SMK Negeri 4 Probolinggo : Siap Kerja Hingga ke Jepang


Pukul 06.45 wib, para taruna dan taruni, sebutan bagi siswa dan siswi, telah bersiap pada posisi masing. Mereka wajib melakukan apel pagi. Berbaris rapi, tubuh-tubuh tegak dengan sikap siap. Hormat, memberi laporan, luruskan barisan. Rutinitas inilah yang dilakukan di SMK Negeri 4 Probolinggo, Jawa Timur.

Sebagai sekolah menengah kejuruan berbasis maritim, gaya semi militer menjadi nuansa tersendiri bagi SMK Negeri 4 Probolinggo. Dengan seragam gagah bak pasukan elit, para taruna taruni justru merasa bangga. Demikian pula yang dirasakan Novita Putri, taruni kelas XI Jurusan Multimedia. “Sejak dulu saya selalu suka segala hal yang rapi, berseragam. Maka itu, saya ingin masuk ke SMK Negeri 4 Probolinggo, meski rumah saya di Situbondo,” katanya.

Namun bersekolah di SMK maritim seperti SMK Negeri 4 Probolinggo tak sekadar soal seragam. Banyak pula mereka yang bertujuan lain; mengidamkan pekerjaan dengan penghasilan tinggi, lebih bagus jika dikirim ke luar negeri. Seperti yang diinginkan Safira Adelia Jidan, taruni kelas XI Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. “Lulus dari sini, saya ingin kerja di Jepang. Tapi kalau tidak diterima, inginnya kuliah,” ujarnya.

Mimpi dan harapan demikian terasa lebih dekat untuk diwujudkan jika generasi-generasi yang bersemangat ini menempuh pendidikannya di SMK Negeri 4 Probolinggo. Pasalnya, sekolah yang didirikan pada tahun 2007 ini menawarkan banyak kesempatan melalui bidang kemaritiman. Asalkan sungguh-sungguh dan mampu memelihara tekad, impian untuk bekerja dan menjadi sukses pasti tercapai.

Buktikan Diri dengan Kerja di Jepang
Keberadaan SMK Negeri 4 Probolinggo dirasa cukup tepat demi mengimbangi potensi daerah maupun peluang yang ada. Indonesia adalah negara dengan kekayaan maritim yang luar biasa, namun masih memiliki sedikit sumber daya manusia yang mumpuni. Sedangkan Probolinggo, kabupaten seluas 1.696,17 km2 yang masuk dalam Provinsi Jawa Timur ini berdekatan dengan lautan, pun memiliki sebuah pelabuhan, yakni Pelabuhan Tanjung Tembaga. Oleh karena itu, seharusnya terdapat sebuah lembaga pendidikan yang menyiapkan sumber daya manusia berkompeten yang nantinya mampu mengolah dan mengelola potensi yang ada.

Drs. Yahya Ali, M.Pd., yang saat ini menjabat sebagai pengawas SMK di Kabupaten Probolinggo masih menyimpan banyak cerita tentang hal ihwal pendirian SMK Negeri 4 Probolinggo. Sejak menyadari adanya peluang tersebut, sekolah baru tak serta merta dibangun, namun berawal dari membuat jurusan baru di SMK Negeri 2 Probolinggo, yakni Jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan. Tak diduga, ternyata jurusan ini cukup laris manis dan memiliki kemungkinan untuk berkembang menjadi lebih besar. “Kalau tetap di SMKN 2 Probolinggo, nanti akan berjubel dan tidak akan bisa berkembang. Oleh karena itu, muncullah rencana untuk memisahkan diri dengan membuat sekolah baru yang khusus berbasis kemaritiman,” kisahnya.


Pada tahun 2007, dibukalah SMK Negeri 4 Probolinggo, yang terletak di Kecamatan Pademangan, Probolinggo, tak jauh dari terminal bus Probolinggo. “Sekolah dekat dengan terminal bus agar orang luar kota memiliki kemudahan akses untuk sekolah di sini,” kata Yahya. Kepala sekolah pertamanya adalah H. Suryono. Saat itu, sekolah hanya menawarkan dua jurusan, yakni Jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan dan Jurusan Teknika Kapal Penangkap Ikan.

Meski sekolah telah berdiri, tak mudah untuk membesarkan dan mempromosikannya pada masyarakat. Sedikit yang memahami bahwa SMK Negeri 4 Probolinggo adalah lembaga yang mampu mencetak generasi-generasi sukses di sektor kemaritiman. Perlu bukti demi membuka mata mereka mengenai peluang yang ditawarkan SMK Negeri 4 Probolinggo. Oleh karena itu, sekolah pun merancang strategi dengan cara menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholders, terutama di dunia industri. Tak hanya di skala nasional, bahkan hingga internasional.

Hasilnya, sekolah berhasil menggandeng perusahaan dari Jepang yang kemudian meminta tenaga sumber daya manusia dari SMK Negeri 4 Probolinggo meski masih harus melalui serangkaian ujian. “Di Jepang gajinya sangat representatif. Dengan hanya kontrak 1 tahun, waktu itu anak sudah bisa membawa pulang sekitar 300 juta per tahun. Anak-anak sudah banyak yang kesana, dan ketika mereka pulang, masyarakat dapat melihat bahwa mereka telah sangat sukses. Sejak itu, sekolah ini pun menjadi favorit,” kata Yahya.

Komitmen pada Enam Kompetensi Keahlian
Saat ini, SMK Negeri 4 Probolinggo telah menjadi sekolah yang cukup besar dan didaulat sebagai sekolah rujukan di bidang kemaritiman. Yang bersekolah di sini tak hanya anak-anak yang berasal dari wilayah Probolinggo saja, melainkan juga dari berbagai kota di sekitarnya, seperti Situbondo, Bondowoso, Jember, Lumajang, dan sebagainya. Kini, sekolah dipimpin oleh Warnoto, S.Pd., M.Pd., yang baru menjabat sejak 2015 lalu. Jumlah jurusan yang ditawarkan sekarang pun lebih banyak, yakni Jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI), Jurusan Teknika Kapal Penangkap Ikan (TKPI), Jurusan Teknik Multimedia (MM), Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Jurusan Teknik Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPi), dan Jurusan Nautika Kapal Niaga (NKN). Menurut Warnoto, jurusan yang memiliki lebih banyak peminat antara lain Jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan dan Jurusan Nautika Kapal Niaga. Jumlah total siswa pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 782 siswa, yang terbagi dalam 27 rombongan belajar. Sedangkan jumlah guru maupun tenaga kependidikan sebanyak 97 orang.

Untuk program keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan, sistem pembelajaran dilaksanakan dengan sistem reguler dan kelas kecil untuk kerja praktik di bengkel. Materinya dititikberatkan pada penguasaan prosedur penyelamatan diri di atas kapal, merencanakan trek pelayaran, tehnik penangkapan ikan. Potensi pekerjaan untuk program keahlian ini antara lain perwira deck, ahli kapal penangkap ikan, nahkoda kapal penangkap ikan, atau staf di instansi departemen pemerintah lingkup kelautan dan perikanan.

Untuk program keahlian Teknika Kapal Penangkap Ikan, pembelajaran dilaksanakan dengan sistem reguler dan kelas kecil untuk kerja praktik di bengkel. Materinya dititikberatkan pada penguasaan instalasi tenaga penggerak kapal, instalasi listrik kapal, prosedur keselamatan diatas kapal dan prosedur keselamatan kerja. Potensi pekerjaan untuk program keahlian ini antara lain perwira/engineer kapal perikanan, teknisi mesin kapal perikanan, teknisi cold storage, atau staff institusi pemerintah lingkup Kelautan dan Perikanan.

Untuk program keahlian Teknik Multimedia, pembelajaran dilaksanakan dengan sistem reguler dan kelas kecil untuk praktik di bengkel. Materinya dititikberatkan pada penguasaan desain grafis, web desain, editing film, produksi film, photografi, perakitan komputer, dan instalasi jaringan. Potensi pekerjaan untuk program keahlian ini antara lain teknisi, editing, photografer, web designer, atau operator.

Untuk program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, pembelajaran dilaksanakan dengan sistem reguler dan kelas kecil untuk kerja praktik di bengkel. Materinya dititikberatkan pada penguasaan  sistem penerangan motor, penyetelan kerenggan katup mesin diesel, service karburator,bongkar pasang roda kendaraan ringan, bongkar pasang dan service kampas rem, service filter udara. Potensi pekerjaan untuk program keahlian ini antara lain teknisi kendaraan ringan dan operasional.

Untuk program keahlian Teknik Pengolahan Hasil Perikanan, pembelajaran dilaksanakan dengan sistem reguler dan kelas kecil untuk kerja praktik di bengkel. Materinya dititikberatkan pada penguasaan pengolahan, pengawetan, dan budidaya ikan. Potensi pekerjaan untuk program keahlian ini antara lain asisten pengolah ikan, karyawan di perusahaan pengolah Ikan di dalam dan luar negeri, atau staf institusi pemerintah lingkup Kelautan dan Perikanan.

Untuk program keahlian Nautika Kapal Niaga, pembelajaran dilaksanakan dengan sistem reguler dan kelas kecil untuk kerja praktik di bengkel. Materinya dititikberatkan pada penguasaan trek pelayaran, navigasi dan K3 pada kapal niaga. Potensi pekerjaan untuk program keahlian ini antara lain asisten perwira kapal niaga (kapal kargo, tanker, kapal penyebrangan, dan lain-lain). Program Keahlian ini tergolong yang paling baru di SMK Negeri 4 Probolinggo.

Biasakan Akrab dengan Kelautan
Meski demikian, menurut Warnoto, tak semua taruna-taruni yang menuntut ilmu di SMK Negeri 4 Probolinggo memiliki latar belakang sebagai keluarga nelayan atau masyarakat yang tinggal di pesisir, namun lebih heterogan. “Makanya, kadang ada juga anak yang lulus dari sini tapi tidak mau melaut. Karena bagaimana pun, melaut itu butuh tekad dan kemauan,” ujarnya. Untuk mengantisipasi hal ini, sekolah pun telah menyiapkan program-program pembelajaran yang bertujuan untuk membiasakan siswa dengan suasana  kemaritiman, misalnya dengan paket one day sailing, kunjungan ke industri, atau kegiatan Kesamaptaan sejak kelas X. Pembelajaran juga dikondisikan mendekati kehidupan laut.

Sebagai kepala sekolah, Warnoto berupaya untuk terus meningkatkan dan mengembangkan sekolah, utamanya dalam hal bahan, peralatan, dan fasilitas yang terkait standard proses. “Pengembangaan yang pertama kali saya lakukan adalah revitalisasi yang ada di kelas dan bengkel,” katanya. Oleh karena itu, saat ini sekolah pun sedang membangun beberapa bengkel baru dan fasilitas-fasilitilas lainnya. Pemenuhan sarana dan fasilitas pembelajaran menurut Warnoto adalah sebuah tantangan yang tidak mudah, dikarenakan beberapa peralatan seperti peralatan navigasi dan alat pembelajaran CBT harus mematuhi standard Internasional atau IMO. Namun demikian, sekolah telah memiliki simulator dan peralatan-peralatan primer lainnya.  

Di sisi lain, para taruna yang menuntut ilmu di SMK Negeri 4 Probolinggo berasal dari tingkat perekonomian yang berbeda-beda, sehingga sekolah pun berupaya untuk tak memberatkan mereka dari sisi biaya, terlebih kebijakan Pemerintah Kota Probolinggo menetapkan bahwa sekolah tidak boleh mengadakan pungutan biaya yang terlalu besar pada masyarakat. Padahal, sebenarnya bidang kemaritiman adalah bidang yang tak bisa dikatakan murah, terutama Nautika Kapal Niaga. Oleh karena itu, acapkali sekolah pun memberikan subsidi kepada beberapa siswa, misalnya dalam menempuh sertifikat BST. “Kami  harus pandai pandai dalam mengelola keuangan sekolah. Sejauh ini, sekolah dapat dikelola dengan baik dengan anggaran dari BOS maupun BOSDA,” kata Warnoto.

Salah satu strategi yang dilakukan sekolah adalah menggiatkan jalinan kerjasama dengan pihak-pihak perusahaan melalui program CSR, misalnya dalam bentuk pelatihan bagi para taruna. “Kami bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja untuk memberikan pelatihan-pelatihan ekstra kepada anak-anak. Kami juga harus pandai-pandai mengusulkan pengadaan pelatihan yang terkait dengan kegiatan kami,” jelasnya.

Giatkan Kerjasama
Kerjasama dengan pihak dunia industri pun tak sekadar di lingkup pelatihan, namun juga untuk kegiatan prakerin taruna, rekruitmen, guru tamu, hingga asesor dalam uji kompetensi. Kegiatan prakerin di SMK Negeri 4 Probolinggo dilaksanakan menjelang taruna duduk di bangku kelas XI, yang ditempuh selama kurun waktu 3 bulan. Menurut Warnoto, dunia industri yang bekerja sama dengan SMK Negeri 4 Probolinggo tak hanya yang berada di kawasan Probolinggo saja, namun hingga Bali, Pati, Jepara, Semarang, dan lain-lain.

SMK Negeri 4 Probolinggo juga pernah menjalin kerjasama dengan negeri Belanda melalui kedutaan Belanda mengenai peningkatan pelestarian lingkungan, khususnya di bidang mangrove. Kerjasama ini meliputi kegiatan survey lokasi mangrove di pantai pesisir Probolinggo, seminar international tentang mangrove, penanaman mangrove di pantai pesisir Probolinggo, dan rekomendasi penanaman Mangrove dampak dari erupsi.

Nonot Widjayanto, syahbandar di UPT Pelabuhan Mayangan, Probolinggo mengatakan bahwa UPT Pelabuhan Mayangan Probolinggo juga telah bekerja sama dengan SMK Negeri 4 Probolinggo sejak tahun 2011. Rutin setiap tahun hingga sekarang, 15 - 20 taruna dari SMK Negeri 4 Probolinggo melaksanakan kegiatan prakerin di Pelabuhan Mayangan, Probolinggo. Para siswa SMK yang melaksanakan kegiatan prakerin di Pelabuhan Mayangan Probolinggo tak hanya dari SMK Negeri 4 Probolinggo saja, melainkan juga dari berbagai SMK dan lembaga/institusi pendidikan lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia, terutama untuk Jurusan Nautika dan Teknika Permesinan.

Selama prakerin, Nonot mengatakan bahwa siswa akan mendapatkan banyak pengalaman yang tidak didapatkan di sekolah asalkan mau banyak belajar dan mengikuti pola serta aturan yang ditetapkan di dunia industri. “Mereka juga harus memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan berlayar, maka kami beri kesempatan itu. Selama prakerin, mereka tak hanya mencoba praktek kerja di kapal, tapi juga kadangkala di darat atau di pelabuhan, supaya mereka dapat merasakan atau memiliki lebih banyak pengalaman dan wawasan,” kata pria yang juga kerap diminta sebagai penguji LKS tingkat Provinsi Jawa Timur ini.

Namun Nonot juga menegaskan bahwa yang terpenting dalam mempersiapkan generasi terjun ke dunia kerja adalah mental dan karakter yang tertib dan disiplin. Oleh karena itu, ia menilai bahwa SMK Negeri 4 Probolinggo ini memiliki nilai plus tersendiri karena memiliki sistem kedisiplinan yang sangat baik. Tak heran jika banyak dunia industri yang melirik para lulusan SMK Negeri 4 Probolinggo.

Sejak tahun 2010 hingga sekarang, SMK Negeri 4 Probolinggo pun telah mengirim para tamatannya ke Jepang. Pada tahun 2006 sejumlah guru dari Jurusan Nautika dikirim ke Jepang untuk melihat langsung potensi dan peluang kerja di bidang kelautan. Setiap tahun, beberapa pihak penyalur di Indonesia seperti LPK SEII, LPK Sekai Hikari, dan PT. PUDJI UTAMI selalu mengadakan seleksi di SMKN 4 Probolinggo bersama pihak penyalur dari Jepang, yakni Tekay Coorporation dan beberapa perusahaan lainnya yang berasal dari Jepang dan Taiwan.

Menurut Yahya Ali, M.Pd., pengawas SMK, tak hanya di Jepang saja, potensi lapangan kerja di negara lain juga besar seperti Korea, China, Spanyol, dan Malaysia. Jurusan yang paling banyak mengirimkan tenaga magang ke Jepang adalah Jurusan Teknik Pengolahan Hasil Perikanan yang bekerja di perusahaan pengolahan makanan, kemudian Jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan, yang bekerja di kapal-kapal ikan di Jepang. “Tahun 2013 seorang guru dari SMKN 4 Probolinggo dikirim ke Malaysia untuk melihat langsung Alumni SMKN 4 Probolinggo  yang bekerja di perusahaan elektronika,” ungkapnya. Sedangkan untuk tahun 2016 ini, sebanyak kurang lebih 50 taruna telah lulus tes pada tahap pertama untuk kesempatan magang kerja di Jepang.

Target Program Unggulan
Meski demikian, masih ada biaya yang harus ditanggung para lulusan yang lulus seleksi ini. Misalnya biaya visa atau biaya perjalanan. Jika demikian, biasanya para calon tenaga kerja ini akan sepakat untuk dikenai potong gaji oleh perusahaan. Namun ada pula perusahaan yang tak segan untuk membiayai secara keseluruhan.

Namun walau bagaimanapun, kesuksesan para taruna tentu tak lepas dari peran guru. Jika guru mampu memberikan pembelajaran yang baik pada para siswanya, maka siswanya pun akan berhasil. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu kreatif, inovatif, dan tak bosan untuk terus meningkatkan kompetensinya. Salah satu strategi yang digunakan Warnoto adalah memberikan reward bagi guru maupun staff yang berprestasi atau memiliki kinerja bagus. Bahkan sekolah pun tak segan menjawalkan kegiatan studi banding ke sekolah-sekolah lainnya, misalnya ke Malang, ke Semarang, dan lain sebagainya, juga untuk memperluas jaringan.

Salah satu kendala yang masih dirasakan Warnoto mengenai tenaga pendidik adalah guru produktif. Namun masalahnya, hingga saat ini tidak ada perguruan tinggi yang mencetak guru produktif kelautan. Sedangkan para ahli dan profesional di bidang kelautan cenderung lebih memilih bekerja di dunia industri daripada terjun ke dunia pendidikan, karena pendapatan di dunia industri jauh lebih tinggi. “Kita harus pandai-pandai berkomunikasi dengan pihak luar untuk memperluas jaringan sehingga kita dapat menemukan orang-orang yang mau mengajar itu,” katanya.

Sedangkan dalam membangun sekolah, Warnoto mengharapkan semua warga sekolah berpartisipasi saling bahu membahu dan memiliki kesadaran tinggi untuk  sekolah. Oleh karena itu, strategi yang ia gunakan adalah memberikan target, misalnya kepada masing-masing jurusan. “Mereka harus membuat program atau kegiatan unggulan sesuai dengan tupoksinya,” katanya.

Utamakan Kedisiplinan
Demi menanamkan dan membina nilai-nilai kedisiplinan pada para taruna, SMK Negeri 4 Probolinggo menerapkan budaya sekolah yang diharapkan menjadi kebiasaan yang baik bagi para taruna. Sekolah dimulai pada pukul 06.45 WIB, dan para taruna diwajibkan mengikuti apel pagi. Kegiatan apel juga kembali dilakukan pada siang hari. Untuk para taruna baru, sekolah mengadakan kegiatan Kesamaptaan yang wajib diikuti seluruh taruna baru. Kegiatan ini difokuskan untuk melatih mental dan kedisiplinan siswa. Untuk kegiatan ini, sekolah pun bekerja sama dengan Angkatan Laut. Namun yang terpenting, menurut Warnoto adalah nilai-nilai keteladanan. Kepala sekolah maupun guru harus memberikan contoh-contoh yang baik kepada anak.

Para taruna SMK Negeri 4 Probolinggo juga mendapat fasilitas kegiatan ekstrakurikuler yang biasanya dilaksanakan menjelang usai jam sekolah, yakni pukul 14.00 WIB. Taufiqurrahman, S.Kom., wakil kepala sekolah bidang humas mengatakan bahwa ada sekitar 15 kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri 4 Probolinggo. Ekstrakurikuler yang cukup menonjol menurutnya adalah kegiatan pecinta alam dan panjat tebing, karena ekstrakurikuler ini bahkan mampu menyumbangkan prestasi tak hanya di tingkat nasional, bahkan hingga tingkat internasional. “Tahun depan kami akan mengadakan ekstrakurikuler Marching Band,” katanya.

Pasarkan Produk Olahan Ikan
Untuk melatih dan mengasah jiwa wirausaha para taruna, SMK Negeri 4 Probolinggo memiliki unit produksi. Terutama yang paling menonjol adalah unit produksi dari jurusan Teknik Pengolahan Hasil Perikanan, dikarenakan jurusan ini berkesempatan menghasilkan produk yang umumnya adalah hasil pengolahan ikan menjadi barang pangan seperti bakso, nugget, keripik ikan, dan lain sebagainya. Sekolah pun bekerja sama dengan UKM dalam hal penjualan produk, atau acapkali para taruna lah yang justru antusias untuk menjual produk olahan mereka sendiri.

Dian Rahayu Sethiya Rini, S.Pi, guru Jurusan Teknik Pengolahan Hasil Perikanan mengatakan kegiatan wirausaha ini justru yang paling disukai para siswanya,selain membuat produk yang berbahan dasar ikan. “Mereka belajar membuat sampai memasarkan. Mereka dapat mengambil keuntungan. Anak anak sangat antusias karena mendapat ilmu mengolah ikan mentah menjadi produk dengan hasil yang bervariasi,” katanya.

Sebagai guru Jurusan Teknik Pengolahan Hasil Perikanan, Dian pun termotivasi untuk selalu mencari berbagai informasi tentang produk olahan ikan untuk kemudian dipraktekkan bersama para taruna, sehingga para siswa tidak menjadi bosan. Bahkan ia mengungkapkan bahwa kadangkala ia memiliki menu yang berbeda di tiap angkatan yang diajarnya. Dian berharap kelak SMK Negeri 4 Probolinggo memmiliki outlet sendiri sehingga sisi pemasaran produk semakin bagus, dan masyarakat pun memperoleh kemudahan untuk mendapatkan produk-produk SMK Negeri 4 Probolinggo.

Terus belajar, terus membangun – demikianlah nafas yang selalu dihembuskan di SMK Negeri 4 Probolinggo. Harapan ke depan semoga SMK Negeri 4 Probolinggo dapat menjadi sekolah inspiratif dan rujukan bagi sekolah-sekolah lainnya, terutama dalam pengelolaan sekolah berbasis maritim. ***



Ditulis tahun : 2016
Diterbitkan di Buku Profil SMK Terbaik Indonesia (Kemendikbud)


No comments:

Post a Comment