasi. Maka, kita akan membantu salurkan bakat anak di
bidang seni kepada mereka. Agar prestasi dan keilmuan yang dimiliki maestro
dapat diwariskan kepada generasi baru," ujarnya. Oleh karena itu, program ini juga dinilai sebagai kesempatan mengirimkan
pesan dari tokoh seni mumpuni yang kaya pengalaman kepada generasi penerusnya,
sekaligus sebagai kaderisasi.
Tinggal Bersama
Maestro
Siswa-siswi yang berasal dari SMA/SMK kelas X dan XI di
seluruh Indonesia, memiliki kompetensi di bidang budaya, serta aktif mengikuti
kegiatan organisasi di bidang seni dapat mendaftar untuk mengikuti BBM. Dan sejak
pendaftaran peserta dibuka melalui online, terjaring sebanyak 274 calon peserta yang mendaftar
program BBM ini. Namun karena keterbatasan daya tampung, hanya 89 peserta yang
lulus untuk mengikuti program BBM yang dilaksanakan saat liburan sekolah, yakni
pada tanggal 21-30 Juni 2015. Program ini
hanya berlangsung di empat kota, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Solo.
Salah satu peserta BBM, Rifa Setiani Asri mengungkapkan, belajar bersama
maestro musik Indonesia Purwacaraka adalah hal yang diimpi-impikannya sejak
kecil meskipun saat meminta persetujuan orang tua untuk mengikuti program ini
tidak disetujui. Namun, setelah Rifa terpilih dalam program BBM, kedua orang
tuanya mengizinkan untuk berangkat ke Jakarta dan dia tidak akan menyia-nyiakan
kesempatan tersebut untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya dari sang
maestro. “Mimpi aja gitu ada disini, bener-bener mimpi. Harapannya bisa
mendapatkan banyak sekali ilmu dari beliau,” ucap siswi SMA Negeri 2 Brebes,
Jawa Tengah itu.
Mendikbud menekankan, peserta BBM tidak boleh
menganggap program BBM ini merupakan pengalaman yang dapat diulang, tetapi
harus menjadikan ini sebagai kesempatan terakhir bersama maestro, sehingga
sekuat tenaga memanfaatkannya. Menurutnya, seorang
maestro itu melewati proses yang panjang dengan berbagai hambatan dan rintangan
untuk menjadi seorang maestro, dan saat ini peserta BBM baru akan memulai
proses untuk menjadi seorang maestro tersebut. “Jadi adik-adik semua, Anda
mendapatkan kesempatan yang jarang sekali didapat (orang lain). Oleh karena itu
harus disiplin, perhatikan cara berpikirnya, cara merasanya, cara bekerjanya,
cara dimana seorang maestro itu melakukan kegiatannya,” ujar Mendikbud.
Para peserta BBM tahun ini merupakan angkatan pertama
yang akan mendapatkan manfaat yang besar dari program tersebut. Selama 10 hari,
para peserta BBM akan tinggal dan magang di rumah 10
maestro seni dan budaya Indonesia yang telah ditentukan. Kesepuluh maestro tersebut adalah I Nyoman Nuarta
(seni patung), Tan De Seng (Musik/gitar, kecapi, suling), Sam Udjo
(musik/angklung), Irawati Durban (tari), Supadminingtyas (sinden), Nasirun
(lukis), Didik Nini Towok (tari), Aditya Gumay (teater), Purwacaraka
(komposer), dan Gilang Ramadhan (musisi). Para maestro tersebut akan
menjadi mentor untuk mengajari siswa-siswi mempelajari kesenian dan kebudayaan.
Salah satu musisi sekaligus komposer Indonesia, Purwacaraka mengatakan,
para peserta BBM yang dididiknya diajak untuk melihat lebih dekat dan merasakan
bagaimana kehidupan sehari-hari menjadi seorang musisi atau komposer. Misalnya
melihat pembuatan ilustrasi musik dalam sinetron atau film hingga mencoba
membuatnya sendiri, kemudian menghadiri talkshow musik di salah satu program
tivi. “Kita juga ingin memberikan sentuhan semangat dan cerita inspirasi.
Mereka juga bisa bertanya apa saja,” katanya.
Akhir rangkaian program BBM ini ditutup dengan diadakannya pertunjukan
atau pagelaran dari para peserta BBM setelah magang selama 10 hari di rumah 10
maestro tersebut.
Menjadi Sebuah Gerakan
Kendati demikian, Mendikbud berharap bahwa BBM ini tak
hanya sekadar sebagai program, melainkan menjadi sebuah gerakan yang berkembang
di daerah-daerah. "Saya membayangkan program ini dilakukan secara gerakan
bukan program. Modelnya semoga dapat ditiru sehingga para maestro di Indonesia
dapat melakukan hal yang sama di daerahnya masing-masing, jadi tidak hanya di
Jakarta, Solo, Yogyakarta dan Bandung saja," katanya, dalam acara
peluncuran program BBM di Gedung Kemendikbud. Ke depan, ia berharap akan lebih
banyak siswa yang terinspirirasi oleh maestro di daerahnya jika program
tersebut berhasil menjadi gerakan.
Mendikbud mengakui bahwa meningkatkan program menjadi
gerakan membutuhkan waktu yang panjang. Meski demikian, ia memastikan
pemerintah akan berkomitmen untuk mendorong ke arah sana. ***
Ditulis tahun : 2015
DARI BERBAGAI SUMBER
No comments:
Post a Comment