Mulyono, S.Pd., M.Pd.
Juara 3
Guru SMK Berprestasi Nasional 2013
“Saya
sangat bersyukur kepada Allah SWT karena saya yang hanya guru
honor daerah dan tidak
punya pangkat atau golongan ini ternyata mampu berprestasi
sampai ke tingkat
nasional. Ini adalah anugerah dari-Nya yang sangat luar biasa,” ucap Mulyono, S.Pd., M.Pd. dengan penuh rasa haru. Ia bahkan mengaku hanya dapat berlinang air
mata dan diam seribu bahasa saat mendengar namanya disebutkan lantang sebagai
peraih juara III guru berprestasi nasional 2013.
Masih
terekam jelas jejak perjalanan hidup pria kelahiran Bantul, 10 Desember
1980 ini yang penuh dengan
liku-liku. Sejak kecil, Mulyono terbiasa berjuang keras. Lahir dari keluarga
yang hidup serba kekurangan mengajarkannya untuk tak boleh lekas menyerah demi
menggapai perubahan. Sang ayah hanya seorang pengemudi becak di pasar
Beringharjo, Yogyakarta, sedangkan ibunya hanyalah seorang buruh batik yang
biasa mengambil kain pada juragan batik untuk kemudian dibatik di rumah dengan
tangannya. Dengan penghasilan yang bahkan hanya cukup untuk makan sehari-hari,
terlihat sulit bagi Mulyono bahkan untuk sekadar menamatkan sekolahnya. “Bahkan
jika beras habis, ibu saya selalu merebus sayur-sayuran untuk makan,” kenangnya.
Namun
Mulyono bukanlah seorang yang mudah menyerah. Karena ia bertekad ingin
melanjutkan kuliah, maka setelah tamat dari SMKN 4 Yogyakarta, Mulyono mencari
kerja ke kota Yogyakarta. Sebuah restoran milik keturunan Tionghoa menerimanya
menjadi juru masak. Sejak mendapat penghasilan sendiri, Mulyono pun akhirnya berhasil
mencecap bangku kuliah. “Di restoran ini saya mengambil jam kerja malam,
mulai pukul 17.00 wib hingga pukul 02.00 dini hari. Sedangkan pagi sampai siang saya kuliah. Semua gaji saya yang waktu itu Rp120.000 per bulan untuk bayar kuliah.
Sedangkan untuk makan, saya
minta sisa-sisa dari restoran. Tiga tahun saya lakukan pekerjaan ini demi
cita-cita menyelesaikan kuliah. Semua ini harus saya jalani untuk mengubah
nasib saya,” kisahnya.
Awalnya,
Mulyono ingin kuliah di IKIP Yogyakarta dengan jurusan Tata Boga, sesuai dengan jurusannya sewaktu masih bersekolah di SMK. Cita-citanya ingin menjadi guru SMK. Namun sayangnya, Mulyono tidak diterima karena tak lulus ujian. “Akhirnya
saya mengambil jurusan Bahasa Indonesia di Univesitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,” katanya.
Lulus
kuliah pada tahun 2003, Mulyono berkeinginan untuk menjadi guru di daerah
terpencil. Tekadnya ingin mengabdikan diri pada bangsa dan negara. Maka ia pun
berusaha mencari informasi pendaftaran PNS sebagai guru di daerah terpencil. Namun
sudah tiga kali mendaftar,
Mulyono belum juga diterima.
“Akhirnya saya baca koran, ada lowongan guru swasta di MA Ali Maksum, Yogyakarta. saya mendaftar dan Alhamdulillah diterima,” katanya.
Di MA Ali Maksum, honor Mulyono per jam mengajar
sebesar Rp 12.000,-. Dalam satu bulan, ia mengajar selama 26 jam. Jadi,
gaji yang diterimanya per bulan
sebesar Rp 312.000. “Tentu
saja ini tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup. Apalagi di tahun 2005 anak saya
yang pertama lahir. Namun anak saya yang baru lahir itu mengalami kelainan usus. Usus besarnya tersumbat, sehingga tidak
dapat berak. Salah satu solusinya
adalah dengan jalan operasi.
Namun saya pesimis dengan dana operasi yang sebesar 20 juta rupiah. Maka saya pun hanya dapat sekadar menyerahkan diri
pada Yang Kuasa atas cobaan ini,”
cerita Mulyono.
