Drs. Suharno, M.Pd.
Juara 2 Pengawas SMK Berprestasi Nasional Tahun 2013
Awalnya, tak pernah terpikir di benak
Suharno untuk terjun ke dunia pendidikan. Bahkan ketika ia menempuh S-1 di
Universitas Negeri Surakarta jurusan Teknik Mesin pada tahun 1979 hingga lulus
tahun 1984, ia masih belum memiliki keinginan untuk benar-benar menjadi guru.
Kendati demikian, pria yang lahir di Karanganyar, 30 November 1958 ini sudah
nyambi menjadi guru SMA saat ia masih kuliah, sekitar tahun 1982.
Barangkali karena mulai terbiasa mengajar,
Suharno mulai merasakan nikmatnya menjadi guru. Tahun 1985, Suharno pun memilih
untuk mulai meniti karier di bidang pendidikan. Langkah awalnya dimulai dengan
menjadi guru SMA PGRI di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Pada tahun 1995,
Suharno pindah mengajar di SMK Adi Sumarmo, Karanganyar. “Saya waktu jadi guru
SMA mengajar jadi guru matematika. Tapi ketika mengajar di SMK menjadi guru
praktek, guru gambar, dan guru teori kejuruan,” kenangnya.
Baru pada tahun 2008 Suharno diangkat
menjadi pengawas SMK di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sejak menjadi pengawas,
ia pun sering bertemu dan berbagi pengalaman dengan para guru maupun kepala
sekolah di Kabupaten Karanganyar. Bersama pengawas lainnya, Suharno juga
mencoba untuk mengadakan diklat dan mendampingi para guru maupun kepala sekolah
supaya tak terlalu jauh dari kompetensinya. Selain itu, ia pun memiliki program
mengefektifkan kegiatan awal tahun dengan menyediakan workshop untuk semua
sekolah. “Itu baru berjalan sekitar tahun 2010. Dalam kegiatan ini, kami
memberikan beberapa informasi tentang kompetensi yang harus dilakukan
guru-guru,” terang Suharno.
“Tahun 2012/2013, kami terjun ke beberapa
sekolah melalui kegiatan MGMP sekolah. Salah satu contoh, saya sudah
melaksanakan pelatihan lesson study
pada dua sekolah binaan saya. Ternyata hasilnya sangat bermanfaat meski belum
optimal,” kata Suharno, yang juga menjadi seorang assesor.
Menurut pria yang senang membaca buku
sejarah ini, salah satu kendala yang kerap dirasakan di Kabupaten Karanganyar
ini adalah, adakalanya guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah masih belum
memiliki satu pemahaman. Ada pandangan bahwa supervisi adalah kebutuhan
pengawas saja, dan bukan guru atau kepala sekolah. “Tapi akhir-akhir ini mulai
terasa, bahwa keberadaan pengawas itu sangat bermanfaat. Sharing sudah mulai cair, sehingga masalah dapat kita petakan,”
katanya.
Saat menceritakan kondisi peta pendidikan
di Kabupaten Karanganyar, Suharno mengatakan bahwa Kabupaten Karanganyar yang
kondisi geografisnya adalah pegunungan ini sebenarnya tak terlalu jauh berbeda
dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Indonesia. “Secara fisik tak banyak
berbeda. Tapi dari sisi kualitas dan SDMnya bervariasi. Ada SMK yang sudah
terakreditasi A+, ada juga yang belum terakreditasi,” terangnya.
Di Kabupaten Karanganyar, terdapat 2 SMK
Negeri yang letaknya berada di kota, dan ada 4 SMK swasta yang kualitasnya cukup
bagus. Sedangkan sekolah yang dibangun oleh Muhammadiyah ada dua. “Sebenarnya
tak ada perbedaan mencolok antara sekolah negeri dan swasta, terlebih karena
substansinya sama. Yang berbeda hanya masalah bantuan saja, dimana di negeri
lebih banyak, pun tanahnya lebih luas,” kata Suharno.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas, Suharno pun memanfaatkan media teknologi untuk memudahkannya. “Saya menulis pedoman supervisi akademik bagi kepala sekolah,
makalah tentang pendidikan,
artikel di jurnal dan
menyusun PTS tentang Prakerin. Agar
berdampak luas, selain dipublikasikan melalui jurnal dan majalah, juga saya
upload di blog pribadi: suharno_muhammad.blog.spot.com. dan
suharnowas.blogspot.com,” kata Suharno. Selain itu, ia
pun memanfaatkan email untuk
berkomunikasi dengan sekolah, sehingga mempunyai implikasi yang
baik untuk pengembangan diri dan
memperlancar komunikasi.
“Menurut
saya, kreativitas inilah yang merupakan dasar untuk
maju. Untuk berlaku kreatif, maka kita harus punya pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu. Sedangkan kemauan atau niat merupakan awal bagi terbentuknya
sebuah sikap, tingkah laku, dan loyalitas sebagai wujud dari kredibilitas
terhadap suatu perubahan. Untuk itulah saya perlu memotivasi diri dan mempunyai
sikap yang konkret agar tujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik lebih
terarah dan tepat,” tuturnya.
Visi Suharno
dalam menjadi pengawas adalah menjadi pelayan yang ulil albab, yakni seorang yang cerdas, kreatif, yang memiliki
kemauan belajar yang tinggi dan selalu ingin perubahan ke arah yang lebih baik,
dan tidak lupa bahwa segala kelebihan itu hanya karena kemurahan Allah SWT. Seorang yang
memiliki sifat ulil albab berprinsip “belajar dan bermanfaat
bagi lingkungannya“.
Sedangkan misi Suharno sebagai Pengawas SMK adalah menjadi inspirasi kepada kepala sekolah dan
guru sehingga terjadi perubahan yang positif, membimbing kepala sekolah dengan
cerdas, kreatif, dan inovatif,
meningkatkan kualitas tamatan, membangun hubungan dengan pemangku kepentingan secara bijaksana sehingga
tamatan memiliki peluang kerja lebih besar pada DUDI yang relevan, dan mewujudkan kabupaten vokasi melalui
peningkatan kualitas SMK Kabupaten Karanganyar.
Saat pertama kali
menjadi Pengawas SMK, Suharno mendapat tugas di SMK kecil dengan jarak tempuh 50 km dari rumahnya. Menurutnya, kondisi SMK di daerah tersebut banyak yang belum terakreditasi
karena ketidakberanian
kepala sekolah. Jadi, tantangan
tahun pertama Suharno adalah
membimbing 3 SMK tersebut supaya mendapatkan akreditasi. Rupanya Suharno berhasil membimbing sekolah dalam
mempersiapkan akreditasi, sehingga sampai sekarang,
beberapa SMK selalu meminta bimbingannya pada saat akan akreditasi. “Hal ini disebabkan saya telah
menjadi assesor BAP Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2009. Pengalaman
membimbing guru dan
kepala sekolah untuk berprestasi ini adalah pengalaman luar biasa untuk sebuah
pekerjaan saya sebagai abdi negara", tuturnya.
Salah satu hasil bimbingan Suharno yang lain adalah
SMK Penda 3 Jatipura, yang lokasinya di lereng selatan gunung Lawu, dekat Wonogiri. SMK ini telah menerapkan program
membangun jati diri.
Kegiatan diawali dengan pembentukan karakter peserta didik, sejak masuk kelas. Dampaknya,
siswa-siswa SMK Penda
3 Jatipura memiliki kebanggaan terhadap sekolah, bukan karena megahnya gedung,
tetapi semangat dan jati dirinya. “Akibatnya, jumlah siswa bertambah setiap tahunnya; dari memiliki
murid di bawah 30 kelas X pada tahun pertama saya membimbing, sekarang tahun
2013/2014 peserta didik 3 rombel atau 95 orang kelas X, dan itu bagi saya
merupakan sebuah prestasi yang membanggakan," kisah Suharno.
Di samping
itu, ia membimbing SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar untuk menjadi
sekolah unggulan. Bahkan proses dan keberhasilannya terhadap SMK ini pun
menjadi Best Practice yang kemudian membuatnya memenangkan juara 2 Pengawas
Berprestasi tingkat Nasional 2013.
Awalnya, SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar ini hanyalah
sebuah SMK biasa, yang memiliki potensi seperti ; (1) kecukupan lahan dan
sarana belajar yang standar, (2) guru produktif yang berusia muda dan latar
belakang pendidikan sarjana dengan jurusan yang relevan, (3) peserta didik lebih
dari 800 orang, (4) sumber dana, dan (5) dukungan dari yayasan. Kemudian kepala
SMK Muhammadiayah 3 Karanganyar melakukan konsultasi pada Suharno untuk
mengembangkan kelas unggulan.
Dalam
konsultasi tersebut diketahui adanya permasalahan yang dihadapi, yaitu; (1)
belum memiliki konsep kelas unggulan, (2) belum diketahui langkah apa yang
harus ditempuh, (3) belum diketahui kurikulum yang harus dilaksanakan. Setelah
mengetahui kesejangan yang terjadi, potensi yang dimiliki, dan kelemahan yang ada
pada SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar, maka Suharno pun merancang kegiatan
kepengawasan dengan menggunakan tes FODS MONLINE, yaitu pembimbingan
menggunakan teknik supervisi focus group
discussion dengan modifikasi media online. Dalam membimbing SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar,
Suharno melakukan pendekatan berbeda, karena SMK ini sudah besar dan sudah membangun jati diri. “Oleh karena itu, langkah saya adalah memberi
motivasi dan membimbing SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar untuk diarahkan menjadi
SMK Muhammadiyah 3 Unggulan,” katanya.
Tes FORDS MONLINE
Alasan pemilihan supervisi FGD dengan modifikasi
media online antara
lain, potensi guru produktif SMK
Muhammadiyah 3 Karanganyar, dan kemampuan menggunakan TIK, efektivitas
komunikasi dan pembimbingan, mengurangi intensitas pertemuan langsung tanpa
mengurangi kualitas bimbingan dan hasil, membutuhkan keterlibatan langsung pemangku
kepentingan pembelajaran SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar, dan karakter
supervisi FGD tepat untuk mengembangkan konsep dan perencanaan, sehingga mampu
menjadi solusi permasalahan pengembangan kelas unggulan SMK Muhammadiyah 3
Karanganyar.
Focussed group discussion Direktorat Tenaga Kependidikan menyatakan bahwa
supervisi FGD berupa forum diskusi yang terfokus membahas permasalahan dengan
melibatkan pemangku kepentingan terhadap masalah yang didiskusikan. Supervisi
modern pembimbingan kelompok dan individu dilaksanakan dalam situasi diskusi,
atau pertemuan santai, agar terbangun suasana yang nyaman bagi guru.
Pembimbingan ini difocuskan pada penyusunan konsep pedoman pengelolaan kelas
unggulan, yaitu (1) struktur kurikulum, (2) silabus pengembangan, dan (3) POS
Pembelajaran.
Dalam
mengembangkan kurikulum kelas unggulan pun diperlukan keterlibatan secara aktif
pemangku kepentingan. Mereka merupakan individu yang berpontensi, serta
menguasai materi keahlian. Oleh karena itu, Suharno memandang bahwa Supervisi
focused group discussion atau FGD dengan modifikasi komunikasi pembimbingan
media online cukup tepat digunakan mengembangkan kelas unggulan.
Strategi pemecahan masalah dengan menerapkan teknik
supervisi FGD atau diskusi kelompok terfokus dengan modifikasi diskusi melalui
media online yaitu e-mail. FGD dimodifikasi menjadi diskusi langsung, yaitu dengan diskusi tatap muka dan forum diskusi terfokus tidak langsung
menggunakan email. Penggunaan e-mail ini hanya untuk mengurangi intensitas pertemuan langsung dan bersifat
komunikasi verifikasi hasil diskusi langsung.
Sasaran utama bimbingan mengembangkan kurikulum dan
pedoman pengelolaan kelas unggulan adalah pendidik dan tenaga kependidikan,
serta instruktur atau teknisi bengkel otomotif.
Untuk mengembangkannya diperlukan beberapa kali tatap muka untuk
pembimbingan, diskusi, dan melakukan verifikasi hasil
diskusi. Diskusi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan email.
Sebelum
dilakukan bimbingan, SMK Muhammadiyah 3
Karanganyar belum memiliki dokumen kurikulum dan silabus sebagaimana pedoman
penyusunan kurikulum. Kurikulum dan
silabus yang dimiliki adalah hasil copy paste dari SMK lain. Demikian juga,
sekolah belum memiliki pedoman pembelajaran atau POS pembelajaran sebagai acuan
pembelajaran yang berkualitas. Dampaknya,
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbeda antara perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan
teknik supervisi focus group discussion
dengan media online dilakukan dengan kesepakatan bahwa pelaksanaan terdiri dari
diskusi langsung dan diskusi tidak langsung dengan
menggunakan email. Diskusi langsung digunakan untuk membahas materi penyusunan
kurikulum dan pedoman pembelajaran, sedangkan
untuk konsultasi dan verifikasi hasil tim perumus dilakukan
melalui email.
Pelaksanaan
diskusi pada awal pertemuan tampak tegang dan belum ada inisiatif diskusi dari
peserta. Rasa minder dan
kurang percaya diri dari instruktur pun terlihat jelas.
Dengan selalu dimotivasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang sering terjadi di
bengkel, maka pembicaraan dalam diskusi mulai mengalir, apalagi dalam membahas
indikator, materi dan kegiatan pembelajaran. Bahasa diskusi yang
menggunakan bahasa bengkel seperti pengertian teknik
dan nama alat atau komponen mobil kemudian disunting
menjadi bahasa yang lebih standar. Ini untuk
mengatasi kekakuan dalam diskusi.
