Profil Gurdasus : Tiga Kali Pindah ke SD Terpencil

Sempurnawati, S.Pd.
Guru daerah khusus Provinsi Kalimantan Tengah



Menjadi guru selama 22 tahun membuat Sempurnawati, S.Pd kenyang dengan pengalaman mengajar, terutama mengajar di daerah terpencil. Meskipun ia telah berpindah sekolah sebanyak tiga kali, namun hampir kesemua sekolah tempatnya mengajar terkategori sebagai sekolah daerah terpencil.

Sejak diangkat menjadi guru melalui program Satuan Bakti Guru daerah Terpencil tahun 1991 yang dilaksanakan oleh Kanwil Provinsi Kalimantan Tengah bekerja sama dengan BPG (saat ini bernama LPMP), Sempurnawati ditugaskan di SDN Tumbang Morikoi 1, Kecamatan Hulu Utara, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Namun setelah satu tahun mengajar, terpaksa Sempurnawati harus pindah karena mengikuti suami, yang juga adalah seorang guru SD. Maka Sempurnawati dan suami mengajar di SDN Tumbang Posu. Menurut Sempurnawati, SDN Tumbang Posu justru lebih sulit daripada sekolah tempatnya mengajar pertama kali karena letak medannya jauh lebih ke hulu dan sangat terpencil. Selain itu, cara mengajarnya pun jauh lebih menantang karena tidak ada TK di sana, sehingga semua murid yang masuk SD belum mendapat bekal apa pun.

Tahun 2010, karena sang suami kemudian dipindahtugaskan ke SDN Tumbang Napoi, maka sempurnawati pun mengikuti suami, turut pindah ke SDN Tumbang Napoi, hingga sekarang. SDN Tumbang Napoi yang terletak di Desa Tumbang Napoi, Kecamatan Miri Manasa, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah ini berjarak 1 km dari kecamatan, atau 160 km dari pusat kabupaten. Keadaan alam yang berbukit-bukit dan dikelilingi hutan maupun sungai membuat akses jalan menuju SDN Tumbang Napoi amat menantang. Untuk menuju ke desa Tumbang Napoi, maka rute dari pusat kota kabupaten, Gunung Mas (Kuala Gurun), yakni  menuju Tumbang Miri dengan perjalanan selama 4 jam, kemudian dari Tumbang Miri ke Tumbang Napoi menempuh perjalanan selama 3 jam. Transportasi yang tersedia hanyalah menggunakan jalur air dengan arus yang sangat deras dan banya terdapat batu-batu tajam yang berbahaya, sehingga harus menggunakan motor boat. Jika musim hujan atau hujan sangat deras, perairan tersebut menjadi rawan dan berbahaya karena seringkali banjir.

Rata-rata mata pencaharian penduduk Tumbang Napoi adalah berladang, menyadap karet, dan mencari kayu. Sebagian besar dari mereka hanya lulusan SD ataupun SMP, sehingga taraf hidup mereka pun hanya pas-pasan. Dengan pendidikan orang tua yang rendah, tak heran jika anak-anak Tumbang Napoi pun banyak yang belum termotivasi untuk bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak anak-anak usia sekolah yang enggan bersekolah, banyak pula yang putus sekolah.

Dibandingkan kedua SD tempatnya mengajar terdahulu, menurut Sempurnawati, mengajar di SDN Tumbang Napoi ini jauh lebih sulit dan menantang, karena jumlah siswanya banyak. Saat ini, ada 165 siswa yang belajar di SDN Tumbang Napoi, dengan guru PNS sebanyak 7 orang, dan guru honorer sebanyak 3 orang. Namun kondisi sarana dan prasarana di SDN Tumbang Napoi masih jauh dari lengkap. Buku-buku, alat peraga, ataupun alat olah raga masih belum tersedia, sehingga anak-anak hanya belajar seadanya.

Sempurnawati mengajar di kelas 1 dan kelas 2, karena banyak guru yang tidak sanggup mengajar di kelas rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya buku paket ataupun alat peraga sebagai penunjang dalam pembelajaran. Dalam mengajar di kelas satu, Ibu dari 3 anak ini ini kerap menggunakan barang bekas seperti kardus mie, yang kemudian ia pergunakan untuk membuat kartu huruf dan kartu angka.

Menurut wanita kelahiran 29 September 1971 ini, mendidik anak di desa terpencil agak sulit karena anak-anak sering tidak masuk sekolah karena diajak orang tuanya ke ladang atau ke hutan. “Oleh karena itu, saya harus sabar dan selalu berusaha semaksimal mungkin mengajar mereka saat mereka bisa datang ke sekolah,” ujarnya.

Selain mengajar di sekolah pada pagi hari, Sempurnawati juga memanfaatkan waktu sore harinya untuk memberikan les pada anak-anak sekolah yang kebetulan tidak diajak orang tuanya ke ladang. “Les yang saya berikan lebih fokus pada pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Saya ingin agar ketika kenaikan kelas, murid saya sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung,” ungkapnya.
Sempurnawati mengungkapkan bahwa ia senantiasa merasa bahagia jika melihat murid-muridnya berhasil dalam menempuh pendidikan. “Itu artinya, saya berhasil dalam mendidik mereka,” katanya. Oleh karena itu, Sempurnawati berkomitmen untuk terus mengabdi memajukan pendidikan di daerah terpencil. Ia pun mengatakan cukup betah berada di Tumbang Napoi, meski harga-harga barang maupun sembako relative cukup mahal.

Melaju ke Jakarta
Karena dedikasinya yang tinggi, Sempurnawati dapat melaju ke tingkat nasional untuk menerima penghargaaan dari pemerintah. Sebuah rejeki yang tiada terhingga. Awalnya, kabar pemilihan guru berdedikasi ini diterima oleh kepala UPTD yang saat dihubungi berada di kecamatan induk, satu-satunya tempat yang dapat terjangkau oleh sinyal handphone. Maka kepala UPTD tersebut pun memberikan nama-nama guru yang dapat mewakili daerah Miri Manasa. Namun ternyata kedua guru yang direkomendasikan kepala UPTD gagal masuk kualifikasi, karena masa kerja mereka belum sampai 8 tahun, dan usianya pun masih muda. Sesuai persyaratan, guru yang dikirim haruslah yang berusia di atas 40 tahun. Maka akhirnya terpilihlah Sempurnawati, yang memenuhi semua persyaratan tersebut.

Ia mengaku merasa sangat senang beroleh kesempatan ke Jakarta. Meski sebelumnya ia pernah ke Jakarta, yakni menghadiri wisuda suaminya di Universtas Terbuka Jakarta, namun pengalaman kali ini jauh berbeda. Terutama karena ia dapat melihat langsung Mendikbud dan mendengar arahan dari Beliau, membuatnya semakin bersemangat untuk mengabdi di daerah terpencil. Kesempatan mengikuti upacara 17 Agustusan di Istana Negara, yang tak pernah ia impikan sebelumnya, pun merupakan hal yang cukup berkesan bagi Sempurnawati.


Ia berharap semoga pemerintah pusat senantiasa memberikan perhatian pada para guru di daerah khusus. Misalnya dengan memberikan rumah dinas, atau tunjangan untuk guru-guru daerah khusus, supaya mereka semakin betah mengajar. Selain itu, ia pun berharap terpenuhinya sarana dan prasarana sekolah, misalnya kelengkapan buku-buku ajar maupun paket, atau alat peraga. Dengan demikian, anak-anak akan semakin mudah dalam belajar. ***



Ditulis tahun : 2013
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2013 (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment