Profil Juara : Probing dan Pushing Questions Tingkatkan Pemahaman dalam Matematika

Titin Suryati Sukmadewi, S.Si., M.Pd
Juara I OSN Guru Matematika SMA Tingkat Nasional 2014

Sudah kali kedua Titin Suryati Sukmadewi, S.Si., M.Pd mengikuti Olimpiade Sains Nasional Guru (OSNG). Pertama, pada tahun 2012. Kala itu ia ditunjuk langsung oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang sehari sebelum pelaksanaan seleksi di Provinsi Jawa Barat. Karena sangat mendadak, Titin berangkat tanpa persiapan. Tak heran jika kemudian ia tak berhasil lulus.

Namun pengalamannya mengikuti OSNG menjadi pelajaran berharga baginya. Sepanjang tahun 2013 Titin rajin melatih diri mengerjakan soal-soal OSN Guru. “Saya mempelajari soal-soal latihan OSN guru  setiap malam ketika waktu senggang setelah selesai melaksanakan tugas-tugas sebagai guru di sekolah. Apabila ada soal yang sulit terpecahkan, masa saya membahasnya dengan sesama guru matematika di sekolah. Terkait dengan materi pedagogik, terkadang saya browsing isu-isu terkini tentang pembelajaran matematika,” ceritanya. Hingga pada tahun 2014, ketika ia kembali maju untuk mengikuti OSNG, ia berhasil telak hingga ke tingkat nasional, bahkan meraih juara untuk kategori Guru Matematika SMA.

Dalam OSNG 2014 yang berlangsung di Jakarta, Titin membawakan karya tulis ilmiah dengan judul Improving Students’ Mathematical Thinking and Disposition Through Probing and Pushing Questions. Karya tulisnya tersebut berupa artikel, dan bukan hasil penelitian ke lapangan. Latar belakang Titin mengetengahkan tema dalam karya tulisnnya adalah karena setiap guru seringkali mengimplementasikan metode tanya jawab dalam pembelajaran matematika. “Namun apakah mereka sudah melakukan teknik bertanya yang baik? Berdasarkan observasi salah satunya oleh widyaiswara PPPPTK Matematika serta oleh pakar-pakar pendidikan matematika yang lain, sayangnya pertanyaan yang diajukan guru masih berada pada level rendah. Padahal untuk menyongsong era globalisasi, kemampuan berpikir matematis siswa dan disposisi matematis siswa harus ditingkatkan,” jelasnya.

Oleh karena itu, Titin mengajukan salah satu solusi alternatif yang dapat dilakukan guru matematika, yakni melalui pembelajaran dengan teknik bertanya yang baik yaitu probing dan pushing questions. Probing adalah strategi mengajar dengan cara memberikan wawasan siswa secara lebih mendalam, yakni melibatkan mereka dalam percakapan tentang subyek. Tujuannya adalah untuk memperdalam pemahaman siswa tentang konten pelajaran. Sedangkan Pushing Questions diberikan pada siswa untuk mendorong mereka berpikir lebih mendalam.

Menurutnya, saat siswa tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru, guru sering memberikan pertanyaan yang berupa arahan menuju diperolehnya jawaban. Namun jika rentetan pertanyaan terlalu prosedural, maka terjadilah apa yang disebut funneling. Siswa mengikuti serial pertanyaan guru dan menjawab satu per satu tanpa memperhatikan koneksi antar pertanyaan tersebut. Pikiran siswa seperti dialirkan menuju arah yang diinginkan guru sehingga jawaban diperoleh,” terangnya. Dalam hal ini, ia pun menyarankan supaya guru melakukan focusing, dengan harapan guru fokus pada respon siswa dan menuntun mereka berdasarkan pada apa yang dipikirkan oleh siswa. Hal ini menurut Titin lebih baik karena pada funneling sebenarnya yang menyelesaikan atau menjawab soal adalah guru, sedangkan siswa hanya mengikuti arahan guru.

Implementasi Kurikulum 2013
Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, Titin mengaku awalnya sempat merasa kurang siap dalam mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar. Ia merasa belum begitu menguasainya, dikarenakan ia lebih banyak mengajar kelas XII yang masih menggunakan Kurikulum lama. Ditambah lagi ia adalah peserta PLPG 2013, sehingga tidak boleh mengikuti  pelatihan Kurikulum 2013. Padahal materi kurikulum 2013 pada kegiatan PLPG waktu itu kurang mendalam, hanya membahas kulitnya saja. Tapi untunglah MGMP sekolah kami sering berdiskusi mempersiapkan bahan ajar untuk siswa sesuai dengan langkah-langkah pendekatan saintifik,” katanya.

Namun toh ia tak lantas sekadar berpangku tangan. Titin pun berusaha untuk mendapatkan banyak informasi mengenai Kurikulum 2013 dengan memfotokopi modul pelatihan guru-guru lainnya yang sudah mengikuti pelatihan Kurikulum 2013, mempelajarinya, dan banyak bertanya.

Menurutnya, guru-guru Matematika di MGMP sekolah maupun Kabupaten Sumedang menyambut baik Kurikulum 2013. “Kami banyak berdiskusi terutama mengenai implementasinya di kelas dan bagaimana membuat Lembar Aktivitas Siswa yang dapat memenuhi pendekatan saintifik,” katanya. Berdasarkan hasil pengamatan, Titin mengungkapkan bahwa dengan menggunakan Kurikulum 2013, siswa menjadi lebih percaya diri karena dibiasakan untuk bisa menemukan/membuktikan aturan/sifat-sifat pada konsep matematika dan dipresentasikan di depan kelas. Alokasi waktu  4 jam pelajaran pun ia rasa cukup memadai untuk bisa sampai pada post-test di akhir pertemuan. Adapun kesulitan dalam penilaian keterampilan maupun sikap adalah sulit memantau siswa satu per satu dan kalau kelas yang dipegang banyak, belum hafal siswanya. Tapi hal ini diatasi dengan siswa memasang papan nama di meja masing-masing,” katanya.

Tak Merasa Bersaing
Selama mempersiapkan diri maju ke OSNG Tingkat Nasional, Titin terlebih dahulu mengikuti pembinaan dan karantina selama lima hari yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Diundang pula peraih medali emas OSN Guru pada tahun-tahun sebelumnya untuk memberikan semangat dan motivasi, juga dosen dari universitas untuk membimbing secara keseluruhan. Kami dibimbing dan diberi pengarahan terkait persiapan untuk menghadapi tes teori, eksperimen, dan bahan ajar. Hanya sayangnya untuk peraih medali emas dari provinsi Jabar adalah pemenang tahun 2011 sehingga beliau tidak bisa share mengenai bahan ajar kurikulum 2013,” katanya.

Saat berada di tingkat Nasional, Titin harus menghadapi 13 pesaing dalam kategorinya, yakni bidang studi Matematika SMA. “Seharusnya ada 14 orang, namun 1 orang dari Jawa Barat tidak hadir,” ujarnya. Selama menghadapi kompetisi, Titin mengaku tidak merasa grogi sedikitpun. “Kami justru lebih banyak share ilmu satu sama lain, tidak merasa bahwa mereka adalah saingan. Kami semua merasa senang bertemu dengan guru-guru berprestasi di tanah air, bisa menambah teman dan sahabat,” katanya.

Titin berpendapat bahwa kegiatan OSN Guru ini sangat baik karena dapat memacu guru untuk meningkatkan wawasan, semangat kompetisi, menggali potensi diri, dan belajar keluar dari zona aman. Guru jangan pernah merasa puas dan berbangga diri dengan apa yang telah dikuasai karena selalu ada hal baru yang dapat dipelajari dan diimplementasikan untuk kepentingan pembelajaran yang lebih baik,” tuturnya.

Titin merasa amat senang dapat meraih gelar Juara I dalam OSN Guru tingkat Nasional. Dengan demikian, hal ini semakin menguatkan bahwa ia termasuk salah satu guru matematika yang profesional. Dalam hal prestasi, Titin memang telah mendulang banyak kesuksesan di bidang yang ditekuninya. Antara lain ia pernah memperoleh penghargaan 1st best participant pada the Course on Developing Lesson Study in Mathematics Education for Senior High School Teachers yang diselenggarakan oleh SEAMEO Regional Centre for QITEP in Mathematics di Yogyakarta pada tahun 2010. Ia juga pernah lolos seleksi mengikuti International Seminar in Mathematics Education yang diselenggarakan oleh Park City Mathematics Institute/ Institute for Advance Study di Park City, Utah, USA pada tahun 2011, yang diikuti oleh 8 negara yaitu Kanada, Finlandia, Chana, Honduras, Indonesia, Slovenia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Setiap Negara diwakili oleh 1 orang guru dan 1 orang dosen. “Dari Indonesia diikuti oleh saya sendiri bersama dosen ITB dari jurusan matematika,” kisahnya. Ia pun pernah terpilih menjadi peserta Summer School Teachers Program (SSTP) of the Institute for Advanced Study’s Park City Mathematics Institute (PCMI) pada tahun 2013. Dengan berbagai prestasi dan penghargaan yang telah ia raih, Titin semakin bersemangat dan termotivasi untuk selalu menjadi yang terbaik. ***

Ditulis tahun : 2014



No comments:

Post a Comment