Profil Gurdasus : Tanamkan Agama pada Anak Didik

Suma Tita Yani, A.Ma.
Guru daerah khusus Provinsi Kalimantan Barat


Menjadi guru daerah khusus di dusun Landau Kaloi, Desa Batu Tiga, Kecamatan Bunut Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Tantangan terberat adalah letak lokasi yang sulit dijangkau. Kabupaten Kapuas Hulu adalah kabupaten yang terletak paling timur di Provinsi Kalimantan Barat. Jarak tempuh dari pusat ibukota provinsi adalah -+ 657 km melalui jalan darat, kemudian -+ 842 km dilanjutkan melalui jalur air, dan 1,5 jam perjalanan udara. Medan yang ditempuh pun cukup menantang. Pada musim penghujan, dapat ditempuh -+ 8 jam perjalanan. Namun pada musim kemarau ditempuh -+ 2 – 3 hari perjalanan, dari pusat kabupaten.

Namun Suma Tita Yani, A.Ma tak gentar dengan tantangan tersebut. Ia tetap optimis untuk mengajar di SDN 14 Landau Kaloi demi mengabdikan diri mencerdaskan anak-anak bangsa yang berada di daerah terpencil. “Saat ditempatkan di SDN 14 Landau Kaloi, saya merasa senang, khawatir, takut, semua bercampur menjadi satu. Maklum, saya belum pernah mengetahui seperti apa Dusun Landau Kaloi itu. Konon yang saya dengar, ceritanya kurang menarik. Kondisi sosial budaya masyarakatnya masih kental dengan kebiasaan mabuk-mabukan,” kata Suma. 

Umumnya masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut adalah pendatang, sedangkan penduduk aslinya hanya sedikit. Agama yang dominan adalah Katolik dan Protestan. Selain itu, masyarakat di sana pun senang dengan judi, minum-minuman keras, dan lain-lain yang mengganggu ketenangan orang lain.

Namun kekhawatiran itu toh tak menyurutkan langkahnya. Dengan tegar hati, Suma pun berangkat ke Landau Kaloi dengan menggunakan perahu motor. Pada musim penghujan, gelombang air cukup besar, sehingga membuat siapapun yang ingin melaluinya merasa gentar. Namun pada musim kemarau, perahu harus ditarik atau didorong supaya dapat berjalan. Tak heran jika hingga memakan waktu 2 – 3 hari untuk sampai di Dusun Landau Kaloi. “Saya harus melalui perjalanan panjang yang sangat melelahkan dan memacu adrenalin dan terkadang membuat saya lemah tak berdaya sampai menangis karena harus menarik sampan/perahu di atas batu-batu yang tajam dan licin. Akan tetapi semua itu akan hilang dengan berjalannya waktu,” ceritanya. Namun demikian, segala ketakutan itu dapat terbayar dengan indahnya pemandangan alam perbukitan yang membuat hati merasa tentram dan damai.

Untuk pergi ke Dusun Landau Kaloi, Suma harus mencari informasi terlebih dahulu untuk mengetahui apakah ada orang yang akan pergi ke sana atau tidak. Jika tak ada, maka terpaksa ia harus menginap sementara waktu di wilayah kecamatan. “Kadang-kadang saya ditinggal warga yang pergi ke Dusun Landau Kaloi dikarenakan warga tersebut membawa banyak barang, sehingga ia tidak bisa membawa saya. Maka saya pun menunggu lagi,” keluhnya. Menurutnya, kalau ia harus berangkat sendiri ke Dusun Landau Suma, maka ia harus memiliki uang sejumlah tiga juta rupiah untuk membayar biaya transportasi tersebut. Tentu bukanlah sebuah solusi yang tepat bagi Suma. 

Suma Tita sendiri adalah seorang yang dilahirkan di Desa Nanga Embaloh, Embaloh Hilir, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sebelum ditempatkan untuk mengajar di SDN Landau Kaloi, Suma sempat menjadi tenaga honorer di kampong kelahirannya. Baru pada tahun 2011 ia diangkat menjadi PNS, yang kemudian harus pindah ke Dusun Landau Kaloi yang masih asing baginya. 

Di SDN Landau Kalou, Suma mengajar agama Islam. “Saya akan berusaha menanamkan nilai pendidikan agama kepada anak-anak didik saya secara berkesinambungan, supaya mereka memiliki kepribadian yang baik, kemandirian, kejujuran, serta menjadi anak yang teguh pada iman dan takwa, sehingga memiliki karakter dan akhlak yang mulia,” tutur Suma.

Tahun pertama di Dusun Landau Kaloi, wanita kelahiran 12 Agustus 1988 ini menetap di sebuah rumah yang sudah disediakan. Kendati demikian, keadaan rumah tersebut sebenarnya jauh dari layak, bahkan sangat memprihatinkan. “Saya tetap bertahan di sana meski pada saat hujan, keadaan rumah banyak yang bocor. Saya tidak mau menyerah demi anak-anak didik saya,” ujarnya
.
Menurut Suma, anak-anak Landau Kaloi sangat membutuhkan pendidikan, terutama pendidikan dasar. Saat ini, SDN 14 Landau Kaloi memiliki jumlah siswa sebanyak 126 orang, dengan jumlah guru sebanyak 3 orang guru PNS dan 2 orang guru honorer. Ada empat ruang kelas yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Suma juga mengatakan bahwa guru-guru di SDN 14 Landau Kaloi lebih menitikberatkan pada pendidikan agama pada anak-anak didiknya. “Kami ingin mengubah anak-anak didik kami menjadi anak yang lebih baik daripada pendahulunya, karena kebiasaan masyarakat setempat, sehingga membuat kami para guru harus berusaha menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak, supaya mereka tidak terjerumus ke hal-hal yang merusak moral,” kata Suma. Syukurlah sebagian masyarakat member dukungan yang positif. Beberapa orang tua mempercayakan anaknya kepada guru untuk mengajarkan pendidikan agama. Namun ada pula orang tua yang kurang mendukung. Misalnya, mereka lebih mementingkan anaknya bekerja daripada harus sekolah. Bahkan ada pula yang justru mengajari anaknya bermain judi.

Selain menanamkan pendidikan agama di sekolah, Suma pun aktif membimbing anak-anak didiknya di luar jam pelajaran sekolah dengan belajar mengaji dan menghapal surat-surat Al-Quran setiap malam.


Dengan segenap dedikasinya, sungguh pantas jika Suma memperoleh penghargaan sebagai guru daerah khusus dari pemerintah. Sebelumnya, tak pernah terbayangkan baginya untuk dapat datang ke Jakarta dan bertemu langsung dengan Mendikbud serta menerima penghargaan bergengsi. Buah manis yang telah dipetik Suma setelah sekian lama merasakan kerja keras yang tulus ikhlas dan pantang menyerah.***


Ditulis tahun : 2013
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2013 (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment