Populerkan Dongeng Lewat Komunitas

Komunitas Ayo Dongeng Indonesia


Sabtu, 1 November 2014, suasana Kebun Raya Bogor yang terletak tak jauh dari pintu masuk I (utama) begitu meriah. Di bawah pepohonan besar nan rindang, anak-anak duduk rapi di atas alas yang telah disediakan. Mereka ternganga saat mendengar kisah semut yang tak henti-henti makan hingga perutnya membesar. Sedangkan beberapa anak lainnya tertawa cekikikan melihat ekspresi teatrikal Cassandra Wye, yang membawakan dongeng tersebut. Ia datang jauh-jauh dari negara Inggris hanya untuk misi mendongeng. Sesekali bola matanya membesar, kedua tangannya terentang selebar-lebarnya saat ia mengatakan ‘besar’ berulang-ulang. Sementara itu, ekspresi Kak Aio pun tak kalah lucu meski ia menerjemahkan dongeng yang dibawakan Cassandra. Penampilan dua pendongeng kawakan di hadapan ratusan anak-anak itu merupakan sebuah kolaborasi unik yang membius. Kali itu, Festival Dongeng Kota Hujan yang juga diprakarsai oleh Komunitas Ayo Dongeng Indonesia berlangsung sukses.

Komunitas Ayo Dongeng Indonesia merupakan sebuah wadah perkumpulan bagi para pencinta dongeng dengan misi mengkampanyekan dongeng untuk kembali populer di masyarakat. Terbentuknya komunitas ini diprakarsai oleh Muhammad Ariyo Faridh Zidni atau yang akrab dipanggil Kak Aio, bersama ketiga rekannya. “Sebenarnya ide untuk membuat gerakan yang mengkampanyekan dongeng ini sudah cukup lama. Awalnya saya dan teman-teman sering membuat kegiatan dongeng secara gratis ke panti asuhan, taman baca, dan sebagainya. Kalau ada yang minta, kita juga membuat kelas terbuka secara gratis tentang dongeng. Sekitar tahun 2011, kami pun sepakat untuk membuat komunitas,” jelas Ariyo. Komunitas Ayo Dongeng Indonesia sendiri diresmikan oleh Pak Raden, tokoh dongeng Indonesia yang dikenal dalam serial Si Unyil, pada 03 Desember 2011.

Terbuka Bagi Siapa Saja
Karena komunitas ini bersifat terbuka, Ariyo mengatakan bahwa siapa saja yang ingin belajar dongeng boleh bergabung. Sejauh ini, anggota Komunitas Ayo Dongeng Indonesia sudah cukup banyak dan berasal dari latar belakang beragam. Ada yang mahasiswa, tamatan SMA, ibu rumah tangga, karyawan, sekretaris, reporter, dan lain-lain. “Yang membuat mereka bergabung adalah idenya. Jadi mereka bisa membuat kegiatan sosial dimana-mana, bisa mempopulerkan dongeng, dan selain itu juga bisa bernostalgia. Mungkin mereka dulu sering mendengar dongeng dari orang tuanya, namun sekarang mereka jarang mendengar atau menemukan aktivitas dongeng,” katanya.

Saat ini, menurut Ariyo, jumlah anggota yang selalu aktif berkomunikasi dan turut andil dalam setiap kegiatan ada sekitar 30 orang, meski para relawannya bahkan lebih dari 50 hingga 100 orang. Untuk bergabung dalam Komunitas Ayo Dongeng Indonesia, Ariyo mengatakan bahwa komunitas tak menetapkan terlalu banyak persyaratan. “Asal bisa berkomunikasi dengan anak-anak, terlebih pakai dongeng, maka kami terima dengan senang hati. Bahkan sebenarnya anggota yang nggak bisa dongeng sama sekali pun banyak, tapi mereka ikut membantu dalam banyak kegiatan. Yang penting punya komitmen saja,” katanya.

Sebagai perkumpulan dengan semangat sukarela, Komunitas Ayo Dongeng Indonesia menerapkan fleksibilitas dalam manajemen dan kinerjanya. Ariyo mengatakan bahwa komunitasnya tak memiliki struktur organisasi kepengurusan tetap. “Kami baru bikin kepanitiaan ketika ada event atau kegiatan. Selebihnya kami hanya berkumpul atau bertemu untuk saling sharing atau diskusi,” katanya. Oleh karena itu, ia pun mengatakan bahwa komunitas ini tak memiliki kantor atau sekretariat yang tetap. Bahkan dalam soal anggaran pun Ariyo mengaku bahwa ia dan kawan-kawan komunitasnya lebih mengandalkan upaya swadaya ketika sedang atau hendak mewujudkan aktivitas atau kegiatan. “Dana berasal dari teman-teman komunitas sendiri. Jadi kalau misal kita ada pertemuan dengan teman komunitas ya kita upayakan sendiri-sendiri. Kayak festival ini, kalau ada yang punya soundsystem ya mereka minjamin soundsystemnya, yang punya mobil ya minjemin mobilnya, dan sebagainya. Jadi memang kerja sosial, nggak ada ikatan. Paling-paling kalau ada event kita terbuka untuk menyebar sponsorship untuk dapat dukungan,” katanya.

Menurut Ariyo, Festival Dongeng Indonesia bertujuan untuk mengkampanyekan kembali dongeng ke tengah masyarakat. Berbagai kegiatan dengan misi mempopulerkan dongeng pun tak lepas dari andil komunitas Ayo Dongeng Indonesia, yang juga diprakarsai oleh pria lulusan Universitas Indonesia ini. Tak hanya festival yang mereka selenggarakan, tapi juga berbagai kegiatan menarik yang mendorong masyarakat untuk lebih mengenal dan bahkan menguasai cara mendongeng, yang ternyata mengasyikkan. “Kita punya beberapa kegiatan rutin, antara lain kampanye lewat media sosial seperti facebook atau twitter. Kami sering memposting berbagai hal yang berkaitan dengan dongeng, tips dan trik. Misalnya tentang bagaimana cara membaca cerita lewat buku. Nah, itu kita bahas selama sebulan di sosial media. Selain itu, kita juga  bikin pop-up story telling atau dongeng kejutan, yakni misalnya dalam sebulan tiba-tiba kita posting untuk mengadakan kegiatan mendongeng di rumah sakit. Kemudian kita kumpulkan dan koordinir relawannya, baru kemudian berangkat. Kita juga biasa ngumpul bersama, baik itu di taman, tempat makan, atau rumah relawan untuk diskusi. Kegiatan lainnya, kita membikin workshop terbuka tentang belajar dongeng dan menyelenggarakan festival dongeng,” terang Ariyo.

Kendati demikian, Ariyo mengungkapkan bahwa kegiatan mendongeng yang diusungnya bersama komunitas memiliki gaya yang agak berbeda. “Kalau dongeng lainnya mungkin ada sedikit akrobat, alat peraga, kostum, dan sebagainya. Tapi kita lebih ke edukatif dan lebih banyak hanya mengandalkan cerita saja. Kami mengutamakan dongeng dengan unsur pendidikan di dalamnya,” jelasnya.

Saat menjelaskan tentang tahap-tahap mendongeng, Ariyo mengatakan bahwa yang paling utama dalam persiapan dongeng adalah cerita. “Misi kita adalah mau mempopulerkan dongeng yang paling sederhana. Oleh karena itu, kita hanya mempersiapkan cerita aja. Poin utamanya, dongeng itu harus mudah dan sederhana. Mulainya dari situ. Kalau kita mulai dari yang kita sukai, nantinya akan gampang. Nanti kalau sudah cukup pengalaman dan familiar, baru bisa bikin cerita sendiri. Dan itu bisa berdasarkan dari buku, cerita rakyat, dan sebagainya,” terangnya.

Mengandalkan Media Sosial
Selama ini Ariyo mengungkapkan bahwa sosialisasi Komunitas Ayo Dongeng Indonesia memang lebih banyak dilakukan di media sosial. Di era digital saat ini, peran media sosial diakui cukup membantu dan memudahkan. “Kami lebih mementingkan keterbukaan. Dengan media sosial, siapapun bisa membaca dan boleh berperan serta,” ujar ayah satu anak ini.

Ariyo juga menyebutkan bahwa komunitasnya aktif di bidang sosial, misalnya mengadakan kegiatan mendongeng untuk anak-anak pengidap kanker di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dan sebagainya. Ia dan rekan-rekan komunitasnya pun bahkan kerap mengunjungi barak-barak pengungsi bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia untuk mendongeng.

Sejauh ini, menurut Ariyo, kegiatan-kegiatan besar dan aktivitas Komunitas Ayo Dongeng Indonesia masih lebih banyak diadakan di jakarta. “Tapi kami sudah mulai menularkan virusnya ke daerah-daerah lainnya. Sebagai contoh, misalnya kami menargetkan setiap tahun untuk bikin festival dongeng, supaya penyebaran dan kampanye mempopulerkan dongeng ke keluarga-keluarga lebih masif,” tuturnya. Untuk tahun 2014 ini, Komunitas Ayo Dongeng Indonesia telah berhasil membuat tiga festival dongeng, yakni di Bandung, Bogor, dan di Jakarta. “Tahun depan rencananya akan diadakan di Malang dan Maluku,” tambahnya.  

Menurut Ariyo, sejauh ini penerimaan masyarakat terhadap Komunitas Ayo Dongeng Indonesia sangat bagus, terlebih mengingat saat ini aktivitas dongeng menjadi semakin langka. “Kalaupun ada, kadang kegiatan dongeng itu hanya diselenggarakan di mall, di acara-acara tertentu, atau di sekolah. Acara kayak gitu kadang nggak bisa sengaja ngajak satu keluarga untuk datang. Nah, kita mau mencoba untuk mengadakan aktivitas rutin di tempat terbuka atau tempat publik dan siapapun boleh datang. Ternyata penerimaan mereka sangat luar biasa. Bahkan sering ada permintaan supaya kegiatan kami lebih sering diadakan, misalnya setiap bulan, dan nggak hanya di Jakarta saja, tapi juga di daerah-daerah lain,” katanya. Ia juga mengatakan bahwa saat ini komunitas yang berkiprah pada dongeng sudah mulai banyak bermunculan di berbagai daerah. “Kami tak mementingkan berapa banyak jumlah anggota komunitas yang sanggup kami jaring, tapi lebih mementingkan supaya ide mengkampanyekan dongeng dan semangatnya ini lebih banyak tersebar. Kalaupun mereka mau pakai nama komunitasnya sendiri juga nggak papa,” imbuhnya.

Target ke depan, Ariyo mengatakan bahwa Komunitas Ayo Dongeng Indonesia ingin menyelenggarakan Festival Dongeng Internasional, setidaknya dua tahun mendatang. “Teman-teman pendongeng dari luar Indonesia akan kita undang kesini, kemudian kita perkenalkan dengan dongeng-dongeng dari Indonesia. Jadi, supaya ketika mereka mendongeng di luar, mereka juga bisa menggunakan dongeng-dongeng dari Indonesia. Harapan kami, Indonesia manjadi semakin dikenal. Selain itu mereka juga bisa melihat teman-teman Indonesia yang bisa dongeng,” katanya.

Festival Dongeng Indonesia 2014
Festival pertama diadakan pada tahun 2013 di Universitas Indonesia. Dengan target 800 orang pengunjung, di luar dugaan, ternyata jumlah pengunjung hingga mencapai 1700 orang hanya dalam waktu setengah hari. Oleh karena itu Komunitas Ayo Dongeng Indonesia semakin berkomitmen untuk menyelenggarakan acara ini secara rutin berkala setiap tahun. 

Pada tahun 2014 ini, acara Festival Dongeng Indonesia diselenggarakan pada 02 November 2014 di Museum Nasional Jakarta, dengan mengusung tema Dengar Dongeng di Museum. Selain mendengar mendongeng, Festival Dongeng Indonesia 2014 ini juga dimeriahkan dengan berbagai acara menarik seperti workshop story-yoga bersama Paramitha Hioe, workshop “Bringing a Story Alive” bersama Cassandra Wye dari Inggris,dan mendongeng, yang dibawakan oleh Pak Raden (Drs. Suryadi), Alya Rohali, Paman Gery, Ariyo (Kak Aio), dan para pendongeng lainnya. Ada pula talkshow bertema ‘Ajaibnya Mendongeng dengan Buku’, pertunjukan puppetaria Winnie & Winna, dan penampilan musik dari Tetangga Pak Gesang dan Aman Perkusi. Pun disediakan bazaar dan pojok membaca yang dikelola oleh Taman Baca Anak Lebah, dan tur Museum Nasional. Kemeriahan acara Festival Dongeng Indonesia 2014 ini tidak hanya dirasakan bagi anak-anak yang hadir dalam acara tersebut, namun juga para orangtua yang mengajak anak-anak mereka. Seperti tahun lalu, acara Festival Dongeng Indonesia hanya berlangsung selama satu hari.

Ada sebuah kebiasaan unik, bahwa yang membuka acara Festival Dongeng Indonesia adalah orang tertua yang menjadi pengunjung acara. “Nanti ditanya kenapa datang kesini, apa harapannya, dan sebagainya. Jadi pengunjung kita anggap sebagai bagian dari komunitas. Kita berharap mereka juga ikut memiliki acaranya juga,” jelas Ariyo.

Menurut Ariyo, kesuksesan penyelenggaraan Festival Dongeng Indonesia merupakan prestasi membanggakan bagi Komunitas Ayo Dongeng Indonesia. “Bukan hal mudah mengkoordinir puluhan relawan, mendatangkan ribuan pendengar dongeng tapi kita nggak membuat undangan khusus, melainkan hanya mengandalkan sosial media. Kita nggak pernah tahu berapa jumlah orang yang datang,” katanya. Kendati demikian, setiap gelaran Festival Dongeng Indonesia selalu mendulang sukses.

Melalui Festival Dongeng Indonesia, diharapkan budaya mendongeng yang sempat dianggap langka kembali populer. Karena bagaimanapun, dongeng pun memiliki dampak positif. Terlebih dongeng yang sarat dengan nilai-nilai edukatif. Menyampaikan pesan dan nasehat positif akan terasa lebih menyenangkan melalui dongeng.




SEBARKAN HAL POSITIF MELALUI DONGENG
(Profil Kak Aio)

Di kalangan pendongeng muda, nama Mochamad Ariyo Faridh Zidni atau yang lebih akrab dipanggil Kak Aio sudah cukup familiar. Pria kelahiran Jakarta, 18 Juni 1980 ini konsisten dengan dunia mendongeng sejak tahun 1999. Ia bahkan telah mengunjungi berbagai daerah di Indonesia maupun ke mancanegara untuk misi mendongeng. Diungkapkannya, bahwa kecintaannya dalam mendongeng ia seriusi sejak ia masih duduk di bangku kuliah, tepatnya di jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Saat itu ia sudah kerap turut andil dalam berbagai aktivitas sosial. “Inspirasinya datang setelah saya ikut mendongeng di Rumah Sakit untuk anak-anak penderita Kanker di RSCM. Kemudian saya terpikir ingin berbuat lebih meski hanya dengan sebuah cerita dan kegiatan mendongeng yang sederhana,” ujarnya. Sejak itulah Ariyo mulai semakin mendalami dan mengasah kemampuan mendongengnya. Melalui langsung berlatih ataupun berdiskusi dengan pendongeng-pendongeng lainnya. Terlebih ia pun cukup dekat dengan Pak Raden, sehingga banyak pelajaran yang ia serap.

Rupanya kegiatan mendongeng pria yang berprofesi sebagai konsultan perpustakaan ini cukup mendapat dukungan dari keluarga. “Sekarang mereka sangat bangga pada saya karena saya bisa menggerakkan banyak orang lainnya untuk melakukan hal yang baik. Atau setidaknya saya bisa mendongeng untuk anak saya, hahahaa....” katanya, dengan tawa ceria.

Selain mendongeng, ternyata Ariyo juga aktif di banyak kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan anak. Antara lain, ia aktif di Komunitas 1001buku yang punya kegiatan menyumbangkan buku, Komunitas Lebah yang menggerakkan pendidikan di daerah yang terpencil, Forum Taman Bacaan Anak sebagai pengurus dan penggerak literasi lokal di Indonesia, Taman Bacaan Anak Lebah sebagai relawan yang mengajarkan dongeng bagi guru-guru di kawasan timur Indonesia, Komunitas Reading Bugs Indonesia sebagai relawan yang mengkampanyekan kegiatan membacakan Cerita di sekolah sekolah, dan Komunitas Merah Putih sebagai relawan yang membantu penyebaran akses baca ke kawasan yang terpencil di Indonesia dan beberapa lainnya. Ia mengaku amat menikmati kegiatan-kegiatannya meski hal itu membuatnya cukup sibuk. Kendati demikian, Ariyo tak pernah merasa kesulitan dalam mengatur waktunya. “Semua itu pasti ada jalannya. Jika ingin berbuat baik pasti bias,” tuturnya.

Sebagai pendongeng, Ariyo telah mendapat banyak kesempatan berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Hal paling membuatnya senang adalah ketika menerima undangan untuk mendongeng ke luar negeri mewakili Indonesia, misalnya ke Festival Dongeng Internasional atau workshop-workshop dongeng internasional. Selain karena mendapat pengalaman yang amat berharga, ia pun merasa bangga dapat mewakili Indonesia di ajang internasional. “Tahun ini saya diundang ke Malaysia, Singapora, dan India. Bagi saya, mewakili Indonesia itu adalah  pengalaman yang seru karena membawakan cerita tradisional Indonesia, dan itu sangat menyenangkan sekali,” kata pria yang hobi membaca, dongeng, dan traveling ini.

Menurut Ariyo, saat ini aktivitas mendongeng di Indonesia sedang marak dan sedang berkembang. Ada banyak kesempatan bagi para pendongeng yang bisa dimanfaatkan untuk lebih menimba pengalaman dan berbuat positif pada sesama. Banyak pula lembaga dan institusi yang mengadakan kegiatan dengan dongeng di dalamnya. Kendati demikian, Ariyo menilai bahwa masih banyak yang mendongeng dengan cara yang kurang baik, misalnya ceritanya terlalu banyak dengan nilai atau pesan moral, sehingga malah menjadi tidak enak dinikmati. Namun ia juga menjelaskan bahwa mendongeng akan menjadi semakin lihai jika banyak berlatih dan banyak membaca buku bacaan anak. “Yang terpenting adalah mengoptimalkan kemampuan komunikasi. Karena dongeng itu adalah komunikasi, maka pergunakanlah kemampuan berkomunikasi yang baik. Itu saja sudah cukup,” terangnya. ***

Ditulis tahun : 2014

No comments:

Post a Comment