Saka Bahari, Potensi Sumber Daya Manusia Bahari



Luasnya sumber daya alam bahari yang dimiliki menjadikan Indonesia menjadi negara maritim, yang dikenal sejak jaman dulu kala. Jika dimanfaatkan sebaik mungkin, maka kekuatan bahari ini pun akan menjadi bekal kekuatan bangsa. Kendati demikian, unsur terpenting adalah sumber daya manusia yang mampu mengolahnya seoptimal mungkin, memberikan hasil terbaik untuk bangsa.

Salah satu sumber daya yang sangat potensial dalam mengembangkan kebaharian Indoensia adalah Pramuka melalui Satuan Karya (Saka) Bahari. Sejauh ini, Saka Bahari diselenggarakan secara nasional di Indonesia. Saka Bahari merupakan wadah pembinaan bagi Pramuka dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis di bidang kebaharian yang berguna bagi diri pribadi, keluarga, dan lingkungan, serta dapat menjadi bekal dalam mengembangkan lapangan kerja.

Sejarah Saka Bahari
Di tingkat internasional, sejak tahun 1909, telah dikenal istilah ‘Sea Scouts’, yang diadakan oleh kepramukaan Inggris. Pada tahun 1912, Asosiasi Pramuka Baden Powell mengadopsi Sea Scout sehingga kemudian Sea Scout berkembang luas di dunia.

Oleh pemerintah Belanda, kepramukaan kelautan diadopsi ke negara-negara jajahannya, termasuk ke Indonesia. Melalui NIPV (organisasi kepanduan milik pemerintah Hindia Belanda), didirikanlah ‘zeeverkenners’. Para tokoh kepanduan nasional pun tergerak untuk mendirikan ‘Pandu Laut’. Keberadaan Pandu Laut ini terus bertahan hingga Indonesia merdeka.

Pada tahun 1983, terbitlah Instruksi Bersama Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 081 tahun 1983 dan INS/I/VI/1983 tentang Satuan Karya Bahari. Surat keputusan inilah yang kemudian menjadi penanda resmi berdirinya Satuan Karya (Saka) Bahari Indonesia. Saat ini, Ketua Pimpinan (Kapin) Saka Bahari Nasional dijabat oleh Laksmana TNI Kingkin Suroso, Kepala Dinas Pembinaan Potensi Maritim (Kadispotmar) Angkatan Laut.

Sejauh ini, Saka Bahari kerap menyelenggarakan kegiatan-kegiatan nyata, produktif, dan bermanfaat dalam rangka menanamkan rasa cinta dan menumbuhkan sikap hidup yang berorientasi kebaharian termasuk laut dan perairan dalam. Kegiatan-kegiatan dalam Saka Bahari meliputi latihan Saka bahari, Perkemahan Bakti Saka Bahari (Perti Saka Bahari), Perkemahan antar Satuan Karya (Peran Saka), kegiatan khusus untuk kepentingan tertentu, misalnya Pelayaran Lingkar Nusarantara (Pelantara), Ulang Tahun Saka Bahari, Hari Pramuka, dan sebagainya, pembinaan potensi diri melalui pengamatan, penelitian, dan pengembaraan/ekspedisi, dan diperkenalkannya sistem bela negara matra laut. Pembinaan Saka Bahari bekerja sama dengan pihak TNI AL, para profesional di bidang olahraga air, serta Kementerian Pariwisata dan Kementerian Kelautan. Umumnya Saka Bahari hanya berada di wilayah yang memiliki potensi di bidang Bahari.

Tujuan dibentuknya Saka Bahari antara lain membina dan mengembangkan anggota Gerakan Pramuka agar memiliki pengetahuan, pengalaman, keterampikan dan kecakapan di bidang kebaharian, memiliki rasa cinta kepada laut dan perairan dalam berikut isinya dan rasa cinta kepada tanah air Indonesia, memiliki sikap dan cara berpikir yang lebih matang dalam menghadapi segala tantangan hidup terutama menyangkut kebaharian, serta mampu menyelenggarakan proyek-proyek kegiatan di bidang kebaharian secara positif berdaya guna dan tepat guna, sesuai minat dan bakatnya serta bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.

Anggota Saka Bahari adalah Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang terdaftar sebagai anggota gugus depan di kwarcab dimana Saka Bahari ini berada serta telah menyelesaikan SKU tingkat pertama di golongannya, atau Pramuka Penggalang Terap. Dapat pula pemuda berusia 14-25 tahun dengan syarat khusus. Sedangkan syarat menjadi anggota Saka Bahari antara lain mendapat izin dari orang tua/wali dan pembina Gugus Depan, berusia antara 14-25 tahun, sehat jasmani dan rohani, mendaftar dengan catatan selambatnya 6 bulan setelah Pramuka tersebut dilantik menjadi Penegak Bantara atau Pendega, serta tidak sedang menjadi salah satu anggota Saka lain.

Jika satuan terkecil Pramuka Penegak dinamakan Sangga, maka satuan terkecil di Saka Pramuka (termasuk Saka Bahari) disebut Krida. Krida adalah satuan terkecil dari Saka sebagai wadah kegiatan keterampilan, pengetahuan, dan teknologi tertentu. Setiap Krida beranggotakan 5 – 10 anggota Pramuka. Saka Bahari meliputi 4 (empat) krida, yaitu Krida Sumber Daya Bahari, Krida Jasa Bahari, Krida Wisata Bahari,dan Krida Reksa Bahari. Dalam setiap Krida tersebut pun dibagi dalam beberapa SKK.

Tantangan Saka Bahari
Meski sejauh ini Saka Bahari dapat melaksanakan kegiatannya dengan baik, ada beberapa tantangan yang musti diselesaikan. “Organisasi Saka Bahari yang ada saat ini sudah bagus dan berjalan, namun dalam pelaksanaannya belum terasa maksimal dan masih ada batasan-batasan yang membuat kita sulit bergerak,” kata Kingkin Suroso, yang disampaikannya melalui jurnalmaritim.com. Oleh karena itu, menurutnya, restrukturisasi internal perlu dilakukan, antara lain mengambil personel dari berbagai instansi untuk duduk dalam majelis pimpinan, serta dengan melibatkan unsur-unsur lain yang memiliki kapal guna menunjang kegiatan Saka Bahari. “Unsur-unsur yang memiliki kapal seperti Bakorkamla dan Bea Cukai dapat dimanfaatkan oleh Saka Bahari ketika praktik di lapangan,” tambahnya. Ia menegaskan, kebijakan ini nantinya akan dikordinasikan kepada seluruh pangkalan-pangkalan yang ada di setiap daerah agar memudahkan Saka Bahari dalam berlayar. “Jangan sampai Saka Bahari tidak pernah berlayar. Walaupun hanya satu atau dua hari berlayar, paling tidak pernah merasakan berlayar, baik menggunakan kapal kecil maupun kapal besar,” tuturnya.

Minimnya anggaran untuk pembinaan Saka Bahari pun menjadi salah satu tantangan tersendiri. Menurut Kingkin Suroso melalui jurnalmaritim.com, anggaran Angkatan Laut untuk pembinaan Saka Bahari sangat minim sekali. Terlebih Angkatan Laut sedang membangun dirinya, sehingga hampir seluruh anggaran diarahkan untuk pembangunan profesionalitas dan alutsista. Kendati demikian, menurut Kingkin, Saka Bahari dapat memanfaatkan peluang-peluang di sekitar, antara lain anggaran-anggaran di setiap instansi yang dapat kita arahkan untuk pembinaan Saka Bahari. Ia mengungkapkan bahwa selain Bakorkamla dan Bea Cukai yang memiliki kapal untuk pembinaan Saka Bahari, rencananya Saka Bahari menggandeng Pertamina, terlebih mengingat kebutuhan akan bahan bakar sangat tinggi. “Dirut Pertamina tampaknya sangat apresiatif dalam membangun Saka Bahari. Selain itu, kita juga dapat memanfaatkan bahah bakar, mengingat kegiatan pelayaran membutuhkan banyak bahan bakar, apalagi kalau jaraknya jauh,” kata Kingkin.

Kegiatan besar yang hendak dilaksanakan Saka Bahari adalah Pelayaran Lingkar Nusantara (Pelantara) IV, yang rencananya akan dilaksanakan pada 6Agustus – 2 September 2014 di Raja Ampat, Papua. Dalam Pelantara IV ini, sejumlah kegiatan telah dirancang oleh Saka Bahari Tingkat Nasional,antara lain secara garis besar dikelompokkan dalam empat kelompok kegiatan, yaitu kegiatan selama pelayaran, kegiatan di persinggahan, kegiatan perkemahan, dan kegiatan penguat. Pelayaran ini akan mengambil rute Jakarta - Bali – Kupang – Raja Ampat ( Kegiatan Kemah) – Manado – Balik Papan – Jakarta. Kegiatan Pelantara ini tak hanya untuk Saka Bahari saja, melainkan juga diikuti oleh Saka Pramuka lainnya.***

Ditulis tahun : 2014




No comments:

Post a Comment