SMK Terpadu Al Ishlahiyah : Unggul dalam Sinematografi


Saat menyusuri Jalan Kramat di Pagentan, Singosari, Malang, Jawa Timur, suasana religius akan terasa kental. Berbagai macam pondok pesantren maupun sekolah-sekolah islami memenuhi tiap ruas dalam ini. Namun di antara sekian banyak pondok pesantren yang berjajar, hanya Pondok Pesantren Al Ishlahiyah yang memiliki sekolah kejuruan, yakni SMK Terpadu Al Ishlahiyah. Sebagai satu-satunya SMK di kawasan pondok ini, tentu SMK Terpadu Al Ishlahiyah menjadi pilihan utama  bagi masyarakat yang memiliki tujuan untuk mendapatkan pendidikan dengan hasil siap kerja, selain mendapatkan pendidikan ilmu agama.

Sejarah Pondok Pesantren Al Ishlahiyah
Diresmikan pada tahun 2005, SMK Terpadu Al Ishlahiyah atau yang lebih populer dengan sebutan Smektis ini didirikan oleh Yayasan Pondok Pesantren Al Ishlahiyah yang berada di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah sendiri didirikan sejak tahun 1955 oleh Almarhum KH. Mahfudz Kholil bersama sang istri, Hj. Hasbiyah Hamid (putri Almarhum KH. Abdul Hamid Hasbullah (adik kandung pendiri NU, KH. Abdul Wahab Hasbullah, Tambakberas Jombang)). KH. Mahfudz adalah adik ipar KH. Masykur, Menteri Agama RI era Presiden Soekarno.

Seiring dengan didirikannya PGANU (Pendidikan Guru Agama Nahdatul Ulama) di lingkungan Perguruan Nahdatul Ulama Singosari (kini dikenal sebagai Yayasan Pendidikan Almaarif) oleh KH. Masykur, banyak murid PGANU dari luar Singosari yang mengaji ke Ibu Hasbiyah sekaligus tinggal menetap di keluarga H. Mahfudz. Bersamaan dengan gairah pergerakan Nahdatul Ulama saat itu, maka H. Mahfudz mengorganisir para santri yang mengaji di rumah beliau dengan membentuk komisariat IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama) yang diberi nama Al-Ishlah (yang berarti maju/damai). Sejak saat itulah kediaman keluarga H. Mahfudz mulai dikenal dengan sebutan Pesantren Putri Al-Ishlah, dengan santri yang menetap sekitar 50 orang. Belakangan, nama Al-Ishlah diubah menjadi Al-Ishlahiyah.

Dari waktu ke waktu, jumlah santri pun makin bertambah. KH.Mahfudz terus berpikir bagaimana sistem belajar mengajar di Pesantren Putri Al-Ishlahiyah bisa terus maju, sehingga pada tahun 1983 mulailah dirintis model pengajian klasikal dalam bentuk Madrasah Diniyah. Dan pada tahun yang sama, KH. Mahfudz mengupayakan penguatan lembaga pesantren dengan mencatatkannya kepada notaris. Dua tahun kemudian KH.Mahfudz Kholil berpulang ke rahmatullah saat menunaikan ibadah haji tahun 1985, dengan meninggalkan beberapa rencana pengembangan unit-unit kegiatan di lingkungan Pondok Pesatren Al-Ishlahiyah.

Sepeninggal KH.Mahfudz, Ibu Nyai Hasbiyah Hamid bersama putra-putrinya bertekad untuk melanjutkan cita-cita almarhum. Dan kini, Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah telah berkembang dengan berbagai unit kegiatan sebagaimana yang di cita-citakan pendiri. Unit-unit kegiatan yang sekarang diselenggarakan di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah antara lain Pondok Pesantren Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun 1955), Pondok Pesantren Putra Al-Ishlah (sejak tahun 1986), Madrasah Diniyah  Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun 1987), Madrasah Diniyah  Putra Al-Ishlah (sejak tahun 2005), PUAN Amal Hayati (Woman Crisis Centre) Al-Ishlahiyah (sejak tahun 2002), SMK Terpadu Al-Ishlahiyah (sejak tahun 2005), PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Al-Ishlah (sejak tahun 2006), Play Group Al-Ishlah (sejak tahun 2007), dan Sekolah Kesetaraan "Nawa Kartika" (sejak tahun 2007). Saat ini, Yayasan Pondok Pesantren Al Ishlahiyah dipimpin oleh Hj. Anisah Mahfudz, M.AP.KH.

Di samping unit-unit kegiatan tersebut, secara berkala Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Singosari juga menyelenggarakan program pendidikan ketrampilan praktis bagi santri dan masyarakat sekitar, disamping juga menyelenggarakan bakti sosial kepada masyarakat.

SMK Terpadu Al Ishlahiyah
SMK Terpadu Al Ishlahiyah sendiri telah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Bahkan kini sekolah ini pun telah didaulat sebagai sekolah rujukan berbasis pesantren di Kabupaten Malang. Sebagai sekolah rujukan, SMK Terpadu Al Ishlahiyah tentu menyiapkan diri untuk menjadi sekolah berdaya saing tinggi dalam menyiapkan generasi bangsa siap kerja, terutama menghadapi era global. Meski usianya masih relatif muda, sekolah ini secara terus menerus melakukan upaya perbaikan dan pengembangan dalam rangka menciptakan satuan pendidikan yang bermutu.

Sesuai dengan namanya (SMK Terpadu Al-Ishlahiyah), sekolah ini adalah SMK yang terpadu dengan Pesantren Al-Ishlahiyah, di samping terpadu lokasinya (berada di lingkungan pondok pesantren) juga terpadu kurikulumnya (selain mendapatkan materi SMK, siswa juga diberi materi pendidikan pesantren). Perpaduan antara kurikulum nasional dan kurikulum pesantren mewujudkan integrasi antara akal dan iman, sehingga diharapkan lulusan SMK Terpadu Al-Ishlahiyah di samping memiliki kemampuan profesional dalam bidang teknologi informasi dan tata busana, lulusan juga memiliki kemampuan agama yang mumpuni dan berbudi pekerti luhur.


Hingga saat ini, ada 4 paket keahlian yang ditawarkan SMK Terpadu Al Ishlahiyah, antara Jurusan Administrasi Perkantoran, Jurusan Busana Butik, Jurusan Multimedia, dan Jurusan Teknik Komputer Jaringan. Pada tahun ajaran 2015/2016, jumlah total siswa sebanyak 442 anak yang terbagi dalam 15 rombongan belajar. Menurut Drs. Slamet Hariyono, M.Pd.I., kepala SMK Terpadu Al Ishlahiyah, jurusan yang memiliki peminat paling besar adalah Jurusan Administrasi Perkantoran. “Entah kenapa Administrasi Perkantoran ini menjadi favorit, padahal jurusan ini justru masih baru karena masih di tahun ketiga, belum menghasilkan lulusan. Tapi barangkali anak-anak tertarik karena tempat prakerin jurusan Administrasi perkantoran biasanya ada di kantor instansi pemerintahan seperti di pengadilan negeri, kantor pajak, kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan sebagainya,” ujar Slamet. Ia pun menambahkan bahwa siswa perempuan jauh lebih banyak ketimbang siswa laki-laki.

Program SKU
Karena terintegrasi dengan Pondok Pesantren, SMK Terpadu Al Ishlahiyah pun menyediakan fasilitas Pondok Pesantren bagi para siswa-siswinya. Meski demikian, menurut Slamet Hariyono, tak seluruh siswa tinggal di pondok pesantren, melainkan sekitar 10% saja. Selebihnya adalah anak-anak yang tinggal di beberapa wilayah di Kabupaten Malang, utamanya di Kecamatan Singosari.

Untuk menyelaraskan kemampuan di bidang agama anak-anak yang tinggal di pondok pesantren maupun yang tidak tinggal di pesantren, maka sekolah pun menerapkan Program SKU, Standard Kecakapan Ubudiyah. Sekolah menyusun buku panduan SKU untuk para siswa, terutama siswa yang tidak tinggal di Pondok Pesantren. Dalam buku tersebut memuat berbagai ilmu kecakapan agama yang harus dikuasai oleh siswa. Mereka yang menempuh program SKU pun wajib memenuhi standard assesment dengan guru sebagai penguji. Waktu uji tergantung dari kesiapan siswa. “Kapanpun mereka siap ujian, mereka bisa setor ke guru. Dan kelulusan ujian SKU ini juga menjadi salah satu prasyarat siswa dapat mengikuti Ujian Akhir Sekolah,” jelas Slamet.

Selain melalui Program SKU, sekolah juga membuat program mondok bagi seluruh siswa. “Diharapkan seluruh siswa pernah memiliki pengalaman mondok di pondok pesantren. Biasanya menjelang ujian, akan ada program mondok selama satu bulan, terutama untuk kelas XII. Ini untuk menggembleng ibadah dan penguatan karakter mereka,” kata Slamet. Hanya saja menurutnya, sejauh ini adalah kendala kapasitas pondok yang masih belum ideal untuk seluruh siswa karena masih memiliki daya tampung terbatas.

Sebagai sekolah berbasis pesantren, sekolah yang mulai pada pukul 07.00 wib dan berakhir pada pukul 13.45 wib ini sangat mengedepankan pendidikan karakter dan religius pada para siswanya. Oleh karena itu, budaya sekolah pun kental dengan aspek-aspek religius demi menanamkan pembiasaan kepada warga sekolah. Misalnya, setiap pagi sebelum memulai pembelajaran, sekolah selalu mengadakan shalat dhuha dan shalat istighosah berjamaah di sekolah, untuk siswa putri di aula sekolah, dan siswa putera di masjid sekolah. “Yang pertama kami bangun adalah karakter ibadahnya dulu. Kalau ibadahnya tertib, kami yakin semuanya bisa tertib. Membangun karakter itu harus dimulai dari kebiasaan,” tutur Slamet.

Penerapan kedisiplinan di SMK Terpadu Al Ishlahiyah pun cukup ketat, karena sekolah tak segan pula untuk mengeluarkan sanksi-sanksi kedisiplinan, meski harus melalui beberapa tahapan. “Dalam memberikan sanksi, biasanya kami mulai dari pemanggilan anak terlebih dahulu. Tahap selanjutkan adalah melalui proses bimbingan konseling. Jika masih juga belum berubah, maka upaya kami selanjutnya adalah pemanggilan orangtua. Biasanya, orangtua anak di sini merasa cukup malu jika mereka sampai dipanggil oleh sekolah. Oleh karena itu, mereka pun selalu mengantisipasi anak untuk jangan sampai sekolah memanggil orangtua, artinya jangan sampai si anak berulah yang membuat malu orangtua,” kata Slamet.

Untuk sanksi ringan yang diberikan pada anak, biasanya sekolah hanya memberikan sanksi yang mendidik, misalnya hafalan quran, membersihkan ruang kelas, dan sebagainya. Itu pun biasanya jenis hukuman ditawarkan pada anak, sehingga anak-anak sendiri lah yang menentukan hukuman apa yang pantas bagi mereka. Sejauh ini, menurut Slamet, anak-anak telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi dan sangat paham dengan arti konsekuensi.

Menurut Slamet, setiap siswa memiliki buku perilaku catatan pribadi yang diisi berdasarkan pengamatan guru. “Yang mengisi dan mengarahkan anak untuk melakukan bimbingan konseling adalah guru guru divisi ketertiban. Buku perilaku ini ditulis tiap penerimaan raport dan dilaporkan pada orangtua,” urai Slamet.  

Fasilitas Lengkap
Untuk menunjang pembelajaran, SMK Terpadu Al Ishlahiyah senantiasa berupaya untuk melengkapi fasilitas sarana dan prasarana sekolah. Terlebih karena semakin tahun, jumlah siswa kian bertambah. Saat ini, SMK Terpadu Al Ishlahiyah telah berhasil menyediakan fasilitas dua gedung untuk sarana pembelajaran. Masing-masing jurusan pun telah memiliki laboratorium, antara lain tiga laboratorium komputer untuk jurusan Multimedia, Teknik Komputer Jaringan, dan Administrasi Perkantoran, serta laboratorium Tata Busana yang juga dilengkapi dengan mesin jahit berkecepatan tinggi atau high speed. Dengan adanya laboratorium, siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan skill dan kompetensinya untuk meningkatkan nilai jual mereka. Misalnya, siswa dibekali cara mengoperasikan mesin bordir, mesin obras, hingga mesin press. Untuk mengembangkan keterampilan siswa di bidang handicraft, siswa juga dibekali berbagai macam keahlian yang mendukung untuk menjadi seorang entrepreneur yang mandiri dan berdaya saing, misalnya menghasilkan karya dari limbah yang didaur ulang.

Fasilitas lain sekolah antara lain adanya akses free wifi untuk mempermudah siswa dalam mengakses informasi maupun materi-materi yang menunjang proses pembelajaran. Meski demikian, menurut Slamet, siswa hanya boleh membawa laptop untuk menunjang pembelajaran di sekolah, namun tidak diperkenankan membawa handphone ke ruang pembelajaran. Oleh karena itu, handphone harus selalu dititipkan pada petugas sekolah.


Sekolah juga menyediakan perpustakaan untuk meningkatkan siswa dalam belajar dan menumbuhkan minat baca siswa. Untuk menunjang kesehatan, sekolah menyediakan fasilitas kesehatan berupa alat terapi yang dapat dicoba oleh siswa. Sekolah juga membangun green house serta serta nuansa taman lingkungan hidup yang asri dan sejuk guna mendukung suasana belajar siswa. Sedangkan untuk menunjang kegiatan olahraga siswa, sekolah telah menyediakan lapangan basket, lapangan voli, dan lapangan bulutangkis.

Untuk mengembangkan bakat siswa di bidang akademik dan nonakademik, sekolah menyediakan wadah dalam kegiatan ekstra kurikuler. Terdapat beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang wajib dipilih siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya dilakukan pada hari Sabtu setelah shalat Dhuhur. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain Sepakbola, Basket, B-Movie, Kaligrafi, Cooking Club, English Club, Web Design, Jurnalistik, Pencak Silat Perisai Diri, Seni Al Banjari, dan Qirotul Quran.

Unggul dalam Sinematografi
Kegiatan sinematografi di SMK Terpadu Al Ishlahiyah termasuk cukup unggul dan telah menelurkan banyak prestasi yang membanggakan sekolah. Beberapa kali sekolah meraih juara dalam festival film indie movies, bahkan hingga tingkat nasional. Beberapa prestasi tersebut antara lain meraih Juara II dalam Lomba Film Pendek Tingkat Nasional pada KEMNAS 2009, Juara I Kompetisi Film Indie Malang yang diselenggarakan NDTV pada tahun 2009, meraih gelar Film Terbaik  dan Ide Cerita Terbaik pada Festival Film Dokumenter Se-Malang Raya di Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2009, Juara I Festival Film Pendek antar Pelajar Se-Malang Raya tahun 2009 yang diadakan oleh  Universitas Brawijaya Malang, pernah ditunjuk untuk membuat film mewakili Dinas Kabudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang pada Festival Film Tingkat Nasional yang diadakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta pada tahun 2010, dan meraih nominasi dalam 5 Film Dokumenter Terbaik pada Festival Film Pelajar Indonesia pada tahun 2010.

Sahabul Ashari, siswa kelas XII Jurusan Multimedia mengaku merasa senang dan beruntung bisa bersekolah di SMK Terpadu Al Ishlahiyah karena berkat belajar di sekolah ini ia menemukan minat dan bakatnya di bidang multimedia dan sinematografi, serta memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak. “Di sini kami punya kesempatan untuk belajar membuat film-film pendek. Saya bersama teman-teman sekelas pernah membuat film pendek, dimana semua anak ikut berpartisipasi. Settingnya ada di luar sekolah, dan film kami sempat ditampilkan di acara pameran yang diadakan setahun sekali. Senang sekaligus bangga lihat karya sendiri,” kisahnya.

Berbagai keberhasilan sekolah atau tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah pun tak pelak mempengaruhi tingkat kerja sama dengan pihak-pihak dari dunia usaha/industri (du/di). Bagaimanapun, sebagai sekolah menengah kejuruan yang mempersiapkan tenaga kerja siap pakai, menjalin hubungan dengan pihak du/di adalah hal yang sangat penting. Kendati demikian, tak mudah untuk menjaring du/di. Namun strategi menaikkan pamor sekolah demi mendapat kepercayaan dari du/di adalah sebuah langkah jitu. Seperti halnya yang dilakukan  SMK Terpadu Al Ishlahiyah, lambat laun kepercayaan du/di pun semakin meningkat, dan ini tentu membawa manfaat dan keuntungan tersendiri bagi sekolah. Menurut Slamet, sekolah kini telah menjalin kerja sama dengan banyak pihak du/di, tak hanya sebatas di/di yang berada di wilayah Malang saja, melainkan hingga Pasuruan, Surabaya, dan lain sebagainya.

Zainur Rohman, S.Pd., S.E., salah satu pihak dari du/di yang telah bekerja sama dengan SMK Terpadu Al Ishlahiyah mengatakan bahwa ia justru merasa sangat terbantu dengan keberadaan siswa prakerin dari SMK Terpadu Al Ishlahiyah. “Saya cocok dengan mereka karena etikanya bagus, kedisiplinannya pun lebih baik,” komentarnya. Selama prakerin, pria yang memiliki usaha production house ini mengatakan bahwa ia selalu bersikap transparan pada anak-anak dengan mengajari semua ilmu pengetahuan yang belum mereka dapatkan di sekolah ataupun memberi mereka kesempatan untuk terlibat dalam proyek.  Ia juga bahkan tak segan untuk memberi honorarium ataupun sekadar uang makan kepada siswa yang prakerin, karena bagaimanapun pekerjaannya kerap menjadi lebih ringan berkat bantuan para siswa tersebut.

Untuk kegiatan prakerin, jatah waktu prakerin bagi para siswa SMK Terpadu Al Ishlahiyah kurang lebih selama 3,5 bulan, yang dilaksanakan pada kelas XI. Siswa dan orangtua siswa dapat memilih tempat prakerin yang diinginkan berdasarkan daftar yang telah diberikan oleh sekolah. Biasanya, sebelum melaksanakan prakerin di tempat du/di, siswa terlebih dahulu diberikan pembekalan oleh sekolah, terutama mengenai etos kerja, supaya ketika mereka terjun ke dunia pekerjaan yang sesungguhnya, setidaknya mereka lebih familiar, menguasai teknis pekerjaannya, dan dapat menyesuaikan diri dengan cepat. Minimal satu bulan sekali guru akan mengontrol kegiatan prakerin siswa.

Lailatul Hasanah, siswi kelas XII Jurusan Administrasi Perkantoran bercerita bahwa ia sempat memiliki kesempatan melaksanakan prakerin di Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Timur. “Di tempat prakerin, saya punya kesempatan bertemu dengan orang-orang baru, suasana baru, pekerjaan baru, sedangkan kalau di sekolah, kami hanya melakukan praktek-praktek yang diperintahkan saja. Misalkan ada pekerjaan dari sekretaris kantor untuk membuat surat, maka kita harus bisa dan harus cepat. Di tempat kerja disiplinnya sangat tinggi dan tidak mentolerir kesalahan. Saya punya pengalaman disuruh buat surat, revisinya sampai beberapa kali,” cerita Laila, demikian ia akrab disapa.  Meski demikian, ia mengaku mendapat banyak tambahan ilmu dan pengalaman dari kegiatan prakerin.

Namun pengalaman prakerin yang berbeda dialami Sahabul Ashari karena ia melaksanakan kegiatan prakerinnya di sekolah. “Kami membuat beberapa project, antara lain membuat game, animasi, merevisi film-film pendek yang dulu sudah pernah dibuat namun dengan teknik jadul, dan sebagainya. Tapi ada juga yang melaksanakan prakerin di luar sekolah,” katanya. Ia berharap, fasilitas peralatan praktek di sekolah lebih diperlengkap lagi, misalnya pesawat drone atau go pro, supaya hasil pembuatan film menjadi lebih maksimal.

Sejauh ini, Slamet mengatakan bahwa upaya sekolah demi menjalankan visi misi SMK sudah cukup tercapai, yang indikasinya dapat terlihat melalui prosentase keterserapan lulusan ke dunia kerja. “Hampir semua lulusan kami terserap ke dunia kerja, hanya kadangkala ada yang tidak sesuai jurusan kompetensinya. Namun sebagian besar sudah sesuai dengan jurusannya,” kata kepala sekolah yang sudah menjabat sejak tahun 2013 ini.

Namun bagaimanapun, keberhasilan sekolah tentu tak lepas dari peran para guru sebagai ujung tombak pendidikan. Di SMK Terpadu Al ishlahiyah, terdapat 38 guru yang mengajar, dan kesemuanya adalah guru tetap. Sebagai kepala sekolah, Slamet senantiasa memacu dan memotivasi para guru untuk meningkatkan kompetensinya, baik itu melalui seminar, workshop, atau melalui belajar mandiri, karena saat ini banyak media yang dapat menunjang pembelajaran. Adakalanya sekolah juga mendatangkan para praktisi dari luar sekolah untuk memberi pengetahuan baru atau berbagi pengalaman praktis di dunia kerja kepada anak-anak.

Nurlaili Ni’mah, S.Pd., guru Jurusan Administrasi Perkantoran yang sudah mengajar di SMK Terpadu Al Ishlahiyah sejak tahun 2005 mengatakan bahwa para siswa di Jurusan Administrasi Perkantoran memiliki minat dan semangat yang tinggi dalam belajar. “Barangkali karena sebagian besar dari mereka berasal dari desa, sehingga mereka memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi lebih baik,” kata Laili. Ia juga mengatakan bahwa bagi anak-anak didiknya, bekerja di kantor adalah pekerjaan yang diidamkan. Namun demikian, menurut Laili, keahlian dalam berkomunikasi adalah hal yang masih perlu dikuasai oleh siswa-siswanya. Beberapa kekurangan yang ia rasakan sebagai pengajar adalah kurangnya alat-alat praktek demi menunjang pembelajaran.

Meski telah lebih dari 10 tahun Laili mengabdi di SMK Terpadu Al ishlahiyah, ia mengaku merasa  betah dan senang,  Sebelumnya, ia hanya mengajar Aqidah Akhlak di Pondok Pesantren Al Ishlahiyah. Namun sejak tahun 2013, saat program keahlian Administrasi Perkantoran dibuka, guru lulusan IKIP Malang Jurusan Administrasi Perkantoran ini pun mengajar Jurusan Administrasi Perkantoran.

Di SMK Terpadu Al ishlahiyah, para guru pun dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya dan selalu kreatif dalam pembelajaran demi membuat siswa bersemangat dalam belajar. Misalnya, acapkali guru menerapkan sistem moving class, sehingga di kala tertentu, siswa belajar di luar ruang kelas, misalnya di masjid sekolah atau di halaman sekolah. Hal ini untuk mengatasi kejenuhan siswa.

Fajar Ningtyas, S.Pd., guru Bahasa Inggris mengatakan bahwa ia lebih senang memanfaatkan media teknologi dalam pembelajarannya. Misalnya, dengan menggunakan blog. Guru dapat memposting materi sekaligus tugas di blog, kemudian para siswa mengerjakan tugasnya juga di blog masing-masing, dan tentunya menggunakan bahasa Inggris. Sementara teman-teman lainnya harus melakukan aktivitas blog walking, yakni membaca postingan kawan-kawannya atau meninggalkan komentar. Ternyata, menurut Fajarning, para siswa sangat antusias dengan aktivitas blogging ini. “Tapi di sini tantangannya ada dua, yakni guru harus memahami teknologi, dan guru juga harus menyiapkan kontennya dengan matang,” ucapnya.

Seperti halnya Laili, Fajar merasa betah dan lebih nyaman mengajar di SMK Terpadu Al Ishlahiyah. Ia sendiri sebelumnya pernah memiliki pengalaman mengajar di sekolah lain. “Di sini nilai agamanya lebih kuat dibanding di sekolah umum, dan itu membuat saya merasa lebih nyaman karena iklimnya lebih tenang dan sejuk. Guru sangat menghormati satu sama lain, saling menjaga sikap dan ucapan. Demikian juga dengan anak-anak, mereka lebih pengertian dan mudah diarahkan,” katanya.

Sebagai sekolah menengah kejuruan berbasis pesantren, SMK Terpadu Al Ishlahiyah senantiasa berkomitmen untuk mencetak generasi bangsa yang tak hanya memiliki kompetensi cukup dan siap bersaing di dunia kerja, namun juga memiliki karakter dengan nilai-nilai dan landasan agama yang kuat. ***



Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SMK Terbaik Indonesia (Kemendikbud)

1 comment:

  1. biaya masuk pondok pesantren di smk terpadu al ishlahiyah berapa?

    ReplyDelete