Abdul Rahman, S.Pd., M.Pd
Juara
II Lomba Kreativitas Pembelajaran Guru Pendidikan Khusus Tingkat Nasional 2013
Siapa menyangka jika mantan sales elektronik yang dulu biasa
berkeliling dari pintu ke pintu ini adalah seorang pemenang dalam ajang Lomba Kreativitas
Pembelajaran Guru Sekolah Pendidikan Khusus tingkat nasional tahun 2013. Roda
kehidupan berputar, dan Abdul
Rahman, S.Pd., M.Pd sedang berada di puncak untuk memetik buah hasil jerih
payahnya. Ia beroleh kesempatan langka bertemu dengan Mendikbud dan menerima
penghargaan paling bergengsi.
Di masa lalunya, pria yang lahir di Ujung Pandang, 10 Juli 1970 ini pun pernah menganggur selama
lima bulan, hanya mengandalkan istrinya yang seorang guru SD. Namun tiba-tiba
seorang kawannya datang membawa kabar bahwa ada orang tua yang sedang
membutuhkan guru pendamping profesional untuk anaknya yang menderita autis.
Tanpa pikir panjang, Rahman menerima pekerjaan tersebut, sebagai guru
pendamping anak autis di bawah naungan PT. Inco, di Soroako, Sulawesi Selatan. “Saya semakin mendalami dan mempelajari dengan baik karakteristik anak autis murid saya
terebut, karena saya belum pernah mempelajarinya saat kuliah di PLB dulu,” kata Rahman. Dengan pekerjaan barunya, pria lulusan
PLB IKIP Ujung Pandang tahun 1995 ini memperoleh penghasilan yang lumayan besar.
Sayangnya, pekerjaan baru Rahman tak bertahan lama, hanya
berlangsung selama enam bulan. Ia tak sanggup berpisah terlalu lama dengan
istri dan anaknya yang saat itu masih kecil. “Jarak Masamba, tempat istri mengajar, dengan Soroako cukup jauh, yaitu sekitar
kurang lebih 60 Km. Ini membuat saya setiap hari Sabtu - Minggu bolak-balik. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti mengajar
di Soroako,” kisahnya.
Tidak lama
kemudian, sekitar tahun
2003, Rahman mendengar
informasi bahwa akan ada penerimaan guru bantu untuk anak luar biasa di Makassar. Sebuah kabar baik yang sudah
dinanti-nantikannya sejak lama. “Saya segera pergi ke Makassar untuk melamar menjadi guru bantu, dan Alhamdulillah dinyatakan lulus. Gaji saya 3 tahun pertama sebesar Rp. 450.
000,-, kemudian naik
menjadi Rp. 750.000,”
kata Rahman. Pada tahun 2007, saat
ada program pengangkatan guru bantu menjadi PNS,
terutama para guru PLB, Rahman termasuk dalam salah satunya. Sejak itu, ia ditempatkan di SLB Negeri
Makassar hingga sekarang.
SLB Negeri Makassar
SLB Negeri Makassar terletak di Kelurahan
Bulurokeng, Kecamatan
Biringkanaya, Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Sekolah ini berada
di dekat rumah sakit yang cukup megah dan dikelilingi oleh perumahan,
sehingga sebagian besar murid adalah anak-anak masyarakat yang tinggal di
sekitar kompleks perumahan tersebut. Satu keistimewaan SLB ini adalah, sekolah
ini tak hanya menerima anak-anak yang berkebutuhan khusus, tapi juga menerima
anak-anak normal. Mereka berbaur dan belajar bersama sehingga tumbuh rasa
saling peduli dan menghargai satu sama lain. Sekolah yang menempati lahan
seluas 2,5 hektar ini pada tahun 2013/2014 memiliki jumlah murid sebanyak 50
anak, dengan jumlah guru sebanyak 13 orang. Terdapat 3 ruangan kelas dan 4
ruang keterampilan yang terdiri dari keterampilan otomotif, tata boga, tata
rias, dan musik, serta dilengkapi dengan perpustakaan, komputer, dan jaringan
internet. Karena SLB ini termasuk sekolah negeri, maka siswa-siswa yang
bersekolah di SLB Negeri Makassar mendapat pendidikan gratis.