Di saat yang bersamaan, tiba-tiba Mulyono mendapatkan
informasi bahwa ada
lowongan pekerjaan untuk guru wiyata bakti di SMK Negeri 4 Yogyakarta,
almamaternya dahulu. “Saya
langsung mendaftar dan Alhamdulillah
diterima dengan honor Rp10.000,- per jam. Jatah saya mengajar selama 12 jam per bulan. Jadi, gaji saya dalam satu bulan di SMK Negeri 4 Yogyakarta sebesar
Rp 120.000,-. Total gaji saya mengajar di dua sekolah sebesar Rp
425.000,-. Meski begitu, tetap saja
saya tak bisa membayar uang operasi anak saya. Maka saya pun hanya dapat berdoa
kepada Allah SWT.
Ternyata do’a saya terjawab. Benar-benar
tak menyangka kalau teman-teman di sekolah bahu-membahu iuran seikhlasnya
untuk membantu saya, sehingga operasi anak saya terlaksana dan berjalan lancar,” kisahnya.
Setelah
tiga tahun menjadi guru wiyata bakti di SMK Negeri 4 Yogyakarta, Mulyono dan teman-teman lainnya yang
senasib mulai merasa gelisah dengan status kepegawaian. Tak pelak, ia pun ikut berjuang bersama bersama
teman-teman guru wiyata bakti
lainnya se-Kota Yogyakarta
untuk menghadap ke DPRD dan Walikota supaya dapat diangkat menjadi guru honor daerah. “Alhamdulillah
permohonan kami diterima, dan tak
lama kemudian dilaksanakan tes untuk menjadi guru honorer daerah. Saya lolos dan
diterima dengan gaji pertama Rp 680.000,-“ katanya senang. Ini membuat Mulyono sedikit bernafas lega, meski sampai
sekarang ia masih berstatus guru honorer daerah.
Bagi
Mulyono, menjadi seorang guru SMK adalah sebuah panggilan jiwa. Guru pekerja
keras yang tak kenal lelah ini senantiasa berusaha untuk
memperjuangkan para siswanya
melalui kegiatan pengembangan diri, terutama kegiatan Karya Ilmiah Siswa. Jerih payahnya tak sia-sia. Mulyono dan para
siswanya kerap meraih prestasi, baik di tingkat regional
maupun nasional. “Saya juga ingin membantu
meningkatkan kompetensi lulusan SMK melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Mata pelajaran yang saya ampu. Saya berusaha membuat terobosan-terobosan baru
dalam teknik pembelajaran yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan potensi
siswa. Anak-anak
SMK adalah anak-anak yang istimewa, unik, dan cerdas. Oleh karena itu perlu
dikembangkan secara maksimal,”
tutur pria yang hobi menulis ini.
Sekolah Pariwisata Terbesar di DIY
SMKN
4 Yogyakarta merupakan SMK pariwisata yang berdiri sejak tahun 1976. Letaknya
berada di pingiran Kota Yogyakarta,
tepatnya di Jalan Sidikan no. 60, Yogyakarta.
Sekitar 6 km dari pusat kota. Suasana di sekitar masih cukup alami dengan area persawahan yang
membentang tepat di belakang sekolah. Jarak dengan rumah
penduduk pun juga
cukup jauh sehingga suasana belajar menjadi sangat tenang
dan ideal. Kendati demikian,
hubungan dengan warga masyarakat sangatlah baik. Tak segan ada warga masyarakat yang senantiasa sukarela membantu
para siswa menyeberang jalan menuju jalan sekolah setiap pagi.
Hingga
saat ini, sekolah dengan luas 18,728 m2 ini memiliki tujuh kompetensi keahlian. Jumlah siswa tahun
ajaran 2013/2014 sebanyak 1.712 siswa, yang dididik oleh guru sebanyak 183 orang guru. Sarana dan prasarana sudah cukup lengkap
dan memadai, antara lain terdapat 51 ruang Teori, 22 ruang praktik, dan 7 ruang bengkel. Terdapat pula hotel, lab komputer, lab bahasa, bengkel, aula, perpustakaan
digital, katering, dan lain sebagainya.
hampir
sekitar 70% siswa yang bersekolah di SMK Negeri 4 Yogyakarta adalah
anak-anak desa yang berada di kabupaten Bantul dan Sleman. Sedangkan anak-anak yang asli
dari kota Yogyakarta hanya
sekitar 30% saja. Rata-rata mereka berasal dari
keluarga tidak mampu atau menengah ke bawah. Menurut Mulyono, dengan uang sekolah sebesar Rp.130.000,- per bulan,
sudah menjadi hal biasa jika terdapat keterlambatan dalam pembayaran.
Keistimewaan SMK Negeri 4 Yogyakarta ini adalah, sekolah
ini termasuk dalam kelompok pencetak insan pariwisata terbesar di DIY. Bahkan dulunya SMKN 4 Yogyakarta termasuk
dalam RSBI. Sekolah ini
mampu menghasilkan tamatan
yang berkualitas dan
terpercaya. “Bahkan sebelum
lulus, anak-anak di kelas XII pun sudah mendapat tawaran pekerjaan,”
kata Mulyono. Beragam prestasi pun pernah diraih, antara lain menjadi juara umum Lomba Kompetensi Siswa Tingkat DIY beturut-turut sejak tahun 2006 sampai 2008, dan pernah pula menjadi juara
II Lomba Perpustakaan Tingkat Kota Yogyakarta pada tahun 2009.
SMK Negeri 4 Yogyakarta ini juga merupakan salah satu
sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013. Menurut Mulyono, awalnya kurikulum 2013 hanya diterapkan dalam tiga mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia, matematika, dan sejarah. “Namun
dalam perkembangannya, mata
pelajaran yang lain juga
sudah menerapkan prinsip-prinsip kurikulum 2013. Contohnya adalah penerapan
proses pembelajaran sainstific dan penilain
otentik,” kata Mulyono. Penerapan
kurikulum 2013 di SMKN 4
Yogyakarta ini berjalan lancar. Beberapa guru inti; guru sejarah dan guru Bahasa Indonesia (yakni Mulyono) telah mendapat diklat langsung dari Kemdikbud. Selain itu, SMKN 4 Yogyakarta ini
juga menerapkan
kurikulum yang terintegrasi
dengan ELL (Etika Lalu Lintas).
Dalam
mengajar, Mulyono menggunakan pembelajaran kontekstual, yakni yang
memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui tayangan-tayangan dan
pengalaman nyata yang dihadapi para siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan metode ini,
guru hanya sebagai fasilitator dalam mengembangkan kemampuan siswa memahami
pelajaran yang digali dari
pengalaman sendiri.
Di
samping itu, Mulyono pun memperlakukan siswa sebagai seorang partner dalam
mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. “Dengan menjadikan siswa sebagai seorang partner, maka mereka tetap santun dan mampu mengembangkan potensi-potensi
yang berbeda-beda dalam dirinya,”
terang Mulyono.
Pengalaman
Mulyono yang
paling menarik selama mengajar yaitu ketika ia mengajar di kelas XII Jurusan Kecantikan, yakni pada tahun 2008. “Kelas XII Kecantikan ini merupakan kelas yang ‘istimewa’. Para siswa yang ada di
kelas ini rata-rata kemampuan akademisnya, terlebih suka
membuat gaduh di kelas. Bahkan ada seorang Ibu Guru yang sampai menangis karena
melihat tingkah laku anak-anak ini. Saya melihat anak-anak ini unik dan
menarik, maka saya minta ditempatkan di kelas ini,” cerita Mulyono.
“Saya
berusaha menggunakan pendekatan kepada mereka. Ketika baru masuk kelas,
memang agak sulit mengaturnya. Namun setelah tiga bulan mengajar
di kelas ini, ternyata
saya menemukan sebuah cara untuk mengembangkan potensi mereka. Saya mampu membuktikan bahwa sebenarnya anak-anak ini memiliki potensi yang tinggi. Bahkan di akhir tahun
pelajaran setelah Ujian Nasional di laksanakan, ternyata rata-rata kelas mereka justru yang paling bagus. Saya
masih ingat, ketika
mereka tahu nilainya paling baik, saya diberi hadiah sebuah jam tangan sehingga membuat saya terharu. Sejak
saat itu sampai sekarang saya selalu ditugaskan untuk mengajar kelas XII Kecantikan,” tambahnya.
Pengalaman paling menyedihkan yang dialami Mulyono adalah ketika terjadi gempa besar yang melanda DIY
pada tahun 2006. Hatinya merasa trenyuh melihat anak-anak harus belajar dalam
tenda-tenda darurat di tengah lapangan. “Mereka kepanasan ketika siang hari.
Ada juga beberapa siswa yang
terluka, hingga belum
dapat mengikuti pelajaran,”
kenangnya.
Di
SMK Negeri 4 Yogyakarta,
hubungan antar guru pun terjalin sangat erat. Rasa kekeluargaan senantiasa dijunjung dan
digalakkan. “Jika ada keluarga atau guru yang sakit, kami selalu menjenguk. Guru yang senior pun tak segan untuk selalu
membimbing guru-guru junior dalam mengembangkan potensi diri,” kata Mulyono. Bahkan
ia pun kerap membantu teman-teman guru lainnya ketika mengalami
kesulitan dalam hal karya tulis.
“Jika ada permasalahan selalu kami diskusikan bersama. Bahkan Setiap dua bulan sekali, kami selalu mengadakan pertemuan arisan guru-guru yang
dilaksanakan dari rumah ke rumah untuk menjaga tali silaturahmi,” tambahnya.
Di
samping itu, Mulyono pun berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan orang tua
siswa. “Saya selalu berkomunikasi dengan orang tua siswa ketika siswa di sekolah
mengalami kesulitan belajar. Saya berusaha untuk mengenal latar belakang
kehidupan keluarga siswa, sehingga
saya mampu menemukan metode yang tepat dalam mengatasi kesulitan belajar mereka. Bahkan terkadang
saya datang ke rumah siswa untuk memberikan tambahan pelajaran dengan cuma-cuma. Bagi saya, yang terpenting siswa mampu memahami pelajaran yang
akan berguna dalam kehidupannya nanti,” tuturnya.
Dalam
hal meningkatkan kompetensi dan kualifikasi, Mulyono pun aktif dalam organisasi profesi MGMP. Selain itu, ia pun
telah menamatkan S-2nya di
jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Menurutnya, guru harus selalu
aktif dan memiliki motivasi untuk meningkatkan diri dengan jalan mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang kompetensi akademik, profesional, sosial dan
kepribadian.
Berkat Dukungan Kepala Sekolah
Awal
perjalanan Mulyono mengikuti ajang lomba guru berprestasi 2013 adalah ketika ia
mendapatkan informasi dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. “ Saya
mendaftarkan diri karena ingin berprestasi dan membawa baik nama sekolah,” kata
Mulyono. Salah seorang yang amat mendukungnya adalah Drs. Sentot Hargiardi,
Kepala SMKN 4 Yogyakarta, yang telah membimbing dan memberikan kesempatan pada
Mulyono untuk mengembangkan diri. “Bahkan dalam seleksi guru berprestasi ini, Beliau lah yang memberikan dukungan kepada saya untuk maju di tingkat Kota
Yogyakarta, DIY, dan juga ke tingkat Nasional. Ketika akan maju ke tingkat
Nasional, Beliau
juga yang memberikan support pendanaan untuk membantu membiayai penyusunan
portofolio,” kata Mulyono.
Dalam
persiapan mengikuti lomba, Mulyono mengumpulkan berkas-berkas kegiatan yang pernah diikutinya selama
lima tahun terakhir. “Kegiatan-kegiatan
yang saya lakukan selama ini saya masukkan dalam binner file, sehinga
memudahkan saya untuk mencarinya. Tak lupa minta do’a restu kedua orang tua
saya dan memohon kepada Allah swt agar diberikan yang terbaik bagi hidup saya
dalam mengikuti lomba guru SMK berprestasi ini,” katanya.
Saat
mengetahui bahwa Mulyono berhasil melaju hingga ke tingkat nasional, ia semakin
bersemangat. Selama di Jakarta, Mulyono sangat girang karena ia dapat bertemu
dengan teman-teman seperjuangan yang dengan tulus iklas mengajarkan pengetahuan
pada anak-anak bangsa. “Kita
dapat saling tukar pengalaman bagaimana cara mengajar di tempat kita dan
bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa,” ungkapnya.
Dalam
presentasi karya ilmiahnya di depan juri, Mulyono mengemukakan tentang cara meningkatkan
prestasi ujian nasional mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas XII SMKN 4 Yogyakarta, yakni dengan menggunakan Model Pembelajaran
3in1. Dalam hal ini, Mulyono mengembangkan
prinsip pembelajaran Jigsaw.
Metode Pembelajaran 3in1 tipe Jigsaw
Metode pembelajaran 3in1 adalah sebuah metode
pembelajaran yang dikembangkan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran dengan model
kooperatif tipe Jigsaw menekankan
pada peserta didik yang
dikelompokkan menjadi 4 sampai dengan 6
anggota dimana masing-masing anggota kelompok tersebut mendapat tugas untuk
belajar terkait dengan materi atau topik tertentu. Setelah masing-masing
anggota kelompok menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka anggota dari kelompok
yang berbeda dengan materi dan tugas belajar yang sama bertemu dan membentuk
kelompok baru yang diberi nama kelompok ahli untuk mendiskusikan materi dan
tugas belajar mereka, sampai benar-benar menguasai. Selanjutnya mereka kembali
ke kelompok asal untuk secara bergantian mengajar teman satu kelompok tentang
materi masing-masing.
Perbedaannya jika Jigsaw hanya berpusat pada siswa, sedangkan metode 3in1 ini selain
siswa juga melibatkan guru/wali kelas dan juga sekolah. Ketiga komponen ini
mempunyai satu tujuan sukses ujian nasional (dapat memenuhi target kelulusan
yang telah diterapkan oleh sekolah).
Dengan
model
pembelajaran 3in1, pembelajaran
melibatkan diri secara fisik, mental dan intelektual dalam aktivitas belajar, pun dilakukan secara aktif oleh semua komponen sekolah, yaitu siswa, guru, dan sekolah. Tujuan dari pembelajaran 3in1 ini sejak awal adalah untuk menyukseskan
ujian nasional yang dilaksanakan di SMK Negeri 4 Yogyakarta.
Satu
tahun setelah menerapkan model pembelajaran 3in1 ini ternyata ada peningkatan
hasil. Peningkatan hasil dari tahun pelajaran 2007/2008 dengan rata-rata 65,20
menjadi 6,92 di tahun pelajaran 2008/2009. Peringkat sekolah pun naik dari 68
menjadi 51 dengan persentase kelulusan mencapai 98,20%. Sebuah kenaikan yang
sangat signifikan.
Berdasarkan
hasil yang sangat signifikan pada tahun pertama penerapan model pembelajaran
3in1 ini menjadi landasan penggunaan model pembelajaran pada tahun-tahun
berikutnya. Lima tahun setelah menerapkan model pembelajaran ini (sampai pada
tahun pelajaran 2012/2013) rata-rata nilai Bahasa Indonesia di kelas XII
mengalami kenaikan terus, dari 6,92 di tahun pelajaran 2008/2009 menjadi 7,77
di tahun pelajaran 2012/2013.
Di
lihat dari peringkat sekolah pun semakin naik dan pada tahun pelajaran
2012/2013 menduduki peringkat ke 25 se-DIY. Peringkat ini adalah peringkat
terbaik selama lima tahun terakhir sekolah ini mengikuti ujian nasional.
Persentase
kelulusan pun naik menjadi 98,20% hanya ada 3 orang siswa yang tidak lulus pada
tahun pelajaran 2008/2009 setelah sebelumnya di tahun pelajaran 2007/2008
mencapai 28 orang siswa. Pada tiga tahun berikutnya ternyata mampu membawa
kelulusan 100% berturut-turut yaitu pada tahun pelajaran 2009/2010, 2010/2011,
dan 2011/2012. Pada tahun pelajaran 2012/2013 ini sesungguhnya lulus 100% jika
dilihat dari hasil ujian nasional. Namun kebijakan sekolah saat ini sangat baik
untuk menjaga kualitas yaitu tidak meluluskan satu orang siswa karena tidak
memenuhi standar sekolah yang telah ditentukan.
Keberhasilan
Mulyono di tingkat nasional membuatnya dapat mengantongi sejumlah uang dari
Kemdikbud maupun Bank Mandiri. Rencananya, hadiah tersebut akan ia manfaatkan
untuk membangun sebuah kandang ayam. “Kandang ayam ini nantinya akan saya gunakan untuk melatih warga
masyarakat agar mampu beternak dengan baik. Saya ingin memberdayakan masyarakat
di sekitar saya yang 90% adalah petani.
Nantinya, kotoran ayam tersebut dapat dimanfaatkan sebagai composer pada pembuatan pupuk kompos.
Selain
mengajar di sekolah, pria yang sehari-harinya menggunakan motor Astrea 800 tahun 1985 untuk berangkat ke sekolah ini pun aktif memberdayakan
masyarakat dengan cara melatih membuat kompos dari sampah organik. Selain itu, Mulyono juga bercocok tanam
pisang di kebunnya yang seluas
450 m2. Pria yang gemar dengan singkong rebus ini biasa memanfaatkan
pupuk kompos yang ia buat
sendiri untuk kebun pisangnya. Ia pun ingin memberikan contoh
kepada masyarakat sekitar bahwa sampah dapat diberdayakan untuk membuat kompos
yang berkualitas, sehingga mampu meningkatkan produksi tanaman khususnya tanaman pisang.
Hal
lain yang masih menjadi impiannya adalah meneruskan pendidikannya ke jenjang
S-3 untuk meningkatkan kualifikasinya. Selain itu, ayah dua anak ini pun
berkeinginan untuk naik haji. Ia berharap, semoga suatu saat ia memiliki
kesempatan untuk mewujudkan keinginan-keinginannya tersebut. ***
Ditulis tahun : 2013
No comments:
Post a Comment