Deden Suryana, S.Pd, M.Pd.
Juara 3 Kepala SMK
Berprestasi Nasional 2013
Meski baru tiga tahun menjabat sebagai kepala di SMKN 1 Batam, Deden
Suryana, S.Pd, M.Pd
telah berhasil menerapkan strategi-strategi jitu dalam mengelola sekolah hingga
menjadi sekolah menengah kejuruan unggulan dan terbaik. Tak pelak, Best
Practice-nya tersebut pun telah mengantarkannya menjadi kepala SMK berprestasi
tingkat nasional tahun 2013.
Setelah lulus dari Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tahun 2000, pria kelahiran Bandung, 2
Juni 1975 ini
mendapat penawaran bekerja di sebuah yayasan pendidikan di Kota Batam, yaitu di SMK
Al Jabbar,
untuk menjadi guru Teknik Mesin sesuai dengan latar belakang pendidikannya. “Ini adalah
lompatan besar dalam kehidupan saya, mengingat belum pernah sekalipun bepergian
ke luar Jawa. Dengan
niat dan tekad yang kuat dan disertai doa restu orang tua untuk mencari
pengalaman dan penghidupan yang lebih baik, saya berangkat ke Kota Batam dengan
dua
orang rekan saya yang
juga alumni UPI,” kisah Deden.
Di SMK Al Jabbar, Deden berusaha
untuk mempraktekkan
ilmu yang telah didapatkannya selama di bangku kuliah, baik ilmu pengajaran maupun
praktek teknik
mesin.
Baginya, ini
merupakan pengalaman pertama dan berharga menjadi guru secara professional, meski pada saat itu gaji yang
diterimanya hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari saja. Kendati demikian,
Deden berusaha keras untuk dapat menabung supaya pada hari lebaran ia dapat
mudik ke Bandung, meskipun hanya sanggup menumpang kapal Pelni saja. Namun hal
yang paling membahagiakan saat ia berada di SMK Al Jabbar ini adalah bertemu
dengan Yuli Fitria, S.Pd, yang juga seorang guru di SMK Al Jabbar, dan yang kini telah menjadi
pendamping hidupnya.
Tahun 2002, Deden diangkat
sebagai Kepala Sekolah SMK Al Jabbar. “Ini merupakan sebuah penghargaan yang sangat luar
biasa, mengingat usia saya yang relatif masih muda, 27 tahun, namun sudah dipercaya untuk
menjabat sebagai kepala
sekolah,” tuturnya. Atas rejeki dan
kebahagiaan yang berbarengan dengan kelahiran anak pertamanya ini, maka ayah
dua anak ini pun memberi nama anak pertamanya Rizki Ananda.
Pada tahun 2003, Deden mencoba untuk mengikuti penerimaan CPNS. Beruntung
ia dinyatakan lulus, dan ternyata ditempatkan di SMK Negeri 1 Batam sebagai guru. Tak pelak, Deden pun harus menanggalkan
jabatannya sebagai kepala di SMK Al Jabbar untuk berpindah ke tempat yang baru.
Sebagai seorang guru, Deden senantiasa menunjukkan semangat dan kerja
kerasnya dalam mendidik para siswa, dan berperan aktif dalam manajemen sekolah.
Tak heran jika selang satu tahun kemudian Deden diangkat menjadi Kepala Program
Keahlian di jurusan Teknik Permesinan. Tahun 2005, Deden dipercaya menjadi Wakil Kepala Sekolah
Bidang Humas. Namun pada
saat itu, Deden merasa bahwa ia harus segera meningkatkan kualifikasinya untuk
menunjang karier maupun kompetensinya. Oleh karena itu, ia pun mencoba mengikuti
seleksi beasiswa
S-2
dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. “Alhamdulillah tahun 2006
terpilih sebagai mahasiswa
beasiswa
penuh untuk program
Magister Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, pada Jurusan
Pendidikan Teknologi & Kejuruan,” katanya.
Setelah menamatkan program S-2nya dengan hasil yang sangat memuaskan pada
tahun 2008, Deden kembali ke Kota Batam dan meneruskan pengabdiannya di SMKN 1 Batam. Kali
ini ia dipercaya menjadi wakil bidang kurikulum. Baru pada tahun 2010 Deden diangkat menjadi kepala SMKN 1
Batam hingga sekarang.
Dari Keluarga Peminat Bidang
Pendidikan
Lahir dan besar di Bandung, kedua orang tua Deden yang hanya lulusan SLTA
senantiasa menanamkan kesederhanaan dan kedisiplinan agama yang kuat di
lingkungan keluarga. Tak pelak pada saat ayahnya lulus sebagai
PNS dan harus pindah ke tempat baru yang jaraknya cukup jauh dari sekolah Deden, maka Deden kecil
pun harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan sepeda hadiah dari orang
tuanya. “Tak peduli hujan dan panas serta jalan raya yang
ramai, itu
tidak menjadi kendala bagi saya untuk berangkat ke sekolah dan menyelesaikan
pendidikan saya di SD,”
kisahnya.
Sejak kecil, pria yang hobi berenang dan main musik ini senantiasa
optimis dapat mencecap pendidikan dengan baik. Uniknya, hampir seluruh
keluarganya memiliki minat dan ketertarikan di dunia pendidikan. Kedua orang
tuanya pun memberi semangat dan dorongan yang tinggi pada kelima anaknya,
sehingga kesemuanya berhasil
menyelesaikan S-1 di bidang pendidikan. “Saya merasa
bahwa bekerja di bidang pendidikan bukan hanya pencapaian materi semata, namun
lebih dari itu. Ada
sebuah kepuasan dan kebanggaan yang besar ketika dapat memberikan kontribusi dan bekal
terhadap generasi penerus bangsa,” tuturnya. Selain itu, ia pun memiliki pandangan bahwa
berkiprah di dunia pendidikan tak hanya bermanfaat untuk dunia, melainkan juga
untuk akhirat, sepanjang dilandasi ibadah dan keikhlasan. Oleh karena itu, seumur hidupnya,
Deden enggan berusaha untuk bekerja di luar bidang pendidikan.
Meski telah meraih cita-citanya di bidang pendidikan, tak berarti Deden
mudah berpuas diri. Ia pun giat untuk meningkatkan kualifikasi dan
kompetensinya. “Peningkatan kompetensi dan kualifikasi bukan
hanya didapatkan pada saat pelatihan ataupun seminar-seminar, melainkan juga dapat diraih dari pengalaman
bergaul dan berkomunikasi dengan sesama kepala sekolah. Selain itu, studi
banding juga diperlukan agar kita mendapatkan pencerahan dan motivasi dengan
sekolah di dalam negeri bahkan luar negeri dalam mengelola sekolah yang
profesional. Juga kita dapat mencari referensi melalui jaringan internet dan
bergabung dalam komunitas-komunitas yang relevan,” tuturnya. Sejauh ini, Deden pernah
berkunjung ke Singapura, Cina, Jerman dan Inggris.
Sekolah Terbaik
SMK Negeri 1 Batam terletak di daerah Batu
Aji, sekitar 10 Km dari pusat kota Batam. Daerah ini termasuk daerah dengan
pertumbuhan pesat, karena memiliki daya dukung yang tinggi terhadap
perkembangan daerah, seperti adanya mall, Rumah Sakit Umum Daerah, perguruan
tinggi, pasar basah, dan sekolah-sekolah. Di sekitar SMK yang berdiri sejak
tahun 1997 ini, terdapat tiga sekolah lainnya; antara lain Yayasan
Pendidikan Muhammadiyah ( TK, SD, SMP, SMA/SMK ), SD Negeri 004 Batu Aji, dan SMA Swasta Advent.
Tahun ajaran 2012/2013 ini jumlah total siswa di SMK yang yang memiliki 6
kompetensi keahlian ini adalah 1300 siswa, yang dibimbing oleh 90 orang guru.
Hampir sebagian besar siswa memiliki latar belakang dari keluarga ekonomi
menengah ke bawah, yang terdiri atas anak para pedagang,
karyawan perusahaan, dll. Kendati demikian, mereka merasa tidak keberatan
dengan uang sekolah yang berkisar antara dua ratus hingga tiga ratus ribu rupiah, karena kesadaran
pendidikan para orang tua murid sudah cukup tinggi. Sekolah yang
memiliki luas kurang lebih 5 hektar ini memiliki 40 ruangan, dengan sarana dan prasarana yang sudah cukup
memadai, dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Antara lain jaringan wifi,
berbagai sarana olahraga, gedung pertemuan, gedung pelatihan, hingga asrama.
Kelengkapan sarana dan prasarana di SMKN 1 Batam tak lepas dari berbagai
dukungan, antara lain dari pemerintah daerah yang memberikan bantuan untuk
sekolah RSBI setiap tahunnya sebesar 135 juta rupiah, dan bantuan rutin per
tahun yang mencapai anggaran sebesar 500 juta rupiah. Selain itu juga terdapat
dukungan dari komite sekolah berupa bantuan infrastruktur di sekolah, seperti
lapangan parkir, lapangan olahraga, dan masjid sekolah. Komite sekolah ini pun
berjasa memfasilitasi hubungan kerja sama dengan berbagai instansi atau
perusahaan yang ada di kota Batam. SMKN 1 Batam ini pun termasuk
sekolah sasaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sehingga tak pelak seringkali
menjadi tempat training guru dan kepala sekolah untuk lebih memahami Kurikulum 2013.
Telah
banyak prestasi yang ditoreh oleh SMKN 1 Batam, sehingga sekolah ini pantas
mendapat predikat sebagai sekolah terbaik. Prestasi-prestasi yang diraih tak
hanya di bidang akademik saja, melainkan juga di bidang nonakademik. Tak juga
hanya di dalam negeri saja, bahkan prestasi di kancah internasional. Misalnya,
pada tahun 2010 salah seorang siswa pernah meraih juara 1 Worlds Skill ASEAN Automation Production Technology di Bangkok,
Thailand, pada tahun 2011 salah seorang siswa pernah meraih peringkat 24 dalam World Skill Competition Mechatronics di
London, Inggris, pada tahun 2012 salah seorang siswa pernah meraih juara 2
dalam National Vocational Students Skill
2012 Automatic Production Line di Tianjin, China, dan pada tahun 2013 pun
salah seorang siswa meraih juara 1 dalam National
Vocational Students Skill 2013 Automatic Production Line di Tianjin, China.
Bukan hal yang mudah untuk mengawal sebuah sekolah menjadi sekolah dengan
kualitas yang baik dan menghasilkan prestasi cemerlang. Bagi Deden, diperlukan
usaha untuk mewujudkan kondisi ideal yang menunjang keberhasilan proses
pendidikan. Bagaimanapun, proses belajar mengajar yang efektif memerlukan
suasana psikologis sekolah yang nyaman. Siswa pun harus senantiasa merasa aman
dan nyaman, dan hubungan guru dengan siswa harus harmonis, sehingga semangat
kerja sama menjadi lebih berkembang. Kepala sekolah dengan guru harus dapat
berkomunikasi secara terbuka untuk membangun suasana yang kondusif, sehingga
seluruh daya sekolah dapat difokuskan pada pengembangan sekolah.
Menghidupkan iklim organisasi dan budaya sekolah
Maka demi mewujudkan semua itu, Deden menggunakan beberapa strategi untuk
dapat memajukan sekolah dan memiliki citra unggulan di mata masyarakat, yakni
menghidupkan iklim organisasi dan
budaya sekolah. Menurutnya, hal ini adalah soft skill sekolah yang
sangat efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah itu sendiri. “Banyak
sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai dengan jumlah SDM yang
cukup besar, namun
pencapaian dan prestasinya belum muncul. Mungkin hal ini terjadi karena aspek soft skillnya belum dikelola secara
baik. Adalah tugas kepala sekolah sebagai pemimpin dan sebagai agen perubahan
agar sekolah dapat memiliki iklim dan budaya yang baik,” terangnya. Oleh karena itu, Deden
menggalakkan budaya silaturahim, budaya kerja, budaya mutu, budaya prestasi, budaya bersih, budaya malu, budaya keagamaan, dan budaya S5
(Senyum, sapa, salam sopan dan santun).
“Sebagai perwujudan dari budaya silaturahmi di sekolah,
kami tidak hanya menganggap bahwa sekolah adalah tempat tugas dan rekan kerja,
namun lebih dari itu. Kami
mengikatkan diri sebagai Keluarga Besar SMK Negeri 1 Batam, dimana kami
dapat berbagi baik suka maupun duka dengan meluangkan waktu dan meringankan
langkah apabila ada salah satu keluarga dari guru maupun karyawan tertimpa
musibah ataupun acara lainnya yang perlu kami datangi. Bahkan setelah lebaran
atau acara halal bihalal, kami menjadwalkan untuk mengunjungi setiap rumah dari
seluruh guru dan karyawan satu persatu agar dapat mengenal rumah dan
keluarganya, sehingga muncul rasa kebersamaan dan rasa empati terhadap seluruh
keluarga besar,”tuturnya.
Munculnya harapan dan cita-cita ideal ini didasari oleh ketidakpuasan
Deden saat pertama kali menjadi kepala sekolah. Ia merasa, ada banyak hal yang
harus dibenahi di SMKN 1 Batam ini. Berbagai permasalahan yang dapat
diidentifikasi olehnya antara lain: minimnya kebersamaan dan rendahnya sinergi kerja dan terdapat
ketegangan dalam internal pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga sering ada
gesekan dan benturan perasaan antar mereka, komunikasi dan informasi antar anggota
warga sekolah tidak lancar, guru tidak terinspirasi dan bergairah dalam
melonjakkan pencapaian prestasi peserta didik dan tidak tahu harus berbuat apa agar kompetensi
dan profesionalitasnya meningkat, rendahnya jumlah guru yang membuat
Administrasi Pembelajaran (silabus atau RPP), kegiatan ekstra kurikuler ala
kadarnya, tidak ada upaya yang jelas dari sekolah untuk meningkatkan kompetensi
dan profesionalitas pendidik dan tenaga
kependidikan, tingginya tingkat kenakalan siswa dan rendahnya kedisiplinan
dalam proses belajar mengajar, serta kurangnya prestasi sekolah yang diraih
pada setiap even atau kejuaraan. Oleh karena itu, perlu adanya beberapa
pembenahan yang langsung memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut.
Deden optimis dan percaya bahwa setiap orang memiliki dorongan
atau motif untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaannya. Demikian juga dengan siswa dan
guru di sekolah. “Mereka
adalah orang-orang yang harus diberikan kesempatan dan penghargaan agar hasil
belajar dan bekerjanya dapat tampil secara optimal,” tuturnya. Dengan
konsep-konsep motivasi yang dipelajari selama pendidikannya di jenjang
S2, maka Deden pun
berusaha untuk memunculkan motif berprestasi di kalangan siswa dan guru serta
karyawan SMKN 1 Batam.
Beberapa strategi yang dilakukan Deden antara lain pengelolaan pendidikan berbasis budaya
mutu, peningkatan kompetensi dan kualifikasi SDM, pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk efektivitas dan efisiensi, menyelenggarakan
ekstra kurikuler/pengembangan diri dengan pengelolaan/manajemen yang baik,
menghidupkan acara silaturahmi dan kebersamaan antar warga pendidik dan tenaga
kependidikan serta siswa dalam beberapa kegiatan, serta mengembangkan Business Centre atau Unit Produksi untuk
menambah kesejahteraan sekolah. Selain itu juga membangun dan menjalin
komunikasi dan kerja sama yang baik dengan stake
holder baik dari instansi terkait maupun dengan dunia usaha/dunia industri,
pemanfaatan teknologi informasi & komunikasi dalam kegiatan pembelajaran
dan pengelolaan sekolah, serta pemberian reward
dan punishment terhadap kinerja
atau capaian yang dilakukan warga sekolah.
Manajemen
sekolah yang berbudaya mutu menggunakan pendekatan profesional, dan bukan
pendekatan birokratik; pengambilan keputusan bersifat partisipatif bukan
terpusat; dan adanya pemberdayaan seluruh potensi atau sumber daya yang ada
untuk peningkatan mutu pendidikan. Upaya
yang dilakukan SMKN 1 Batam dalam pengelolaan
pendidikan berbasis manajemen mutu yaitu dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu Standar Internasional ISO 9001:2008.
Peningkatan kompetensi dan kualifikasi SDM pun sangat
diperlukan untuk menjawab tuntutan kebutuhan masa kini, di mana
sekolah harus memiliki sumber daya manusia yang profesional dan tangguh, baik
guru maupun kepala sekolah dan tenaga pendukungnya (tenaga komputer, laboran,
pustakawan, tata usaha). Profesionalisme pendidik dan tenaga pendidikan dapat
ditunjukkan oleh penguasaan bidang kerja, etos kerja, penguasaan bahasa asing,
(khususnya Bahasa Inggris), penguasaan ICT mutakhir dan canggih untuk menunjang
pekerjaan, serta etika. Dengan alasan ini, mereka yang sudah memenuhi
kualifikasi pun terus didorong untuk melanjutkan pendidikannya. Dorongan yang
dimaksud dapat berupa satu atau gabungan dari pemberian motivasi yang
sungguh-sungguh dan terus menerus, pemberian status tugas belajar atau
setidaknya izin belajar, dispensasi waktu jika diperlukan, dan jika mungkin,
serta penyediaan fasilitas termasuk pemberian beasiswa, baik penuh maupun
sebagian.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk efektivitas
dan efisiensi pun harus segera dipenuhi, karena persediaan sarana dan prasarana
yang kurang
dan tidak memadai akan menghambat proses belajar mengajar. Demikian pula administrasinya, apabila
tidak ditangani secara profesional akan mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan pengajaran
itu. Beberapa cara alternatif dalam pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan antara lain pembelian, pembuatan sendiri, penerimaan hibah atau
bantuan, penyewaan, dan perbaikan atau rekondisi.
Sekolah pun perlu menyelenggarakan ekstra kurikuler/pengembangan diri
dengan pengelolaan/manajemen yang baik. Dalam pembinaan siswa di sekolah,
banyak wadah atau program yang dijalankan demi menunjang proses pendidikan yang
kemudian atas prakarsa sendiri dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan ke
arah pengetahuan, bahkan prestasi yang lebih tinggi. Salah satu wadah pembinaan
siswa di SMKN 1 Batam adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan yang
diadakan dalam program ekstrakurikuler ini didasari atas tujuan kurikulum
sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam, siswa dapat mengembangkan
bakat, minat dan kemampuannya. Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya
kegiatan ekstrakurikuler seharusnya merupakan kegiatan yang terkoordinasi,
terarah, dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian
tujuan pendidikan.
Strategi lainnya adalah menghidupkan acara silaturahmi
dan kebersamaan antar warga pendidik dan tenaga kependidikan, serta siswa dalam
beberapa kegiatan. Kepedulian sosial dan kebersamaan
selalu berdampingan dan selalu dikedepankan dalam aktifitas keseharian di
sekolah. Rasa kebersamaan ditumbuhkan dengan menanamkan prinsip bahwa semua
warga sekolah adalah satu keluarga. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan suasana
kekeluargaan yang harmonis, serasi, dan mengeliminir gesekan sosial di
lingkungan sekolah. Jika ada warga sekolah yang mendapatkan musibah ataupun
ujian hidup, maka seluruh warga sekolah berusaha memberikan bantuan untuk
meringankan beban yang harus ditanggung dalam bentuk dana bantuan ataupun home visit sambil
menyerahkan bantuan kolektif.
Business Centre atau Unit Produksi pun perlu
dikembangkan untuk menambah kesejahteraan warga sekolah. Business Centre adalah salah satu unit usaha
sekolah yang dibuat dalam rangka melatih kemampuan berwiraswasta sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dalam menunjang aktivitas belajar mengajar, khususnya
pelajaran Kewirausahaan, dan memberikan nilai tambah ekonomis bagi warga
sekolah. Business Centre tersebut dikelola dengan menganut
prinsip-prinsip manajemen bisnis.
Membangun dan menjalin komunikasi dan kerja sama yang baik dengan stake holder baik dari Instansi terkait
maupun dengan dunia usaha/dunia industri pun adalah hal penting yang harus
diperhatikan. Kerja sama antara sekolah dengan industri
sangat diperlukan terkait dengan perkembangan teknologi yang terjadi di
industri sangat pesat, sehingga sekolah akan jauh tertinggal jika tidak
menjalin kerja sama dengan industri. Pihak sekolah tidak mungkin menyediakan
semua peralatan yang sesuai dengan kebutuhan industri dalam proses pembelajaran
di sekolah. Di samping itu, kerja sama dengan industri juga akan membantu pihak
sekolah dalam menyalurkan lulusannya, sebab pihak industri telah mengetahui
sejauh mana kompetensi yang dimiliki para lulusan dari sekolah yang telah
menjalin kerja sama dengan industri yang bersangkutan.
Pemanfaatan teknologi informasi & komunikasi di sekolah harus pun dioptimalkan
dalam setiap kegiatan pembelajaran dan pengelolaan sekolah. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa pengaruh terhadap bidang
pendidikan dalam proses pembelajaran. Penggunaan TIK dalam proses pembelajaran
sudah bukan hal yang asing lagi dalam era globalisasi seperti sekarang ini.
Adanya internet memungkinkan kita untuk belajar kapan dan di mana saja dengan
lingkup yang sangat luas. Misalnya dengan fasilitas email, chatting, e-book, e-library dsb, kita dapat saling berbagi
informasi tanpa harus bertatap muka langsung dengan sumber informasi tersebut,
karena semua informasi yang kita inginkan dapat kita peroleh hanya dengan
mengakses internet.
Strategi yang lain adalah Pemberian Reward
& Punishment terhadap kinerja atau capaian yang dilakukan warga
sekolah. Dalam konsep manajemen, reward
merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Selain
motivasi, reward juga bertujuan agar
seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan
prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif. Tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode
ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan
membuat sesuatu yang tidak sesuai. Jadi, hukuman yang dilakukan harus bersifat
pedagogik, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik. Pada
dasarnya, keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang, termasuk
dalam memotivasi para guru dan siswa dalam meningkatkan kinerjanya.
Dengan
melaksanakan beberapa strategi di atas, hasil atau dampak yang terjadi antara
lain; dokumentasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 membuat proses kegiatan belajar
mengajar (KBM) berlangsung nyaman, terarah, dan dapat diterima. Juga memiliki
tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki kompetensi dan kualifikasi yang
tinggi sesuai dengan tuntutan dan tantangan kebutuhan masyarakat dan pemerintah
(jumlah guru dengan kualifikasi S-2 sebanyak 29 orang dan S-3 sebanyak 1
orang). Output dari peningkatan tersebut dapat dirasakan langsung manfaatnya
oleh siswa di sekolah. Selain itu adalah diraihnya berbagai jenis penghargaan
dan prestasi baik di tingkat kota, provinsi dan nasional serta internasional,
dimana tak hanya bidang akademik saja, tetapi juga nonakademik.
Kemudian
meningkatnya rasa silaturahmi dan kebersamaan antar warga pendidik dan tenaga
kependidikan serta siswa yang tercermin dalam setiap partisipasi dan dukungan,
memiliki pusat bisnis dan unit produksi yang profesional untuk mendukung proses
pendidikan dan juga kesejahteraan warga sekolah, dan terjalinnya hubungan kerja
sama yang harmonis dan saling menguntungkan antara sekolah dengan pihak terkait
dalam pengelolaan program baik di sekolah maupun di masyarakat.
Di
samping itu, seluruh pendidik dan tenaga kependidikan telah dilatih dan mampu
menggunakan TIK dalam proses pembelajaran dan pekerjaan melalui media
Presentasi, E-Book, E-Learning, modul,
pemanfaatan website dan server bahan ajar, serta meningkatnya motif berprestasi
di kalangan warga sekolah dengan aktifnya mengikuti setiap bentuk lomba atau
kegiatan yang diadakan.
Menurut Deden, strategi pemecahan
masalah di atas cukup berhasil diterapkan di SMKN 1 Batam karena ada beberapa
faktor pendukung, antara lain adanya harapan dan keinginan yang besar dari
seluruh warga sekolah untuk meraih capaian dan prestasi yang tinggi, dukungan
dan bantuan yang besar dari Komite sekolah untuk mewujudkan harapan dan
cita-cita sekolah, dukungan dan bantuan yang signifikan dari Dinas Pendidikan
Kota, Provinsi maupun Pusat dalam pengadaan kegiatan fisik maupun nonfisik dan
animo masyarakat yang besar yang ingin memasukan anaknya ke SMKN 1 Batam.
Selain itu juga tersedianya Peralatan ICT yang mampu memberikan kebutuhan
informasi dan komunikasi antara warga sekolah, kontribusi yang signifikan atas
banyaknya perusahaan-perusahaan yang ada di Batam untuk pengembangan dan
bantuan terhadap sekolah, serta luas dan kondisi sekolah yang memberikan akses
dan peluang yang besar untuk pengembangan sekolah.
Di samping itu, Deden pun mengembangkan
beberapa alternatif lain yang mendukung kemajuan pendidikan di SMKN 1 Batam. Untuk melengkapi sarana dan prasarana
yang belum lengkap dan untuk pengembangan kegiatan sekolah, informasi dan komunikasi
yang intensif dan berkelanjutan mengenai capaian-capaian atau prestasi sekolah
kepada pihak-pihak yang terkait seperti; dinas pendidikan Kota, Dinas
Pendidikan Provinsi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan serta
perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Batam harus digalakkan. Hal ini
dilakukan agar pihak-pihak terkait dapat memberikan dukungan dan bantuan yang
diharapkan sesuai dengan anggaran yang tersedia.
Alternatif
lainnya adalah mengenai sekolah yang memiliki aset-aset potensial untuk pengembangan
sebuah unit produksi dan sekaligus sebagai Business
Centre. Untuk itu, perlu terus digali dan dikembangkan potensi tersebut
dengan kerja sama yang harmonis antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia
industri dalam proses produksi dan pemasaran.
Capaian
dan prestasi yang dihasilkan warga sekolah pun tidak terlepas dari peran
pembimbing atau narasumber yang relevan dan berkualitas. Maka itu, perlu
dikembangkan hubungan yang harmonis dengan pembimbing atau narasumber, baik
yang berasal dari internal maupun eksternal untuk mendukung kegiatan yang
dilakukan sekolah. Pemberdayaan guru melalui MGMP sangat strategis dalam upaya
untuk meningkatkan kompetensi dan wawasan para guru. Dengan kegiatan yang
terencana dan terjadwal, memungkinkan para guru dapat lebih mengembangkan
dirinya dalam peningkatan kualitas pembelajaran yang lebih baik. Selain itu
juga perlu adanya pembinaan dan seleksi yang kontinu terhadap guru-guru dan
staf karyawan agar dapat dijaga konsistensi dan kualitas kinerja terhadap
sekolah.
Kesuksesan
Deden dalam Best Practicenya di SMKN 1 Batam pun telah mengantarkannya menjadi
juara nasional sebagai kepala sekolah berprestasi. Langkah awal Deden dalam
mengikuti ajang lomba PTK Berprestasi ini dimulai dari kegiatan MKKS
SMK di Kota Batam, sebuah
kegiatan rutin tahunan yang diadakan untuk tingkat Kota,
Provinsi dan Nasional. MKKS SMK Kota Batam ini memiliki jumlah anggota sebanyak 36 SMK, yang kemudian mengidentifikasi
siapa saja
kepala sekolah yang memenuhi kriteria Pemilihan Kepala Sekolah Berprestasi
untuk didaftarkan ke Panitia Dinas Pendidikan Kota Batam. Rupanya Deden lah yang terpilih untuk mengikuti lomba
ini.
Bagi
Deden, ini adalah sebuah pengalaman pertama yang mendebarkan. Oleh karena itu,
ia benar-benar mempersiapkan diri sebaik mungkin, misalnya dengan mengetahui
panduan
Pemilihan Kepala Sekolah Berprestasi, melengkapi persyaratan yang harus
dilengkapi, yakni karya
tulis, biodata
dan membuat presentasi,
mempersiapkan diri dalam semua tes atau ujian yang dilakukan dengan cara
bertanya kepada peserta yang sudah pernah mengikutinya sebagai pengalaman,
serta menyusun
tim yang terdiri atas guru dan karyawan dalam rangka membantu penyusunan karya
tulis dan biodata mengenai data diri dan data sekolah.
Ketika Deden pada akhirnya dinobatkan sebagai juara ketiga Kepala SMK
Berprestasi Nasional, ia benar-benar terkejut karena tidak menyangka bahwa
dirinya lah yang memenangi juara. “Banyak sekali para peserta yang
sudah senior dan memiliki pengalaman dan prestasi sekolahnya. Saya merasa
beruntung dan bersyukur masih diberi kesempatan untuk menjadi juara 3, dan saya
pikir ini mungkin pencapaian terbaik saya untuk saat ini,” ungkapnya.
Hal yang membuat Deden cukup istimewa adalah karena di antara kebanyakan
peserta lainnya, usianya tergolong masih cukup muda, yakni 38 tahun. Deden
bahkan mengatakan bahwa para juri sepertinya merasa cukup terkesan padanya. “Mereka
sangat respect dan kagum atas prestasi dan pencapaian SMK Negeri 1 Batam yang
notabene tergolong masih muda, baik tingkat nasional maupun internasional. SMKN 1 Batam
berusia 16 tahun,
dan saya
sendiri mungkin yang termuda dari seluruh peserta yang ada, yaitu usia
38 tahun,
dan baru menjabat sebagai Kepala Sekolah selama 3 tahun,” tuturnya.
Atas jerih payah dan prestasinya, Deden berhak mengantongi uang senilai
20 juta rupiah dari Kemdikbud, 3 juta rupiah dari Bank Mandiri, dan kesempatan
untuk melaksanakan studi banding ke Jepang. Rencananya, hadiah tersebut ia pergunakan
untuk meningkatkan kemampuannya di bidang pengembangan diri, seperti
mengikuti kursus dan pelatihan, serta membeli buku dan alat-alat yang diperlukan
dalam mendukung tugas.
***
Ditulis tahun : 2013
No comments:
Post a Comment