Di SLB Negeri Makassar, Rahman mengajar tunanetra, tunarungu dan Pendidikan Layanan Khusus
di kelas satu sampai dengan
kelas 3 SMALB. Dalam
mengajar, ia menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, karyawisata dan
penugasan,
menyesuaikan
jenis kelainan siswa. Menurut Rahman, menjadi seorang guru SLB harus
sanggup untuk senantiasa melayani
kebutuhan siswa dalam belajar, mampu mengatasi setiap kesulitan yang dialaminya, memberikan
pengetahuan, bimbingan,
dan senantiasa melatih kreativitasnya dengan berbagai keterampilan supaya mereka memiliki bekal kelak
jika mereka telah menyelesaikan sekolahnya. Sejauh ini, Rahman merasa cukup menikmati profesinya
sebagai guru SLB, bahkan ia pun merasakan sebuah kebanggaan atas apa yang telah
dilakukan dan dijalaninya. “Tidak
semua guru dapat mengajar di sekolah luar biasa yang mengajar berbagai macam
karakter yang sangat ekstrim untuk menjadikan mereka lebih baik. Berkat mengajar
di SLB pun sebagian besar guru-guru dapat menginjakkan kaki di berbagai wilayah di
Indonesia. Pengalaman
seperti ini
tidak dapat dirasakan oleh sebagian guru-guru yang mengajar di sekolah regular,”
tutur penggemar Coto Makassar ini.
Tertantang dengan Anak
Autis
Selama sepuluh tahun mengajar di SLB Negeri Makassar, banyak
pengalaman pahit maupun manis yang telah Rahman dapatkan, yang menjadi kenangan
dalam ingatannya. Salah satu yang membekas adalah ketika ia mengajar di kelas 6
SDLB pada tahun ajaran 2009/2010 lalu, ada seorang murid yang menderita
kelainan autis. “Anak ini
setiap hari kerjanya hanya mengamuk saja, tidak mau belajar, dan tidak mau sama sekali diperintah, dan
tidak ada yang ditakuti, sehingga pembelajaran bagi siswa lainnya selalu terganggu, karena waktu itu saya mengajar siswa SD PLK
yang di dalamnya
terdapat anak yang normal. Anehnya, anak tersebut biasanya ribut
saat-saat jam istirahat sampai jam
terakhir pelajaran. Karena kami tidak sanggup menanganinya, maka saya
menghubungi orang tuanya. Saya mendapat informasi bahwa ternyata siswa ini kebiasaaannya suka
menulis di papan tulis, dan ketika kemauannya telah dipenuhi, dia turun ke bangku dan langsung
tertidur. Akhirnya setiap
hari kami memberinya kesibukan dengan tugas menulis di papan tulis sampai dia merasa bosan
sendiri, sementara saya
memberikan pelajaran kepada teman-temannya yang lain,” ceritanya.
Selain mengajar di SLB Negeri Makassar, Rahman juga pernah
membantu mengajar di SD Negeri
kalukuang 3 Makassar yang memiliki program sekolah inklusif. Saat itu,
ia mengajar di kelas 3 yang kebetulan
terdapat seorang anak
autis bernama Kindi. “Saya sangat tertarik dengan karakter dan kecerdasannya yang melebihi anak normal
lainnya, walau ia menyandang autis. Saya merasa sangat tertantang untuk menangani pembelajaran dan karakter yang dia
miliki. Anak ini sangat pintar pada mata pelajaran matematika, sehingga
ketika saya memberi tugas, ia selalu dapat
mengerjakannya dengan sangat
cepat dan tepat. Namun
setelah pekerjaannya
selesai, dia berkeliling mendatangi
teman-temannya yang lain. Terkadang mengganggu, dan terkadang juga mengajari
temannya. Saya sangat terharu dan merasa senang melihat ketulusan murid-murid
normal lainnya yang
dengan sabar dan penuh kepedulian serta pengertian sehingga dapat menerima
keberadaan anak luar biasa untuk belajar bersama dalam satu kelas,” kisahnya.
Menurut Rahman, kunci sukses dalam menjalankan peran sebagai guru SLB adalah bekerja keras, disiplin,
dan banyak berdoa untuk setiap tindakan yang dilakukan, terutama dalam menghadapi dan
melayani pendidikan ABK, serta tidak banyak mengeluh.
“Yang lebih penting lagi
adalah banyak membaca dan belajar dari buku-buku, serta bertanya kepada orang yang lebih tahu, misalnya para dosen PLB yang berpengalaman dan senantiasa siap membantu guru-guru yang
mengalami kesulitan dalam tugasnya maupun untuk pengembangan profesinya,”
tuturnya.
Selain itu, Rahman pun menekankan untuk senantiasa menjaga
hubungan baik dengan orang tua siswa, guru lainnya, maupun kepala sekolah,
sehingga suasana proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih kondusif dan
saling mendukung satu sama lain. Terhadap guru-guru yang lain, Rahman
mengatakan bahwa para guru di SLB Negeri Makassar selalu saling membantu satu sama lain dan bahu membahu dalam melayani
kebutuhan serta kepentingan para siswa. “Kami sering bertukar pendapat dan pandangan tentang
solusi-solusi mengatasi
kesulitan yang dialami oleh berbagai macam siswa,” ujarnya. Abdul Rahman pun
mengatakan bahwa kepala SLB
Negeri Makassar saat ini adalah
sosok yang senantiasa ingin maju dan
berpandangan jauh ke depan tentang kemajuan peserta didik anak luar
biasa dan peningkatan sumber daya guru-guru. Sedangkan dengan orang tua
siswa, ia pun meyakinkan bahwa sejauh ini komunikasinya cukup baik, terutama
dalam mendiskusikan para siswa yang notabene adalah anak-anak mereka. “Setiap
hari para orang tua siswa
mengantar anak-anaknya, bahkan ada yang hingga menunggu
sampai pulang sekolah.
Ini membuat kami jadi sering bertemu, saling berkomunikasi dan berdiskusi,” katanya.
Menuju ke Jakarta
Kesempatan yang telah diraih Rahman dalam mengikuti proses
seleksi lomba kreativitas pembelajaran guru pendidikan khusus tingkat nasional
yang diselenggarakan di Jakarta benar-benar memberinya kesan yang cukup
mendalam. Ia mengungkapkan bahwa banyak sekali pengalaman menarik yang ia dapatkan saat berada di
Jakarta. “Terutama saat
menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan, rasanya saya tidak dapat menahan haru dan
meneteskan air mata karena sangat bahagia, tidak menyangka dapat
melihat langsung Istana Negara yang selama ini hanya saya lihat
di TV saja. Tidak semua orang dapat merasakannya,
sehingga saya merasa sangat beruntung. Kami juga dapat melihat istana Bogor dan dipandu oleh pemandu yang memiliki
pengetahuan yang baik tentang sejarah istana tersebut. Di samping itu, kami dapat bertemu dengan para
teladan dari seluruh provinsi
di Indonesia dan memanfaatkannya untuk saling berbagi tentang perkembangan sekolah dan pengalaman
di daerah masing-masing,”
ungkapnya.
Meski demikian, tak mudah untuk sampai ke Jakarta. Demikian
pula Rahman, yang sebelumnya harus mengikuti beberapa seleksi dan bersaing
dengan guru-guru lainnya. Proses perjalanannya dalam mengikuti ajang Lomba
Kreativitas Pembelajaran Guru Pendidikan Khusus ini dimulai ketika ia mendapat
informasi mengenai lomba dari Dinas pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan. Pada
saat itu, kepala sekolah mengadakan seleksi di antara guru-guru, dan
terpilihlah Rahman hingga maju ke tingkat Kabupaten. Sebelum bertarung, Rahman
mempersiapkan diri sebaik mungkin, misalnya dengan menelaah kurikulum, mencari
sumber/referensi penelitian, menentukan jenis penelitian/karya inovatif yang
akan dilakukan, membuat perangkat
pembelajaran, merancang produk pembelajaran dari penelitian yang akan
dilakukan, dan melaksanakan pembelajaran serta menyusun karya kreatif/karya
ilmiahnya.
Dalam menyusun karya kreatifnya, Rahman mengangkat tema
tentang pengembangan model
pembelajaran kolaboratif dalam pemanfaatan daur ulang limbah. Dalam hal ini, siswa
diajarkan tentang pentingnya kesehatan lingkungan dengan memperhatikan limbah
di sekitar kehidupan manusia. Selain itu, pembelajaran juga menekankan aspek
pengetahuan, keterampilan, kreativitas siswa dan tentunya adalah hasil belajar
yang lebih baik.
Latar belakang terciptanya inovasi pembelajaran ini adalah
dikarenakan pada hasil ujian semester ganjil, khususnya pada mata pelajaran IPA
kelas X, ternyata banyak yang belum memenuhi standar KKM yang ditetapkan. Oleh
karena itu diperlukan evaluasi terhadap semua aspek, terutama pada aspek model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Rahman sebagai guru mata pelajaran IPA
pada jenjang SMALB mencoba untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar IPA
siswa SMALB tersebut agar hasil belajar mereka menjadi lebih baik pada semester
berikutnya. Ia mengembangkan suatu model
pembelajaran melalui proses belajar mengajar dengan merujuk pada salah satu
pokok bahasan dalam kurikulum, yaitu pemanfaatan daur ulang limbah. Dalam pokok
bahasan tersebut, di samping siswa diajarkan tentang pentingnya kesehatan
lingkungan dengan memperhatikan limbah di sekitar kehidupan manusia, juga
ditekankan aspek pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas siswa. Hasil
pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru dikembangkan tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan model pembelajaran sebelumnya melalui suatu analisis dalam
penelitian.
Model Pembelajaran
Kolaboratif
Menurut Rahman, salah satu model pembelajaran
yang dapat memberi sumbangan positif terhadap pengelolaan pembelajaran bagi
siswa berkebutuhan khusus di kelas PK-PLK adalah dengan mewujudkan
terselenggaranya model pembelajaran kolaboratif yang memadukan aktivitas kerja
sama yang bukan saja antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan
siswa lainnya dalam beberapa kelompok siswa yang beragam kemampuan dan
karakteristiknya.
Pembelajaran kolaborasi adalah suatu strategi pembelajaran di
mana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil
kearah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu antara satu
dengan yang lain. Jadi situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan
yang positif untuk mencapai kesuksesan. Dengan model pembelajaran kolaboratif,
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran akan meningkat. Selain itu juga dapat
meningkatkan kreativitas siswa dan hasil belajarnya. Dalam
pelaksanaannya, metode ini melibatkan partisipasi aktif para siswa dan
meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu.
Efektivitas pembelajaran kolaboratif diukur berdasarkan tiga
indikator, yaitu 1) kemampuan memahami pelajaran, 2) kreativitas siswa, dan 3)
hasil belajar siswa. Langkah-langkah
dalam pembelajaran
kolaboratif antara lain; (1) Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri,
(2) Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis, (3) Kelompok kolaboratif bekerja
secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis,
dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah
yang ditemukan sendiri, (4) Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil
pemecahan masalah, masing-masing siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara
lengkap, (5) Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya
diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan
presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada
kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut,
dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit, (6) Masing-masing
siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi
(bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulkan, (7) Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah
dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif, (8) Laporan siswa dikoreksi,
dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
Penelitian yang dilakukan Rahman di kelas X SLB Negeri
Makassar yang berjumlah sebanyak 8 orang siswa menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep tentang pemanfaatan daur ulang limbah
pada mata pelajaran IPA siswa kelas X SLB Negeri Makassar saat sebelum dan
sesudah pengembangan model pembelajaran kolaboratif, baik untuk seri
pembelajaran pertama maupun untuk seri pembelajaran kedua. Hal ini terlihat
dari hasil analisis data dari hasil pengukuran pretest sebelum pelaksanaan
perlakuan baik untuk seri pembelajaran pertama maupun untuk seri pembelajaran
kedua dengan hasil pengukuran postest setelah pelaksanaan perlakuan untuk seri
pembelajaran pertama maupun perlakuan untuk seri pembelajaran kedua.
Terjadinya perbedaan antara pretest dengan postest untuk seri
pembelajaran pertama dan seri pembelajaran kedua adalah karena pengembangan
model pembelajaran yang diterapkan pada siswa berkebutuhan khusus. Ada
pertukaran konsep ilmu pengetahuan dan keterampilan antara anggota kelompok
pada pembelajaran kolaboratif, sehingga dalam suatu kelompok akan terjadi
proses transformasi ilmu pengetahuan pada setiap anggota pada saat pembelajaran
berlangsung. Proses transformasi ilmu pengetahuan ini terjadi karena dalam
penetapan kelompok terdapat perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh siswa,
dimana dalam satu kelompok ada yang memiliki
kompetensi yang baik dan ada yang kurang baik. Siswa yang memiliki
kompetensi yang baik dapat membantu siswa yang masih kurang baik kompetensinya.
Implikasi dari proses pembelajaran kolaboratif seperti ini akan meningkatkan
pemahaman konsep suatu pelajaran yang diberikan pada siswa.
Hasil penelitian juga membuktikan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan mengenai efektivitas
sebelum dan sesudah pengembangan model pembelajaran kolaboratif. Hal ini
terlihat dari hasil analisis data yang telah diuji berdasarkan uji statistik
yang ditetapkan, ternyata bahwa model pembelajaran kolaboratif setelah
dikembangkan lebih efektif dari model pembelajaran sebelumnya baik dari aspek
kemampuan memahami pelajaran, kreativitas maupun dari aspek hasil belajar
siswa. Hal ini terlihat dari hasil analisis
bahwa rata-rata efektivitas sebelum diterapkan model pembelajaran
kolaboratif sebesar 16,6% dan rata-rata efektivitas setelah diterapkan model
pembelajaran kolaboratif sebesar 74,93%. Berdasarkan data tersebut, tergambar
bahwa model pembelajaran kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
siswa dari 13,8% menjadi 68,3 %, kreativitas siswa dari 22,2 % menjadi 84,3 %
dan hasil belajar siswa dari 13,8 % menjadi 71,8 %. Hal ini berarti bahwa model
pembelajaran kolaboratif lebih efektif jika dibandingkan dengan model
pembelajaran yang digunakan sebelumnya.
Terjadinya perbedaan efektivitas model pembelajaran sebelum
dan sesudah dikembangkan model pembelajaran kolaboratif disebabkan karena model
pembelajaran kolaboratif yang dirancang dalam belajar tidak memiliki perbedaan
tugas untuk masing-masing individu, melainkan tugas itu milik bersama dan
diselesaikan secara bersama tanpa membedakan kecakapan belajar siswa. Rancangan
pembelajaran seperti ini berimplikasi terhadap peningkatan kemampuan siswa
dalam memahami pelajaran, meningkatkan kreativitas siswa, serta yang lebih
penting lagi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
Berkat kreativitas pembelajarannya yang telah teruji, Rahman
telah berhasil meraih gelar juara II dalam ajang lomba kreativitas pembelajaran
guru pendidikan khusus tingkat nasional 2013. Sejumlah hadiah menarik telah ia
dapatkan. Ia sempat tak menyangka akan menjadi salah satu pemenang. Sehingga saat
pertama kali mendengar namanya disebut, Rahman begitu kaget, namun sekaligus
merasa sangat bahagia. “Saya
langsung memeluk teman laki-laki di samping saya yang tak lain adalah adik kelas saya ketika S1 dulu dan
sekarang bertugas mengajar di
provinsi Sulawesi Barat.
Setelah itu saya langsung sujud syukur, tak mempedulikan banyak orang di sekeliling saya, sebagai bentuk ungkapan kesyukuran saya kepada Allah SWT,”
katanya. Rencananya, dengan hadiah yang diterimanya, ia akan membeli laptop baru untuk menggantikan laptopnya yang sudah rusak. “Yang lainnya dipergunakan untuk pendidikan
anak-anak saya,” ujarnya.
Ayah dua anak ini kian bersemangat dalam mengabdikan dirinya
dalam dunia pendidikan, khususnya untuk pendidikan anak-anak luar biasa, yang
menurutnya memiliki tantangan lebih besar daripada mengajar anak normal.
Kendati demikian, kecintaannya pada pendidikan khusus ini telah bermula bahkan
sejak ia masih belia. Setelah
tamat SMA pada tahun 1988,
Rahman melanjutkan pendidikan setara D-2 di salah satu sekolah yang
dipersiapkan untuk guru murid luar
biasa/berkebutuhan khusus, yaitu SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa). Setelah lulus
pada tahun 1990, Rahman mengikuti UMPTN dan
berhasil diterima di IKIP Ujung Pandang jurusan PLB (Pendidikan Luar Biasa),
dan lulus pada tahun 1995. Baru
pada tahun 2009 ia sempat melengkapi jenjang pendidikannya di Universitas Negeri Makassar (UNM)
untuk program S-2 di jurusan Manajemen
Pendidikan, dan lulus pada tahun 2012.
Meski saat ini ia telah meraih pendidikan tinggi, Pria yang
gemar olah raga silat ini mengungkapkan bahwa orang tuanya hanyalah seorang
petani yang lulusan SD. “Kendati demikian, Beliau sangat mengerti dengan pendidikan, sehingga Beliau menyekolahkan anak-anaknya
yang berjumlah sembilan orang sampai ke tingkat sarjana,” kata Rahman. Diakuinya bahwa sosok-sosok yang paling
berperan dalam kesuksesan dan jalan hidupnya adalah orang tua dan istrinya. Istri Rahman pun adalah seorang guru yang mengajar di SD. Oleh karena itu, saat dirinya
dinobatkan sebagai pemenang dalam ajang lomba tingkat nasional, maka ucapan
terima kasih terbesarnya patut ia persembahkan pada orang tua dan istrinya. ***
Ditulis Tahun : 2013
No comments:
Post a Comment