Sebagai menteri, usianya masih relatif
muda. Namun pria yang dilantik pada 26 Oktober 2014 ini memiliki segudang
prestasi dan pengalaman yang membuatnya dipercaya oleh Presiden Joko Widodo
untuk menahkodai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lahir di Kuningan, 07 Mei 1969, menteri pendidikan dan
kebudayaan ke-26 ini adalah cucu dari pejuang kemerdekaan, Abdurrahman
Baswedan. Sedangkan kedua orangtuanya adalah akademisi. Ayahnya, Rasyid Baswedan, adalah dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia. Sedangkan ibunya, Aliyah Rasyid, adalah guru besar di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Sejak belia, penyuka gudeg ini telah akrab dengan berbagai organisasi.
Bahkan ia pernah dinobatkan menjadi Ketua OSIS se-Indonesia pada tahun 1985,
ketika ia masih berada di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Namun ia harus menamatkan SMA-nya
selama empat tahun lantaran mengikuti program pertukaran pelajar AFS selama
setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat.
Setamat SMA pada tahun 1989, Anies diterima di Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada (UGM). Selama kuliah, ia pun aktif di organisasi
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan menjadi ketua senat mahasiswa di fakultasnya
dan menjadi ketua senat universitas tahun 1992. Pada tahun 1993, Anies sempat mendapat beasiswa dari
dari JAL Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas di Sophia
University,Tokyo, dalam bidang kajian Asia. Beasiswa ini ia dapatkan
setelah memenangkan sebuah lomba menulis mengenai lingkungan.
Setelah lulus kuliah, ayah
empat anak ini sempat bekerja sebagai peneliti di Pusat Antar Universitas Studi
Ekonomi UGM. Namun kemudian ia mendapat beasiswa Fullbright dari AMINEF untuk
melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan
ekonomi di School of Public Affairs, University of Maryland, College Park pada tahun 1997. Ia juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di
universitasnya, dan lulus pada bulan Desember 1998.
Sesaat
setelah lulus dari Maryland, Anies kembali mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University pada tahun 1999. Dia bekerja sebagai asisten
peneliti di Office of Research, Evaluation, and Policy Studies di kampusnya,
dan meraih beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya diberikan
kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun
2004.
Rektor Termuda
Dalam berbagai kesempatan, Anies selalu mengatakan ada tiga hal yang ia
jadikan pedoman dalam memilih karier. Apakah secara intelektual dapat tumbuh,
apakah masih dapat menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga,
apakah mempunyai pengaruh sosial. Selesai mengambil kuliah doktor pada 2004,
Anies sempat bekerja sebagai manajer riset di IPC, Inc. Chicago, sebuah
asosiasi perusahaan elektronik sedunia. Sekembali ke Indonesia, ia bergabung
dengan Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan, sebuah lembaga
non-profit yang berfokus pada reformasi birokrasi di beragam wilayah di
Indonesia dengan menekankan kerjasama antara pemerintah dengan sektor sipil.
Hal ini tentu saja tak lepas dari kepeduliannya terhadap demokrasi, otonomi
daerah, dan desentralisasi.
Tahun 2004 ia diamanati menjadi menjadi direktur riset The Indonesian
Institute. Ini merupakan lembaga penelitian kebijakan publik yang didirikan
oleh aktivis dan intelektual muda yang dinamis. Kariernya di The Indonesian
Institute tentu tak lepas dari latar belakang pendidikannya di bidang kebijakan
publik. Hingga pada Mei 2007, Anies dilantik menjadi Rektor Universitas
Paramadina.
Dilantiknya Anies menjadi rektor membuatnya tercatat sebagai rektor termuda di
Indonesia, dimana saat itu usianya baru menginjak 38 tahun.
Selama menjadi rektor, Anies membuat terobosan dengan menggagas rekrutmen
anak-anak terbaik Indonesia melalui beasiswa Paramadina. Beasiswa itu meliputi
biaya kuliah, buku, dan biaya hidup. Paramadina Fellowship adalah perwujudan
idealisme dengan bahasa bisnis. Hal ini dilakukan karena kesadaran bahwa dunia
pendidikan dan bisnis memiliki pendekatan yang berbeda. Untuk mewujudkan itu
Anies mengadopsi konsep penamaan mahasiswa yang sudah lulus seperti yang biasa
digunakan di banyak Universitas di Amerika Utara dan Eropa. Caranya, titel
seorang lulusan universitas tersebut mencantumkan nama sponsornya. Misalnya
jika seorang mahasiswa mendapatkan dana dari Mien R. Uno (seorang pendonor) maka mahasiswa tersebut diwajibkan menggunakan titel
Paramadina Mien R. Uno fellow. Strategi Paramadina Fellowship ini menunjukkan
dampak yang sangat positif. Kini bahkan 25% dari sekitar 2000 mahasiswa
Universitas Paramadina berasal dari beasiswa ini. Gebrakan lain yang
dilakukannya adalah pengajaran anti korupsi di bangku kuliah. Hal ini didasari
karena Anies menganggap bahwa salah satu persoalan bangsa ini adalah praktek
korupsi. Karena itu ia berinisiatif membuat mata kuliah wajib anti korupsi.