Peserta
diskusi di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar terdiri dari 19 guru dan 4 instruktur
dari DUDI. Jumlah tersebut
dibagi menjadi empat kelompok kecil,
yaitu dua kelompok membahas struktur kurikulum, dan dua
kelompok lainnya membahas silabus. Selesai
diskusi kelompok, dilanjutkan diskusi pleno
untuk mendapatkan laporan hasil
diskusi kelompok dan presentasi yang dikritisi. Hasil
akhirnya dirumuskan oleh
tim perumus. Setelah naskah kurikulum dan silabus dikerjakan tim perumus, baru
kemudian dikirim ke Suharno melalui
email untuk dikonsultasi
dan diverifikasi.
Keterlibatan
instruktur dari DUDI ini memberi dampak
terhadap pemahaman pendidikan menengah kejuruan, khususnya adanya relevansi
praktek di bengkel sekolah dan industri. Kesadaran pengelolaan prakerin
yang lebih baik dan berkualitas tumbuh di kedua belah pihak, yaitu guru
produktif dan instruktur DUDI.
Setelah dilakukan pembimbingan menggunakan Tes FORDS MONLINE
sehingga program keahlian memiliki dokumen kurikulum dan silabus kelas
unggulan, motivasi
guru dalam menyusun
dan mengembangkan RPP menjadi meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang
mengembangkan RPP yang sesuai dengan standar proses meningkat menjadi 50%.
Perubahan
ini terjadi karena guru memahami pentingnya perencanaan dalam pembelajaran yang
berkualitas, sehingga struktur pemikiran guru terhadap pengembangan RPP semakin
jelas. Silabus yang dikembang bersama-sama dengan DUDI disusun lebih
operasional, seperti pengembangan kompetensi dasar menjadi indikator bagaimana
kegiatan
pembelajaran disusun agar indikator tercapai, dan teknik penilaian apa yang
tepat untuk mengukur indikator tersebut.
Hasil
Tes
FORDS MONLINE, yang berupa dokumen kurikulum dan silabus kelas unggulan
disahkan dan disosialisasikan kepada semua guru SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar.
Kepala sekolah merekomendasikan kepada guru produktif untuk menjadikan silabus
kelas unggulan sebagai pedoman penyusunan RPP yang dilaksanakan di kelas
unggulan secara individu. Guru mata pelajaran
selain produktif pun diharapkan
untuk mengembangkan silabus dan RPP melalui MGMP sekolah seperti hasil
bimbingan. Untuk penyusunan dan perbaikan silabus dan RPP, guru mendapat
kesempatan dalam satu bulan berikutnya, minimal satu KD,
harus selesai dan dikumpulkan.
Membentuk Sekolah
Unggulan
Selain itu, pengawas sekolah memiliki tugas untuk membantu
kepala sekolah, dalam mengelola sekolah agar tercapai tujuan sekolah. Program
kelas unggulan merupakan tujuan 5 tahun program SMK Unggulan. Konsep SMK
Unggulan bagi SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar, sebagaimana misi Muhammadiyah, yaitu sebagai lembaga amal usaha bidang
pendidikan yang mampu menjadi lembaga dakwah yang menghasilkan kader
Muhammadiyah yang berakhlak mulia, cerdas, mandiri, dan berjiwa nasionalisme.
Untuk mampu menjadi SMK Unggulan, SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar harus memiliki;
(1) jati diri SMK dakwah, (2) menerapkan
manajemen mutu, (3) melaksanakan pembelajaran yang bermutu yang mampu untuk
menjadi dasar perkembangan menuju SMK Muhammadiyah Unggulan.
Menjadi SMK Unggulan pun harus didukung oleh adanya budaya mutu. Budaya
mutu adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang
kondusif bagi pemantapan dan perbaikan mutu terus menerus, terdiri dari nilai,
tradisi, prosedur, dan harapan yang mempromosikan mutu.
Langkah awal yang dilaksanakan adalah dengan menyusun dan mengembangkan kurikulum
kelas unggulan yang juga harus ditindak lanjuti dengan program kepengawasan yang bersinambungan dan relevan dengan program jangka menengah SMK
Muhammadiyah 3 Karanganyar. Evaluasi program dan pelaksanaan kelas unggulan
dilaksanakan oleh tim pengembangan kurikulum, kepala sekolah, DUDI, komite
sekolah, dan pengawas sekolah dalam sebuah forum diskusi.
Hasil dari evaluasi dan rekomendasi tindak
lanjut, akan menjadi bahan penyusunan program SMK Unggulan. Program SMK
Unggulan merupakan bagian dari program kepengawasan Pengawas sekolah. Tetapi untuk menjamin keberlangsungan program SMK
Muhammadiyah 3 Unggulan Karanganyar, dibuat konsep utuh yang akan dilaksanakan
oleh Pengawas SMK lainnya.
Oleh karena keberhasilannya dalam
menjadikan SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar sebagai
sekolah unggulan, maka cukup pantas jika kemudian Suharno menjadi pengawas SMK terbaik di tingkat provinsi, yang kemudian maju ke tingkat nasional. Upayanya
berbuah manis dengan berhasil menyabet gelar juara 2 Pengawas Berprestasi
Tingkat Nasional 2013.
Tanamkan
Kebersamaan dalam Keluarga
Suharno adalah anak kelima dari 5 bersaudara yang lahir di desa Malangjiwan RT 02 RW
03 Colomadu Karanganyar, Jawa Tengah. Kedua orang tuanya hanya seorang
buruh tani. Oleh karena itu, saat
kecil, Suharno sempat diadopsi
pamannya untuk
meringankan beban orang tuanya. Meski demikian, orang tuanya begitu gigih
berusaha untukmenyekolahkan anak-anaknya Minimal setamat SMA. Namun menurut
Suharno, sebagian besar bahkan lulus S-2. “Orang tua benar-benar menjadi inspirasi keluarga kami,» katanya. Sebagai anak lelaki, Suharno
pun dituntut untuk mandiri.
Dengan kerja keras, ulet, tekun, dan semangat pantang menyerahlah akhirnya ia bisa menyelesaikan studi S1 dan
S2 tanpa bantuan finansial dari orang tuanya.
Tahun 1985, Suharno menikah dengan Sri Wahyuni, S.Pd, yang juga berprofesi sebagai guru, mengajar di SD Negeri 03 Malangjiwan,Karanganyar,
Jawa Tengah. “Istri saya sangat perhatian dengan
bidang pendidikan dan sangat membantu/mendukung saya dalam menjalankan profesi yang amanah
ini,» tuturnya. Dari
pernikahannya,Suharno dikaruniai dua anak yang bernama Ayu Prabandari yang kini telah menikah, dan Muhammad Galih Prabowo, yang
saat ini telah
menginjak tingkat akhir S-1. Dalam keluarganya, Suharno selalu menekankan kebersamaan. Menurutnya,
segala permasalahan yang terjadi pada anggota keluarga, maka yang pertama mengetahui adalah
anggota keluarga, terutama orang tua. “Saya mungkin tidak mempunyai prestasi spesial
dalam keluarga, tetapi saya hanya berusaha menjadi pribadi yang amanah,
bijaksana, dan bisa menjadi teladan bagi generasi saya nantinya, keluarga,
masyarakat, dan anak didik/orang lain,» tuturnya.
Dalam keseharian, Suharno pun cukup aktif
berpartisipasi dalam organisasi, antara lain; berpartisipasi dalam organisasi
Muhammadiyah dan PGRI, dan pernah mendirikan lembaga pendidikan untuk remaja
lewat karang taruna. Ia pun memiliki pengalaman berharga dalam Pramuka dan
pecinta alam. Selain itu, Suharno
pun berkomunikasi dengan kawan seprofesinya dalam wadah Forum Komunikasi
Pengawas SMK melalui APSI dan MKPS kabupaten Karanganyar. “Dalam organisasi MKPS, saya
diberikan amanah sebagai sekretaris,» katanya. Ia pun menjadi pengurus Majelis Dikdasmen Daerah
Kabupaten Karanganyar
dan Pendiri SD Muhammadiyah Program Unggulan, juga menjadi pengurus Forum Assesor Akreditasi SMK BAP-S/M
Soloraya, yaitu forum komunikasi para asessor SMK yang membicarakan permasalahan
yang muncul di lapangan, maupun
pemahaman terhadap instrumen akreditasi, sehingga tidak menimbulkan penafsiran
yang berbeda antara asessor.
Kini,
setelah menjadi pemenang dalam ajang PTK Berprestasi dan Berdedikasi 2013,
rencana masa depan Suharno hanya satu, yaitu terus memperbaiki diri dengan amal
ibadah dan melakukan yang terbaik dalam berbagai kesempatan di kedinasan maupun
di masyarakat untuk mewujudkan pendidikan menegah kejuruan di Indonesia menjadi
terbaik di dunia. ***
Ditulis tahun : 2013
No comments:
Post a Comment