Jumeri. S.TP, M.Si
Juara 1 Kepala SMK Berprestasi Nasional 2013
Pecapaian
siswa-siswa SMKN 1 Bawen, Semarang, yang
pernah mencapai omzet sebesar 1,1 milyar rupiah dalam satu tahun melalui hasil
praktek kerja ini adalah sebuah prestasi yang cukup
spektakuler. Kendati demikian, buah keberhasilan
ini tentu tak lepas dari jerih payah mereka yang membimbing, mengarahkan, dan
memberi jalan. Dalam hal ini, terutama adalah
Sang Kepala Sekolah. Jumeri, S.TP, M.Si telah nyata-nyata berhasil memetik hasil
dari program Perdikan yang
digagasnya. Bahkan berkat Perdikan,
Jumeri pun berhasil menyabet Juara 1 dalam ajang lomba PTK Berprestasi dan
Berdedikasi Nasional 2013, serta mengantongi uang
tunai 30 juta rupiah dari Kemdikbud dan banyak hadiah
menarik lainnya.
Saat pertama kali
menjadi kepala di SMKN 1 Bawen pada tahun 2009, Jumeri tak terlalu menghadapi
masalah yang cukup berarti karena sebelumnya ia pernah menjadi guru di sekolah
ini. Pria kelahiran Boyolali ini terbukti mampu mengawal sekolah yang memiliki
jumlah siswa sebanyak 1615 pada tahun ajaran 2013/2014, menjadi sekolah favorit
yang didambakan bagi para peminat SMK. Terbukti, pada tahun 2012 lalu, ada
sebanyak 900 peminat yang mendaftar di SMKN 1 Bawen. Namun sayangnya, sekolah
yang beralamat di Jalan Kartini no. 119
Bawen, Semarang, Jawa Tengah ini hanya memiliki daya tampung sebanyak 600 siswa.
Sekolah Menengah
Kejuruan yang berdiri sejak tahun 1965 ini memiliki luas kurang lebih 10 hektar,
dengan 48 ruangan. “Selama 4 tahun terakhir ini, sudah ada 8 ruang kelas
baru yang kita bangun, padahal kami bukan RSBI. Namun dari swadaya bantuan
orang tua murid, maupun bantuan perusahaan-perusahaan,” terang Jumeri. Dari sisi sarana dan prasarananya pun sudah cukup baik, dan
setiap rombongan belajar terdapat maksimal 32 siswa, sesuai standar. Jumeri pun
mengatakan bahwa di antara ke-34 jumlah total Sekolah Menengah Kejuruan yang
ada di Semarang baik negeri maupun swasta, SMKN 1 Bawen adalah sekolah
terbesar, dengan dengan jumlah pegawai negeri terbanyak,
murid terbanyak, guru terbanyak, dan juga
jurusan terbanyak. “Ada 105 orang guru di SMK 1 Bawen. 60%
pegawai negeri, dan 30% guru tidak tetap. Sebanyak 25
orang guru sudah S-2. Kami punya guru produktif dengan kompetensi yang sesuai.
Kami bahkan mengadakan seleksi masuk untuk GTT, sehingga kualifikasi dan
kompetensinya memadai,” terang Jumeri.
Ada 9 kompetensi
keahlian yang ditawarkan di SMKN 1 Bawen, antara lain Akomodasi
Perhotelan, Jasa Boga, Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura, Agribisnis
Tanaman Perkebunan, Agribisnis Pembibitan dan Kultur Jaringan Tanaman,
Agribisnis Ternak Ruminansia, Agribisnis Ternak Unggas, Mekanisasi Pertanian,
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. “Yang
paling menonjol adalah kegiatan kewirausahaan siswa. Inilah yang menjadi Best Practice saya, terutama selama 3
tahun terakhir ini,” kata Jumeri.
Dalam hal metode
pembelajaran, untuk pembelajaran
berbasis TIK/e-pembelajaran, SMKN 1 Bawen telah menggunakan cara akses internet,
Power Point, modul
interaktif, LCD, jaringan LAN, dan penugasan online pada 12 mata pelajaran. Sedangkan pembelajaran kewirausahaan menerapkan sistem door to door, teaching industri, unit produksi,
modal bergulir, grosir, dan retail. Untuk penerapan pembelajaran membangun karakter bangsa dilakukan dengan menyelenggarakan
ekstra/kokurikuler antara lain Kesenian,
Polisi Keamanan Sekolah, Olah Raga, Pecinta Alam, PMR, Paskibra, Pramuka, dan OSIS.
Sebagai sekolah
kejuruan, kompetensi keahlian merupakan fokus utama untuk melahirkan
lulusan-lulusan yang siap pakai di dunia kerja. Oleh karena itu, SMKN 1 Bawen ini
giat melengkapi diri dengan berbagai fasilitas, juga guru-guru yang kompeten di
bidangnya. Selain itu pun memberi kesempatan siswa untuk merasakan terjun
langsung di dunia kerja. “Kami setiap sabtu dan minggu mengirim
anak-anak jurusan boga dan perhotelan casual di perusahaan catering, hotel,
maupun restoran. Jadi, selain untuk menguji kompetensi, anak-anak juga mendapat
uang,” kata Jumeri.
Dalam hal meningkatkan
kompetensi guru, sekolah pun menyelenggarakan program-program
pengembangan potensi guru, diantaranya dengan diklat internal, dsb. “Kami
merangsang penelitian tindakan kelas atau pengembangan profesi dengan menyedian
paket bantuan untuk para guru. Di samping
itu, dalam
hal teknologi informasi, guru-guru kami 100% sudah memiliki tablet atau laptop.
Kami membantu dengan mempermudah kredit, dengan jaminan saya,” kata Jumeri.
Perdikan Yang Memandirikan
Kendati demikian, pada mulanya,
masih banyak hambatan dalam proses pendidikan, terutama problema yang berasal
dari siswanya sendiri. Lulusan
SMP/MTs di Kabupaten Semarang yang setiap tahun tidak bisa melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMA/MA/SMK mencapai lebih dari 3.000 orang (APK SLTA Kab.
Semarang tahun 2012 adalah 51,02). Apabila
diakumulasikan dari tahun ke tahun,
tentu akan mencapai angka yang besar. Penyebab dari APK yang rendah ini umumnya disebabkan karena banyak keluarga miskin yang tidak mampu
membiayai pendidikan anaknya ke jenjang SMA/MA/SMK. Bahkan ada pula ketika anak lulus SMP, mereka justru diminta bekerja, baik di ladang orang tua maupun di lembaga usaha milik
orang lain.
Di SMKN 1 Bawen,
sebagian besar siswanya berasal dari keluarga kurang mampu, sehingga
mereka harus senantiasa berkejaran memenuhi kebutuhan hidup. Menurut data SMKN 1 Bawen, 67,1%
orang tua peserta didik berasal dari keluarga petani, nelayan dan buruh.
Keluarga yang mengajukan surat keterangan kurang mampu mencapai sekitar 25%.
Sedangkan angka keterlambatan pembayaran uang sekolah setiap akhir proses
pembelajaran mencapai lebih dari 36%. Angka drop
out (DO) karena faktor ekonomi lebih dari 4%. Banyak di antara siswa-siswa
SMK Negeri 1 Bawen tidak sempat makan pagi sebelum berangkat, tidak membawa
bekal makanan, tidak membawa uang saku, dan kondisi pakaian mereka lusuh. Tentu
saja mereka pun kesulitan membeli modul untuk pembelajaran, sehingga proses pendidikan menjadi tidak optimal.
Selama
ini, sekolah telah memberikan subsidi kepada para siswa dari keluarga kurang
mampu dengan cara mencarikan akses beasiswa sampai sebesar Rp 267.070.000,- di
tahun 2009/2010. Tetapi ternyata permasalahan keterlambatan
pembayaran uang sekolah dan angka DO tetap tinggi. Uang sekolah yang rendah, subsidi dari pemerintah, dan beasiswa yang diterima
rupanya belum cukup meringankan beban orang
tua. Permasalahan yang dihadapi bukan hanya tidak mampu membayar uang sekolah, tetapi juga
ketidakmampuan untuk membiayai transportasi, makan, dan keperluan sekolah
lainnya. Dengan demikian, solusinya tidak cukup diatasi hanya dengan memberi
keringanan atau membebaskan uang sekolah, tetapi seharusnya juga
menolong pemenuhan kebutuhan operasional
sekolah mereka.
Di sisi lain, sekolah
tidak mungkin lagi terus menaikkan jumlah subsidi. Padahal jumlah beasiswa yang diterima setiap tahun tidak dapat
dipastikan. Oleh karena
itu, sekolah berupaya memberdayakan diri di luar kegiatan aktif-kreatif
berbasis kemandirian (kegiatan pasif). Kegiatan ini setidaknya telah menghasilkan peningkatan uang subsidi dan beasiswa
yang diterima peserta didik sebesar Rp. 267.070.000,00 pada tahun 2009/2010, menjadi Rp. 649.670.000,- pada tahun 2012/2013. Akan
tetapi, karena dana dari beasiswa yang diterima setiap tahun jumlahnya tidak
menentu dan datangnya beasiswa seringkali terlambat hingga akhir tahun
pelajaran, bagi para siswa yang kurang mampu, ini merupakan penantian yang
panjang dan mereka terpaksa menunggak uang sekolah. Bahkan ada beasiswa yang
baru diterima setelah peserta didik yang berhak telah berstatus alumni. Oleh karena itu, diperlukan upaya lain yang tidak berupa pemberian, tetapi
melatih dan membimbing peserta didik untuk mendapatkan uang dari hasil karya
dan usaha mereka sendiri.
Pada tahun 2010, Jumeri pun menggagas sebuah ide yang
dapat membantu memecahkan problema keuangan para siswa dengan cara berjalan
beriringan dengan proses pendidikan. Lahirlah Perdikan,
yakni Pertolongan dengan Memandirikan. Program ini mengoptimalkan bidang wirausaha di SMKN
Bawen. “Kalau anak-anak hanya diberi uang, itu kurang bermanfaat. Tapi kalau
diberi program, yakni dengan meminjami uang, kemudian meminjamkan fasilitas dan
mendorong anak-anak untuk rajin berkarya sehingga rasa percaya diri mereka
menjadi meningkat. Selain itu, mereka pun mendapat penghasilan dari hasil
kerja/karyanya,” Jumeri menjelaskan.
Perdikan ini nyata-nyata telah membuahkan hasil yang mengagumkan.
Berkat
Perdikan, para siswa SMKN 1 Bawen
terbantu untuk menjadi lebih mandiri melalui kerja mereka. “Dapat pula para
siswa itu membentuk kelompok produksi, misalnya dengan memelihara ayam, usaha
catering, dsb. Ini pun cukup menghasilkan. Bahkan ada juga murid laki-laki saya
yang tak segan untuk menjual jamu gendong yang disimpan dalam termos. Sekarang
dia kuliah di UGM. Ada pula murid saya yang sampai tidur di
kandang, tapi dia bisa menghidupi dirinya sendiri, bisa beli kendaraan, bisa
membiayai sekolahnya, bahkan bisa ke luar negeri untuk bekerja,” kisah
Jumeri tentang murid-muridnya.
Tahapan dalam melaksanakan Perdikan antara lain (1) penyusunan strategi dan rencana
kerja; (2) pendataan peserta didik yang memerlukan pertolongan dan berminat
berusaha; (3) penguatan jejaring; (4) pendistribusian peserta didik pada jenis
usaha sesuai karakter program studi keahlian dan kemampuan peserta didik; (5)
pelaksanaan program pemandirian; dan (6) evaluasi dan tindak lanjut.
Kegiatan
memandirikan ini merupakan kegiatan yang bersifat aktif-kreatif dan mengandung
unsur olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Dengan memandirikan para siswa, mereka tidak tergantung sepenuhnya pada
sekolah, tetapi aktif berusaha untuk mendapatkan uang. “Dari
penjualan hasil praktek harian, anak-anak mendapat bagian sebesar 80% dari
keuntungan, masuk ke kantong mereka sendiri. Hampir semua siswa yang praktek
kerja itu mendapat bayaran, setidaknya uang transport, uang makan, uang
akomodasi, dsb. Dan ini sangat membantu mereka,” ungkap Jumeri.
Pelaksanaan sistem Perdikan
di SMKN 1 Bawen berjalan lancar karena beberapa faktor pendukung, antara lain letak sekolah yang strategis dan
fasilitas yang memadai mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis produksi. Di samping itu, jumlah guru, karyawan, dan siswa yang totalnya mencapai 1750-an merupakan peluang pasar yang
besar dengan tingkat perputaran uang yang tinggi setiap harinya, sehingga dapat mengakomodasi para siswa
yang mengikuti kegiatan aktif-kreatif berbasis kemandirian. Dukungan pemerintah pusat dan daerah pun cukup tinggi -- baik dalam bentuk pemberian bantuan maupun
kesempatan bagi SMK Negeri 1 Bawen untuk berperan dalam kegiatan vokasi, baik di level nasional maupun daerah.
Selain itu, keinginan
untuk menolong siswa kurang mampu sudah mulai menjadi
kesadaran bersama guru dan karyawan. Slogannya, SMK Negeri 1 Bawen mempunyai komitmen untuk menolong kaum
dhuafa atau lemah. Dukungan SDM guru dari sisi jumlah maupun kualitasnya pun cukup memadai. Selain itu, motivasi
dan sikap mental berwirausaha di kalangan peserta didik masih dapat
ditingkatkan baik melalui pelatihan kewirausahaan dalam bentuk karya
aktif-kreatif maupun pendidikan karakter yang terus digalakkan. Peluang dan
kepercayaan dari dunia usaha untuk memberi pekerjaan kepada siswa serta mendukung program pro-dhuafa sangat tinggi, sehingga kesempatan mengembangkan kemandirian semakin
besar, dan kesempatan kerja bagi lulusan semakin tinggi.
Perdikan memberi peluang pada para siswa untuk dapat
memperoleh penghasilan yang bisa dinikmati bagi dirinya sendiri. Uang yang diterima para siswa dari
kegiatan aktif-kreatif pun mengalami peningkatan sebesar Rp. 145.930.000,- pada
tahun 2010/2011, menjadi Rp. 1.121.158.000,- pada tahun 2012/2013. Pada
kegiatan aktif-kreatif, pendapatan terbesar diperoleh dari kegiatan casual dan prakerin. Sementara itu, kegiatan
berbasis produksi oleh para siswa belum menghasilkan uang yang
memadai dikarenakan mereka masih memproduksi dalam skala kecil, sehingga harga jualnya relatif mahal. Selain itu, mereka pun
tidak memproduksi secara rutin karena harus menenuhi target tatap muka, dan
belum memiliki pengalaman berproduksi.
Namun berkat Perdikan,
setidaknya terjadi penurunan jumlah tunggakan
pembayaran uang sekolah -- dari 36% di tahun 2009/2010, menjadi 15% di tahun 2012/2013.
Angka DO yang disebabkan karena
faktor ekonomi pun mengalami
penurunan, yakni dari 4,6%
di tahun 2009/2010 menjadi tidak ada di tahun 2012/2013. Sebelumnya, banyak siswa yang sampai kenaikan kelas tidak
bisa membayar uang sekolah, bahkan banyak di antaranya yang sampai lulus pun tidak
bisa melunasi uang sekolah.
Adanya sistem
Perdikan di SMKN 1 Bawen ini benar-benar membawa dampak
positif bagi para siswanya. Mereka menjadi lebih tenang dalam
mengikuti pembelajaran, dan semangat belajarnya pun meningkat. Rata-rata
hasil UN mengalami
peningkatan, yakni 7,25 pada
tahun 2012/2013, padahal pada tahun 2009/2010 hanya sebesar 6,71. Prestasi sekolah secara umum pun mengalami peningkatan. SMKN 1 Bawen telah memperoleh banyak prestasi dalam kejuaraan akademik/kompetensi, olah
raga, dan kejuaraan lain, baik di tingkat kabupaten, provinsi
maupun nasional. Antara lain
pernah meraih 4 juara tingkat nasional, 28
juara tingkat provinsi, dan 27 juara tingkat kabupaten dalam kurun waktu antara
2010/2011 sampai 2012/2013.
Berkat kesuksesan SMKN 1 Bawen, tak mengherankan jika animo calon siswa yang ingin bersekolah di sini pun
meningkat tajam. Oleh karena itu, SMKN 1
Bawen pun telah menambah jatah kursi bagi murid baru, yakni dari 551 pada tahun 2010/2011, menjadi 883 pada tahun 2013/2014.
Juga terjadi
peningkatan jumlah total siswa
yang mendapatkan layanan pendidikan terstandar --
dari 960 pada tahun 2009/2010, menjadi 1608 pada tahun 2013/2014.
Pemasaran lulusan pun meningkat, dari 58% di tahun 2009/2010,
menjadi 77% di tahun 2012/2013.
Kendati demikian, kesuksesan Perdikan pun juga tak lepas
dari beberapa kendala yang masih dirasakan. Beban belajar para siswa dirasa cukup tinggi,
yaitu 48 jam/minggu. Hal ini membuat
para siswa seringkali mengalami
kekurangan tatap muka. Ini membuat
mereka mengalami kebingungan antara
memenuhi kebutuhan uang dengan pemenuhan target pembelajaran.
Selain itu, beberapa
siswa ada yang belum bisa mengakses layanan
pemandirian yang disediakan karena hambatan berupa jauhnya jarak tempat
tinggal, kurangnya dukungan orang tua, dan mentalitas. Beberapa peluang
pemandirian kurang diminati oleh siswa
kurang mampu, sehingga pada akhirnya beberapa
peluang justru diambil oleh siswa yang sebenarnya relatif tidak
memerlukan bantuan namun memiliki motivasi tinggi. Di samping itu, beberapa guru belum memiliki
kesadaran untuk memberi kesempatan bagi siswa mengganti jam tatap muka yang
hilang karena mereka bekerja atau melakukan kegiatan wirausaha.
Selain hal-hal di atas, ada pula hambatan dari segi sikap atau
karakter di kalangan siswa, yakni berupa masih kurangnya kejujuran,
kedisiplinan, kreativitas, kinerja, dan tanggung jawab. Ada beberapa usaha
pemasaran yang uangnya tidak kembali, memproduksi barang tidak secara rutin,
sering meninggalkan jam belajar tanpa ijin, serta memproduksi makanan kurang
enak namun harga jual tinggi.
Kelas Jauh Mandiri
Demi memperluas manfaat dan tujuan pendidikan, SMKN 1
Bawen pun membuka kelas jauh mandiri, yakni kelas siang hari yang khusus diperuntukkan
untuk anak-anak yang tidak mampu, dan mereka yang
sibuk bekerja membantu orang tuanya, misalnya di ladang, memerah susu, menjadi
loper koran, dsb. “Pendaftaran
untuk kelas ini baru dibuka sesudah musim penerimaan siswa
baru selesai. Karena jika tidak, kami akan menerima protes dari sekolah lain,
karena dapat menyedot calon siswa. Istilahnya, kami menyapu jalan, menampung
anak-anak yang sudah tidak diterima di sekolah lain. Jadi,
kami benar-benar mencari murid setelah sekolah lain tutup pendaftaran,” kata Jumeri.
Program ini bekerja sama dengan PT Best Agro
Internasional, sebuah perusahaan Agribisnis Tanaman Perkebunan yang berkantor pusat di Jakarta. “Kami
dijadikan konsultan pendidikan untuk perusahaan itu. Kami
membina TK, SD, dan SMP nya. Sedangkan SMK nya didirikan di Kalimantan Tengah. Kami
mendesain, mencarikan guru, dan menyiapkan kepala sekolah. Jadi,
sekolah kami akan memberi training kepada calon kepala
sekolah sebelum dikirim ke Kalimantan Tengah.
Kami membantu proses akreditasinya, proses supervisinya, dll,” jelas Jumeri. “Di SMKN 1 Bawen,
kami memiliki tim yang banyak dan solid. Ada tim-tim pengembang yang cukup
baik. Mudah-mudahan menjadi semakin besar,” tambahnya lagi.
Untuk Kelas Jauh
Mandiri, PT
Best Agro Internasional bersedia menjamin hingga kuota siswa 400 siswa per
tahun. “Anak-anak
tidak perlu membayar apapun, mulai
dari biaya seragam, SPI, BOP, uang prakerin, dan uang praktik.
Nantinya, pendidikannya pun dilayani
di dekat rumah tempat tinggalnya,” kata Jumeri. Namun
pada tahun 2012/2013, siswa kelas jauh mandiri baru mencapai 37 orang, atau kurang dari 10% kuota yang disediakan. “Saat ini, mereka sedang
melaksanakan prakerin selama satu tahun di
perkebunan kelapa sawit Kotawaringin Barat,
Kalimantan Tengah,” kata Jumeri.
Menurut Jumeri,
SMKN 1 Bawen pun memiliki sekitar 45 sekolah binaan di Kalimantan Tengah. “Ini
mungkin belum dipunyai oleh sekolah lain. Sebenarnya ada sekitar 21 sekolah
lain yang melamar untuk menjadi binaan kami,
tapi kami pun harus menghitung kecukupan waktu kami. Jangan sampai karena sibuk
membina sekolah lain, tapi sekolah sendiri malah jadi nggak karuan,” tukasnya.
Terobosan lain yang
dilakukan Jumeri sebagai kepala SMKN 1 Bawen adalah dengan membuat kebijakan
mengenai kantin sekolah. Ia mewajibkan produk kantin itu 60% adalah hasil produk dari para siswa. Dengan cara demikian, maka para siswa pun memiliki pasar. “Selain
itu pun dilarang ngutang. Jadi harus bayar tunai, sehingga
ada jaminan pasar bagi anak-anak. Ini untuk
mendidik anak-anak di bidang marketing,” terangnya.
Selain itu, SMKN 1 Bawen pun berencana untuk membuat
kelas casual, paling lambat
tahun pelajaran 2014/2015. “Kalau selama ini kelas jauh mandiri
hanya menampung siswa laki-laki karena disponsori
perusahaan perkebunan kelapa sawit,
maka kelas casual akan bisa diikuti baik oleh siswa
laki-laki maupun perempuan,” jelasnya.
Sosok yang Ulet
Dengan berbagai terobosannya di bidang wirausaha, pria
yang menjadi guru sejak tahun 1984 ini tampak memiliki banyak pengalaman dan
latar belakang yang membuatnya lihai dan banyak mengetahui seluk beluk dunia
usaha. “Saya
dulu juga seorang wirausahawan. Saya memproduksi keripik belut dan keripik
paru, juga memperdagangkannya,” akunya. “Jadi,
dulu kalau saya mau berangkat sekolah, mobil saya sudah diisi barang dagangan.
Selesai jam kerja, saya berangkat keliling memasarkan dagangan. Hal itu
berlangsung sejak tahun 1989. Tapi sekarang sudah
diteruskan oleh anak saya,” tambahnya. Tampaknya, bakat wirausahawannya menurun pada anak pertamanya,
yang saat ini meneruskan bisnisnya. “ Mungkin karena dia sejak kecil
saya ajak untuk kirim dagangan, sehingga
semakin lama jiwa wirausahanya pun ikut
terasah,” tuturnya.
Sejak usia muda,
Jumeri terkenal ulet dan memiliki jiwa kompetisi yang tinggi. Saat duduk di
bangku SMK, ia kerap menorehkan prestasi. Salah satunya, ia dinobatkan menjadi
lulusan terbaik di SMK Boyolali. Namun hikmah termanis yang didapatnya saat
bersekolah di SMK Boyolali adalah bertemu dengan wanita yang saat ini menjadi
istrinya. “Istri
saya dulu adalah teman saya waktu di SMK.
Kuliahnya juga bareng, tapi dulu masih belum pacaran. Dia
asli Klaten. Saya
dan istri saya selalu bertanding dalam hal prestasi sejak di SMK. Misalnya, jika dia juara 1, maka saya
juara 2, atau sebaliknya. Saya menikah tahun 1986, saat usia 23 tahun,” kisahnya.
Dari pernikahannya,
Jumeri dikaruniai dua orang putra dan seorang putri. “Yang paling
kecil usia 11 tahun. Yang kedua selisih 12 tahun, masuk fakultas kedokteran
Universitas Diponegoro tanpa membayar karena berprestasi. Sedangkan yang paling besar sudah
selesai kuliah, sekarang berwiraswasta,” katanya, mengenai
anak-anaknya. “Dulu, kedua anak saya
sekolah di SMA Taruna, salah satunya pernah
menjuarai
Olimpiade Fisika Nasional,” tambahnya.
Selain itu, kakek
satu cucu ini pun senang berorganisasi. Sejak duduk di bangku SMA,
ia pernah menjabat menjadi ketua OSIS. Setelah lulus SMK, ia melanjutkan kuliah di Bogor dan mengambil jurusan Pendidikan
Guru. Saat
menjadi mahasiswa, Jumeri masih aktif dalam keorganisasian. Ia sempat
menjadi sekjen
di organisasi kemahasiswaan, juga pernah menjadi pengurus HMI cabang Bogor. Di samping itu, ia pun aktif dalam kegiatan jurnalistik di
kampus karena pada dasarnya Jumeri memiliki hobi menulis. Saat ia
menjabat sebagai kepala sekolah, Jumeri pun didaulat menjadi
ketua MKKS Kabupaten Semarang dan sekretaris MKKS Jawa Tengah. Selain itu, ia pun menjadi ketua asosiasi SMK Pertanian
se-Indonesia. “Kemarin ini ada deklarasi pendirian
asosiasi SMK Indonesia oleh guru-guru dan kepala sekolah berprestasi. Saya
hanya berpartisipasi saja,” katanya.
Jumeri pun pernah
menjadi guru berprestasi di Jawa Tengah pada tahun lalu. Selain itu, ia juga pernah menulis empat
modul nasional. “Saya ikut menyusun SKKNI, dan juga
ikut beberapa kegiatan pengembangan kurikulum,” katanya.
Di samping sibuk
dengan organisasi, pria yang mendapat gelar Master dari Universitas Satya
Wacana, Salatiga ini pun menyempatkan waktunya untuk bekerja paruh waktu semasa
ia kuliah. “Saya
juga bekerja pada perusahaan perancang bisnis dan
menerima jasa pengetikan buku-buku dosen saya. Pada saat itu saya
masih belum punya mesin ketik. Jadi saya pergunakan
waktu sore hari untuk mengetik di kampus,” kisahnya.
Tamat kuliah, Jumeri langsung mengabdikan diri menjadi
guru. Ia Sempat berpindah di beberapa sekolah, termasuk SMKN 1 Bawen. Saat
masih mengajar di SMKN 1 Bawen, Jumeri pernah mendapat kesempatan mengikuti
program short-course
fellowship
di Universitas Queensland,
Australia, selama 3 bulan.
Selain itu, ia pun pernah mendampingi konsultan asing dari Belanda,
Australia, dsb yang mengunjungi SMKN 1 Bawen
selama kurun waktu 1,5 tahun. “Saya
sebagai sopir sekaligus mendampingi mereka, karena
waktu itu saya menjadi wakil kepala sekolah bidang humas,” kisahnya.
Dalam meniti
karirnya di dunia pendidikan, jenjang karir Jumeri lumayan lengkap. Mulai dari menjadi guru,
wali kelas, wakil ketua jurusan, ketua jurusan, wakil kepala sekolah, hingga
kepala sekolah. “Oleh karena itu, saya tahu persis
bagaimana rasanya jadi guru karena saya sendiri cukup lama jadi guru. Saya tahu betul
bagaimana
kesulitan hidup seorang guru,” ujarnya. Ia pun berkenan menceritakan tentang masa-masa
sulitnya ketika masih menjadi guru. “Suatu kali, saya pernah hendak mengajukan
pinjaman ke bank dan meminta rekomendasi kepala sekolah saya waktu itu, tapi ternyata beliau menolak. Saya benar-benar kecewa, karena seharusnya ia
mengajak saya berdiskusi atau membahas permasalahan saya. Tapi dia memutuskan
dengan pemikiran sepihak, tanpa kompromi. Oleh karena itu, saya
belajar dari masa lalu. Sekarang, kalau guru memiliki kesulitan, saya
selalu mengusahakan solusi untuk pemecahan
masalah. Menurut saya, tugas seorang pemimpin adalah untuk
membantu timnya supaya dia tenang,” tuturnya.
Kurang 10 tahun lagi Jumeri akan mendapatkan masa
pensiun. Sebuah waktu yang tidak terlalu panjang, namun ia optimis akan
melakukan banyak hal terbaik sepanjang sisa masa tugasnya. Apalagi setelah
dinobatkan menjadi kepala sekolah berprestasi nasional 2013, dan menerima penghargaan
langsung dari Mendikbud. Semangatnya tak akan pernah surut.
Kendati demikian, bukan hal yang mudah bagi Jumeri untuk
sampai dapat di posisi puncak. Rahasianya adalah keuletan dan kerja keras, yang
dapat mengantarkannya menjadi yang terbaik. “Saat bertanding
di propinsi, dari 35 kab/kota, hanya diambil 3
besar. Ternyata saya lah yang terpilih maju ke tingkat
nasional. Kemudian saya dan teman-teman pemenang lainnya dibina secara intensif
untuk mempersiapkan diri. Kami berlatih presentasi dan penyusunan makalah. Ada
juga tes bahasa Inggrisnya,” kisahnya mengenai perjalanannya hingga masuk ke
tingkat nasional. “Satu hari sebelum berangkat ke Jakarta, saya merubah
presentasi dengan menggunakan bahasa inggris. Saya berlatih presentasi dengan menggunakan bahasa Inggris kira-kira sebanyak
45 kali. Dan Alhamdulillah, portofolio saya termasuk kuat, presentasi baik, dan
best practice yang saya buat memang
menantang karena membuat orang penasaran dengan judulnya, yakni “Perdikan”.
Di tingkat nasional, saya percaya
diri dan punya keyakinan akan masuk 3 besar. Saya dengan Pak Deden dan Pak Akib
pun sering bertemu dan sering bertarung, jadi sudah tidak heran lagi jika kami
kembali bertemu di 3 besar,” ceritanya lagi.