Aktif Merintis Gerakan
Tahun 2010, Anies menggagas Gerakan Indonesia Mengajar, yang memiliki
dua tujuan utama. Pertama adalah mengirim anak-anak muda terbaik bangsa yang
disebut sebagai Pengajar Muda (PM) untuk mengajar selama satu tahun di Sekolah
Dasar di desa-desa terpencil di penjuru negeri. Tak hanya mengajar para PM juga
berinteraksi langsung dengan pemangku kepentingan di daerah dan masyarakat.
Kedua, menciptakan calon pemimpin yang memiliki pemahaman akar rumput dan
kompetensi global. Dengan bekal pendidikan dan organisasi yang dimiliki oleh
para PM ditambah interaksinya dengan masyarakat akar rumput selama satu tahun
membuat PM memberikan pengalaman kepemimpinan nyata dan pemahaman empatik yang
tinggi bagi yang melaluinya. Dimulai pada tahun 2010 kini Indonesia Mengajar
telah memberangkatkan lebih dari 200 PM ke 17 kabupaten yang tersebar dari
barat sampai timur Indonesia.
Selain itu, ia juga
menggagas program Indonesia Menyala pada 15 April 2011. Indonesia Menyala mempunyai
misi membentuk perpustakaan-perpustakaan yang bertempat di wilayah penempatan
Pengajar Muda. Indonesia Menyala menghilangkan sekat besar akses terhadap
bacaan yang terbatas pada masyarakat masyarakat pedesaan di Indonesia, sehingga
semakin meneguhkan bahwa pendidikan adalah hak yang harus diterima setiap
masyarakat.
Sedangkan program Kelas Inspirasi digagasnya pada tahun 2012. Program
ini mengundang para profesional yang sukses karena pendidikan untuk turun
tangan berbagi cerita dan pengalaman kerja selama satu hari di hari yang
disebut dengan Hari Inspirasi. Tujuan Kelas Inspirasi ada dua yaitu menjadi
wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar
para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas dapat belajar
mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita.
Prestasi Segudang
Atas berbagai kipahnya, banyak penghargaan telah ia terima, baik dari
dalam maupun luar negeri. Harian Rakyat Merdeka menganugerahkan The Golden Awards padanya pada Juni 2013. Anies dipilih
atas inspirasinya di bidang pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar. Pada
Agustus 2013, ia juga mendapatkan Anugerah Integritas Nasional dari Komunitas
Pengusaha Antisuap (Kupas) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Sedangkan Dompet Dhuafa memberikan penghargaan Dompet Dhuafa Award 2013 kepada
Anies Baswedan pada Juli 2013 untuk kategori pendidikan. Ia dipilih karena
usahanya melunasi janji kemerdekaan di bidang pendidikan melalui Gerakan
Indonesia Mengajar. Selain itu ia juga menerima penghargaan Tokoh Inspiratif
dalam Anugerah Hari Sastra Indonesia pada perayaan Hari Sastra Nasional pada 3
Juli 2013 di Balai Budaya Pusat Bahasa, Jakarta. Ia mendapat penghargaan
kategori tokoh inspiratif.
Sedangkan di level internasional, pada 2004 Anies menerima penghargaan Gerald Maryanov Fellow dari Departemen Ilmu
Politik Universitas Northern Illinois. Pada 2008 Majalah Foreign Policy memasukkan Anies dalam 100 Intelektual Publik Dunia. Ia merupakan
satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar hasil rilis majalah
tersebut. Ia juga dinobatkan sebagai salah satu Young Global Leaders pada Februari 2009 oleh World
Economic Forum. Pada 2010, ia terpilih
sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun
mendatang dan mendapat penghargaan 100 Intelektual Publik Dunia versi majalah Foresight yang terbit di Jepang. Pada 2010 ia
menerima penghargaan dari The Association of Social and Economic Solidarity
with Pacific Countries (PASIAD) kategori Pendidikan dari Pemerintah Turki.
Anies Baswedan menerima penghargaan ini karena telah membuat anak-anak muda
terbaik untuk mengajar di daerah terpencil yang jauh dari akses pendidikan
melalui program Indonesia Mengajar. Pada Juni 2010, ia mendapat penghargaan
Nakasone Yasuhiro dari Mantan Perdana Menteri Jepang, Yasuhiro Nakasone. Penghargaan ini diberikan kepada
orang-orang visioner yang membawa perubahan dan memiliki daya dobrak, demi
tercapainya abad 21 yang lebih cerah. Dan pada Juli 2010, ia juga menerima
penghargaan The Royal Islamic Strategic Studies Center, di Jordania,
sebagai salah satu dari The
500 Most Influential Muslims.
Setelah bertahun-tahun bergelut dalam gerakan sosial, suami Fery Farhati
Ganis ini terpanggil untuk memasuki dunia politik. Ia diundang untuk terlibat
mengurus negeri dengan mengikuti konvensi Demokrat pada 27 Agustus 2013. Anies
menerima undangan tersebut dengan ikhtiar untuk ikut melunasi Janji
Kemerdekaan. Semangat melunasi
janji kemerdekaan itulah yang merupakan misi Anies untuk negeri ini. Baginya,
apa yang tercantum di Pembukaan UUD 1945 bukan sebuah cita-cita melainkan
sebuah janji yang harus dilunasi. “Janji itu adalah melindungi,
menyejahterakan, mencerdaskan, dan membuat keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia,” ujarnya. Ia menilai janji-janji tersebut harus dilunasi oleh
seluruh warga negara, termasuk dirinya. Ia meyakini konvensi ini sebagai sebuah
panggilan tanggung jawab dan kehormatan. Ia mengatakan bahwa dirinya memilih
untuk terlibat dan turun tangan melunasi janji kemerdekaan.
Sikap Anies tersebut dinyatakan secara resmi dalam deklarasi Konvensi
Partai Demokrat di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut ia mendeklarasikan sebuah
gagasan yang diberi judul “Indonesia Kita Semua”. Gagasan tersebut mengajak
semua orang untuk ikut terlibat mengurus negeri, ikut turun tangan. Gagasan ini
ia buktikan dengan membuat Gerakan TurunTangan yang dalam setahun berhasil
mengumpulkan lebih dari 30.000 relawan tanpa bayaran. TurunTangan banyak
bergerak di kegiatan sosial politik, dengan misi mengajak semua orang untuk
ikut terlibat mengurus negeri ini dengan mendorong orang baik mengelola
pemerintahan. Berbeda dengan gerakan lain, TurunTangan tak hanya sekadar
mendorong Anies, namun juga menciptakan sebuah politik yang sehat. Dalam
kampanye pilpres misalnya, TurunTangan terus mendorong agar masyarakat kritis
dalam menyikapi pilihan yang ada. Gerakan ini juga mendorong agar kampanye
dilakukan secara sehat tanpa ada kampanye hitam.
Masuk Kabinet
Kerja
Komitmen Anies untuk ikut turun tangan mendorong orang-orang baik ia
lanjutkan dengan membantu pasangan capres-cawapres Jokowi-JK dalam pilpres
2014. Ia membantu pasangan nomor urut dua dalam Pilpres 2014 ini dengan menjadi
juru bicara pasangan tersebut. Jokowi mengungkapkan bahwa kehadiran Anies
sangat penting dalam tim pemenangannya. Oleh sebab itu ia meminta bantuan Anies
untuk bergabung dengan timnya. Bagi Jokowi, Anies adalah sosok muda yang
inspiratif dan dekat dengan kaum muda. Karena alasan tersebut Mantan
Walikota Solo ini meminta Anies untuk membantu dirinya dan JK dengan menjadi
Juru Bicaranya. Anies sendiri menyatakan alasannya mendukung Jokowi-JK dengan
berperan menjadi juru bicara pasangan tersebut dengan menginformasikan keputusannya
pada ribuan relawan pendukungnya. Pasca dinyatakan memenangkan pemilu presiden
oleh KPU pada 22 Juli 2014. Pasangan Jokowi-JK meminta Anies untuk menjadi
salah satu staf deputi Rumah Transisi Jokowi-JK.
Sepak terjang Anies Baswedan di bidang pendidikan memantapkan Presiden
Joko Widodo untuk mengamanahi Anies menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
di Kabinet Kerja Jokowi-JK dalam Kabinet Kerja yang diusungnya. Anies merupakan
salah satu menteri yang datang dari kalangan profesional. Anies menilai bahwa
pendidikan adalah kunci peningkatan kualitas manusia. Ia merasa peningkatan
kualitas pendidikan akan terjadi dengan meningkatkan kualitas guru. Menurutnya,
pendidikan adalah interaksi antar manusia di mana peran guru menjadi begitu
sentral. Peningkatan kualitas guru adalah salah satu hal yang ingin ia lakukan
selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Kendati demikian, menyelesaikan
masalah kualitas manusia bukan hanya menjadi tanggung jawab kementerian, tetapi
juga menjadi tanggung jawab seluruh bangsa. “Kemarin saya adalah bagian dari
masyarakat yang ingin mendorong kemajuan pendidikan. Hari ini dipindah
posisinya menjadi bagian dari pemerintah. Tapi bukan berarti pengabdian saya
pribadi untuk masyarakat berhenti, justru harus lebih banyak. Saya percaya
Allah tidak akan memberikan beban yang kita tidak mampu untuk mengangkatnya.
Begitu juga dengan bangsa ini, tidak akan diberikan beban yang kita tidak mampu
melakukannya. Jadi saya percaya sekali dengan janji itu. Kalau kita jalani
dengan ikhlas, kita akan lewati ini dengan baik juga,” tuturnya. Ia berharap,
semoga pendidikan bisa menjadi salah satu alat untuk menyuntikkan semangat
mental perubahan untuk indonesia yang lebih baik. ***
Ditulis tahun : 2014
(dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment