SMK Negeri 1 Cibadak : Sediakan Layanan Boarding School


Luas sekolah yang berada di wilayah kelurahan Karang Tengah ini hingga mencapai 10,7 hektar. Siapapun pasti akan berdecak dan bertanya penasaran, apa saja yang ada di sekolah seluas itu? Bagi SMK Negeri 1 Cibadak, memiliki sekolah yang cukup luas pun memiliki keuntungan dan potensi, antara lain memiliki ruang yang cukup untuk penambahan fasilitas sarana dan prasarana sekolah. Misalnya, membangun asrama (boarding school) di lingkungan sekolah, diperuntukkan untuk para siswa yang tinggal cukup jauh dari sekolah. Di Provinsi Jawa Barat sendiri, hanya terdapat lima sekolah yang memiliki fasilitas boarding school, satu di antaranya adalah SMK Negeri 1 Cibadak. Menurut Drs. Juanda, M.Si., ini termasuk salah satu program pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Boarding school ini adalah bagian dari manajemen sekolah dimana pembiayaannya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pembiayaan tersebut meliputi biaya makan, laundry, bahkan termasuk honor guru ngaji. Kami hanya menyiapkan asramanya, yang saat ini sudah terisi oleh 40 anak dari berbagai jurusan,” terangnya. Targetnya, tahun ini bisa mencapai 100 anak yang tinggal di Boarding School.

Dibangunnya Boarding School di lingkungan sekolah tentu bukan tanpa alasan. Sama halnya seperti visi sekolah yakni membentuk generasi yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun ingin menekankan akhlak yang religius pada generasi muda mendatang. Melalui program Boarding School, anak-anak yang berada di Boarding School akan mendapat tambahan pelajaran maupun aktivitas keagamaan. “Pelajaran agama, yakni Alquran, Al hadist, Akhlak, Tauhid dan Aqidah diberikan setelah pulang sekolah dari pukul 16.00 – 17.30 wib. Setelah selesai Maghrib belajar lagi sampai pukul 21.00 wib. Setelah shubuh pun belajar lagi sampai pukul 05.30 wib. Jadi mereka mendapat tambahan pelajaran agama sebanyak kurang lebih 10 jam,” kata Juanda.

Egi, siswa kelas XI Jurusan Agribisnis Ternak Ruminansia adalah salah satu siswa yang mendapatkan fasilitas Boarding School. Ia mengaku merasa senang tinggal di Boarding School meski harus diganjar dengan berbagai aturan kedisiplinan. “Di boarding ada yang ngawasin. Ada jadwal ngaji, ada juga jadwal belajar. Targetnya harus hafal Alquran, dan nilai sekolah harus bagus,” ceritanya. Namun ia juga merasa sangat terbantu dengan aturan kedisiplinan tersebut, karena menurutnya hal itu justru membantu membentuk karakternya. “Lebih enak boarding, meskipun aturannya ketat. Karena kalau pulang ke rumah capek, soalnya rumah saya jauh,” tambahnya lagi.

Program Boarding School ini memang cukup membantu dan meringankan para siswa yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah. Fasilitas Boarding School ini gratis bagi siswa, termasuk pelayanan satu kali makan, yakni makan siang. Sedangkan untuk yang dua kali makan, sekolah sepakat bersama orangtua untuk menambah biaya tidak lebih dari 15.000 rupiah per hari. Kendati demikian, karena kuota yang masih terbatas, masih diberlakukan seleksi bagi siapa saja yang ingin tinggal di Boarding School. Kriteria seleksi antara lain karena kemauan anak itu sendiri, mendapat izin orangtua, kemampuan di bidang agama, dan letak/jarak rumah ke sekolah.

Sebagian siswa SMK Negeri 1 Cibadak memang berasal dari daerah yang cukup jauh dari sekolah. Ada yang dari Bondowoso, Bali, Cianjur, Bandung, bahkan hingga ada yang dari Papua. Nama sekolah sudah cukup tenar di masyarakat bahwa SMK Negeri 1 Cibadak adalah SMK pertanian yang tergolong unggulan di Indonesia. Tak pelak banyak yang ingin mendaftar di SMK Negeri 1 Cibadak. Menurut Juanda, tiap kali musim PPDB, para pendaftar cukup membludak. Tahun ajaran 2015/2016, para pendaftar mencapai jumlah 800-an anak. Padalah yang diterima hanya 586 siswa.


Saat ini, jumlah total siswa mencapai 1.451 anak, yang tersebar dalam lima program keahlian yang masing-masing memiliki beberapa paket keahlian. Program keahlian tersebut antara lain Program Keahlian Agribisnis Hasil Pertanian dan Perikanan dengan Paket Keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan (TPHPP) dan Paket Keahlian Pengawasan Mutu, Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman dengan Peket Keahlian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Program Keahlian Agribisnis Produksi Ternak dengan Paket Keahlian Produksi Ternak Unggas dan Paket Keahlian Produksi Ternak Ruminansia, Program Keahlian Teknologi dan Budidaya Perikanan dan Kelautan dengan Paket Keahlian Budidaya Ikan, serta Program Keahlian Teknologi dan Informatika dengan Paket Keahlian Multimedia. Keseluruh program keahlian tersebut menggunakan Kurikulum 2013 untuk kelas X dan kelas XI, dan masih menggunakan Kurikulum KTSP untuk kelas XII.

Menurut Juanda, di antara sekian paket keahlian atau jurusan tersebut, yang paling banyak diminati para pendaftar adalah jurusan Agribisnis Hasil Pertanian dan Perikanan dan jurusan Pengawasan Mutu Hasil Pertanian. Meski demikian, sebenarnya ketujuh jurusan yang ada di SMK Negeri 1 Cibadak memiliki keunggulan dan prestasi masing-masing, pun memiliki potensi dan pasar yang luas di dunia kerja.

DARI SMTP MENJADI SMK
Sekolah yang terletak di Jalan Al-Muwahhidin, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat ini berdiri pada tahun 1965. dengan nomenklatur Sekolah Teknologi Menengah Pertanian atau STM Pertanian. SMK Negeri 1 Cibadak merupakan sekolah pertanian negeri pertama di Kabupaten Sukabumi di bawah naungan Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Saat pertama berdiri, sekolah berlokasi di Bojong Masjid Desa Cibadak. Saat itu dengan jumlah siswa yang relatif sedikit, tempat belajar masih menumpang di sebuah Madrasah di Bojong Masjid Cibadak selama kurang lebih 3 tahun. Selanjutnya pada tahun 1971 tempat belajar pindah ke gedung pertunjukan budaya Tionghoa di Jalan Perintis Kemerdekaan Cibadak di samping SD Negeri 5 dan SD Negeri 6 Cibadak. Sekolah berlokasi di sana hingga tahun 1974/1975.

Pada tahun pelajaran 1975/1976, STM Pertanian Negeri Cibadak mendapat bantuan gedung baru dari Pemerintah Daerah sebanyak 6 ruang dengan sebidang tanah HGB seluas 8118 m2 di Desa Karangtengah Kecamatan Cibadak. Saat itu, jumlah siswa kurang lebih antara 60-90 orang siswa dengan satu jurusan yaitu jurusan Processing. Tahun 1977/1978, animo masyarakat terhadap STM Pertanian mulai meningkat sejalan dengan penyerapan lulusan baik dari lembaga pemerintah maupun dari lembaga swasta, sehingga jumlah siswanya bertambah menjadi 180 orang yang datang dari berbagai pelosok Kabupaten Sukabumi bahkan dari luar Kabupaten Sukabumi.

Pada tahun1984, STM Pertanian berubah nama atau nomenklatur menjadi SMT Pertanian Cibadak. Sesuai perkembangan teknologi dan era globalisasi, pada tahun 1993 terjadi perubahan nama sekolah dari SMT Pertanian menjadi SMK Negeri 1 Cibadak berdasarkan SK Mendikbud No. 088/1993 dan memiliki 4 (empat) jurusan, yakni Teknologi Hasil Pertanian, Budidaya Tanaman, Budidaya Ternak, dan Budidaya Ikan Air Tawar, yang kemudian semakin lama semakin berkembang hingga memiliki 7 jurusan seperti saat ini, dan kesemuanya telah terakreditasi A. Tahun 2015, SMK Negeri 1 Cibadak pun telah ditetapkan sebagai SMK Rujukan.

Juanda, yang menjadi kepala di SMK Negeri 1 Cibadak sejak tahun 2014 ini mengatakan bahwa membawa sekolah ke arah kemajuan dan peningkatan yang signifikan bukanlah sebuah pekerjaan kecil. Meski demikian, ia senantiasa optimis bahwa SMK Negeri 1 Cibadak akan terus mempertahankan prestasi, kualitas, dan kepercayaan masyarakat menjadi yang terbaik. Oleh karena itu, diperlukan kiat dan strategi demi mencapai tujuan tersebut. “Yang penting adalah mengelola dana dengan baik dan bijaksana, baik itu yang berasal dari Pemerintah maupun dari partisipasi masyarakat,” katanya. Fisik dan fasilitas sekolah perlu mendapatkan sentuhan perubahan menjadi lebih bagus dan lebih lengkap. Demikian pula dengan partisipasi sekolah di tiap ajang prestasi, dimana hal itu terbukti dengan keberhasilan SMK Negeri 1 Cibadak menjuarai berbagai kompetisi mulai dari tingkat kota hingga tingkat nasional. Kerjasama dengan industri pun perlu ditingkatkan, dan yang terpenting adalah penyiapan sumber daya manusia yang kompeten dan berintegritas tinggi, yakni para guru maupun tenaga kependidikan di SMK Negeri 1 Cibadak.

TINGKATKAN KOMPETENSI GURU
Hingga saat ini, jumlah total guru yang mengajar di SMK Negeri 1 Cibadak sebanyak 102 orang, dengan jumlah guru PNS sebanyak 53 orang, dan sisanya adalah guru honorer. Ketersediaan guru PNS di SMK Negeri 1 Cibadak memang sangat sedikit, karena terkait oleh kebijakan dari pusat. Untuk memenuhi kebutuhan guru, maka sekolah pun menyiasatinya dengan pengadaan guru honorer, dimana sistem perekrutan langsung dilakukan oleh pihak sekolah. “Kami memiliki banyak arsip lamaran. Setelah kami cari mana yang cocok berdasarkan data di lamaran kerja, baru kami panggil untuk mengikuti rangkaian tes, mulai dari pre-test, tes tulis, psikotes, hingga wawancara. Guru yang lulus seleksi akan mendapatkan masa training selama kurang lebih tiga bulan untuk melihat apakah kinerjanya benar-benar bagus sehingga layak dipertahankan, atau tidak,” kata Juanda.

Jumlah guru produktif di SMK Negeri 1 Cibadak sebanyak 27 orang, yang menurut Juanda sudah mencukupi. Rata-rata kualifikasi para guru pun sudah cukup baik, yakni S-1 sesuai dengan latar belakang pendidikannya, bahkan 23 guru sudah meraih gelar S-2-nya.

Untuk menjaga kompetensi dan senantiasa memacu guru meningkatkan kualitasnya, para guru di SMK Negeri 1 Cibadak pun dipatok target sekolah yang harus mereka penuhi. “Target yang harus dicapai adalah paling tidak ketercapaian kurikulum dalam setiap pembelajaran, baik dalam setiap kompetensi dasar maupun mata pelajaran di akhir semester. Ada penilaian kinerja guru, monitoring dan evaluasi kinerja guru, maupun supervisi guru untuk mengetahui kekurangan kelemahan guru, sehingga kita dapat segera memberikan solusi perbaikan. Kedua, guru diharapkan berprestasi di bidang lain, dan ini akan menjadi nilai plus baginya,” terang kepala sekolah yang pernah meraih juara kepala SMK Berprestasi Tingkat Provinsi ini.  

Atik Yusmiarti, S.Pt.,M.Pt., salah seorang guru Jurusan Budidaya Ikan di SMK Negeri 1 Cibadak mengatakan bahwa sekolah pun selalu mendorong para guru untuk meningkatkan kompetensi secara mandiri, berkreasi maupun berinovasi. “Kami diberikan kebebasan utk berkreasi dan ini pun selalu didukung oleh pihak sekolah, baik dari sisi teknis ataupun biaya. Itulah yang membuat kami sebagai guru merasa nyaman bekerja dan menjalankan profesi sebagai guru di sini,” katanya.

Sebagai guru produktif, banyak cara yang dilakukan Atik untuk meningkatkan kompetensinya sebagai guru, mulai dari belajar mandiri melalui berbagai media, mengikuti pelatihan dan komunitas, maupun magang ke dunia industri. “Perikanan itu ilmunya berkembang. Oleh karena itu, kami harus pula banyak belajar dari du/di, karena biasanya mereka  memiliki cara-cara baru, misalnya dalam pengolahan,” ujar guru yang telah mengajar di SMK Negeri 1 Cibadak sejak tahun 1995 ini.

Sementara itu, Ani Rani, S.Pt., guru Jurusan Agribisnis Ternak Ruminansia mengatakan bahwa guru harus memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi metode pembelajaran. Di kelas mata pelajaran produktif, menurutnya siswa lebih antusias ketika melakukan praktek daripada belajar teori. Namun demikian, praktek tak bisa dilakukan sepanjang waktu karena keterbatasan jadwal atau fasilitas, misalnya. “Praktek tidak harus selalu bersentuhan dengan ternak, tapi bisa juga dilakukan di kelas. Misalnya pada mata pelajaran Kelayakan Usaha. Kalaupun tidak ada objek sebagai bahan praktek, kami bisa mencari alternatif metode pembelajaran lain, misalnya melalui tayangan atau diskusi. Oleh karena itu, guru dituntut untuk harus bisa membuat inovasi dan alternatif pembelajaran,” kata guru yang mengajar di SMK Negeri 1 Cibadak sejak tahun 2011 ini.

Baik Atik, Ani, maupun guru-guru lainnya pernah mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan ataupun workshop yang difasilitasi sekolah. Pelatihan-pelatihan tersebut biasanya diadakan oleh P4TK, VEDCA, dan lain sebagainya.

Juanda memang sangat memperhatikan para guru di SMK Negeri 1 Cibadak. Tak hanya mendorong mereka untuk meningkatkan kompetensi, namun guru juga berhak mendapat reward dan pendapatan yang mencukupi, meskipun sebagai guru honorer sekalipun. “Tak hanya honor mengajar, bahkan transport dan makan siang pun kita perhatikan. Kita dorong guru untuk memiliki banyak jam mengajar supaya dapat mengangkat penghasilannya. Misalnya, guru yang mengajar 36 jam dan juga diberi tambahan tugas sebagai staff kesiswaan maupun wali kelas, dia bisa mendapatkan penghasilan lebih dari 3 juta rupiah per bulan,” kata Juanda.

GURU MAGANG
Selain itu, sekolah juga memberikan kesempatan bagi guru untuk melakukan magang ke dunia usaha/industri dengan difasilitas sekolah. Tujuannya, supaya ilmu dan pengalaman yang dimiliki guru semakin berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan du/di, sekaligus membina hubungan baik dengan du/di. Program Magang ini merupakan program tahunan sekolah, sehingga semua guru mendapat kesempatan meski secara bergantian. Tak hanya magang di dunia industri yang ada di sekitar saja, bahkan ada juga yang mendapatkan kesempatan magang hingga ke luar negeri, misalnya Australia.

Sekolah juga mendukung peningkatan kualifikasi para guru dengan memberikan subsidi. “Dana baik untuk subsidi peningkatan kualifikasi guru atau honor untuk guru honorer berasal dari komite sekolah,” terang Juanda. Tak hanya guru yang mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualifikasinya, bahkan tenaga kependidikan pun cukup diperhatikan. “Ada juga teknisi yang asalnya lulusan SMK kemudian sekarang kuliah D-3, dan itu kita subsidi,” kata Juanda lagi.

KERJASAMA DENGAN DU/DI
Selain meningkatkan dan menjaga kualitas guru untuk selalu tetap unggul, strategi lain yang digunakan SMK Negeri 1 Cibadak untuk meningkatkan pamor sekolah adalah terus menjaga dan mengembangkan kerjasama dengan pihak dunia usaha/industri (du/di). Menurut juanda, telah ada sekitar 115 dunia usaha/industri yang telah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Cibadak, baik itu dengan menggunakan MoU ataupun tidak. Tak hanya dunia usaha/industri yang ada di wilayah Sukabumi dan sekitarnya saja, melainkan juga di berbagai wilayah Indonesia hingga dari luar negeri. Bentuk kerjasama tersebut bermacam-macam, mulai dari kerjasama untuk tempat praktek kerja industri (prakerin), kerjasama rekruitmen tenaga kerja, menjadi asesor dalam uji kompetensi siswa, pelaksanaan guru magang, pengadaan guru tamu, dan lain sebagainya.

Misalnya untuk kerjasama rekruitmen, sekolah berupaya semaksimal mungkin untuk tak mengecewakan pihak du/di. Oleh karena itu, sekolah selalu menjaga kualitas para lulusannya yang terserap oleh du/di. “Kunci sukses menjaring dunia industri adalah memberikan lulusan yang baik di perusahaan tersebut. Contoh, saat perusahaan Superoti, Carrefour, dan beberapa perusahaan olah makanan lainnya ingin merekrut anak-anak kita, maka kita siapkan tenaga kerja yang memang benar-benar baik, dan kita antarkan ke tempat industrinya,” kata Juanda. Dengan memberikan servis yang terbaik bagi du/di, jalinan kerjasama dan kepercayaan dari du/di ke sekolah pun semakin kuat. Jika kepercayaan du/di terhadap sekolah kuat, maka jalinan dan bentuk kerjasama pun mudah dikembangkan.

Misalnya dengan PT. Medion, perusahaan yang bergerak dalam penyediaan sarana prasarana ternak terutama unggas, telah menjalin kerjasama yang cukup baik dengan SMK Negeri 1 Cibadak. Tak hanya kerjasama sebagai tempat prakerin, namun juga kerjasama dalam bentuk sebagai guru tamu, diklat dan magang guru, rekruitmen lulusan, hingga menjadi asesor dalam uji kompetensi, yang telah dilakukan secara rutin selama kurang lebih 5 tahun.


Lilik Junianto, S.PT., District Assistant Manager PT. Medion untuk wilayah Sukabumi – Cianjur mengatakan bahwa pihaknya merasa puas dan antusias dengan jalinan kerjasama yang telah dibina selama ini. “SMK terbukti mampu mencetak tenaga kerja yang profesional dan bisa bersaing dengan negara-negara lain. Kita punya potensi yang bagus, dan dunia peternakan adalah sektor yang potensial. Perusahaan umumnya lebih senang menerima tenaga kerja yang siap kerja, siap latih, dan siap didik, dan SMK mampu menyediakan sumber daya ini,” ujarnya.

Secara kinerja, pihaknya mengaku puas dengan hasil kerja anak-anak SMK, terutama dari SMK Negeri 1 Cibadak. PT Medion telah banyak pula merekrut lulusan SMK Negeri 1 Cibadak, hanya saja, menurut Lilik, meskipun lulusan SMK Negeri 1 Cibadak lebih unggul daripada sekolah lainnya, namun mereka tetap harus mengikuti jalur proses perekrutan sesuai yang ditetapkan perusahaan.

Hanya saja, ia mengatakan bahwa salah satu kendala atau keluhan yang dihadapi mengenai lulusan SMK yang siap kerja adalah, masih banyak dari mereka yang tidak siap untuk bekerja di wilayah yang terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. “Padahal untuk bekerja di Medion, mereka harus memiliki karakter yang mandiri, terampil, dan bersedia ditempatkan di mana saja. Ini persoalan yang tak hanya dihadapi lulusan dari SMK Negeri 1 Cibadak saja, tapi juga rata-rata semua anak SMK memiliki persoalan yang sama. Oleh karena itu, anak-anak SMK seharusnya tak hanya mempersiapkan diri dengan skill dan keterampilan saja, tapi mental juga harus disiapkan,” ungkap pria lulusan Universitas Diponegoro Semarang ini.

