Profil Juara : Dedikasi Tinggi untuk ABK


Adella Veranti, S.Pd
Juara III Lomba Kreativitas Pembelajaran Guru Pendidikan Khusus Tingkat Nasional 2013

Dedikasinya pada anak berkebutuhan khusus sangat tinggi. Selain mengajar di SLB Negeri Seluma, Bengkulu, Adella Veranti, S.Pd juga membuka klinik terapi untuk tuna rungu di rumahnya, yang berlangsung sejak tahun 2010. Dalam dirinya, wanita kelahiran Bengkulu, 17 Februari 1983 ini berkeyakinan kuat bahwa anak berkebutuhan khusus mampu bersaing dengan anak normal asalkan diberikan fasilitas dan didukung dengan SDM guru yang baik pula, sehingga mereka tidak lagi dipandang sebelah mata.


Setelah tamat SMA, anak bungsu dari empat bersaudara ini merasa kebingungan untuk menentukan universitas yang hendak ia pilih, sehingga orang tuanya pun membantu untuk mengarahkannya kuliah di Pendidikan Luar Biasa. “Orang tua saya memberikan sudut pandang yang berbeda tentang ABK dan menjadi guru SLB, sehingga saya tidak menjadi jijik terhadap ABK, tetapi malah menjadi kasihan dan tertantang untuk menjadi guru SLB yang kerap dipandang sebelah mata dan ditertawakan karena mau mengajar ABK,” kata Adella.

Kedua orang tua Adella, Drs. H. Imroki Kenuhud dan Hj. Nurjanah senantiasa mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang yang jujur, bertanggung jawab dan bekerja keras dalam mencapai impian. Ayahnya adalah seorang  pensiunan pegawai Kanwil Departemen Agama, sedangkan ibunya adalah seorang pensiunan guru. “Ayah dan Ibu saya lahir dari keluarga yang sederhana di Lahat, Sumatera Selatan,” kata Adella.

Memilih Jadi Guru PLB
Akhirnya pada tahun 2000 Adella merantau ke Bandung untuk mengambil program S-1 di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Luar Biasa. Setamat kuliah tahun 2005, Adella memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Bengkulu untuk mengabdi di daerahnya. Maka ia pun tak keberatan menjadi guru honorer di SLB Negeri Dharma Wanita, Bengkulu. Saat itu, gaji pertamanya sebagai guru honorer hanya 150 ribu rupiah. Namun Adella merasa senang dapat mendedikasikan dirinya untuk pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus.

Setelah menikah, ia sempat pindah ke Bandung untuk mengikuti suaminya. Namun kemudian pada tahun 2009 ia mendengar ada pendaftaran PNS untuk guru pendidikan luar biasa di SLB Seluma, Bengkulu. Maka Adella pun memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya untuk mendaftar. Rupanya ia diterima dan menjadi guru PLB di SLB Seluma hingga sekarang.

SLB Negeri Seluma adalah satu-satunya sekolah luar biasa yang ada di kabupaten Seluma, Bengkulu. Letaknya agak jauh ke dalam, kurang lebih 3 km dari pusat kota Kabupaten Seluma, atau 1,5 jam perjalanan dari Bengkulu. Karena letaknya yang cukup jauh, hal ini kerap menjadi hambatan karena murid-murid sering tidak masuk sekolah. Namun bagi Adella, hal ini tak menjadikannya sebagai kendala besar meski jarak sekolah ke rumahnya yang terletak di pusat kota Bengkulu sekitar 65 km. Setiap hari ia harus menumpang angkutan umum dari kota Bengkulu.

Daerah di sekitar SLB Negeri Seluma merupakan daerah transmigrasi, sehingga rata-rata anak-anak yang bersekolah di SLB Negeri Seluma adalah anak-anak para transmigran. Kendati demikian, ada juga beberapa anak yang berasal dari desa-desa lainnya, yang letaknya lumayan jauh dari sekolah. Hampir sebagian besar orang tua siswa bermata pencaharian petani atau pekebun. Pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah siswa sebanyak 55 anak, di bawah bimbingan 8 orang guru. Sekolah yang berdiri sejak tahun 2006 ini berdiri di atas lahan seluas 7,76 m2. Sudah ada 12 ruangan, pun sudah dilengkapi dengan beberapa fasilitas, misalnya komputer, alat-alat musik, dan ruang praktek tata boga.

Jika menyesuaikan latar belakang pendidikan Adella, seharusnya ia mengajar siswa-siswa tunarungu. Namun dikarenakan sekolah kekurangan guru, maka ia pun tak keberatan mengajar di semua kelas SMA untuk tunarungu dan tunagrahita, serta mengajar BPBI untuk SD maupun SMP. Selama mengajar ABK, banyak sekali kesan dan pengalaman yang didapatkan oleh Adella. Namun pengalaman paling buruk yang dialaminya adalah ketika mengetahui salah seorang muridnya yang tunarungu diperkosa oleh kawannya sendiri yang normal. Bahkan kesedihan dan keprihatinan itu masih membekas tiap kali ia mengingatnya.

Dalam mengajar, Adella mengaku tak menggunakan metode atau teknik khusus, melainkan bersikap fleksibel, disesuaikan dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing anak. “Saya berusaha menjadi teman mereka, sehingga saya bisa masuk ke dalam dunia mereka dan mempelajari apa saja kebutuhan mereka,” tuturnya. Hal yang paling menyenangkan baginya adalah ketika ia mengajarkan sesuatu yang baru pada para siswanya.

Adella juga tak segan bereksperimen dengan inovasi-inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa-siswanya. Misalnya ketika ia mengajar Bahasa Inggris pada siswa-siswanya yang tunarungu. Oleh karena itu, Adella mencoba membuat inovasi dan kreativitas dengan menggunakan aplikasi i-CHAT dan Powerpoint supaya ia dapat mengajarkan sekaligus tiga bahasa pada siswa-siswanya, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan bahasa isyarat. Inovasinya ini pun ia tuangkan dalam karya tulis yang dipresentasikannya saat ajang Lomba Kreativitas Pembelajaran Guru Pendidikan Khusus di Jakarta.

Aplikasi i-CHAT dan Powerpoint
Pembelajaran bahasa  Inggris pada anak tunarungu jauh lebih menantang daripada pembelajaran pada anak-anak normal, karena anak  tunarungu  mengalami  kesulitan  dalam  hal  pemahaman  suatu  kata  dan  bahasa. Oleh karena itu, pelajaran  Bahasa  Inggris  bagi anak  tunarungu  termasuk  salah  satu  mata  pelajaran yang sulit bagi mereka, karena miskinnya pembendaharaan bahasa yang mereka miliki akibat  terhambatnya  pendengaran. 

Bentuk  komunikasi  bagi  anak  tunarungu  biasanya  melalui  tulisan,  simbol, gambar, dan  bahasa  isyarat.  Bahasa  isyarat  adalah  salah  catu  cara  berkomunikasi  yang paling  efektif  untuk  anak  tunarungu. Namun  bahasa  isyarat  yang  digunakan  anak tunarungu  saat  ini  sangat  beragam,  bahkan mereka  sangat  jarang  menggunakan  bahasa  isyarat baku yang sudah dibuat. 

Di sisi lain, kemajuan  di  bidang  teknologi  sangat  banyak membantu dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, Direktorat Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PK-PLK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun turut membantu memberikan bantuan dalam bidang e-learning untuk membantu memudahkan akses dalam pembelajaran menggunakan teknologi. E-learning ini pun dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa bagi ABK, misalnya pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak tunarungu, yang selama ini kerap mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami Bahasa Inggris.         

Ada banyak faktor yang membuat nilai pelajaran Bahasa Inggris bagi anak tunarungu rendah.  Secara garis  besar,  faktor tersebut dibedakan  menjadi  dua  macam, yakni faktor internal yaitu kemampuan, minat, dll, dan faktor eksternal yang meliputi sarana dan prasarana, kemampuan profesional guru, dll.

Sedangkan salah  satu  faktor  yang bisa mempengaruhi minat belajar  bahasa  Inggris  adalah penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan minat dan penguasaan kosakata bahasa Inggris tersebut, kehadiran media sangat  membantu  dalam  penyajian  kegiatan  belajar  mengajar karena  dalam  kegiatan   tersebut,  ketidakjelasan  materi  yang  disampaikan  dapat  dibantu  dengan  menyediakan media sebagai perantara. Bahkan kerumitan materi yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan  bantuan media. Media dapat  mewakili  hal-hal  yang tidak dapat diucapkan  guru  melalui  kata  atau  kalimat  tertentu. Bahkan  keabstrakan  materi pun dapat dikonkritkan dengan menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, guru  diharapkan  dapat  menyiapkan  media  pembelajaran  untuk  membantu  tugasnya dalam  menyampaikan  pesan-pesan  dari  materi  pelajaran. 

Baru-baru ini, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) meluncurkan sebuah aplikasi dan portal yang ternyata dapat dimanfaatkan pula oleh guru Sekolah Luar Biasa (SLB)  tunarungu  dan  orang  tua  dalam  proses  pembelajaran  bahasa, yakni aplikasi i-CHAT (I Can  Hear And Talk). Aplikasi dan portal i-CHAT  ini diluncurkan sebagai  salah satu  wujud  komitmen Corporate Social Responsibility (CSR) TELKOM, dan merupakan bagian dari program Bagimu Guru Kupersembahkan yang bertujuan membantu meningkatkan kapasitas para  guru di Indonesia. Aplikasi dan portal i-CHAT ini sangat bermanfaat bagi  komunitas  tunarungu  untuk  berinteraksi,  saling  berbagi  ilmu dan pengetahuan, dan dapat pula digunakan sebagai sarana pembelajaran bahasa.

Latar belakang lahirnya aplikasi i-CHAT ini berawal dari keikutsertaan  TELKOM  dalam  kegiatan  APT  (Asia Pacific Telecommunity)  pada  tahun  2007 yang bekerja sama  dengan  UPI  Bandung  dan  SLB Cicendo, Bandung. Kemudian lahirlah satu aplikasi untuk  pembelajaran  bahasa  dan  komunikasi  bagi tunarungu dengan fokusnya pada penyusunan kalimat berstruktur. Program i-CHAT saat  ini  terbagi  dalam  5  modul  utama  yaitu  modul  kamus, modul isyarat abjad jari, modul isyarat bilangan, modul tematik, dan modul menyusun kalimat.

Aplikasi i-CHAT dapat  diakses  secara  online  dengan  mengunjungi  portal i-CHAT di  http://www.i-chat.web.id. Saat ini, portal tersebut baru memuat aplikasi i-CHAT secara online yang terdiri dari 5 modul seperti tersebut di atas. Modul-modul pembelajaran  lainnya  masih  dikembangkan, baik  berupa  aplikasi  dengan  game,  animasi,  video,  maupun  jurnal/artikel  terkait pendidikan  dan  metode  pembelajaran bagi  anak  tunarungu.  Keseluruhan  materi pembelajaran  ini  dapat  dikemas  dalam  bentuk  modul-modul  dengan  konsep  e-learning.  Pengembangan  selanjutnya  dari  portal i-CHAT adalah  membentuk  forum, media social networking, dan konsep user generated content. 

Oleh karena itu, Adella berusaha untuk memanfaatkan teknologi aplikasi i-CHAT dan Powerpoint untuk memudahkan proses pembelajaran Bahasa Inggris bagi anak tunarungu. Harapannya, metode pembelajaran ini dapat meningkatkan minat dan penguasaan kosakata Bahasa Inggris pada anak tunarungu. Dalam hal ini, Adella merancang sebuah media pembelajaran i-CHAT yang memuat tiga bahasa di dalamnya, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Isyarat.

Sebelum  melaksanakan  pembelajaran  bahasa  Inggris dengan  menggunakan media powerpoint dan aplikasi i-Chat, Adella melakukan beberapa perencanaan/persiapan, antara lain: 
1.    Membuat  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).  Langkah-langkah  kegiatan pada RPP yakni adanya Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir.
2.   Guru  menyusun  media  power  point  dan  aplikasi i-CHAT.  Materi  disampaikan dalam  bentuk power  point berbantu i-CHAT dengan  pembatasan  10 kosakata Bahasa Inggris dengan materi, misalnya tentang class room.
3.   Menyiapkan media yang akan ditayangkan. Media dapat diperoleh dengan cara mengambil gambar yang hasilnya bisa diinstal/transfer ke dalam komputer. Pengambilan gambar berupa foto, gambar, atau animasi ini dimaksudkan supaya isi pembelajaran lebih  kontekstual,  dan  memudahkan anak dalam  merespon  apa yang  disaksikan  dan  mengekspresikannya  dengan  menggunakan  kosakata Bahasa  Inggris,  yang  selanjutnya  dapat  diimplementasikan  dalam  kehidupan sehari-hari. Selain itu, supaya pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan, karena siswa mempelajari hal-hal yang disenanginya.

Setelah  semua  perlengkapan  disiapkan  dengan  baik  di  ruang  kelas  atau  di suatu ruang khusus, kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran ini merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

1.       Kegiatan Awal (10 Menit)
  • Melaksanakan apersepsi, seperti, “Apa  kabar  hari  ini?”. Anak menjawab  pertanyaan guru “ Sehat Bu”.
  • Pemberian motivasi  yaitu mengaitkan pelajaran sebelumnya dengan  yang  akan dibahas. Guru bertanya “Masih ingat pelajaran kita tentang classroom minggu lalu?”. Anak menjawab pertanyaan guru “ Iya Bu”.
  •  Melaksanakan pretest menggunakan media yang disiapkan untuk melihat sejauh mana ingatan anak untuk materi sebelumnya.
2.       Kegiatan Inti (50 menit)
  • Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menerangkan arti dari  kosakata bahasa Inggris yang sudah dipelajari minggu lalu.
  • Anak menghidupkan laptop untuk membuka media power point dan aplikasi i-CHAT 
  • Anak menggunakan media power  point dan  aplikasi i-CHAT yang  sudah disiapkan guru
  • Guru membimbing anak untuk menggunakan media power point dan aplikasi i-CHAT setiap kosakata, mulai dari gambar kemudian tulisan dalam bahasa Indonesia lalu tulisan dalam bahasa Inggris dan terakhir bahasa isyarat dari kosakata yang diinstruksikan untuk di “klik” anak.
  • Anak mempraktekkan  penggunaan  media power point dan aplikasi i-CHAT sendiri. Disini guru mengobservasi kemampuan anak dalam media dan menggunakan media untuk membantu pembelajaran.
  • Begitu  seterusnya  sampai  10  kosakata  materi Classroom selesai  dibuka  sesuai dengan instruksi guru.
3.       Kegiatan Penutup (20 menit)
  • Guru dan anak menyimpulkan hasil pembelajaran
  • Melaksanakan post test. Post test dilakukan dengan cara anak membuka tulisan evaluasi  pada  media power  point  kemudian  menjawab  pertanyaan  yang  ada di dalamnya  dengan  cara  memilih  jawaban  A,  B  atau  C  yang  dianggap  benar oleh anak. Hasil evaluasi bisa dilihat langsung oleh guru dan anak karena setiap anak selesai menjawab pertanyaan akan langsung terlihat apakah jawaban anak benar atau salah.


Setelah  menggunakan  media  pembelajaran ini,  anak terlihat sangat antusias dalam belajar kosakata baru, sehingga minat dan penguasaan kosakata  baru  mereka menjadi  bertambah.  Hal  ini  terbukti  dengan  anak  mampu  menguasai 8 kosakata bahasa Inggris, dimana pada awalnya, indikator ketuntasan pembelajaran ini hanya jika anak mampu  menguasai  6  dari  10  kosakata  bahasa  Inggris. Angka  ini  mengandung  arti bahwa  anak  telah  melampaui  Kriteria  ketuntasan    belajar  mata  pelajaran  bahasa Inggris. Selain itu, Interaksi  pembelajaran pun menjadi lebih  hidup dan menarik,  sehingga anak  mampu  menghasilkan  berbagai  pengetahuan  dan menambah kosakatanya. Di samping itu, kemampuan bahasa isyaratnya pun juga membaik. Oleh karena keberhasilan ini, Adella meyarankan para guru PLB untuk tak segan mencoba metode pembelajaran ini, terutama di kelas tunarungu.

Untuk meningkatkan kompetensinya, usaha yang dilakukan ibu dua anak ini adalah dengan banyak membaca buku-buku yang berkaitan dengan ABK, serta tak segan untuk bertanya pada teman-teman kuliahnya dulu yang kebanyakan bekerja di SLB lain di pulau Jawa. “Mereka biasanya mendapat informasi lebih cepat, sehingga saya tidak begitu ketinggalan dengan kemajuan dalam dunia pendidikan,” katanya. Ke depannya nanti, Adella pun ingin meningkatkan kualifikasinya dengan mengambil program S-2 di UPI Bandung. Apalagi ia telah mendapatkan hadiah dari ajang Lomba Kreativitas Pembelajaran Guru Pendidikan Khusus Tingkat Nasional.

Bagi Adella, ini adalah kesempatan pertamanya mengikuti ajang lomba kreativitas pembelajaran guru PLB. Oleh karena itu, ia tak terlalu banyak berharap untuk menjadi juara, apalagi saat maju ke tingkat nasional, ia bertemu dengan guru-guru PLB dari seluruh wilayah Indonesia yang menurutnya banyak yang hebat dan kreatif. Namun di sisi lain, ia merasa amat bersyukur karena dapat belajar dan berbagi pengalaman dengan mereka. Namun yang paling membuatnya senang dan terharu adalah, akhirnya ia dapat membuktikan bahwa meskipun guru PLB kerap ditertawakan karena mengajar ABK, namun ia bisa berkarya dengan lebih baik hingga memenangi lomba tingkat nasional, mendapat penghargaan dari pemerintah. ***

Ditulis Tahun : 2013



No comments:

Post a Comment