Frankfurt Book Fair 2015 : Terbangkan Literatur Indonesia ke kancah Internasional



Sebuah ajang pameran buku tahunan internasional terbesar sejagad, Frankfurt Book Fair (FBF), akan segera digelar pada 13-18 Oktober 2015. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Indonesia selalu turut berpartisipasi dalam ajang ini. Namun Frankfurt Book Fair 2015 kali ini berbeda, karena kali ini giliran Indonesia didaulat sebagai tamu kehormatan (guest of honor) dalam ajang bergengsi ini.
Frankfurt merupakan salah satu kota lokasi pameran terbesar di Jerman, dan FBF ini telah berlangsung selama lebih dari 500 tahun. Setelah Perang Dunia II, Frankfurt Book Fair berkembang cukup cepat menjadi pameran yang berskala sangat internasional. “Ini disebabkan berbagai alasan, tetapi juga karena fakta bahwa kota Frankfurt ada di tengah-tengah Jerman; sekaligus juga di tengah-tengah Eropa, sehingga sangat mudah dikunjungi. Frankfurt juga memiliki bandara internasional besar yang sangat baik,” jelas Claudia Kaiser, wakil ketua Frankfurt Book Fair, saat berada di ASEAN Literary Festival tempo lalu.
Menurut Kaiser, setiap tahun terdapat lebih dari 7.000 peserta pameran yang berasal dari lebih dari 100 negara. “Tahun lalu kami menghadirkan 7.295 peserta dari 102 negara dan sekitar 280.000 pengunjung. Jumlah ini mungkin tidak banyak untuk ukuran negara seperti Indonesia, tetapi untuk Jerman dan untuk para pengunjung kami yang datang dari seluruh dunia, angka pengunjung ini merupakan jumlah yang sangat baik. Dan dari jumlah itu, 171.000 di antaranya adalah pengunjung bisnis dan profesional,termasuk hampir 10.000 dari pengunjung FBF adalah wartawan yang berasal dari sekitar 90 negara. Ini memastikan bahwa FBF diliput seluruh dunia, ” lanjutnya.
Menurut Kaiser, inti dari gelaran FBF ini ada pada penjualan rights (hak cipta, hak terjemahan, hak penerbitan, dll). “Orang atau penerbit membeli rights dari penerbit atau penyedia konten lain untuk menerjemahkan konten itu atau mengubahnya ke format lain, misalnya menjadi game, film, atau acara TV. Itulah bisnis yang mereka lakukan,” paparnya. Jadi, FBF adalah ajang yang paling penting dalam dunia penerbitan, bukan hanya di Jerman, melainkan di seluruh dunia,” tambahnya.
Selain itu ajang FBF ini juga diselenggarakan bersamaan dengan pengumuman penghargaan Nobel untuk sastra, yakni di Bulan Oktober. Oleh karena itu, ajang FBF ini menjadi begitu penting. Setiap orang yang pendapatnya didengarkan di dunia penerbitan akan ada di sana. Akan ada banyak tren yang dibahas untuk tahun selanjutnya.
Kaiser mengatakan bahwa partisipasi Asia di Frankfurt semakin meningkat. Indonesia sendiri sebagai salah satu negara Asia sangat kaya konten. Namun selama ini banyak orang yang mengeluhkan bahwa sedikit sekali literatur Indonesia yang sudah dikenal di Barat, atau bahkan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. “Oleh karena itu, Frankfurt Book Fair adalah kesempatan bagus untuk mulai mengubah keadaan ini,” jelasnya lagi.
Menjadi Tamu Kehormatan (The Guest of Honor) di ajang FBF ini adalah sebuah proyek yang amat besar. Proyek ini juga akan menjadi pekan budaya Indonesia. Nantinya, akan ada banyak acara tentang Indonesia yang diselenggarakan. Konten-konten Indonesia akan ditampilkan tidak hanya di Frankfurt Book Fair, tetapi juga di berbagai museum, organisasi, dan lembaga kebudayaan di seluruh kota di Frankfurt dan wilayah lain di Jerman. Hal ini akan memberi peluang bisnis untuk perusahaan-perusahaan Indonesia dan juga meningkatkan pariwisata Indonesia. Frankfurt Book Fair merupakan kesempatan untuk menciptakan  kesadaran dan minat dunia terhadap Indonesia. Misalnya minat terhadap buku Indonesia, konten Indonesia, dan industri film Indonesia. Terjemahan karya-karya dan konten Indonesia pun akan lebih banyak tampil dan lebih banyak dilihat oleh seluruh dunia.

Kemdikbud sebagai fasilitator
Kendati demikian, menjadi tamu kehormatan (guest of honor) tentu tidaklah mudah. Akan ada banyak dana yang dibutuhkan untuk persiapan acara. Pemerintah Indonesia sendiri telah membentuk komite nasional khusus untuk mempersiapkan Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Orang-orang yang duduk di Komite Nasional itu di antaranya berasal dari Kemdikbud, IKAPI, penerbit, seniman, budayawan, dll. Mereka tergabung dalam 5 komite, yakni (1) Komite Buku dan Penerjemahan; (2) Komite Culture Performance; (3) Komite Kerja Sama; (4) Komite Media dan Publikasi; dan (5) Komite Sarana dan Prasarana.
Ketua Panitia Komite, Goenawan Mohamad (GM), mengatakan bahwa sebagai tamu kehormatan, Indonesia mendapat kesempatan memperkenalkan budaya, tradisi literatur serta industri bukunya ke masyarakat internasional.  Acara Frankfurt Book Fair 2015 ini, menurut GM, bisa menjadi momentum memperkenalkan kemajuan Indonesia di mata dunia setelah 70 tahun merdeka. 
Dalam FBF nanti, Indonesia akan membawa sekitar 2.000 judul buku, dan 200 buku berbahasa Indonesia yang telah diterjemahkan ke bahasa asing. Proyek terjemahan ini pun menelan dana yang tidak sedikit. Namun, demi kesuksesan FBF 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berkomitmen untuk mengelola dan mendanai kegiatan kepanitiaan Indonesia di Frankfurt. Total dana yang dikucurkan sekitar 10 juta euro atau sekitar Rp 144 miliar yang dialokasikan untuk penerjemahan buku, persiapan, dan penyelenggaraan pameran buku itu.
Prof.Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch.,Ph.D, wamendikbud periode lalu, dalam ajang bincang-bincang persiapan FBF 2015 mengatakan bahwa FBF ini merupakan perhelatan yang sangat penting bagi Indonesia. Menurutnya, Frankfurt Book Fair ini dapat dijadikan sebagai upaya cultural diplomacy dari Indonesia. “Jadi, kita tidak melihatnya sekadar sebagai sebuah  pameran buku, namun implikasinya yang luas dan  cakupannya yang sedemikian kaya dan bisa berdampak sangat banyak terhadap citra Indonesia dapat menjadi pemicu lahirnya institusi-institusi seperti BCLT (British Centre of Literary Translation) di Indonesia,” tuturnya.
Selain itu, menurutnya, Indonesia memiliki tradisi literatur yang luar biasa sekali, panjang dan dalam. Oleh karena itu, tradisi yang panjang dan dalam ini perlu diangkat dan dikomunikasikan. “Dalam rangka mengkomunikasikan ini, kita memerlukan suatu anchor (jangkar). Nah, keikutsertaan Indonesia di Frankfurt Book Fair ini kita anggap seperti itu, yakni untuk mengkomunikasikan kekuatan sastra Indonesia di panggung internasional,” jelasnya. Ia pun berharap bahwa ajang FBF ini dapat membuat setidaknya pengarang-pengarang Indonesia nantinya juga diperhitungkan untuk menjadi pemenang Hadiah Nobel untuk Sastra.
Keberadaan ajang semacam FBF ini pun juga memacu Pemerintah untuk membentuk lembaga yang melingkupi terjemahan buku. Menurut Wiendu, lembaga ini telah dipersiapkan Kemdikbud, yang gedungnya terletak di wilayah Sentul, Jawa Barat.  “Ini adalah semacam Indonesian translation centre. Jadi, Indonesia sudah sangat menyadari amat pentingnya pusat penerjemahan ini. Mudah-mudahan ini bisa menjadi semacam wake up call bagi bangkitnya intelektual dan kesusastraan Indonesia,” katanya.  ***
Ditulis tahun : 2014
DARI BERBAGAI SUMBER

No comments:

Post a Comment