Setelah meraih gelar juara 1, pria yang mendapat hadiah
hingga puluhan juta ini berniat untuk lebih banyak lagi mencari kesempatan
untuk pengembangan diri. Ia berharap, kesuksesannya dapat menjadi inspirasi
bagi lainnya supaya senantiasa gigih berusaha menjadi yang terbaik. ***
Ditulis tahun : 2013
Halo Semua, nama saya Jane alice seorang wanita dari Indonesia, dan saya bekerja dengan kompensasi Asia yang bersatu, dengan cepat saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua orang Indonesia yang mencari pinjaman Internet agar berhati-hati agar tidak jatuh ke tangan penipu dan fraudstars banyak kreditur kredit palsu ada di sini di internet dan ada juga yang asli dan nyata,
ReplyDeleteSaya ingin membagikan testimonial tentang bagaimana Tuhan menuntun saya kepada pemberi pinjaman sebenarnya dan dana pinjaman Real telah mengubah hidup saya dari rumput menjadi Grace, setelah saya tertipu oleh beberapa kreditor kredit di internet, saya kehilangan banyak uang untuk membayar pendaftaran. biaya. . , Biaya garansi, dan setelah pembayaran saya masih belurrm mendapat pinjaman saya.
Setelah berbulan-bulan berusaha mendapatkan pinjaman di internet dan jumlah uang yang dihabiskan tanpa mendapat pinjaman dari perusahaan mereka, maka saya menjadi sangat putus asa untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor kredit genue online yang tidak akan meningkatkan rasa sakit saya jadi saya memutuskan untuk Hubungi teman saya yang mendapatkan pinjaman onlinenya sendiri, kami mendiskusikan kesimpulan kami mengenai masalah ini dan dia bercerita tentang seorang pria bernama Mr. Dangote yang adalah CEO Dangote Loan Company.
Jadi saya mengajukan pinjaman sebesar (Rp400.000.000) dengan tingkat bunga 2% rendah, tidak peduli berapa usiaku, karena saya mengatakan kepadanya apa yang saya inginkan adalah membangun bisnis saya dan pinjaman saya mudah disetujui. Tidak ada tekanan dan semua persiapan yang dilakukan dengan transfer kredit dan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah mendapatkan sertifikat yang diminta dikembalikan, maka uang pinjaman saya disimpan ke rekening bank saya dan mimpiku menjadi kenyataan. Jadi saya ingin saran semua orang segera melamar kepada Mr. Dangote Loan Company Via email (dangotegrouploandepartment@gmail.com) dan Anda juga bisa bertanya kepada Rhoda (ladyrhodaeny@gmail.com) dan Mr. jude (judeelnino@gmail.com) dan Juga Pak Nikky (nicksonchristian342@gmail.com) untuk pertanyaan lebih lanjut
Anda juga bisa menghubungi saya melalui email di ladyjanealice@gmail.com
Hari yang baik untuk semua warga negara Indonesia, nama saya Nurul Yudianto, tolong, saya ingin berbagi kesaksian hidup saya yang sebenarnya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman pinjaman di internet
ReplyDeleteSetelah beberapa waktu berusaha mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan terus ditolak, saya memutuskan untuk mengajukan pinjaman secara online tetapi saya curang dan kehilangan Rp18,7 juta, kepada seorang wanita di saudi arabia dan Nigeria.
Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan teman saya Nyonya Rika Nadia (rikanadia6@gmail.com) yang kemudian memperkenalkan saya kepada Lady Esther, manajer Cabang dari Access Loan Firm, sehingga teman saya meminta saya untuk mendaftar dari LADY ESTHER, jadi saya Menjerit dituangkan dan dihubungi LADY ESTHER. melalui email: (estherpatrick83@gmail.com)
Saya mengajukan pinjaman sebesar Rp250 juta dengan suku bunga 2%, sehingga pinjaman disetujui dengan mudah tanpa tekanan dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan jaminan untuk pengalihan pinjaman, saya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari satu setengah jam uang pinjaman telah dimasukkan ke dalam rekening bank saya.
Saya pikir itu adalah lelucon sampai saya menerima panggilan dari bank saya bahwa akun saya telah dikreditkan dengan jumlah Rp250 juta. Saya sangat senang bahwa akhirnya Tuhan telah menjawab doa-doa saya dengan buku pinjaman dengan pinjaman asli saya, yang telah memberi saya keinginan hati saya.
Semoga Tuhan memberkati LADY ESTHER untuk mewujudkan kehidupan yang adil bagi saya, jadi saya menyarankan siapa pun yang tertarik untuk mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. LADY ESTHER melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) atas pinjaman Anda
Akhirnya saya ingin berterima kasih kepada Anda semua karena meluangkan waktu untuk membaca kesaksian hidup saya yang sebenarnya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: (nurulyudianto2@gmail.com) Salam