Profil Gurdasus : Mengajar di Kawasan Hutan Lindung

I Made Suarjana, S.Pd.
Guru daerah khusus Provinsi Kalimantan Selatan



Sebagai seorang anak transmigran dari Bali, tetap bukanlah sebuah hal yang mudah bagi I Made Suarjana, Spd untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, dan kemudian menakhlukkannya. Seyogyanya demikianlah tugas seorang guru daerah khusus yang ditugaskan untuk mengajar di sebuah wilayah yang sebelumnya tak pernah diketahui. Made harus menuju ke sebuah tempat terpencil yang masih serba kekurangan di daerah Kalimantan Selatan. Namun karena niat awal sudah dikantongi sejak mendaftar menjadi PNS dan bersedia ditempatkan di mana saja di seluruh wilayah Indonesia, maka Made tak menjadi surut asanya. Apalagi ketika sampai di tempat mengajar di SDN Riam Adungan 2, Tanah Laut, Kalimantan Selatan, dan melihat kondisi yang harus dihadapinya. “Saya tidak menduga, ternyata satu sekolah muridnya hanya 24 siswa. Padahal di sekitar situ banyak anak usia sekolah. Melihat ini, saya justru semakin berkomitmen kuat untuk membuat mereka mau bersekolah,” kisahnya. Kini, harapan Made Suarjana sudah tercapai. Saat ini, jumlah siswa di SDN Riam Adungan 2 sudah mencapai 82 orang. Rata-rata nilai kelulusannya pun sudah cukup tinggi.

Sebagai seorang perantauan, Made harus lebih banyak menyesuaikan diri. Apalagi ia ditempatkan di daerah terpencil. Hatinya harus tegar meski saat pertama kali datang di daerah tempatnya mengajar, tak ada rumah dinas untuknya. Maka terpaksa ia tinggal bersama penduduk setempat. Belum lagi sulitnya medan yang harus ditempuh menuju sekolah karena akses jalan yang sangat jelek. Bahkan tak ada jaringan listrik maupun sinyal provider telepon sesuler. Sehingga mau tak mau, pria kelahiran Bali, 12 Desember 1979 ini bertahan dalam keterpencilan.

Namun satu hal yang membuatnya betah dan jatuh cinta pada daerah yang ditempatinya, adanya air yang sangat jernih mengalir di sungai dekat sekolah. Ketika menikmati pemandangan itu dan merasakan sejuknya air, segala kekhawatirannya seolah terbasuh, menjadi segar kembali. Selain itu, ia pun merasa antusias mengenal budaya orang lokal seperti suku Dayak dan suku Banjar, menjadikannya kaya akan khasanah pengetahuan budaya.

Sering Diganggu Monyet
SDN Riam Adungan 2 itu sendiri terletak di Desa Riam Adungan, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Berjarak 45 km dari pusat kecamatan, atau 120 km dari pusat kabupaten. Berada di kaki pegunungan Meratus yang saat ini masih berstatus hutan lindung, membuat suasana sekitar menjadi cukup sejuk. Namun dikarenakan terletak di daerah pegunungan dan lembah, maka akses jalan pun tidak begitu lancar. Banyak tanjakan dan turunan, pun beberapa ruas jalan berlubang atau berlumpur, sehingga sulit dilalui.

Karena letaknya yang terpencil, maka SDN Riam Adungan 2 tak memiliki banyak fasilitas, sarana dan prasarana seperti halnya sekolah-sekolah di perkotaan. Bahkan menurut Made, ketika ia pertama kali datang, keadaannya sangat memprihatinkan. Gedungnya rapuh dan sederhana, tanpa kaca maupun jendela, sehingga membuat para siswa maupun guru merasa tidak nyaman saat proses belajar mengajar. Terlebih ketika musim hujan, membuat ruangan menjadi lembab. Jika sore hari, monyet-monyet dari hutan lindung bahkan kerap datang dan masuk ke ruang kelas, merusak inventaris sekolah.

Kendati demikian, hal yang membuat Made merasa kagum adalah rasa antusias murid-muridnya untuk bersekolah. Jarak sekolah yang jauh tak membuat para siswa merasa enggan bersekolah. Sebagian masyarakat pun lebih mementingkan kepentingan sekolah anak-anaknya daripada kepentingan ekonomi mereka. Namun ada pula yang kurang mendukung pendidikan. Tak jarang Made Suarjana menjumpai problema anak-anak yang duduk di kelas 5 ataupun 6 terpaksa berhenti karena menikah.

Saat ini, jumlah total seluruh siswa di SDN Riam Ajungan 2 adalah 82 orang, yang dididik oleh 5 orang guru PNS dan 2 orang guru honorer.

Bertemu Menteri
Pengabdian I Made Suarjana di negeri perantauan selama kurang lebih 10 tahun membawa berkah. Tahun 2013, ia mendapatkan undangan untuk datang ke Jakarta dan menerima penghargaan nasional atas dedikasinya sebagai guru di daerah terpencil. Terpilihnya ayah dengan satu putri ini melalui proses rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah Dasar (K3SD) bersama pengawas TK/SD dan kepala UPT pendidikan kecamatan. Setelah terpilih, ia mengikuti seleksi tingkat kabupaten. Made Suarjana lulus seleksi melaju hingga tingkat provinsi, yang kemudian mengantarkannya ke tingkat nasional.

Berkesempatan mengunjungi Jakarta dan menginap di Hotel Grand Sahid Raya selama seminggu membuat Made Suarjana merasa dibanjiri banyak berkah. Belum lagi dengan banyak hadiah yang ia terima, baik dari pemerintah maupun sponsor. Namun ia sempat merasa panik saat hari pertama tiba di Jakarta, karena ia tidak melengkapi salah satu persyaratan dari panitia. “Saya lupa tidak membawa fotokopi rekening bank. Saya panik, karena tidak ada yang bisa saya hubungi dan meminta untuk mengefaks ke Jakarta. Sinyal di daerah saya mengajar sulit, istri saya pun tidak mengerti tentang faks. Namun syukurlah akhirnya hal itu bisa teratasi,” cerita Made.

Made juga sangat terkesan ketika mengikuti sesi jalan-jalan bersama rombongan. Ia kagum pada Masjid Istiqlal Jakarta yang begitu besar, dan Kota Tua serta museum-museumnya yang sangat eksotis. “Pengalaman dan wawasan saya lebih terbuka tentang sejarah Indonesia,” komentarnya.

Hal yang membuatnya sangat girang adalah saat mendapat kesempatan bersalaman langsung dengan Mendikbud. “Tubuh saya langsung berkeringat, seakan tak percaya bahwa saya yang adalah guru di daerah terpencil, ternyata dapat bertemu dan bertatap muka langsung dengan Pak Menteri,” ujarnya.
Made pun juga terkesan dengan ibu-ibu dari SIKIB yang telah memaparkan program-programnya. “Perasaan saya makin berkecamuk setelah mengetahui betapa besar perhatian ibu-ibu SIKIB terhadap guru-guru di daerah khusus. Secara spontan terucap syukur bahwa saya dianugerahi para pemimpin yang sangat perhatian terhadap keberadaan guru daerah khusus,” katanya.


Made optimis bahwa semakin ke depan, pendidikan di Indonesia akan semakin maju. Meski demikian, ia sangat berharap pemerintah lebih memperhatikan sarana dan prasana di daerah khusus. “Harapan saya, setidaknya pemerintah menyiapkan rumah dinas atau kendaraan dinas sebelum menempatkan PNS ke daerah khusus,” tuturnya. ***



Ditulis tahun : 2013
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2013 ( Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment