Profil Juara : Perjalanan Mulus Menuju Tingkat Nasional


Eko Nugroho Indriyatno, S.Pd
Juara 3 Pengawas SMK Berprestasi Nasional 2013

“Saya salah satu orang Indonesia yang tidak pernah mencari pekerjaan, karena sejak lulus dari D3 Pendidikan Fisika MIPA Universitas Gadjah Mada pada tahun 1992, saya mendapatkan ikatan dinas, langsung menjadi CPNS, dan ditugaskan di SMA Negeri 1 Batulicin, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan,” kata Eko Nugroho Indriyatno, S.Pd, juara 3 Pengawas SMK Berprestasi Nasional 2013. Saat itu, ia  merasa tidak keberatan untuk dipindahkan ke luar Jawa supaya penyebaran guru di Indonesia lebih merata.


“Selama 10 tahun, saya mengajar Fisika di sekolah tersebut dan sangat menikmati kehidupan di Batulicin karena sudah diterima oleh masyarakat sekitar dan tidak pernah dianggap sebagai warga pendatang,” tutur pria kelahiran Yogyakarta, 21 Agustus 1969 ini.

Pada tahun 2003, Eko pindah ke Bangka Barat dan mengajar di SMP Negeri 1 Muntok. Alasan kepindahannya adalah supaya ia bisa dekat dan merawat orang tua. Selama tiga tahun mengabdikan diri sebagai guru di SMP Negeri 1 Muntok, ia mengajar Fisika dan Olahraga.

Namun karena sebuah tugas baru, Eko sempat dibebaskan dari tugas mengajar, tepatnya pada tahun 2006-2007. Ia harus menjadi Ketua Komite Pembangunan Unit Sekolah Baru SMPN 2 Simpang Teritip. Dalam kurun waktu yang bersamaan, ia  juga harus menjadi Ketua Pembangunan Unit Sekolah Baru SMKN 1 Muntok. “Alhamdulillah pada awal tahun pelajaran 2007/2008, berdirilah dua sekolah baru di Kabupaten Bangka Barat, yaitu SMPN 2 Simpang Teritip dan SMKN 1 Muntok,” tuturnya.

Sejak SMKN 1 Muntok berdiri pada tahun 2007, Eko lah yang diangkat menjadi kepala sekolah. “Sebagai kepala sekolah di unit sekolah baru dengan segala keterbatasan yang ada, dituntut bekerja ekstra keras guna menanggulangi keterbatasan tersebut. Di awal berdirinya, SMKN 1 Muntok hanya memiliki 88 siswa, tapi pada tahun ketiga sudah menjadi sekolah tujuan siswa SMP. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pendaftar yang mencapai 300 siswa lebih, padahal daya tampung siswa baru saat itu hanya 128,” ungkapnya.

Namun di awal tahun 2010, ia diangkat menjadi Pengawas SMK, sehingga ia bahkan tidak sempat untuk menandatangani ijazah siswa angkatan pertama SMKN 1 Muntok. Kendati demikian, Eko merasa semakin bersemangat sejak menjadi pengawas, dengan tugas dan tantangan baru. Saat ini, ada 8 sekolah di Bangka Barat yang berada di bawah supervisinya, antara lain SMKN 1 Muntok, SMKN 1 Kelapa, SMKN 1 Parittiga, SMKN 1 Tempilang, SMK Bina Karya 1 Muntok, SMK Bina Karya 2 Muntok, SMK Muhammadiyah Muntok, dan SMK Karya Parittiga.

Selain tugas pokok dan fungsi kepengawasan (kepengawasan akademik dan manajerial) bagi sekolah binaannya, banyak terobosan-terobosan yang telah dilakukan Eko, antara lain difasilitasinya kegiatan-kegiatan siswa SMK ( LKS, O2SN,FLS2N ,OSTN, Debat bahasa dll) oleh Dana APBD II Kabupaten Bangka Barat, difasilitasinya kegiatan pendampingan bagi SMK yang akan diakreditasi oleh Dana APBD II Kabupaten Bangka Barat, dan difasilitasinya kegiatan-kegiatan peningkatan profesionalisme guru produktif SMK oleh Dana APBD II Kabupaten Bangka Barat.

Dalam membina hubungan dengan para pemangku sekolah, Eko pun sedapat mungkin mendekatkan diri tanpa menciptakan jarak yang kaku, sehingga mereka dapat lebih leluasa dalam mengomunikasikan berbagai hal, terutama yang berkaitan dengan tugas dan fungsi dalam proses pendidikan. Misalnya, Eko merasa cukup dekat dengan para guru, terutama di sekolah-sekolah binaannya. “Mereka tidak segan-segan untuk berkonsultasi, baik masalah sekolah maupun masalah pribadinya. Bahkan sering mereka datang ke rumah setelah jam kantor apabila tidak bertemu saya di kantor,” katanya.

Demikian pula dengan kepala sekolah, Eko pun cukup menjalin kedekatan, dikarenakan sebelum menjadi pengawas, ia adalah ketua MKKS SMK Kabupaten Bangka Barat. “Kalau dengan para kepala sekolah, kami lebih banyak diskusi, baik secara pribadi atau melalui forum MKKS SMK. Sangat beragam topiknya, mulai dari soal administrasi keuangan -- karena saya termasuk dalam tim manajemen BOS Kabupaten untuk jenjang Dikdas maupun Dikmen, pengelolaan sekolah, MBS, akreditasi -- karena saya adalah ketua Unit Pelaksana Akreditasi Kab.Bangka Barat, dll.

Kegiatan rutin yang dilakukan Eko sebagai adalah melaksanakan pertemuan dengan kepala sekolah dan guru dalam rangka pengawasan manajerial dan akademik antara lain, pertemuan atau rapat (meeting), diskusi kelompok (group discussion), penataran-penataran (in-service training), lokakarya (workshop), kunjungan kelas (classroom visitation),observasi kelas (classroom (observation),wawancara individual (individiual interview), Intervisitasi (saling mengunjungi), dan evaluasi diri (self evaluation).

Sejauh ini, tak ada kendala berarti yang dihadapi Eko selama menjadi pengawas. Hanya sedikit keluhan yang dirasakannya, misalnya mengenai sebaran SMK yang mencakup seluruh wilayah Bangka Barat, sehingga jarak satu SMK ke SMK yang lain bisa mencapai 200 km. Selama ini, Eko menggunakan motor dinas untuk dapat menjangkau SMK-SMK yang letaknya berjauhan. “Tetapi kadang dengan cuaca yang kurang bersahabat, kita harus menempuh perjalanan tersebut di bawah guyuran hujan dan melewati daerah2 yang tidak berpenghuni,” kenangnya dengan sedih. Namun hal yang paling menyenangkan baginya adalah, kehadirannya selalu dinanti-nantikan di sekolah, baik oleh guru maupun kepala sekolah. “Hal ini tidak tergantikan oleh apapun, karena bisa mencapai tahap tersebut perlu teknik dan strategi yang tepat, bagaimana kita bisa mengawasi sekolah tanpa mereka merasa diawasi,” tuturnya.

Pecinta Sepeda Onthel dan Volkswagen
Meski lahir dari keluarga yang sangat sederhana, Eko mengaku menjalani masa anak-kanak yang menyenangkan. “Ayah saya adalah seorang sopir truk, dan ibu saya hanyalah seorang buruh pabrik. Meskipun tidak mempunyai pendidikan tinggi, tapi orang tua saya mempunyai kemauan yang tinggi untuk bisa mengantarkan keenam anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi,” ungkapnya dengan rasa haru.

Lahir di Yogyakarta, Eko pun kemudian sempat berpindah kota beberapa kali. “Sampai dengan kelas 3 saya bersekolah di SD BOBKRI Jogja. Kemudian pindah ke Kabupaten Rembang dan bersekolah di SD Katolik hingga tamat. Sempat bersekolah di SMPN 1 Rembang hingga naik kelas 1, karena kelas 2 hingga tamat pindah ke Kodya Salatiga dan bersekolah di SMPN 1 Salatiga. Di SMAN 1 Salatiga lah saya menamatkan pendidikan menengah atas.

Dalam keseharian, pria pecinta sepeda onthel ini kerap membantu menyusun setting kegiatan, terutama kegiatan-kegiatan di bidang Dikdasmen, yang biasanya ia lakukan usai jam kerja pada pukul 16.00 wib. Selain itu, ia pun biasa membantu dalam menyusun rencana kegiatan dan anggaran Dinas Pendidikan, terutama kegiatan-kegiatan di bidang Dikdasmen. “Kalau kebetulan tidak ada kegiatan, maka setelah pulang kerja saya akan ajak keluarga ngonthel (bersepeda tua) keliling kota. Selain sepeda tua, Eko juga gemar dengan mobil tua jenis Volkswagen. “Pada hari Sabtu, meskipun kantor libur, sering saya gunakan untuk menjadi narasumber dari berbagai kegiatan di sekolah, mulai dari jenjang SD, SMP, SMA dan SMK,” tutur ayah dua anak ini.

Berpengalaman Ikut Lomba
Awal mula perjalanan Eko saat mengikuti ajang lomba PTK Berprestasi dan Berdedikasi 2013 ini dimulai sejak tahun-tahun sebelumnya, dimana ia pun senantiasa terus berpartisipasi meski dalam kategori berbeda. Di tahun sebelumnya, ia pernah mengikuti ajang lomba Guru Berprestasi hingga tingkat nasional, namun hanya masuk sebagai finalis. Pada saat menjabat sebagai kepala sekolah pun ia mengikuti ajang lomba Kepala Sekolah Berprestasi, namun hanya dapat meraih juara 2 tingkat Provinsi.

Karena sudah terbiasa dengan lomba, Eko pun tak mengalami kesulitan berarti saat kembali maju, meski dengan kategori berbeda, yakni sebagai Pengawas Berprestasi. Ia mendownload segala informasi mengenai lomba melalui internet, kemudian mendaftarkan diri ke Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga Kabupaten Bangka Barat. “Karena Pengawas SMK di Kabupaten Bangka Barat hanya saya sendiri maka setelah seleksi secara otomatis saya ditetapkan sebagai pemenang 1 di Kabupaten Bangka Barat. Di tingkat provinsi pun hanya saya sendiri juga peserta seleksinya, jadi otomatis juara 1 dan berangkat ke nasional,” ungkapnya gembira.

Dalam presentasi Best Practice di depan juri, Eko mengetengahkan optimalisasi kekuatan dan peluang serta antisipasi kelemahan dan ancaman untuk persiapan akreditasi dalam pengawasan manajerial menghasilkan Akreditasi A bagi SMK Bina Karya 2 Muntok, Kabupaten Bangka Barat.  Ini adalah sebuah kilas balik kinerja Eko dalam membina dan membimbing sekolah hingga berhasil meraih akreditasi A.

SMK Bina Karya 2, yang sebelumnya memiliki akreditasi B, adalah sasaran pengawasan manajerial Eko guna mempersiapkan akreditasi sehingga diharapkan mendapatkan hasil akreditasi A yang memuaskan. Dalam prosesnya, Eko menggunakan analisis dan optimalisasi SWOT. Analisis ini merupakan suatu langkah untuk mengidentifikasi faktor Kekuatan (Strength) dan kelemahan (weakness) dari faktor internal, serta Peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat) dari lingkungan eksternal.

Indikator keberhasilan dari strategi Eko dalam menggunakan analisis dan mengoptimalisasi SWOT antara lain terbentuknya 8 tim teknis permanen di SMK Bina Karya 2 Muntok yang bertanggung jawab terhadap masing-masing standar nasional pendidikan, dan meningkatnya nilai dan/atau peringkat akreditasi untuk program keahlian Akuntansi di SMK Bina Karya 2 Muntok.

Sedangkan faktor-faktor pendukung pelaksanaan strategi antara lain semangat kerja Tim Pengembang Sekolah yang tinggi serta kerja sama yang solid antara seluruh warga sekolah dan pengawas,serta tersedianya akses internet di sekolah sehingga memudahkan tim untuk mencari informasi secara mandiri mengenai hal-hal yang berkaitan dengan akreditasi sekolah.


Presentasi Best Practice dan keberhasilan Eko dalam membina SMK Bina Karya 2 hingga memperoleh akreditasi A tampaknya cukup mengesankan para juri. “Dewan juri sangat antusias dan tertarik dengan presentasi saya. Hal ini dibuktikan dengan diskusi yang sangat serius antara saya dengan dewan juri dalam mengupas best practice tersebut. Sampai dengan batas akhir waktu yang ditentukan pun dewan juri masih meminta tambahan waktu untuk melanjutkan diskusi,” kata Eko. Dan ketika Eko dinobatkan menjadi juara 3 pengawas berprestasi tingkat nasional, semakin besar kebanggaan dan rasa syukurnya, karena dibanding peserta lain yang mengalami seleksi ketat sejak tingkat kabupaten dan provinsi, Eko yang sama sekali tak mengalami proses seleksi ternyata pun mampu menjadi juara. ***

No comments:

Post a Comment