Para lulusan SMK Negeri 1 Cibadak termasuk laris dalam pasar tenaga kerja. Tak hanya berkat jalinan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan du/di, namun karena umumnya pihak du/di pun merasa puas dengan kinerja dan karakter anak-anak SMK Negeri 1 Cibadak. Terlebih anak-anak SMK Negeri 1 Cibadak memiliki sertifikat SNI, yang semakin memperkuat kepercayaan du/di. Bahkan acapkali seusai kegiatan prakerin, banyak anak yang mendapat tawaran kerja dari du/di sebelum pengumuman kelulusan sekolah. Menurut keterangan dari BKK, 85 % lulusan telah tersalurkan ke dunia industri sesuai dengan bidang keahliannya, dan sudah ada sebanyak 25 lembaga dan perusahaan yang telah menerima alumni SMK Negeri 1 Cibadak, baik itu di dalam maupun di luar negeri, misalnya perusahaan JIEC yang ada di Jepang.

Meski sebagian besar lulusan SMK Negeri 1 Cibadak memilih untuk bekerja di dunia industri, namun ada pula beberapa siswa yang memilih untuk berwirausaha, atau bekerja di industri terlebih dahulu untuk kemudian suatu saat nanti terjun ke dunia wirausaha. SMK pun memiliki potensi untuk mengembangkan skill dan kemampuan siswa berwirausaha, tak sekadar menjadi pekerja.

Ari Kuncahyo, A.Md., salah satu pelaku usaha, yakni peternak sapi perah yang telah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Cibadak mengatakan bahwa setiap jurusan yang ada di SMK selalu memiliki peluang untuk mencetak para wirausahawan, dan ini merupakan potensi dan kesempatan yang cukup bagus karena banyak hal positif dan keuntungan yang didapat dengan menjadi wirausahawan. “Dalam berwirausaha, tantangannya adalah keberanian memulai dan keuletan,” kata pria yang pernah kuliah di Program D-III Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor ini. 

Ari menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Cibadak terutama dalam hal tempat prakerin. Namun ia mengatakan, sebelum anak memulai kegiatan prakerinnya, ia selalu menanyakan apakah si anak tersebut serius ingin mendalami peternakan atau tidak. “Kalau dia nantinya tidak mau terjun di bidang peternakan, maka saya tolak untuk magang di tempat saya,” katanya. Selama anak-anak melaksanakan prakerin, Ari menyediakan tempat menginap bagi anak-anak karena kegiatan harus dimulai pada pagi hari sekitar pukul 04.00 wib untuk merawat sapi-sapi perah.

Ari sendiri adalah contoh tauladan lulusan SMK yang telah sukses dengan bidang yang digelutinya. Ia pun berhasil membina sebuah kelompok tani di Sukabumi dan bersama-sama mengelola 130 sapi perah. Susu tersebut sebagian besar digunakan untuk memasok sebuah pabrik keju di Sukabumi, PT. Bukit Baros. Namun demikian, Ari mengatakan bahwa jika anak memiliki ketertarikan untuk berwirausaha seperti dirinya, akan lebih baik jika anak tersebut sebelumnya menjajaki kemampuan diri dan menambang pengalaman terlebih dahulu dengan bekerja di dunia industri, seperti yang ia lakukan.

Pelaksanaan prakerin di SMK Negeri 1 Cibadak dilaksanakan saat siswa menginjak kelas XII, tepatnya pada semester 5. Masa prakerin dilaksanakan selama 3 bulan, dan secara berkala dipantau oleh guru. Tempat pelaksanaan prakerin biasanya ditentukan oleh tim guru. Tak hanya di wilayah Sukabumi dan sekitarnya saja, namun juga hingga ke kota-kota lainnya.

Nurbaiti, siswa kelas XII Jurusan Pengawasan Mutu Hasil Pertanian yang telah melaksanakan prakerin di Balai Besar Industri Agro, Bogor mengungkapkan bahwa ia memperoleh banyak sekali tambahan pengetahuan sekaligus pengalaman selama prakerin. Ia juga mengatakan bahwa pihak industri selalu memperlakukan siswa-siswa prakerin dengan baik dan selalu diberikan tugas yang sesuai dengan kompetensi yang dipelajari di sekolah. Kalaupun ada hal baru, menurut Nurbaiti, mereka tak segan untuk membimbing siswa-siswi prakerin. “Kami ditempatkan di bagian industrinya dan juga di bagian balai penelitian. Kami diminta melakukan pengujian, dibimbing dan diarahkan oleh orang dari mereka,” kisah Nurbaiti, menceritakan pengalamannya selama prakerin.

Untuk perekrutan, sekolah pun memaksimalkan kinerja BKK dalam menjaring para pihak du/di. BKK akan mendata du/di sekaligus siswa yang membutuhkan pekerjaan. Tak hanya siswa di SMK Negeri 1 Cibadak, bahkan BKK pun tak segan untuk membantu menyalurkan tenaga kerja dari SMK lainnya, baik negeri ataupun swasta, untuk didistribusikan ke pihak du/di. Karena kinerja BKK yang optimal, tak heran jika BKK di SMK Negeri 1 Cibadak menjadi yang terbaik di tingkat Provinsi Jawa Barat.

UNIT PRODUKSI
Strategi lainnya yang digunakan SMK Negeri 1 Cibadak adalah mengoptimalkan unit produksi dari masing-masing jurusan atau kompetensi keahlian. Unit produksi ini juga bermanfaat untuk mengembangkan pembelajaran siswa di sisi kewirausahaan. “Di sini, setiap jurusan memiliki bisnis masing-masing. Yang andalan antara lain produk makanan dan pembibitan ikan lele dumbo dan ikan mas. Contohnya kami membuat roti yang sangat terkenal se-Sukabumi dengan merk TEFA,” kata Juanda. Untuk mengoptimalkan sisi penjualan, sekolah pun memiliki marketing center berupa bistro atau kafe yang terletak tak jauh dari sekolah, yang baru diresmikan pada Januari 2016 lalu, dan ini adalah manifestasi dari program teaching factory. Namun demikian, menurut Juanda, anak-anak pun tak segan untuk memasarkan sendiri produk-produknya ke masyarakat, supaya mereka pun mendapat penghasilan tambahan sekaligus pengalaman.

Selain itu, ada pula unit produksi penggemukan ternak, baik itu sapi, domba, hingga ayam pedaging. Sekolah juga mengembangkan budidaya cabe yang menurut Juanda memiliki potensi pasar yang bagus, pengadaan bibit buah-buahan, Angrek Kayu, dan tanaman hidroponik, produksi telur asin dan telur puyuh, jasa Pengawasan Mutu, jasa instalasi komputer, dan jasa menggambar 3 dimensi. Hanya saja, ada beberapa kendala yang dihadapi sekolah terkait dengan pengembangan unit produksi, utamanya pada modal.

Cecen Jamaludin, S.Pt., guru jurusan Agribisnis Produksi Ternak Unggas mengatakan bahwa salah satu kendala yang dihadapi oleh sekolah baik itu dari sisi pembelajaran maupun unit produksi adalah penyediaan pakan ternak yang acapkali membuat sekolah kewalahan karena besarnya biaya yang dibutuhkan. Demikian pula permasalahan dalam hal pemasaran pun adakalanya masih dihadapi sekolah. “Kadangkala kami juga menghadapi dilema, terutama untuk ayam. Ada peluang untuk bekerja sama dengan perusahaan, tapi kita tidak bisa semaksimal mungkin mengkreasi pembelajaran karena terikat dengan perjanjian dan standard kerja perusahaan, sehingga anak-anak tidak bisa praktek dengan leluasa. Namun jika kita jual sendiri, karena kita masih skala kecil, kita sering kalah bersaing dengan harga yang ada di pasaran,” jelas Cecen. 

Namun demikian, sekolah berupaya supaya unit produksi terus berjalan dengan baik apapun kendalanya. Tak hanya persoalan untung rugi, namun menurut Juanda, keberadaan unit produksi dan keaktifan anak-anak dalam mengelolanya pun memiliki dampak yang cukup positif bagi anak-anak. “Di sini mereka tak hanya belajar berwirausaha, namun juga menempa karakter maupun mental. Mereka jadi memiliki moral yang baik, dapat bersikap baik, dan juga bertanggung jawab,” kata Juanda.

JAGA KEBERSIHAN DENGAN DENDA
Selain mengembangkan potensi akademis maupun keterampilan siswa, SMK Negeri 1 Cibadak juga senantiasa berupaya untuk mengembangkan dan menguatkan karakter siswa. Pengembangan karakter ini dibangun melalui budaya sekolah. Di SMK Neger i1 Cibadak, pembelajaran efektif hanya berlangsung selama 5 hari, yakni dari hari Senin hingga Jumat. “Di sukabumi baru SMK Negeri 1 Cibadak saja yang melaksanakan pembelajaran 5 hari ini,” kata Juanda. Menurutnya, pembelajaran 5 hari ini dirasa lebih efektif dan efisien, dengan jumlah kegiatan belajar mengajar sebanyak 50 jam per minggu. Itu pun sekolah dimulai pada pukul 06.30 wib.

Dalam hal kedisiplinan terhadap kebersihan, SMK Negeri 1 Cibadak pun menerapkan aturan-aturan yang harus dipatuhi siswa. Misalnya, dilarang membuang sampah plastik sembarangan di area sekolah. Kebersihan pun menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah. “Siapapun siswa yang ketahuan membuang sampah plastik, akan dikenakan denda 20 ribu. Barang siapa yang ketahuan mencoret-coret tembok, maka akan didenda 100 ribu. Awalnya siswa takut dengan sanksi ini, tapi lambat laun mereka mengerti bahwa aturan-aturan ini pun untuk kepentingan dan kenyamanan bersama, supaya sekolah tetap rapi, indah, dan bersih.  Beberapa budaya sekolah lainnya antara lain shalat dhuhur berjamaah, shalat Jum’at berjamaah, kegiatan Pesantren Kilat, Mabit, Istigosah, infaq setiap hari Jumat, dan berbusana muslim setiap hari Jumat.

SARAT PRESTASI
Salah satu indikator sekolah yang baik dan berkualitas adalah jumlah prestasi yang diraih oleh sekolah tersebut. Hal ini pun terbukti pada SMK Negeri 1 Cibadak, karena sekolah yang memiliki 47 rombongan belajar ini kerap menuai prestasi tak hanya di tingkat kota atau provinsi saja, namun bahkan hingga di tingkat nasional. Sejak tahun 2011, SMK Negeri 1 Cibadak telah kerap meraih prestasi nasional dalam ajang kompetisi LKS. Prestasi terakhir yang diraih antara lain menjadi Juara I LKS Tingkat Nasional tahun 2016 yang diadakan di Malang, Jawa Timur untuk bidang Fishery, dan Juara Harapan II untuk bidang Post Harvest Technology.

Indra Firmansyah, siswa kelas XI jurusan Teknologi dan Budidaya Perikanan dan Kelautan yang menjadi juara I LKS Nasional 2016 mengatakan bahwa ia merasa amat bangga mampu mewakili sekolah ke ajang nasional, terlebih ia berhasil menyabet gelar juara I. “Saya senang sekali bisa menang di ajang bergengsi ini. Saya sangat berterima kasih kepada kepala sekolah dan para guru yang telah mendukung dalam kegiatan bimbingan LKS,” katanya. Indra berharap, dengan mencapai hasil terbaik selama ia belajar di SMK Negeri 1 Cibadak, ia berhadap dapat menggapai cita-citanya suatu saat nanti, yakni mengembangkan daerah asalnya di Bondowoso, Jawa Timur, dan menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar.

Berkaitan dengan lingkungan, SMK Negeri 1 Cibadak juga telah dinobatkan menjadi SMK Berwawasan Lingkungan atau Sekolah Adiwiyata. BKK (Bursa Kerja Khusus) SMK Negeri 1 Cibadak pun meraih gelar terbaik se-Provinsi Jawa Barat. Tak mengherankan jika SMK Negeri 1 Cibadak pun sering kedatangan tamu dari sekolah lain untuk studi banding. 

Kerja keras selalu berbuah manis. Demikian halnya buah kerja keras yang telah dicapai SMK Negeri 1 Cibadak. Ke depan, SMK Negeri 1 Cibadak berharap dapat berkontribusi lebih besar lagi dalam mencetak generasi bangsa berkualitas dan siap menghadapi persaingan global dengan kompetensi dan karakter yang teruji. ***



Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SMK Terbaik Indonesia (Kemendikbud)

1 comment: